Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota di Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

 

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL

PADA PEMKAB/PEMKOT DI SUMATERA UTARA

OLEH

SRINA BR GINTING

100522032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota Di Sumatera Utara” Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 (ekstensi) Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Srina Br Ginting


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN

/ PEMERINTAH KOTA DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 15 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.Depkeu.go.id).Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Realisasi Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Modal. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t dan menggunakan regresi linier berganda dengan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal dan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifkan terhadap Belanja Modal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar, yang berarti 67,6% variasi dari perubahan Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 32,4 % dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada penelitian ini.


(4)

ABSTRACT

EFFECT OF TAX LEVIES AND REGIONAL DISTRICT OF APPROPRIATION EXPENDITURE ON CAPITAL DISTRICT /

CITY GOVERNMENT IN NORTH SUMATRA

This study aims to determine whether the Regional Tax and Retribution have a significant positive impact on the Capital Expenditure of district / city in North Sumatra Province. This study is a replication study.

Methods of research in this thesis is to use causal research design, with a sample of 15 districts / cities each year of the 33 districts / cities in North Sumatra Province. This research was conducted for the period 2008-2011. Type of data used are secondary data. Data obtained through the website of the Republic of Indonesia Ministry of Finance Directorate General of Fiscal Balance (www.djpk.Depkeu.go.id). Data are analyzed in this study are compiled from reports Realized Capital Budget. The data collected, analyzed by the method of data analysis is performed first before testing the assumptions of classical hypothesis testing. Testing the hypothesis in this study using simple linear regression with t tests and multiple linear regression using the F test.

The results showed that the partial tax variables significantly influence the Regional Capital Expenditure and Retribution variables do not significantly affect the Capital Expenditures. Simultaneously, of Regional Taxes and Levies are significantly influential on Capital Expenditures. This is indicated by the value of Adjusted R Square, which means 67.6% of the variation of changes in capital spending can be explained by the variation of the two independent variables, while the remaining amount of 32.4% is explained by the variation or other factors not included in the regression model.

The results of this study still needs further confirmation through further research. This is necessary because of limitations in this study.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara”.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya, terutama kepada kedua orang tua, bapak saya yang bernama Rut Ginting, ibu saya yang bernama Rehulina Br surbakti dan tak lupa kepada abang saya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai ya Ir.M.Surya Abadi Ginting, dan kakak saya Yusnita Ginting Amd. pihak berupa dukungan moril, materil, spiritual, maupun administrasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak. Selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak.


(6)

Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Prof. Erlina, SE. M.Si., P.hD., Ak selaku Dosen Penilai yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Kepada Bapak dan Mamak saya, yang telah sabar dan selalu mendukung saya. Buat teman-teman saya batara, Ely, yanti, roida, inur, lenny, laura, melpa, fitri, dewi dan semua anak akuntansi ekstensi angkatan 2010. Buat pegawai fakultas ekonomi khusunya bang sugeng, terima kasih banyak atas bantuannya semoga kita semua mendapat berkah dari Allah SWT amin.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, 2012 Yang Membuat Pernyataan,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK……... ii

ABSTRACT…….. ………... ... iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI……... vi

DAFTAR TABEL…….. ………..………... viii

DAFTAR GAMBAR……... ………..………... ix

DAFTAR LAMPIRAN…….. ………... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 8

2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah PAD)... 8

2.1.1.2 Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 8

2.1.2 Pajak Daerah ... 9

2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah ... 9

2.1.2.2 Klasifikasi Pajak Daerah ... 9

2.1.3 Retribusi Daerah ... 18

2.1.3.1 Pengertian Retribusi Daerah ... 18

2.1.3.2 Klasifikasi Retribusi Daerah ... 18

2.1.4 Belanja Modal………... 32

2.1.4.1 Pengertian Belanja Modal ………….. 32

2.1.4.2 Klasifikasi Belanja Modal……… 32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ….. 37

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 37

2.3.2 Hipotesis penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40


(8)

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 44

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.6 Metode Analisis Data………. 45

3.6.1. Uji Asumsi Klasik………... 45

3.6.1.1 Uji Normalitas ……….. 46

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas……….. 47

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ………. 48

3.6.1.4 Uji Autokorelasi ... 48

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 49

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Data Penelitian ... 51

4.2 Analisis Hasil Penelitian ………. 55

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.2.2.1 Uji Normalitas ……….. 56

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ………. 58

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ………. 59

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ……… 61

4.2.3 Analisis regresi ……….. 61

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 63

4.2.4.1 Uji Parsial (uji t) ……… 64

4.2.4.2 Uji Simultan (uji F) ……….. 65

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 35

3.1 Daftar Populasi Pemkab/pemkot... 41

3.2 Daftar Sampel Pemkab/pemkot………... 43

4.1 Daftar Populasi dan Sampel…... 54

4.2 Hasil Deskriptif ... 55

4.3 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58

4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ... 59

4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

4.7 Analisis Regresi ... 62

4.8 Hasil Uji t ... 64

4.9 Hasil Uji F ... 65


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.2 Kerangka Konseptual ... 38 4.1 Histogram... 56 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 57


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Data Penelitian Tahun 2008-2011………….….... 75

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 77

3. Hasil Uji t ……….. 79


(12)

ABSTRAK

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN

/ PEMERINTAH KOTA DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal pada kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 15 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2008-2011. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.Depkeu.go.id).Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Realisasi Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Modal. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t dan menggunakan regresi linier berganda dengan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal dan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifkan terhadap Belanja Modal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square sebesar, yang berarti 67,6% variasi dari perubahan Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 32,4 % dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada penelitian ini.


