Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH
KABUPATEN / KOTA DI SUMATERA UTARA
OLEH :
NAMA : AGAVE SIANTURI
NIM : 060503199
DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 10 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
Agave Sianturi
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, serta kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini,
(4)
4. Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Ibu Risanty, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran kepada peneliti,
5. Ayahanda AKP. Talas Sianturi dan Ibunda Herlina Siregar yang senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam tata bahasa maupun pembahasannya. Dengan demikian peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfat bagi banyak pihak.
Medan, 10 Juni 2010 Peneliti,
Agave Sianturi NIM : 060503199
(5)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
(6)
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
(7)
DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK ... ABSTRACT ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAH ULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teoritis ... 1. Pendapatan Asli Daerah ... a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah ... 2. Pajak Daerah... a. Pajak Provinsi ...
i ii iv v vi ix x xi 1 6 6 7 8 8 8 8 11 11
(8)
b. Pajak Kabupaten/Kota ... 3. Retribusi Daerah... a. Retribusi Jasa Umum ... b. Retribusi Jasa Usaha ... c. Retribusi Perizinan tertentu... 4.Belanja Modal ... a. Pengertian Belanja Modal ... b. Klasifikasi Belanja Modal ... B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ...
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian... C. Jenis dan Sumber Data ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Defenisi Operasional dan Pengumpulan Variabel ... F. Metode Analisis Data... 1. Pengujian Asumsi Klasik ... a. Uji Normalitas ... b. Uji Multikolinieritas ... c. Uji Heterokedastisitas ... d. Uji Autokorelasi... 2. Pengujian Hipotesis...
13 15 15 16 16 17 17 18 20 22 24 24 26 27 27 28 28 29 29 30 31 31
(9)
G. Jadwal Penelitian...
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian ... B. Analisis Hasil Penelitian... 1. Statistik Deskriptif ... 2. Pengujian Asumsi Klasik ... a. Uji Normalitas... b. Uji Multikolinearitas ... c. Uji Heteroskedastisitas... d. Uji Autokorelasi... 3. Analisis Regresi ... 4. Pengujian Hipotesis ... a. Uji parsial (Uji-t) ... b. Uji simultan (Uji-F) ... 5. Pembahasan Hasil Penelitian...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan Penelitian ... C. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... 33 34 36 36 37 37 42 44 47 47 48 48 50 50 54 54 55 56 58
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Realisasi Penerimaan Daerah... Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal ... Tinjauan Penelitian Terdahulu ... Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ... Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara... Defenisi Operasional Variabel... Jadwal Penelitian... Descriptive Statistic ... One-Sample Kolmogorov Smirnov Test sebelum transformasi data ... One-Sample Kolmogorov Smirnov Test setelah transformasi data ... Hasil Uji Multikolinieritas sebelum transformasi data ... Hasil Uji Multikolinieritas setelah transformasi data ... Hasil Uji Autokorelasi ... Hasil Analisis Regresi... Uji statistik t ... Uji statistik F... Uji Kelayakan Model ...
3 4 20 24 26 27 33 36 39 42 43 44 46 47 49 50 51
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5
Kerangka Konseptual ... Histogram sebelum transformasi data ... Normal P-Plot sebelum transformasi data ... Histogram setelah transformasi data... Normal P-Plot setelah transformasi data... Hasil Uji Heteroskedastisitas ...
23 37 38 40 41 45
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Lampiran ii Lampiran iii Lampiran iv
Daftar Sampel Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... Tabulasi Data ... Hasil Uji Regresi Berganda Sebelum Tranformasi ... Hasil Uji Regresi Berganda Setelah Tranformasi...
58 59 62 67
(13)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan me nganalisis apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah sebagai variabel independen dan belanja modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 kabupaten dan kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 19 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Nilai adjusted R² sebesar 0,260 mengindikasikan bahwa 26 % perubahan belanja modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada. Sisanya sebesar 74,00 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam model penelitian ini.
(14)
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze whether local taxes receipt and retributions receipt influence the capital expenditure in North Sumatera province.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier method. The variable used in this research are local taxes receipt and retributions receipt as independent variable and capital expenditure as dependent variable. The population is 33 regencies and cities in North Sumatera, and by using purposive sampling technique, 19 regencies and cities in North Sumatera province the year 2005 up to year 2008 are chosen as sample.
The result of this research show that, simultaneously taxes receipt and retributions receipt influence significantly toward the capital expenditure of regencies and cities in North Sumatera. Partially local taxes receipt significantly influence toward capital expenditure meanwhile retributions receipt have no significant influence toward the capital expenditure. Adjusted R² show value 0,260 indicates that 26,00 % turning in capital expenditure can be explained by independent variables. The rest 74,00 % explained by other variables are not mentioned in this research model.
Keywords : local taxes receipt, retributions receipt, and capital expenditure.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan landasan yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah ini berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah.
Untuk merealisasikan pelaksanaan Otonomi Daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah dimana peranan PAD diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Dengan demikian akan
(16)
memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri.
