Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim In

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik

http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i...

Adm in koran sulindo

W asisto Raharjo Jati/ YUK

Ko ran Su lin d o – Penulis buku “Politik Kelas Menengah Muslim Indonesia” ini
m asih m uda. Wasisto Raharjo J ati (27) yang kini bekerja di LIPI adalah lulusan
Ilm u Pem erintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada. Apa yang berbeda dari kelas
m enengah m uslim ? Apakah kekuatan politik m ereka m eningkat? Berikut nukilan
percakapannya:
Me n gap a ke las m e n e n gah m u s lim ?
Kalau m elihat konteks kekinian, kelas m enengah dipandang sebagai agen
perubahan, yakni diletakkan sebagai pem bawa arus dem okratisasi dan lain
sebagainya.
Nam un yang m enarik, adalah ketika kita m em baca konteks kelas m enengah
m uslim ini agak berbeda dengan konteks kelas m enengah pada um um nya.
Pe rbe d aan n ya?
Pertam a, m ereka lahir dari alienasi negara terhadap um at Islam . Kedua, m ereka

m engedepankan nilai Islam sebagai bentuk identitas politik m ereka. Ketiga,
m ereka berusaha untuk m em bentuk kom unitas-kom unitas kecil berdasarkan
pem aham an Islam m asing-m asing. Nah ketiga hal inilah yang m em buat saya
tertarik m elihat konteks kelas m enengah m uslim ini dalam kekinian. Satu lain hal

1 of 4

12/2/2017, 1:28 PM

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik

http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i...

lagi, berbagai m acam produk literasi yang m engangkat kelas m enengah m uslim
ini m asih m inim . Yang saya lihat kelas m enengah ini m asih sebagai pem anis
dalam setiap laporan ilm iah.
Saya m elihat kelas m enengah m uslim ini sangat m ultivarian. Banyak sekali
kelom pok-kelom pok. Kelas m enengah m uslim terbagi atas pem aham an Ideologi,
teologi dan afiliasi. Ketiga hal inilah yang m enjadi poin penting dalam konteks
kelas m enengah Muslim .

Kalau kita m elihat dalam konteks ideologi, m aka kita bisa m elihat dari berbagai
m acam ajaran seperti Salafi, Wahabi, Aswaja dan lain sebagainya. Saya m elihat
bahwa sebenarnya konteks kelas m enengah Muslim itu tim bul karena linear
dengan pem aham an yang itu terbangun dalam ideologi tersebut. Kita tahu
konteks J am iah itu m enjadi poin penting dalam m elihat kelas m enengah Muslim
dalam tataran ideologis, yang itu ada tarekatnya dan yang tersam bung satu sam a
lain.
Sedang kelas m enengah Muslim yang terkait teologis, m aka kita bisa m elihat
berbagai bentuk kelom pok-kelom pok seperti Nagsabandiyah, Qodriyah dan lainlainnya. Sem entara kelas m enengah yang terafiliasi kita bisa m elihat dalam
konteks NU, Muham m adiyah, FPI dan lain sebagainya.
Konteks itulah yang m endasari kelas m enengah Muslim itu tim bul dan tum buh.
Man a yan g le bih d o m in an ?
Ternyata ada kontestasi di dalam nya. Artinya, ketika m em baca kelas m enengah
dalam tataran praksis, m ereka satu sam a lain bersaing dalam m em perebutkan
pengaruh dalam m enghim pun um at. Hal ini karena terikat dengan m asalah
eksistensi dan juga presentasi. Oleh karena itu kem udian banyak sekali m uncul
ekspresi Islam yang berm acam -m acam seperti ada Islam pluralis, Islam m oderat
dan lain sebagainya. Ini bukan kem udian siapa yang benar atau siapa yang salah,
tapi ini persoalan siapa yang eksis dan tum buh. Ini yang m enjadi m asalah utam a.
J adi, poin yang ingin saya katakan adalah rekognisi m enjadi kata m enarik dalam

m elihat kelas m enengah Muslim dalam m em aham i Islam , dan juga itu
term anifestasikan dalam bentuk representasi bagaim anakah m enghubungkan
dengan um at.
Contohnya bisa kita lihat dalam kontestasi antara NU, Muham m adiyah dan FPI.
Di situ kita bisa m elihat bahwa ada berbagai m acam bentuk “persaingan”, m isal
dalam m em aham i Islam . Nam un yang m enarik, organisasi Islam yang selam a ini
tum buh di era m asa lalu, m alah m eredup. Kalah dengan organisasi Islam kekinian
yang berbasis dengan Majelis Taklim atau forum seperti FPI atau FBR. Mereka ini
berhasil m enyodorkan solusi apa yang dibutuhkan saat ini dibanding dengan NU
2 of 4

12/2/2017, 1:28 PM

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik

http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i...

ataupun Muham m adiyah yang kini m asih dalam trek ideologis.