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF TAX LEVIES AND REGIONAL DISTRICT OF APPROPRIATION EXPENDITURE ON CAPITAL DISTRICT /

CITY GOVERNMENT IN NORTH SUMATRA

This study aims to determine whether the Regional Tax and Retribution have a significant positive impact on the Capital Expenditure of district / city in North Sumatra Province. This study is a replication study.

Methods of research in this thesis is to use causal research design, with a sample of 15 districts / cities each year of the 33 districts / cities in North Sumatra Province. This research was conducted for the period 2008-2011. Type of data used are secondary data. Data obtained through the website of the Republic of Indonesia Ministry of Finance Directorate General of Fiscal Balance (www.djpk.Depkeu.go.id). Data are analyzed in this study are compiled from reports Realized Capital Budget. The data collected, analyzed by the method of data analysis is performed first before testing the assumptions of classical hypothesis testing. Testing the hypothesis in this study using simple linear regression with t tests and multiple linear regression using the F test.

The results showed that the partial tax variables significantly influence the Regional Capital Expenditure and Retribution variables do not significantly affect the Capital Expenditures. Simultaneously, of Regional Taxes and Levies are significantly influential on Capital Expenditures. This is indicated by the value of Adjusted R Square, which means 67.6% of the variation of changes in capital spending can be explained by the variation of the two independent variables, while the remaining amount of 32.4% is explained by the variation or other factors not included in the regression model.

The results of this study still needs further confirmation through further research. This is necessary because of limitations in this study.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era otonomi daerah secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 januari 2001 mengehendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kedua undang-undang di bidang otonomi daerah ini berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah.

Akhirnya untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan asli daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan otonomi daerah dimana peranan pendapatan asli daerah (PAD) diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah, oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Kondisi


(15)

ini yang akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri.

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitanya dengan kemampuan daerah dalam memanfaatkan pendapatan asli daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD), maka semakin besar pula deskresi/keleluasaan daerah untuk mengggunakan pendapatan asli daerah (PAD), sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah.

Pendapatan asli daerah itu sendiri terdiri dari empat komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pada penelitian ini, peneliti membatasi objek penelitian dengan hanya meliputi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal ini dikarenakan dua komponen ini penyumbang pendapatan asli daerah yang paling besar sehingga kedua komponen tersebut diharapkan telah mewakili komponen pendapatan asli daerah.

Secara umum pajak daerah memberi kontribusi besar terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dan retribusi daerah merupakan sumber penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) kedua setelah pajak daerah. Walaupun ada beberapa daerah yang penerimaan retribusi daerahnya lebih besar dari penerimaan pajak daerahnya.


(16)

Pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah telah dipungut di Indonesia sejak awal kemerdekaan indonesia. Sumber penerimaan ini terus dipertahankan sampai dengan era otonomi daerah dewasa ini. Penetapan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan undang, khususnya undang-undang tentang pemerintahan daerah maupun tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Menurut Halim (2009) permasalahan yang dihadapi daerah pada umumnya berkaitan dengan penggalian sumber-sumber pajak dan retribusi daerah yang merupakan salah satu komponen dari PAD masih belum memberikan konstribusi signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Hal tersebut dapat mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah. Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat kecil dan bervariasi antar daerah, yaitu kurang dari 10% hingga 50%. Sebagian besar wilayah Provinsi dapat membiayai kebutuhan pengeluaran kurang dari 10%. Distribusi pajak antar daerah sangat timpang karena basis pajak antar daerah sangat bervariasi. Peranan pajak dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi hal ini terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis, dan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mengakibatkan biayapenyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat bervariasi.


(17)

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara. Pajak tersebut yang akhirnya akan di gunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan, oleh karena itu pajak daerah juga berperan serta dalam membiayai pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka kebutuhan akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena kita telah mengetahui bahwa sebagian besar pendapatan negara adalah berasal dari pajak yaitu 75%, oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus ditangani secara tepat agar iuran pajak atau retribusi daerah dapat dimanfaatkan dengan baik.

Hal ini juga di dukung dengan UU No. 34 Tahun 2000, tentang perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997, tentang pajak daerah dan retribusi daerah, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab sekaligus memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi yang juga menetapkan pengaturan untuk menjamin penerapan prosedur umum perpajakan dan retribusi daerah.

Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan alat dalam menentukan pendapatan dan pengeluaran, implementasi dari perencanaan pembanguna yang telah ditetapkan sebelumnya, otorisasi pengeluaran, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat memobilisasi pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah sebagai perwujudan keseluruhan aktivitas dan kegiatan pemerintah menuntut adanya partisipasi aktif


(18)

yang menampung berbagai aspirasi masyarakat sehingga akan tercermin kebutuhan riil masyarakat.