Pendapatan Asli Daerah itu sendiri terdiri dari 4 komponen yaitu : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada penelitian ini peneliti membatasi objek penelitian dengan hanya melingkupi pajak daerah dan retribusi daerah saja. Hal ini dikarenakan 2 komponen penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar adalah Pajak daerah dan Retribusi daerah sehingga kedua komponen tersebut diharapkan telah mewakili komponen Pendapatan Asli Daerah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib rakyat kepada negara. Dari pajak tersebut yang akhirnya akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Oleh karena itu, Pajak daerah juga berperan serta dalam membiayai pembangunan daerah. Tanpa adanya pajak daerah maka kebutuhan akan dana pembangunan akan sulit untuk dipenuhi karena kita telah mengetahui bahwa sebagian besar pendapatan negara kita adalah berasal dari pajak yaitu sekitar 75 %. Oleh sebab itu permasalahan tentang pajak ini harus ditangani secara tepat agar iuran pajak ataupun retribusi daerah dapat dimanfaatkan dengan baik.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah sejak otonomi daerah setiap daerah berusaha mengali potensi keuangannya melalui Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian seharusnya Pendapatan Asli Daerah memiliki kontribusi terbesar dalam penerimaan daerah namun pada praktiknya, Dana Alokasi Umum (DAU) lebih mendominasi dalam keuangan daerah dimana kedua dana tersebut digunakan
(17)
sebagai dana utama untuk membiayai belanja daerah. Berdasarkan pengumpulan data awal terdapat gambaran adanya kesenjangan antara komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel penerimaan daerah di bawah ini,
Tabel 1.1
Realisasi Penerimaaan Daerah (dalam ribuan rupiah)
No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Dana perimbangan
1 Kota Asahan 2005 13.965.406 5.770.773 0 3.363.822 356.321.599 2006 12.173.766 5.711.817 2.447.888 8.810.029 602.742.168 2007 10.048.285 5.608.640 1.922.566 13.450.632 660.286.677
2008 6.902.929 5.148.872 2.308.979 8.282.091 549.266.559
2. Kab. Langkat 2005 10.180.800 4.493.468 0 2.160.475 391.758.815
2006 9.640.259 4.344.635 0 4.655.610 645.263.025
2007 12.636.889 3.750.163 0 15.735.039 723.227.494
2008 9.853.627 4.892.039 0 10.311.084 764.050.826
3. Kota Tnjg. Balai 2005 4.220.611 3.323.962 80.000 1.950.000 132.140.530
2006 3.449.309 2.214.363 1.079.218 3.576.844 214.777.303
2007 3.500.900 2.821.798 849.690 4.525.637 232.135.285
2008 3.945.401 3.281.261 1.125.190 4.284.325 271.398.621
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan daerah (terutama pajak) akan mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah yang dikenal dengan nama tax spend hypothesis. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran. Berdasarkan fakta empirik yang terlihat pada tabel dibawah ini adalah gambaran perubahan pajak daerah dan
(18)
retribusi daerah yang terus mengalami penurunan. Sebaliknya dari sisi belanja modal mengalami kenaikan secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya perubahan Pendapatan Asli Daerah seiring dengan perubahan Belanja Daerah.
Tabel 1.2
Perkembangan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Belanja Modal Periode 2005-2008 (dalam Rp .000)
No. Kabupaten/Kota Tahun Pajak
Daerah ∆
Retribusi
Daerah ∆
Belanja
Modal ∆
1. Kab. Asahan 2005 13.965.406 - 5.770.773 - 76.548.210
2006 12.173.766 (14,71%) 5.711.817 (1,03%) 117.691.932 34,95% 2007 10.048.285 (21,15%) 5.608.640 (1,83%) 219.364.849 46,34% 2008 6.902.929 (45,56%) 5.148.872 (8,92%) 191.701.607 (14,43%)
2. Kab. Langkat 2005 10.180.800 - 4.493.468 - 70.555.608 -
2006 9.640.259 (5,60%) 4.344.635 (3,42%) 87.569.971 19,42% 2007 12.636.889 23,71% 3.750.163 (15,85%) 157.253.887 44,31% 2008 9.853.627 (28,24%) 4.892.039 (23,34%) 108.539.802 (44,88%)
3. Kota Tnjg. Balai 2005 4.220.611 - 3.323.962 - 55.635.041 2006 3.449.309 (22,36%) 2.214.363 (50,10%) 63.283.006 12,08% 2007 3.500.900 (1,47%) 2.821.798 21,52% 100.744.410 37,18% 2008 3.945.401 (11,26%) 3.281.261 14,00% 139.931.034 28,00%
Sepanjang tahun 2005-2008 Kabupaten Asahan terus mengalami penurunan pajak daerah dan retribusi daerah antara lain, tahun 2005-2006 pajak daerah menurun sebesar 14,71%. Tahun 2006-2007 menurun sebesar 21,15% dan pada tahun 2007-2008 menurun sebesar 45,56%. Begitu juga dengan retribusi daerah pada tahun 2005-2006 menurun sebesar 1,03%, tahun 2006-2007 menurun sebesar 1,93% dan tahun 2007-2008 menurun sebesar 8,92% namun bila dilihat pengaruhnya ke belanja modal justru mengalami peningkatan pada tahun
(19)
2005-2006 sebesar 35,95% dan tahun 2005-2006-2007 naik sebesar 46,34% kecuali pada tahun 2007-2008 belanja modal kabupaten asahan mengalami penurunan sebesar 14,43%. Hal yang sama juga terjadi pada Kabupaten Langkat dan Kota Tanjung Balai, dimana penurunan pendapatan berbanding terbalik dengan peningkatan belanja.
Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan juga terjadinya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan ini diprediksi dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung. Oleh sebab itu, dari berbagai jenis anggaran belanja daerah Pemerintah Daerah mengalokasikan dana berbentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik .
Terkait dengan hal ini, Irma Syahfitri (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di provinsi Sumatera Utara. Penelitian terdahulu ini memiliki keterbatasan penelitian dimana variabel independen yang digunakan kurang spesifik dan sampel hanya berjumlah 11 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Selain itu penelitian ini juga hanya dilakukan pada periode 2004-2006. Oleh karena keterbatasan penelitian terdahulu tersebut, saya selaku peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian replikasi yang
(20)
berjudul Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. apakah Pajak Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,
2. apakah Retribusi Daerah berpengaruh secara parsial terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?,
3. apakah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap pengalokasian Belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara,
2. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara,
(21)
3. untuk menguji dan mengetahui pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. bagi peneliti untuk menambah dan mengembangkan wawasan peneliti khususnya mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal,
2. bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan sumbangan informasi dalam hal pengelolaan keuangan daerah berupa pajak daerah, retribusi daerah, serta pengaruhnya terhadap pengalokasian belanja modal sehingga Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan potensi daerah dengan optimal,
3. bagi pihak lain sebagai bahan referensi bagi calon peneliti berikutnya khususnya yang berminat melakukan penelitian mengenai pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pengalokasian belanja modal sehingga hasilnya lebih baik.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi hasil pajak dan bukan pajak.
b. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari :
1) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut Siahaan (2005:7),
(23)
pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan.
Menurut Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang dimaksud pajak daerah adalah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu : a) Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 yakni :
(1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air,
(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
(24)
b) Pajak Kabupaten / Kota
Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain : (1) Pajak Hotel,
(2) Pajak Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame,
(5) Pajak Penerangan Jalan,
(6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C, (7) Pajak Parkir.
2) Retribusi daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :
a) Retribusi Jasa Umum, b) Retribusi Jasa Usaha,
c) Retribusi Perizinan Tertentu.
3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan
Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
(25)
b) Bagian Laba Lembaga Keuangan Daerah, c) Bagian Laba Lembaga Keuangan Non bank, d) Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, b) Penerimaan jasa Giro,
c) Penerimaan bunga deposito,
d) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
e) Penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah.
2. Pajak Daerah a. Pajak Provinsi
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air yaitu semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, teermasuk alat-alat besar yang bergerak.
(26)
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas bahan baker yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan baker yang digunakan untuk kendaraan diatas air.
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan untuk orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat.
Tarif Pajak Provinsi adalah :
1) pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5%,
2) bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10%, 3) pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%,
4) pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Tanah 20%.
(27)
b. Pajak kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel yaitu bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau beristirahat, memperoleh pelayanan dan/atau yang fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2) Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran, yaitu tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai kopi , kedai mie, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiskotik dan berkaraoke, usaha jasa katering dan usaha jasa boga.
3) Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelengaraan hiburan, yaitu semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran tidak termasuk pengangguran fasilitas untuk berolahraga.
4) Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa, atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum
(28)
kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.
5) Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C
Pajak Pengambilan Bahan Galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7) Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Tarif Pajak Kabupaten/Kota adalah : 1) pajak hotel 10%,
(29)
2) pajak restoran 10%, 3) pajak hiburan 35%, 4) pajak reklame 25%,
5) pajak penerangan jalan 10%,
6) pajak pengambilan bahan galian golongan C 20%, 7) pajak parkir 20%.
3. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu :
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang pribadi atau badan.
Jenis Retribusi Jasa Umum : 1) pelayanan Kesehatan,
2) pelayaran Persampahan/Kebersihan,
3) penggantian Biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil, 4) pelayanan pemakaman dan penguburan mayat.
5) Pelayanan Parkir di tepi jalan 6) Pelayanan Pasar
7) Pengujian Kendaraan Bermotor 8) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
(30)
9) Penggantian biaya cetak peta 10) Pengujian Kapal Perikanan
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial meliputi pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan swasta karena pada dasarnya dapat pula disediakan pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha : 1) Pemakaian Kekayaan Daerah, 2) Pasar Grosir/Pertokoan, 3) Tempat Pelelangan, 4) Terminal,
5) Tempat Khusus Parkir,
6) Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa, 7) Penyedotan Kaskus,
8) Rumah Potong Hewan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan
(31)
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana ataupun fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu : 1) Izin mendirikan bangunan,
2) Izin tempat Penjualan minuman Beralkohol, 3) Izin gangguan,
4) Izin Trayek.