Pe ran m e re ka d i d u n ia p e rp o litikan ?

Di sini bisa terlihat ada 2 scope, yakni kelom pok penekan dan kelom pok
kepentingan. Kalau kelom pok kepentingan bisa dilihat dengan adanya berbagai
m acam isu atau kebutuhan m ereka yang didesakkan pada negara. Misalnya ingin
layanan edukasi, m aka m ereka berusaha m endesak negara untuk diberi akses.
Sedangkan kelom pok penekan berupaya sam pai tataran sistem atau ideologi
negara. Hal ini dilakukan karena m ereka lebih condong ke arah ideal. J adi
pem aham an ideal m ereka itulah yang benar, dan apa yang m enjadi konsep negara
adalah salah.
So al ke lo m po k p e n e kan , m e n gapa tak be rgabu n g d e n gan p artai
p o litik?
Parpol itu kan hanya bergerak ketika ada pem ilu saja. J adi kantor partai hanya
ram ai saat pem ilu. Selebihnya kantor sepi. Sem entara itu apa yang ditawarkan
oleh parpol oleh um at itu apa? J adi ada gap antara parpol Islam dengan um at
Islam . Kelas m enengah Muslim itu tidak punya akses ke parpol, dem ikian pula
parpol tak punya akses ke um at. Parpol dipandang elitis. Bahasa politik kelas
m enengah Muslim itu bukan m asalah anggaran atau kekuasaan, tapi kebutuhan
riil yang m ereka hadapi keseharian seperti banjir, m acet dan lain-lain.

3 of 4


12/2/2017, 1:28 PM

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik

http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i...

So al Pilkad a D KI, ap akah in i m e n u n ju kkan ke las m e n e n gah Mu s lim
te n gah m e n gge liat?
Munculnya gerakan 411, 212, dan lain sebagainya itu hanyalah m onentum . Nam un
hal ini kem udian m eredup dengan sendirinya. Sebenarnya pem aham an Islam di
kalangan kelas m enengah ini m asih bersifat sim bolik (pakaian putih, gam is,
tasbih, m elaksanakan sholat di jalan, dan lain sebagainya), taktikal, dan belum
substantial. Maka kalau kita m elihat m unculnya gerakan-gerakan itu dikotom is,
seperti Ahok dan Anti Ahok, kafir dan bukan kafir, dan lain sebagainya. Ini kan
m asalah sim bol. Sebetulnya pula um at Muslim tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Mereka hanya dipanas-panasi, bangkit yang lantas dem o. Mereka itu
hanya follower. J adi yang ingin saya sam paikan hal itu sifatnya hanya m om entum
dan sim bolnya tepat. Dan kalau kita lihat m om entum dan sim bolnya sudah tak
ada lagi. Yang m asih bertahan adalah m asalah pem ilu.
Ad a ke lo m po k p e n e kan yan g m e n gin gin kan n e gara be rd as arkan

agam a
Negara kita kan negara berketuhanan. Agam a itu kan m asalah profan. Seringkali
kita m encam puradukkan keduanya, yakni agam a dan politik yang ujung-ujungnya
pada soal uhrowi dan duniawi. Itu yang kita lihat ada hilang hari-hari ini. Agam a
jadi alat intim idasi pada politik. Misalnya penistaan diancam pasal-pasal atau
ayat-ayat tertentu. Itu m em ang bagus, nam un dalam konteks diri atau pribadi,
bukan dalam konteks politik.
Ketika agam a sudah m asuk ke politik, m aka itu sudah m engotori agam a. Kenapa,
karena negara kita bukan berdasarkan agam a tapi berketuhanan.
Bagaim an a p e ran u lam a?
Ulam a sekarang ini banyak yang terseret di bidang politik. Sem estinya m ereka
lebih berperan sebagai perantara atau jem batan kultural, yang m enjadi problem
solver um at. Maka tak heran bila sekarang ini subur da’i selebritis, karena m ereka
berhasil m enyodorkan solusi yang dihadapi um at. [YUK]
Post Views: 752

4 of 4

12/2/2017, 1:28 PM