Selama era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan pelayanan di berbagai sektor publik. Peningkatan layanan ini diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja terwujud apabila ada upaya serius pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung, oleh sebab itu dari berbagai jenis anggaran belanja daerah pemerintah daerah mengalokasikan dana berbentuk anggaran belanja modal pada APBD untuk menambah asset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.

Dari fenomena yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa otonomi daerah selama ini belum berjalan secara maksimal. Dari beberapa rencana yang telah disusun oleh pemerintah daerah, hampir sebagian besar belum terealisasi dengan baik. Potensi-potensi yang ada selama ini juga belum sepenuhnya dapat terekspolitas dengan baik dan benar oleh pemerintah kota dan kabupaten.

Menurut Nur Indah Rahmawati (2010), ” Pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi umum (DAU) terhadap alokasi belanja daerah (studi pemerintahan di kabupaten/kota jawa tengah)″dari hasil penelitian tersebut, tingkat ketergantuangan belanja daerah lebih dominan terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dari pada dana alokasi umum (DAU).


(19)

Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang di jelaskan diatas, maka perumusan masalah di uraikan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Apakah Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian Belanja Modalpada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara?

3. Apakah Pajak Daerah, Retribusi Daerah berpengaruh simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan dan manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap pengalokasian belanja modalpada pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara.

2. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap pengalokasinbelanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara.


(20)

3. Untuk menguji dan mengetahui pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara.

2. Bagi pemerintah daerah, untuk memberikan sumbangan informasi tentang pengelolaan keuangan daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, serta pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi daerah secara optimal.

3. Bagi akademik, menjadi wacana dalam pengembangan ilmu akuntansi sektor publik.

4. Bagi pemerintah pusat, untuk memberikan masukan dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang.

5. Bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama mahasiswa yang melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORITIS

2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2007:96), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Sedangkan menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pasal 1 menyebutkan: “Pendapatan asli daerah merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.1.2 Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Unsur terpenting dari pembiayaan pemerintah daerah adalah kontribusi dari pendapatan asli daerah. Pendapatan asli daerah merupakan bukti nyata dukungan masyarakat lokal kepada pemerintahanya untuk menjalankan proses pemerintahan secara


(22)

otonom. Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa Pendapatan asli daerah sendiri terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2.1.2 Pajak Daerah

2.1.2.1Pengertian Pajak Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah:

“Kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri. Wewenang pungutan pajak daerah berada di tangan pemerintahan daerah itu sendiri.

2.1.2.2 Klasifikasi Pajak Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 pasal 2, jenis pajak daerah terbagi dua yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

1. Pajak Provinsi


(23)

1) Pajak Kendaraan Bermotor;

Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air adalah Pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan. Tarif pajak kendaraan bermotor adalah paling tinggi 10%.

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

Bea balik nama kendaraan bermotor adalah Pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor. Tarif bea balik nama


(24)

kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. penyerahan pertama sebesar 20% dan b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%. Khusus untuk kendaraan bermotor alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut: a. penyerahan pertama sebesar 0,75%, b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%. Tarif bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan dengan peraturan daerah. 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah Pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan bahan bakar kendaraan bermotor. Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Khusus tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk kendaraan pribadi.


(25)

4) Pajak Air Permukaan;

Pajak air permukaan adalah Pajak atas pengambilan dan/ atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Tarif pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.

5) Pajak Rokok;

Subjek pajak rokok adalah konsumen rokok. Wajib pajak rokok adalah pengusaha pabrik rokok/ produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa nomor pokok pengusaha barang kena cukai. Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.

2. Pajak Kabupaten/Kota

Jenis pajak kabupaten/kota berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 pasal 2 antara lain:

1) Pajak Hotel;

Pajak hotel adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,


(26)

losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10. Wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.

2) Pajak Restoran;

Pajak restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi adalah 10%.

3) Pajak Hiburan;

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi adalah 35%.


(27)

4) Pajak Reklame;

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susuanan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Tarif pajak reklame paling tinggi adalah 25%.

5) Pajak Penerangan Jalan;

Pajak penerangan jalan adalah Pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan


(28)

baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan. Tarif pajak mineral bukan logam dan batuan paling tinggi adalah 25%.

7) Pajak Parkir;

Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Tarif pajaknya paling tinggi 30%.

8) Pajak Air Tanah;

Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang


(29)

melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%. 9) Pajak Sarang Burung Walet;

Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/ atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga

collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia

maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Wajib

pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan atau mengusahakan sarang burung walet. Tarif pajaknya adalah sebesar 10%.

10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan/ atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang yang secara nyata mempunyai suatu hak atas


(30)

bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Tarif pajaknya paling tinggi adalah sebesar 0,3%.

11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Hak atas tanah dan/atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan paling tinggi adalah sebesar 5%.

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikanbahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.


(31)

2.1.3 Retribusi Daerah

2.1.3.1Pengertian Retribusi Daerah

Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009, yang dimaksuddengan Retribusi Daerah adalah “Pungutan daerah sebagai pembayaran atasjasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ataudiberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi ataubadan”.

2.1.3.2 Klasifikasi Retribusi Daerah

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 108 retribusi daerah dikelompokan menjadi tiga yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu.

1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah Jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum bersangkutan. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.