4. Belanja Modal
a. Pengertian Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja modal dibagi menjadi :
1) belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans,
2) Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas,
(32)
Menurut Halim (2004:73), “belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain belanja modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
b. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu: 1) Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai,
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/pernggantian/ dan peningkatan kapasitas
(33)
peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai,
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai,
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai,
5) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan / pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang
(34)
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil
1. Irma Syahfitri (2008) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten
/Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara Indepen : 1.Pertumbuhan ekonomi 2.Pendapatan Asli Daerah (PAD) 3.Dana Alokasi Umum (DAU) Dependen : 1.Belanja Modal
1. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal sedangkan Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh signifikan negative terhadap Belanja Modal.
2. Secara simultan pertumbuhan ekonomi,,
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. 2. Anton Dwi Handoko (2009) Pengaruh pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah terhadap peningkatan
Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Independen : 1.Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dependen : 1.Belanja Modal Pertumbuhan PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap peningkatan belanja modal
(35)
Utara 3. Abdullah
Syukriy (2006)
Studi atas Belanja
Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dari Sumber pendapatan Independen 1.Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dependen : 1.Belanja Modal Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah.
1. Pada penelitian ini memiliki dua variabel baru yaitu Pajak daerah dan Retribusi Daerah yang juga merupakan komponen dari Pendapatan Asli Daerah. Disini peneliti ingin menguji apakah variabel ini juga berpengaruh terhadap Belanja Modal.
2. Sampel penelitian pada penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya, sampel yang digunakan sebanyak 12 kabupaten/kota, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 19 kabupaten/kota.
3. Tahun penelitian pada penelitian ini lebih banyak daripada penelitian sebelumnya yang memiliki objek serupa. Pada penelitian sebelumnya tahun yang digunakan untuk penelitian mulai dari tahun 2004-2007, sedangkan pada penelitian ini, peneliti menambah tahun penelitian dari tahun 2005-2008.
(36)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dalam menggali sumber keuangan sendiri dalam membiayai sendiri segala kegiatan daerahnya. Sumber penerimaan keuangan yang mmemberikan kontribusi terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah yaitu : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah itu sendiri bersumber dari masyarakat dan sudah selayaknya Pemerintah Daerah mengalokasikannya dalam bentuk belanja modal untuk mendukung kegiatan pemerintah, memfasilitasi, kegiatan perekonomian masyarakat dalam bentuk sarana maupun prasarana untuk pelayanan publik lainnya sebagai tujuan meningkatkan kualitas layanan publik.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Retribusi Daerah (X2)
Belanja Modal Pajak Daerah
(37)
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1 : Pajak Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.
H2 : Retribusi Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian Belanja Modal.
H3 : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berpengaruh secara simultan terhadap pengalokasian Belanja Modal.
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat. Menurut Umar (2003:30) “Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antara variabel riset, atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Rochaety (2009:63) “ Populasi : sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terdapat di Sumatera Utara pada tahun 2005-2008. Jumlah populasi adalah 33 Kabupaten/Kota yang terbagi atas 25 Kabupaten dan 8 Kota yang ada di Sumatera Utara.
Tabel 3.1
Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kabupaten Asahan Kabupaten Batubara Kabupaten Dairi Kabupaten Deli serdang
Kabupaten Humbang Hasundutan Kabupaten Karo
Kabupaten Labuhan Batu
Kabupaten Labuhan Batu Selatan Kabupaten Labuhan Batu Utara Kabupaten Langkat
Kabupaten Mandailing Natal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kota Binjai
Kota Gunung Sitoli Kota Medan
Kota Padang Sidempuan Kota Pematang Siantar Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi
(39)
12. 13. 14. 15 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Kabupaten Nias Kanupaten Nias Barat Kabupaten Nias Selatan Kabupaten Nias Utara Kabupaten Padang Lawas Kabupaten Padang Lawas Utara Kabupaten Pakpak Barat
Kabupaten Samosir
Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
Menurut Rochaety (2009:63) “Sampel : sebagian dari unit-unit populasi yang diperoleh melalui sampling tertentu”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel karena memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti.
Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan keuangan nya secara konsisten dari tahun 2005-2008,
2. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak merupakan daerah pemekaran selama tahun 2005-2008.
Berdasarkan kriteria diatas, maka Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 19 kabupaten/kota yang terdiri dari 13 kabupaten dan 6 kota yang dapat dilihat pada lampiran (i).
(40)
Tabel 3.2
Daftar Sampel Pemerintahan Kabupaten / Kota di Sumatera Utara
No Pemerintah Kabupaten No Pemerintah Kota 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kabupaten Asahan Kabupaten Dairi
Kabupaten Deli serdang Kabupaten Toba samosir Kabupaten Tapanuli selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Nias
Kabupaten Karo
Kabupaten Mandailing natal Kabupaten Simalungun Kabupaten Langkat Kabupaten Labuhan Batu
1. 2. 3. 4. 5. 6. Kota Binjai Kota Medan
Kota Pematang Siantar Kota Tanjung Balai Kota Tebing Tinggi Kota Sibolga
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan data time series. Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang terdapat dalam beberapa internal waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.
