Dampak sosila ekonomi bisnis p1

NAMA : JAJANG RODIAN
JURUSAN : S1 AKUNTANSI

DAMPAK SOSIAL EKONOMI BISNIS

PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG
A.KAJIAN HUKUM
1.1 PERATURAN MENTRI PERDAGANGAN (PERMENDAG)
Minimarket, dalam peraturan perundang-undangan termasuk dalam pengertian “Toko
Modern”. Peraturan mengenai toko modern diatur dalamPerpres No. 112 Tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern (“Perpres 112/2007”). Pengertian toko modern menurut Pasal 1 angka 5 Perpres
112/2007adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir
yang berbentuk Perkulakan. Setiap toko modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi
mayarakat sekitar serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional yang telah ada (Pasal
4 ayat (1) Perpres 112/2007).
Mengenai jarak antar-minimarket dengan pasar tradisional yang saling berdekatan, hal tersebut
berkaitan dengan masalah perizinan pendirian toko modern (minimarket).
Mengenai persyaratan untuk mendapatkan IUTM, Anda dapat simak dalamartikel Prosedur
Mendirikan Toko Ritel Tradisional dan Ritel Modern

Dalam Pasal 3 Perpres 112/2007, disebutkan bahwa luas bangunan untuk minimarket adalah
kurang dari 400m2 . Lokasi pendirian dari Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
Ketentuan yang menyebut untuk memperhatikan jarak diatur untuk toko modern
kategori Hypermarket saja, sedangkan pengaturan lokasi untuk minimarket tidak disebutkan.
Pengaturan lokasi minimarket dalam Pasal 5 ayat (4) Perpres 112/2007disebutkan
bahwa minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan
jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam
kota/perkotaan. Artinya, minimarket bisa membukai gerai hingga ke wilayah pemukiman warga.

Kemudian, Pasal 3 ayat (9) Permendag 53/2008 menyebutkan kewajiban bagi minimarket yaitu
Pendirian Minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan Pusat
Perbelanjaan atau bangunan lain wajib memperhatikan:
a. Kepadatan penduduk;
b. Perkembangan pemukiman baru;
c. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas);
d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur; dan
e. Keberadaan Pasar Tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil daripada
Minimarket tersebut.
Namun, Permendag 53/2008 tidak mengatur konsekuensi ataupun sanksi apabila kewajiban di

atas dilanggar. Pelaksanaan pengawasan toko modern diserahkan kepada Bupati/Walikota untuk
wilayah Bandung.
1.2 PERATURAN DAERAH (PERDA) KOTA BANDUNG
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2002 Tentang Izin Gangguan dan Izin
Tempat Usaha (Lembaran Daerah Kota BandungTahun 2002 Nomor 27);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 11 Tahun 2005 (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2004 Nomor 03 jo.
Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2005 Nomor 11);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 TentangRenc ana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Bandung sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung
Nomor 03 Tahun 2006 ( Daerah Kota Bandung Tahun 2004 Nomor 02 jo. Lembaran
Daerah Kota Bandung Tahun 2006 Nomor 03);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah
Kota Bandung (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2007 Nomor 08);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung(Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2007 Nomor
13); Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Perusahaan Daerah Pasar
Bermartabat (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2007 Nomor 15);
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan

di Kota Bandung (Lembaran Daerah Kota Bandung Tahun 2008 Nomor 02);Peraturan Daerah
Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2008 Tentang TataCara Pembuatan Peraturan Daerah (Lembaran
Daerah Kota Bandung Tahun 2008 Nomor 05);
Dalam Pasal 19 tentang lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan menyebutkan
(1) Perkulakan hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer
atau arteri sekunder.

(2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan :
a. hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau kolektor; dan
b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
(3) Supermarket dan Departement Store :
a. dilarang berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan
b. dilarang berada pada kawasan pelayanan lingkungan di daerah.
(4) Minimarket dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan
lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di daerah.
(5) Luas gerai minimarket pada sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan
lingkungan (perumahan) maksimal 200 m2 (dua ratus meter persegi); dan
(6) Pasar Tradisional dapat berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.
1.3 PERATURAN WALIKOTA (PERWAL) BANDUNG

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (5), Pasal 26 ayat (5),
Pasal 33 ayat (4) dan Pasal 34 ayat (4) PeraturanDaerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2009
tentang Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, perlu diatur lebih
lanjut mengenai mekanisme pelaksanaan pelayanan perizinan, pelaksanaan kemitraan dengan
usaha kecil dan izin khusus waktu pelayanan pusat perbelanjaan dan/atau took modern;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Walikota Bandung tentang Mekanisme Perizinan, Kemitraan dan Waktu Pelayanan
Pusat Perbelanjaan dan/atau Toko Modern;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan;
2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
4. Undang-Undang
Pasal 3 tentang perizinan pasar tradisional pusat pembelanjaan dan pasar modern meliputi:
a. IUP2T untuk pasar tradisional;
b. IUPP untuk pertokoan, mall, plaza dan pusat perdagangan;
c. IUTM untuk minimarket, supermarket, departement store,hypermarket dan perkulakan.
adapun dalam Pasal 19 tentang kerjasama antar pasar modern dan pasar tradisional diantaranya

(1) Kerjasama usaha dalam bentuk penerimaan pasokan barang dari Pemasok kepada Toko
Modern dilaksanakan dalam prinsip saling menguntungkan, jelas, wajar, berkeadilan dan
transparan.

(2) Toko Modern mengutamakan pasokan barang hasil produksi Usah Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dari Daerah selama barang tersebut memenuhi persyaratan atau standar
yang ditetapkan Toko Modern.
(3) Pemasok barang yang termasuk ke dalam kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil dibebaskan dari
pengenaan biaya administrasi pendaftaran barang.
(4) Kerjasama usaha kemitraan antara UMKM dengan Toko Modern dapat dilakukan dalam
bentuk kerjasama komersial berupa penyediaan tempat usaha/space, pembinaan/pendidikan atau
permodalan atau bentuk kerjasama lain.
(5) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dibuat dalam perjanjian tertulis
dalam bahasa Indonesia berdasarkan hukum Indonesia yang disepakati kedua belah pihak, paling
kurang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak serta cara dan tempat penyelesaian
perselisihan
B. DAMPAK SOSILA EKONOMI BISNIS
2.1 Dampak Positif








Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan perekonomian akan berjalan lebih
lancar dan mampu mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya lapangan pekerjaan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan mengurangi pengangguran.
Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan ekonomi secara langsung
bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan struktur perekonomian
dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi industri, sehingga kegiatan
ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin beragam dan dinamis.
Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM sehingga dalam hal ini,
dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang dengan pesat. Dengan
demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Dampak Negatif


Adanya pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.

Industrialisasi mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.

hilangnya habitat alam baik hayati atau hewani