(32)

Jenis retribusi jasa umum antara lain adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

Retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf a adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali pelayanan pendaftaran. Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf b adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah meliputi:

i. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;

ii. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/ atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/atau pembuangan akhir sampah, dan


(33)

iii. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah. Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf c adalah pelayanan:

a) Kartu tanda penduduk;

b) Kartu keterangan bertempat tinggal; c) Kartu identitas kerja;

d) Kartu penduduk sementara;

e) Kartu identitas penduduk musiman; f) Kartu keluarga; dan

g) Akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian. d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat;

Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf d


(34)

adalah pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi:

a) Pelayanan peguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengukuran, pembakaran/pengabuan mayat.

b)Sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola pemerintah daerah. e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1) huruf e adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

f. Retribusi Pelayanan Pasar;

Pelayanan pasar sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf f adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan pedagang, dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;


(35)

pelayanan pengujian kenderaan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran sebagaimana yang dimaksud pada pasal 110 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, alat penanggulangan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

Retribusi penggantian biaya cetak peta sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huru i adalah penyediaan peta yang dibuat oleh pemerintah daerah seperti peta dasar (garis), peta foto, peta digital, peta tematik dan peta teknis (struktur).

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

Retribusi pelayanan penyediaan dan atau penyedotan kakus sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf j adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kaskus yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari


(36)

objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

Retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf k adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh pemerintah daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase, dan/atau sarana pembuangan lainnya.

l. Retribusi Pelayanan Tera-Tera Ulang;

Retribusi pelayanan tera-tera ulang sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf l adalah pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengapanya, dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang


(37)

wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan;

Retribusi pelayanan pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf m adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a) Pelayanan pendidikan dasar dan menengah yangdiselenggarakan oleh pemerintah daerah;

b) Pendidikan/ pelatihan yang diselenggarakan olehpemerintah;

c) Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD; dan

d) Pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta. dan

n.Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi;

Retribusi pengendalian menara telekomunikasi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 110 ayat (1) huruf n adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.


(38)

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

Pelayanan pemakaian kekayaan daerah yang dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf a adalah pemakaian tanah dan bangunan, pemakaian ruangan untuk pesta, pemakaian kenderaan/alat-alat berat /alat-alat besar milik daerah. Tidak termasuk dalam pengertian pelayanan pemakaian kekayaan daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut, seperti pemancangan tiang listrik/ telepon maupun penanaman/ pembentangan kabel listrik/ telepon di tepi jalan umum.


(39)

Pasar grosir dan/atau pertokoan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf b adalah pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disediakan oleh BUMD dan pihak swasta.

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

Tempat pelelangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huru c adalah tempat yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan. Termasuk dalam pengertian tempat pelelangan adalah tempat yang dikontrka oleh pemerintah daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana yang pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

d. Retribusi Terminal;

Retribusi terminal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf d adalah tempat pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kenderaan penumpang dan bis umum,


(40)

tempat kegiatan usaha dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

Pelayanan tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf e adalah pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh BUMD dan pihak swasta.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

Retribusi pelayanan tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf f adalah pelayanan tempat penginapan/ pesanggrahan/ villa yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMD dan pihak swasta.

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;


(41)

pelayanan penyediaan fasilitas rumah potong hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

Retribusi pelayanan pelabuhan kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pada pelabuhan kapal perikanan dan/atau bukan kapal perikanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan kapal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pihak swasta.

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

Retribusi pelayanan tempat rekreasi dan olahraga sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf i adalah tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah. Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud


(42)

pada ayat (1) adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

j. Retribusi Penyeberangan di Air;

Retribusi pelayanan penyeberangan di atas air sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf j adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kenderaan di atas air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta, dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah;

Retribusi penjualan produksi usaha daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 127 ayat (1) huruf k adalah penjualan hasil produksi usaha pemerintah daerah, antara lain bibit/benih tanaman, bibit ternak, dan bibit/benih ikan, tidak termasuk penjualan produksi usaha BUMN dan BUMD dan pihak swasta.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,


(43)

barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Subjek perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintahan daerah. Objek perijinan retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

Retribusi izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf a adalah Pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan, termasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantapan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat


(44)

keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pemberian izin untuk bangunan milik pemerintah atau pemerintah daerah.

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf b adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

c. Retribusi Izin Gangguan;

Retribusi izin gangguan sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf c adalah Pemberian izin tempat usaha / kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau gangguan, tidak termasuk tempat usaha/ kegiatan yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. d. Retribusi Izin Trayek;

Retribusi izin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 huruf d adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan usaha untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. pemberian izin oleh pemerintah daerah dilaksanakan sesuai


(45)

e. Retribusi Izin Usaha Perikanan;

Retribusi izin usaha perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 huruf e adalah Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.

2.1.4 Belanja Modal

2.1.4.1Definisi Belanja Modal

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan “Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, dan asset tak berwujud dan pembangunan serta perbaikan sector pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah.

Sedangkan Menurut Permendagri (2006) Belanja Modal adalah

“Pengeluaran yang dianggarkan untuk pembelian/pengadaan asset tetap dan asset lainya yang digunakan dalam kegiatan pemerintahan yang memiliki kriteria masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas bulan), merupakan objek pemeliharaan, dan jumlah nilai rupiahnya material saesuai dengan kebiajakan akuntansi”.