(41)
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu internet. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data-data dari Laporan Realisasi Penerimaan dan Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota sejak tahun 2005-2008 dengan bersumber dari laporan Realisasi Pendapatan Asli Daerah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. variabel independen atau bebas (X)
Menurut Umar (2003:50), “Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”.
2. variabel dependen atau terikat (Y)
Menurut Umar (2003:50), “Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen”.
Tabel 3.3
Defenisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Nama Variabel Definisi
Independen (X1) Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/ kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD.
Independen (X2) Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
(42)
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Dependen (Y) Belanja Modal Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan bantuan program Software SPSS for windows 16.0. Adapun tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengujian asumsi klasik
Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati data normal. Jika terdapat data yang terdistribusi secara tidak normal
(43)
maka uji statistik t dan F tidak dapat diterapkan. Pengujian tentang normal atau tidaknya suatu data dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik untuk melihat distribusi normal dapat dilihat dengan grafik histogram dan grafik normal Probability-Plot. Sedangkan dengan uji statistik dapat dilakukan dengan uji non parametric Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Jika variabel bebas (independen) saling berkolerasi, maka variabel-variabel tidak orthogonal. Variabel Orthogonal adalah adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam suatu model regresi adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolonieritas VIF =1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolonieritas. Jika lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antarvariabel independen sehingga terjadi multikolonieritas.
(44)
3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-square diatas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dimodel terkena multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastistas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedasitas (Homoskedastisitas). Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas :
1) melihat Grafik Plot, 2) uji Park,
3) uji Glejser, 4) uji White.
Kebanyakan data crosssection mengandung situasi Heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
(45)
masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke obsertvasi berikutnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi seorang individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana (single regression) dan analisis regresi berganda (multiple regressions). Hipotesis pertama (H1) dan hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan model regresi linear sederhana untuk melihat pengaruh masing-masing variabel yaitu pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal secara terpisah sedangkan Hipotesis ketiga dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat pengaruh seluruh variabel secara serentak. Hipotesis ini juga dapat dianalisis dengan melakukan uji:
a. Uji statistik “t” atau uji signifikan parameter individual, untuk menunjukkan seberapah jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Pengujian hipotesis pertama (H1) dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan:
(46)
Y = a + b1X1 + e
Pengujian hipotesis kedua (H2) dianalisis dengan regresi sederhana untuk melihat pengaruh variabel retribusi daerah terhadap belanja modal secara parsial yang dapat digambarkan dengan persamaan :
Y = a + b2X2 + e
b. Uji statistik “F” atau uji signifikansi simultan ; untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian hipotesis ketiga dianalisis dengan regresi berganda untuk melihat pengaruh varibel pajak daerah dan retribusi daerah secara simultan terhadap belanja modal yang digambarkan dengan persamaan :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Belanja Modal
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien regresi variabel X1,X2
X1 = Pajak Daerah
X2 = Retribusi daerah
(47)
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Pengajuan Judul 2 Pengumpulan Data
3 Penyelesaian Proposal 4 Seminar Proposal
5 Pengolahan dan analisis data
(48)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Pulau Sumatera yang berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1°-4° Lintang Utara dan 98°-100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut :
Utara : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Selat Malaka, Selatan : berbatasan dengan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Samudera
Indonesia,
Barat : berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Samudera Indonesia,
Timur : berbatasan dengan Selat Malaka.
Berbatasan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu :
1. pantai barat ( Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias),
2. daratan tinggi (Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi),
3. pantai timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu).
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di Kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatera sesaat Indonesia merdeka
(49)
pada tahun 1945. Pada Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2 dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan berbagai aliran keperayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk 2000, penduduk Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa (seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia) dengan pertumbuhan 1,20 % per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk.
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus terlebih dahulu memperhatikan data kabupaten/kota yang telah ditentukan sebagai sampel. Adapun kabupaten/kota yang terpilih menjadi sampel penelitian berdasarkan pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebanyak 19 sampel untuk setiap tahunnya. Kabupaten/Kota yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran (i).
(50)
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standard deviasi data yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Belanja Modal 76 10708482 413093932 113172619.96 83000232.880 Pajak Daerah 76 1298681 197114410 16985017.14 40810852.142 Retribusi
Daerah 76 917305 141054830 11421625.74 27910736.928 Valid N
(listwise) 76
Dalam ribuan rupiah
Sumber: Hasil Olah Data SPSS (lampiran iii)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa (dalam ribuan rupiah) : a. Rata-rata dari belanja modal adalah 113172619.96 dengan standard deviasi
83000232.880 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai belanja modal (Y) tertinggi adalah 413093932 dan nilai belanja modal terendah adalah 10708482,
b. Rata-rata dari pajak daerah adalah 16985017.14 dengan standard deviasi 40810852.142 dan jumlah data yang ada adalah 76. Nilai pajak daerah (X1) tertinggi adalah 197114410 dan nilai pajak daerah terendah adalah 1298681, c. Rata-rata dari retribusi daerah adalah 11421625.74 dengan standard deviasi
(51)
(X2) tertinggi adalah adalah 141054830 dan nilai retribusi daerah terendah adalah 917305.
2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik.
1) Analisis Grafik
Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, ditunjukkan sebagai berikut :
(52)
Hasil uji normalitas diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram terebut memberikan pola distribusi data megikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut adalah normal.
Gambar 4.2
Normal P-Plot sebelum transformasi data
Berdasarkan pada gambar 4.2, Ghozali (2005) menyatakan bahwa “jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya”. Dari hasil uji normalitas diatas, dengan menggunakan grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan
(53)
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
2) Uji statistik
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
H0 diterima apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Adapun hasil pengujian terdapat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebelum transformasi data
Unstandardized Residual
N 76
Mean .0000000
Normal Parametersa
Std. Deviation 64934374.06367595
Absolute .103
Positive .103
Most Extreme Differences
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .900
Asymp. Sig. (2-tailed) .392
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)
Hasil analisis metode one Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,90 dan tidak signifikan pada 0,05 (karena Asymp. Sig (2 tailed) 0.392 > dari 0,05) jadi kita tidak dapat menolak H0
(54)
yang mengatakan bahwa residual terdistibusi secara normal atau dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.
Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik diatas menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, namun pada saat melakukan uji multikoloniearitas, hasilnya mengindikasikan telah terjadi multikolinearitas pada model regresi, sehingga dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan melakukan transformasi seluruh variabel penelitian kedalam fungsi Logaritma Natural (Ln). Hasil pengujian data ulang menghasilkan :
1) Analisis grafik
Gambar 4.3
(55)
Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data diatas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram diatas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng kanan atau bisa disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Gambar 4.4
Normal P-Plot setelah transformasi data
Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik P-Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi setelah ditransformasi ke dalam bentuk Logaritma Natural juga terdistribusi normal.
(56)
2) Uji Statistik
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah transformasi data
Unstandardiz ed Residual
N 76
Mean .0000000
Normal Parametersa
Std. Deviation .65132621
Absolute .105
Positive .090
Most Extreme Differences
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .915
Asymp. Sig. (2-tailed) .372
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Hasil análisis metode One Sample Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.915 dan tidak signifikan pada 0,05 {karena Asymp.Sig. (2tailed 0.372 > dari 0.05)}. Kita tidak dapat menolak H0 yang mengatakan data residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Menurut Ghozali (2005) “adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas.
(57)
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas sebelum transformasi Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardi zed Coefficien
ts
Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant)
9.181E7 8185861.
192 11.216 .000
Pajak
Daerah 1.891 .922 .930 2.051 .044 .041 24.523 1
Retribusi
Daerah -.942 1.348 -.317 -.699 .487 .041 24.523
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iii)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance pajak daerah (X1), retribusi daerah (X2) > 0,10 dan VIF nya > 10. Hasil Pengujian ini mengindikasikan bahwa terjadi multikolonieritas diantara variabel independen dalam penelitian. Tindakan perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan salah satu dari beberapa cara yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi Logaritma Natural (LN), sehingga data pajak daerah dan retribusi daerah menjadi LN_pajak daerah atau LN(X1) dan LN_retribusi daerah atau LN(X2).
(58)
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas setelah transformasi Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardiz ed Coefficient
s
Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Consta
nt) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025 .224 4.460
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803 .224 4.460
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance LN_pajak daerah LN(X1), LN_retribusi daerah LN(X2) > 0,10 dan VIFnya < 10. Pengujian ini mengindikasikan tidak terjadi multikolonieritas diantara variabel independen dalam penelitian.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Grafik scatterplot digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam penelitian terjadi heterokedastisitas. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika :
1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar angka 0, 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja,
(59)
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini :
Gambar 4.5 Uji Heterokedastisitas
Gambar scatterplot diatas memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar scatterplot ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen (belanja
(60)
modal) berdasarkan masukan variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu (t) dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .528a .279 .260 .66019 .489
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Prof.Singgih sebagai berikut :
1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 , berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
(61)
Pada bagian model summary, hasil pengujian diatas terlihat bahwa angka D-W sebesar +0,489 (-2<0,489<+2) karena angka D-W diantara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi.