2.1.4.2Klasifikasi Belanja Modal

Berdasarkan permendagri (2006) jenis belanja modal terdiri dari 5 kategori utama yaitu:


(46)

1. Belanja modal tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainya, sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja modal peralatan mesin

Belanja modal peralatan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/pergantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta investor kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja modal gedung dan bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/ dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan

Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/


(47)

termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan yang dimaksud dalam keadaan siap pakai.

5. Belanja modal fisik lainya

Belanja modal fisik lainya adalah pengeluaran, biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan/ pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan termasuk dalam belanja modal ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala, dan barang untuk museum, hewan ternak, dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut disajikan tinjauan penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian.


(48)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian 1. Novi Aninta Mindasari (2008) Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah terhadap APBD pada Provinsi Sumatera Utara. Pajak Daerah, Retribusi Daerah, APBD.

secara parsial Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap APBD dan Retribusi

Daerah tidak berpengaruh

signifikan terhadap APBD. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifkan terhadap APBD.

2. Anton Dwi Handoko (2009) Pengaruh pertumbuhan pendapatan asli daerah terhadap peningkatan

belanja modal pada kab/kota sumatera utara Pendapatan asli daerah dan belanja modal. Pertumbuhan PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal.

3. Nur Indah Rahmawati

Pengaruh

Pendapatan asli daerah (PAD) dan

Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Dana

DAU dan PAD mempunyai


(49)

(DAU) terhadap alokasi belanja daerah (studi

Pemerintahan di kabupaten/kota

jawa tengah)″

(DAU), Belanja Daerah.

alokasi belanja daerah.

Sumber: data diolah oleh penulis, 2012

Mindasari (2008) meneliti pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah terhadap APBD di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap APBD dan variabel Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap APBD. Secara simultan, Pajak Derah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara signifkan terhadap APBD.

Handoko (2009) judul penelitian adalah “pengaruh pertumbuhan pendapatan asli daerah terhadap peningkatan belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota di sumatera utara”. Penelitian ini menunjukan Pertumbuhan PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal.

Rahmawati (2010) meneliti Pengaruh Pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap alokasi Belanja Daerah (studi Pemerintahan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah)″. Peneliti ini menunjukan bahwa DAU dan PAD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Jika dilihat lebih lanjut, tingkat ketergantungan alokasi belanja daerah lebih dominan terhadap PAD dari pada DAU.


(50)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Sejak diberlakukanya otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam membiayai segala kegiatan daerahnya. Pendapatan asli dearah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Pajak Daerah dan Retribusi daerah merupakan sumber utama pendapatan asli daerah (PAD). Pajak daerah dan retribusi daerah adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian daerah dari tahun, ke tahun berikutnya. Semakin meningkat pajak daerah dan retribusi daearah maka akan semakin meningkat pula Belanja modal daerah.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah asset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk kualitas pelayanan publik. Besarnya belanja modal yang dialokasikan pemerintah daerah dalam APBD tentu sangat dipengaruhi posisi keuangan pada daerah tersebut.


(51)

Variabel Independent Variabel Dependent Gambar 2.2

Kerangka Konseptual 2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2008:41), ”Hipotesis adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris”. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja

Modal.

H2 : Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.

H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap

Pajak Daerah  Pemko/Pemkab di 

Sumatera Utara 

Belanja Modal  Pemko/Pemkab di Sumatera 

Utara  (Y)  Retribusi Daerah 

Pemko/Pemkab di  Sumatera Utara 


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah desain kausal. Menurut Umar, (2003 : 30) “Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain”.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 75) ”Populasi adalah Sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah populasi adalah 33 Kabupaten/Kota yang terbagi atas 25 Kabupaten dan 8 Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.


(53)

Tabel 3.1

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20 21. 22. 23. 24. 25. Kabupaten Asahan Kabupaten Batubara Kabupaten Dairi

Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Hambang Hasundutan Kabupaten Karo

Kabupaten Labuhan Batu

Kabupaten Labuhan Batu Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Kabupaten Langkat

Kabupaten Mandailing Natal Kabupaten Nias

Kabupaten Nias Barat Kabupaten Nias Selatan Kabupaten Nias Utara Kabupaten Padang Lawas Kabupaten Padang Lawas Utara Kabupaten Pakpak Barat

Kabupaten Samosir

Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kota Medan Kota Binjai

Kota Gunung Sitoli Kota Padang Sidempuan Kota Pematang Siantar Kota Sibolga

Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi


(54)

Menurut Erlina (2008 : 75) ”Sampel adalah Bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara

purposive sampling yaitu ”Teknik penentuan sampel karena memenuhi beberapa

kriteria yang ditentukan oleh peneliti” (Uma Sekaran,2006:136).

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan Keuangannya dalam situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

2. Kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan Keuangan nya selama periode 2008-2011.

3. Kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah pemekaran selama tahun 2008-20011.

Berdasarkan kriteria diatas maka kabupaten/kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 kabupaten/kota.