3. Analisis Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, beberapa tahapan dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk variabel pajak daerah dan retribusi daerah adalah (dalam ribuan rupiah)
(62)
Y = 12.215 + 0.334 X1 + 0.057 X2
Dimana :
Y = Logaritma Natural Realisasi Belanja Modal X1 = Logaritma Natural Realisasi Pajak Daerah
X2 = Logaritma Natural Realisasi Retribusi Daerah
Interpretasi dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah :
a. Konstanta (a) sebesar 12.215, menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai belanja modal adalah sebesar 12.215
b. Koefisien X1 (b1) = 0.334, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi
perubahan variabel pajak daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0,334 atau 33,4% dengan asumsi variabel lainnnya konstan
c. Koefisien X2 (b2) = 0.057, ini menunjukkan bahwa apabila terjadi
perubahan retribusi daerah sebesar 1% maka akan menaikkan belanja modal sebesar 0,057 atau 5,7 % dengan asumsi variabel lainnya konstan.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada tabel berikut :
(63)
Tabel 4.8 Uji Statistik t Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803
a. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis tersebut adalah sebagai berikut:
a. pajak daerah (LN_X1) mempunyai nilai signifikansi 0.025 yang berarti nilai ini lebih kecil dari 0.05, sedangkan nilai t hitung 2.295 > t tabel 1,992997.
{t-tabel = (α,0.05 ; df, 73 = 1,992997)}. Berdasarkan kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa H0 ditolak, ini menunjukkan bahwa secara parsial pajak
daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal,
b. retribusi daerah (LN_X2) mempunyai nilai signifikansi 0.803 yang jauh lebih besar dari 0.05, dan nilai t hitung 0.250 < t tabel 1,992997 {t-tabel = (α,0.05 ; df,
73 = 1,992997). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi daerah secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja modal.
b. Uji Simultan (Uji F)
Menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah secara bersama terhadap belanja modal digunakan uji statistik F, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(64)
Tabel 4.9 Uji Statistik F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 12.329 2 6.165 14.144 .000a
Residual 31.817 73 .436
1
Total 44.146 75
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, bahwa nilai F hitung adalah 14.144, dengan tingkat signifikansi 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen, LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap LN_Y (belanja modal). Hasil analisis ini diperkuat dengan membandingkan antara nilai F hitung 14.144 yang jauh lebih besar dari F tabel
3,122103, dimana F tabel dihitung dengan menggunakan fungsi FINV pada
microsoft office excel {(α=0,05:2:73)=3.122103}.
C. Pembahasan hasil analisis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Pengujian uji kesesuaian dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari satu variabel maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted
(65)
R Square yang diperoleh dari hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Uji Kelayakan Model
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .528a
.279 .260 .66019
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 16 (Lampiran iv)
Berdasarkan model uji kelayakan diatas, angka R sebesar 0.528 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara LN_Y (belanja modal) dengan LN_X1 (pajak daerah) dan LN_X2 (retribusi daerah) erat yaitu sebesar 52,80% berada diatas 0,5 (50%). Angka R square atau koefisien determinasi adalah 0.279. Angka ini mengindikasikan bahwa 27,90% variasi atau perubahan dalam LN_ belanja modal dapat dijelaskan oleh variasi variabel LN_ pajak daerah dan LN_retribusi daerah, sedangkan sisanya sebesar 72,10 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam metode penelitian.
Berdasarkan hasil uji F sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen belanja modal, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi F (0.000) < 0.05 dan F hitung 14.144 > F tabel 3,122103.
(66)
Hasil pengujian variabel penelitian secara parsial, didapati bahwa variabel independen, yaitu pajak daerah berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen yaitu belanja modal. Hal ini sesuai dengan nilai signifikansi t untuk variabel pajak daerah yang lebih kecil dari 0.05 . Nilai signifikansi ini didukung dengan nilai t hitung 2.295 > t tabel 1,992997. Variabel retribusi daerah berpengaruh tetapi tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan nilai signifikansi untuk retribusi daerah yang lebih besar dari 0.05.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif, seperti belanja barang dan jasa aparatur daerah, serta belanja pemeliharaan.
Saragih (2003) menyatakan bahwa “pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan”. Penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak digunakan untuk program-program pelayanan publik, hal ini menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja pemerintah daerah untuk berbagai kepentingan publik.
Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini pada gilirannya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
(67)
beragam pula. Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Irma Syahfitri (2008) yang menyimpulkan bahwa hasil regresi berganda menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara DAU, PAD, dan Pendapatan lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah di Kabuapen/Kota di Sumatera Utara. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Syukri yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah tidak mempunyai pengaruh terhadap Belanja Modal .
Pajak daerah memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.344. Hal ini mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah) maka perubahan variabel pajak daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja modal 0.315 atau 31,50%. Retribusi Daerah memiliki koefisian regresi bertanda positf sebesar 0,039. hal ini mengandung arti bahwa apabila nilai koefisien regresi variabel lainnya tetap (tidak berubah) maka perubahan variabel retribusi daerah sebesar 1% akan menaikkan belanja modal sebesar 0.039 atau 3,9%.
(68)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan pengujian regresi berganda dapat diperoleh :
1. secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal, sementara Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pajak Daerah memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap Belanja Modal. 2. secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Belanja Modal. 3. angka R square atau koefisien determinasi adalah 0.315. Hal ini berarti
bahwa 27,90% variasi atau perubahan dari Pajak Daerah dan Retribusi daerah, sedangkan sisanya sebesar 72,10 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memilki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan – keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
(69)
1. sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kabupaten/kota tertentu yang memiliki ketersediaan data, yaitu 19 pemerintahan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk pemerintahan kabupaten/kota yag menjadi sampel penelitian sehingga belum dapat digeneralisasi untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
2 penelitian hanya mengambil dua variabel independen sehingga hasil penelitian ini belum dapat menjelaskan semua variabel yang mempengaruhi belanja modal
3. tahun penelitian hanya terbatas pada 4 (empat) tahun saja, yaitu periode 2005-2008.