(55)

Tabel 3.2 Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara

No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kabupaten Asahan Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Tanah Karo Kabupaten Deli Serdang Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Dairi

Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Selatan 1. 2. 3. 4. 5. Kota medan Kota Binjai

Kota Pematang Siantar Kota Tebing Tinggi Kota Sibolga

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Menurut Umar (2003:60) ”Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.

Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan APBD pada Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten di Sumatera Utara yang diambil dari situs (www.djpk.depkeu.go.id). Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel peneliti yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Modal.


(56)

3.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini adalah, teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet. Data yang diambil berupa realisasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal, dari masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara periode waktu 2008-2011. Data penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara

men-download melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan. (www.djpkpd.go.id).

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (bebas (X) )

Menurut Erlina (2008 : 43) “Variabel independen adalah Variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negative bagi variabel dependen lainya”. Variabel independen dalam penelitian ini ada 2 yaitu: a.Pajak daerah

Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.


(57)

b.Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

c. Variabel Dependen (tidak bebas (Y) )

Menurut Nazir (2005 : 124) ”variabel dependen adalah variabel yang tergantung atas variabel lain atau variabel independen”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Modal. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS for windows 18.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila analisis data telah lolos uji asumsi klasik maka selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis.

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung


(58)

multikoliniearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Maka sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005 : 110), ”uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.”

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak menurut Ghozali (2005 : 110), yaitu :

1) Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plotyang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis


(59)

yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2) Analisis statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan nilai Z-skewness. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pedoman untuk pengambilan keputusanya didasarkan sebagaimana diungkapkan Ghozali (2006 : 151) ” apabila nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Apabila Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

3.6.1.2Uji Multikolineritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Terjadinya korelasi antara variabel-variabel tersebut menandakan adanya problem multikolonieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya (Ghozali, 2006:95). Untuk menguji ada tidaknya multikolonieritas, dapat dilakukan dengan menggunakan Variance Inflatin Factor ( VIF ) dan nilai tolerance multikolonieritas terjadi jika VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≤ 0.10.


(60)

3.6.1.3 Uji Heterokedesitas

Heterokedesitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatn yang lain tetap, maka disebut homokedesitas dan jika berbeda disebut heterokedsitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedesitas. Data tidak terkena heteroskedastisitas jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 (Ghozali, 2006:129).

3.6.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk “menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya)” (Ghozali, 2006). Model regeri yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainya.

Menurut Singgih (2000 : 218) Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (D-W). Panduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku statistik yang relevan. Namun demikian secara umum bisa diambil patokan:

1) Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.


(61)

3) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Jika terjadi autokorelasi, maka dapat diatasi dengan cara: 1) Melakukan transformasi data.

2) Menambah data observasi.

3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda (multiple

regression). Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis

dengan model regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak daerah, retribusi daerah terhadap belanja modal secara terpisah, sedangkan hipotesis ketiga dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh seluruh variabel secara serentak. Hipotesisi ini dapat juga dianalisis dengan melakukan uji statistik t dan uji statistik F.

a. Uji statistik t atau uji signifikan parameter individual untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau indevendent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependent. Pengujian hipótesis pertama H1 dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:


(62)

Pengujian hipotesis dua H2 dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh retribusi daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan rumus:

Y = a + b2X2 + e

b. Uji statistik F uji signifikan simultan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan menggunakan regresi berganda untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap belanja modal, persamaan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b1X2 + e Keterangan:

Y = Variable Dependen, yaitu Belanja modal. a = Konstanta

X1 = Variabel Independen, yaitu Pajak Daerah X2 = Variabel Independen, yaitu Retribusi Daerah b1, b2 = koefisien regresi berganda X1, X2.


(63)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Data Penelitian

Provinsi Sumatera Utara berada dibagian Barat Indonesia, terletak pada garis 1” - 4” Lintang Utara dan 98” – 100’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan paling Pasifik Barat. Letak Provinsi Sumatera Utara sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan negara Malaysia dan Singapora serta diapit tiga provinsi dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh  Sebelah Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan

Provinsi Riau

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia  Sebelah Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.

Berdasarkan letak dan kondisi elemenya, provinsi sumatera utara dibagi atas 3 kelompok wilayah, yaitu:

a) Pantai barat : Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias,


(64)

c) Pantai timur : Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu.

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya Provinsi Sumatera Utara termasuk kedalam Provinsi Sumatera, sesaat setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 . Pada tahun 1950 Provinsi Sumatera Utara meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi daerah otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km², dibagi pada 25 kabupaten dan 8 kota dan terdiri dari 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa. Provinsi sumatera utara termasuk terbesar ketujuh dari wilayah Republik Indonsia.

Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini perkebunan tetap menjadi primadona provinsi sumatera utara. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Perkebunan Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, tebu, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komonitas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia.

Sumatera utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, dan merupakan wilayah yang paling banyak penduduknya di luar


(65)

Batak Karo, Batak Toba, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, Cina, India Keling, dan lain-lain. Dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya. Menurut hasil pencacahan sensus penduduk pada tahun 2000, penduduk sumatera utara berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk indonesia). Dengan pertumbuhan 1,20% per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,506.808 jiwa pada tahun 2003 berdasarkan hasil sementara pendaftaran pemilih dan pendaftaran penduduk, tahun 2010 jumlah penduduk sumatera utara hasil sensus penduduk naik menjadi 12.985.075.

Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/ kota yang telah ditentukan sebagai sampel. Adapun kabupaten/ kota yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh penulis adalah sebanyak 15 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/ kota yang dimaksud adalah sebagai berikut.


(66)

Tabel 4.1.

Daftar Kabupaten/ Kota Sampel

NO Kabupaten/kota Kriteria Sampel

1 2 3

1 Kota Medan √ √ √ Sampel 1

2 Kota Binjai √ √ √ Sampel 2

3 Kota Pematang Siantar √ √ √ Sampel 3

4 Kota Sibolga √ √ √ Sampel 4

5 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ √ Sampel 5

6 Kabupaten Batubara x x x -

7 Kota Tanjung Balai √ x √ -

8 Kota Tebing Tinggi √ √ √ Sampel 6

9 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ √ Sampel 7

10 Kabupaten Asahan √ √ √ Sampel 8

11 Kabupaten Dairi √ √ √ Sampel 9

12 Kabupaten Tapanuli Tengah √ x √

13 Kabupaten Toba Samosir √ √ √ Sampel 10 14 KabupatenTapanuli Utara √ √ √ Sampel 11

15 Kabupaten Nias Selatan √ x x -

16 Kabupaten Deli Serdang √ √ √ Sampel 12

17 Kabupaten Karo √ √ √ Sampel 13

18 Kabupaten Serdang Bedagai √ x √ -

19 Kabupaten Samosir √ x √ -

20 Kabupaten Nias √ x √ -

21 Kabupaten Labuhan Batu √ √ √ Sampel 14

22 Kabupaten Mandailing Natal √ x √ -

23 Kabupaten Langkat √ x √

24 Kota Padang Sidempuan √ x √ -

25 Kabupaten Simalungun √ √ √ Sampel 15

26 Kabupaten Angkola Sipirok x x x - 27 Kabupaten Padang Lawas x x x

28 Kabupaten Padang Lawas Utara x x x - 29 Kabupaten Padang Lawas Selatan x x x - 30 Kabupaten Labuhan Batu Selatan x x x - 31 Kabupaten Labuhan Batu Utara x x x - 32 Kabupaten pakpak barat x x x -


(67)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi.

Tabel 4.2

Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P.Daerah 60 1488 547629 35602.52 90299.260

R.Daerah 60 1853 244477 19279.38 43861.012

B.Modal 60 29 538 148.08 102.354

Valid N (listwise) 60

Sumber: diolah dari SPSS 18 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan dibawah ini: Jumlah sampel (N) sebanyak 60.

1. Rata-rata Belanja Modal (Y) adalah 148.08 dengan standar deviasi 102.353 Nilai Belanja Modal tertinggi adalah 538 dan nilai Belanja Modal terendah adalah 29.

2. Rata-rata Pajak Daerah (X1) adalah 35602.52 dengan standar deviasi 90299.260 Nilai Pajak Daerah tertinggi adalah 547629 dan nilai Pajak Daerah terendah adalah 1488.

3. Rata-rata Retribusi Daerah (X2) adalah 19279.38 dengan standar deviasi 43861.012 Nilai Retribusi Daerah tertinggi adalah 244477, dan nilai Retribusi Daerah terendah adalah 1853.


(68)

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pengujian normalitas data penelitian ini menggunakan analisis grafik dan statistik. Analisis grafik untuk melihat normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Analisis statistik dilakukan dengan uji kolmogrov-Smirnov.

Gambar 4.1

Sumber: Diolah dari SPSS 18

Berdasarkan Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram tersebut memberikan pola distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri


(69)

Gambar 4.2

Sumber: Diolah dari SPSS 18

Berdasarkan gambar 4.2, Ghozali (2005: 112) menyatakan bahwa ”jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaranya mengikuti arah diagonalnya”. Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, dengan menggunakan grafik normal Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar diagonal dan penyebaranya agak mendekati dengan garis diagonal. Kesimpulanya adalah bahwa data dalam regresi terdistribusi secara normal.


(70)

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 57.22787925

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .092

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .712

Asymp. Sig. (2-tailed) .690

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Diolah dari SPSS 18

Tabel 4.3 menunjukkan besarnya kolmogrov-Smirnov (K-S) adalah 0,712 dan signifikansi pada 0,690 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal, dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0.05 (p = 0,690> 0.05).

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable independen (Erlina 2008). Nilai yang umum yang menunjukan adanya multikolinearitas apabila nilai Tolerance > 0.10 atau VIF < 10.


(1)

Lampiran 1 Data Penelitian Tahun 2008 (dalam Jutaan rupiah) Nama Kabupaten/Kota Pajak

Daerah

Retribusi Daerah

Belanja Modal

Kabupaten asahan 6,270 5,082 194,932

Kabupaten toba samosir 3,635 1,997 108,702

Kabupaten karo 7,069 8,031 142,866

Kabupaten deli serdang 60,851 18,328 307,249

Kabupaten simalungun 10,925 5,459 211,409

Kabupaten langkat 11,888 5,178 122,891

Kabupaten labuhan batu 12,981 14,734 211,842

Kabupaten dairi 1,488 3,823 150,978

Kabupaten tapanuli utara 1,568 1,853 124,199

Kabupaten tapanuli selatan 3,126 4,042 281,454

Kota medan 197,114 141,055 394,279.00

Kota binjai 6,169 4,508 66,296

Kota pematang siantar 7,615 11,509 82,184

Kota tebing tinggi 3,953 3,683 110,284

Kota sibolga 1,768 3,572 155,657

Tahun 2009 (dalam Jutaan rupiah)

Nama Kabupaten/Kota Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Belanja Modal

Kabupaten asahan 6,852 5,225 123,554

Kabupaten toba samosir 3,638 5,870 133,000

Kabupaten karo 8,330 10,617 178,646

Kabupaten deli serdang 72,695 20,040 297,977

Kabupaten simalungun 11,435 6,374 204,958

Kabupaten langkat 14,343 6,059 109,558

Kabupaten labuhan batu 10,265 10,023 94,358

Kabupaten dairi 2,348 4,487 87,837

Kabupaten tapanuli utara 1,859 2,051 123,682

Kabupaten tapanuli selatan 7,971 7,568 183,586

Kota medan 210,343 147,080 394,120

Kota binjai 7,973 5,184 44,057

Kota pematang siantar 7,615 11,509 92,165


(2)

Tahun 2010 (dalam Jutaan rupiah)

Nama Kabupaten/Kota Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Belanja Modal

Kabupaten asahan 7,102 5,034 76,156

Kabupaten toba samosir 3,588 6,196 89,226

Kabupaten karo 9,174 11,678 48,718

Kabupaten deli serdang 78,121 26,985 227,207

Kabupaten simalungun 11,725 6,537 156,404

Kabupaten langkat 14,543 6,696 116,556

Kabupaten labuhan batu 8,700 10,445 82,928

Kabupaten dairi 1,659 4,280 43,141

Kabupaten tapanuli utara 2,136 2,235 29,222

Kabupaten tapanuli selatan 8,041 7,523 129,908

Kota medan 300,884 170,365 384,107

Kota binjai 10,251 5,474 65,664

Kota pematang siantar 8,965 10,765 69,181

Kota tebing tinggi 4,308 8,735 39,734

Kota sibolga 2,439 6,563 44,776

Tahun 2011 (dalam Jutaan rupiah)

Nama Kabupaten/Kota Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Belanja Modal

Kabupaten asahan 12,276 5,687 143,834

Kabupaten toba samosir 4,267 4,833 65,156

Kabupaten karo 13,774 11,016 136,486

Kabupaten deli serdang 252,080 32,311 345,695

Kabupaten simalungun 26,892 7,440 164,295

Kabupaten langkat 18,893 4,819 197,719

Kabupaten labuhan batu 19,712 10,090 128,549

Kabupaten dairi 2,098 3,946 67,903

Kabupaten tapanuli utara 2,928 2,512 113,807

Kabupaten tapanuli selatan 11,795 5,965 130,515

Kota medan 547,629 244,477 538,560

Kota binjai 18,135 6,458 84,892

Kota pematang siantar 18,316 15,674 108,507

Kota tebing tinggi 4,458 10,073 72,335


(3)

Lampiran 2 Analisis Hasil Penelitian Deskriptif statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P.Daerah 60 1488 547629 35602.52 90299.260

R.Daerah 60 1853 244477 19279.38 43861.012

B.Modal 60 29 538 148.08 102.354

Valid N (listwise) 60


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 57.22787925

Most Extreme Differences Absolute .092

Positive .092

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .712

Asymp. Sig. (2-tailed) .690

a. Test distribution is Normal.

Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 113.893 8.230 13.838 .000

P.Daerah .001 .000 .729 3.460 .001 .124 8.090

R.Daerah .000 .000 .106 .505 .616 .124 8.090

a. Dependent Variable: B.Modal


(5)

Uji Autokorelasi

Model summaryb

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .183a .034 .000 34.79979 1.918

a. Predictors: (Constant), R.Daerah, P.Daerah b. Dependent Variable: absut

Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 479.077 74.112 -6.464 .000

P.Daerah 43.836 11.541 .586 3.798 .000

R.Daerah 24.985 15.715 .245 1.590 .117

a. Dependent Variable:B.Modal

Uji Statistik t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficien

ts

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 479.077 74.112 -6.464 .000

P.Daerah 43.836 11.541 .586 3.798 .000

R.Daerah 24.985 15.715 .245 1.590 .117


(6)

Uji statistik F ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression

424871.804 2 212435.90

2 62.667 .000

a

Residual 193226.780 57 3389.944

Total 618098.583 59

a. Predictors: (Constant), R.Daerah, P.Daerah b. Dependent Variable:

B.Modal

Uji Kelayakan Model Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .829a .687 .676 58.22322 1.119

a. Predictors: (Constant), R.Daerah, P.Daerah b. Dependent Variable: B.Modal


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

10 116 90

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota di Sumatera Utara

7 91 92

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten Di Sumatera Uatara Tahun 2008-2010

2 48 79

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Modal pada Pemkab/Pemkot di Provinsi Sumatera Utara

2 69 82

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintah Kabupaten / Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

66 321 115

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara

13 65 83

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

1 1 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota di Sumatera Utara

0 0 7

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten Di Sumatera Uatara Tahun 2008-2010

0 0 12