C. Saran
1. Penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperbanyak kabupaten/kota yang akan di uji, sehingga akan diperoleh sampel yang banyak dan hasil yang lebih akurat. Selain memperbanyak sampel kabupaten/kota di luar Sumatera Utara.
2. Peneliti menyarankan untuk mengambil jangka waktu yang lebih lama untuk diteliti.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih banyak menggunakan variabel independen dalam penelitian.
4. Bagi pemerintah daerah agar lebih meningkatkan sumber-sumber penerimaan PAD, sehingga nantinya memperbesar alokasi belanja modal.
(70)
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar,Arif dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Baswir, Revrisond, 2000. Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Cetakan ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik : suatu pengantar, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.
Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : untuk Akuntansi dan Manajemen, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Gade, Muhammad, 2000. Akuntansi Pemerintahan, Cetakan keenam, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul, 2008. Akuntansi Keuangan Daerah, Cetakan ketiga, Salemba Empat, Jakarta.
Handoko, Anton Dwi, 2009. Pengaruh pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah terhadap peningkatan belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kurniawan, Panca dan Agus Purwanto, 2002. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Mardiasmo, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Edisi II, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Renyowijoyo, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik ; organisasi non laba, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Nordiawan, Deddy, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Cetakan kedua, Salemba Empat, Jakarta.
Samudra, Azhari, 2005. Perpajakan di Indonesia : Keuangan, Pajak, dan Retribusi, Necca Mitra Utama, Jakarta.
(71)
Santoso, Singgih, 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Computindo, Jakarta
Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Siahaan, Marihot P, 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung.
Syahfitri, Irma, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten / Kota di Propinsi Sumatera Utara, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Syukriy, Abdullah dan Halim. Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dari Sumber pendapatan, Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol 2, No. 2, November 2006
Umar, Husein, 2003, Metode Riset akuntansi Terapan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.
__________ , 2000, Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
__________ , 2005, Standar Akuntansi Pemerintahan, Cetakan Pertama, Pustaka Pergaulan, Jakarta
(72)
Lampiran i
Daftar Sampel Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
KRITERIA
NO. NAMA KABUPATEN/KOTA
1 2
SAMPEL
1 Kota Binjai Sampel 1
2. Kota Medan Sampel 2
3. Kota Sibolga Sampel 3
4. Kota Padang Sidempuan x x -
5. Kota Tebing Tinggi Sampel 4
6. Kota Tanjung Balai Sampel 5
7. Kota Pematang Siantar Sampel 6
8. Kota Gunung Sitoli x x -
9. Kabupaten Humbang Hasundutan x x -
10. Kabupaten Toba Samosir Sampel 7
11. Kabupaten Tapanuli Selatan Sampel 8
12. Kabupaten Tapanuli Tengah Sampel 9
13. Kabupaten Batubara x x -
14. Kabupaten Pakpak barat x x -
15. Kabupaten Tapanuli Utara Sampel 10
16. Kabupaten Nias Selatan x x -
17. Kabupaten Deli Serdang Sampel 11
18. Kabupaten Karo Sampel 12
19. Kabupaten Serdang Bedagai x x -
20. Kabupaten Labuhan Batu Sampel 13
21. Kabupaten Nias Sampel 14
22. Kabupaten Langkat Sampel 15
23. Kabupaten Mandailing Natal Sampel 16
24. Kabupaten Samosir x x -
25. Kabupaten Simalungun Sampel 17
26. Kabupaten Dairi Sampel 18
27. Kabupaten Angkola Sipirok x x -
28. Kabupaten Padang Lawas x x -
29. Kabupaten Padang Lawas Utara x x -
30. Kabupaten Nias Utara x x -
31. Kabupaten Labuhan Batu Utara x x -
32. Kabupaten Labuhan Batu Selatan x x -
33. Kabupaten Asahan Sampel 19
(1)
(2)
(3)
Lampiran iv
Hasil Uji Regresi Berganda Setelah Transformasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .528a .279 .260 .66019 .489
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 12.329 2 6.165 14.144 .000a
Residual 31.817 73 .436
1
Total 44.146 75
a. Predictors: (Constant), Ln_X2, Ln_X1 b. Dependent Variable: Ln_Y
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 12.769 1.151 11.091 .000
Ln_X1 .315 .137 .482 2.295 .025 .224 4.460
1
Ln_X2 .039 .158 .053 .250 .803 .224 4.460
a. Dependent Variable: Ln_Y
(4)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 76
Mean .0000000
Normal Parametersa
Std. Deviation .65132621
Absolute .105
Positive .090
Most Extreme Differences
Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .915
Asymp. Sig. (2-tailed) .372
(5)
(6)