Pengelolaan Media Pembelajaran di sekola

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran yang berguna mempermudah penyampaian dan
pemahaman suatu pengetahuan yang sulit dipahami dan pengetahuan yang
baru. Media pembelajaran sangat membantu bahkan diperlukan dalam
pembelajaran siswa terutama siswa sekolah dasar, karena pada usia tujuh
sampai sepuluh tahun anak masih dalam tahap belajar hal-hal yang
konkret. Dengan digunakannya media pembelajaran di sekolah dasar guru
akan terbantu sehingga tidak harus berulang kali menjelaskan kepada satu
persatu siswa. Selan guru, siswa akan lebih mudah dalam memahami dan
mengingat pengetahuan yang sulit dipahami dan pengetahuan yang baru.
Penggunaan media pembelajaran menuntut siswa untuk aktif mencari,
menganalisis, dan menyimpulkan sehingga membuat siswa dapat berfikir
rasional dan dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Guru juga dapat
menanamkan kreatifitas kepada siswa dalam proses pembuatan media
pembelajaran yang mereka sukai dan menarik. Selain dampak positif
tersebut, guru harus memperhatikan dampak negatif dari pembuatan
media. Dampak yang akan terjadi pada sekolah, guru, dan siswa.
Pengelolaan media pembelajaran dilakukan sebelum pembelajaran

dilakukan, bahkan sebelum siswa masuk disekolah sebagai siswa tetap.
Maka, dibuat perencanaan pengelolaan medi pembelajaran agar pengadaan
media dapat terorganisir dengan baik. Karena jaman yang semakin modern
dan harga peralatan penunjang pembelajaran semakin mahal sekolah dapat
merencanakan media yang akan digunakan dan anggaran yang dapat
digunakan untuk memenuhi peralatan media pembelajaran. Mengingat
bahwa jaman semakin maju, hampir seluruh sistem di muka bumi ini
sudah menggunakan teknologi. Dengan adanya perencanaanberbasis
teknologi, sekolah akan lebih siap untuk menghadapi masa mendatang,
bahkan ikut serta dalam membangun pendidikan di jaman yang semakin

1

modern dan persaingan yang semakin ketat. Siap mengembangkan
keuntungan dari kemajuan teknologi untuk mengunggulkan pendidikan.
Tenaga pendidik berperan dalam pengadaan sarana dan prasarana
serta tata kelola berbagai hal di sekolah yang menunjang keberhasilan
pembelajaran

pada


satuan

pendidikan.

Tenaga

pendidik

dapat

memanfaatkan teknologi untuk pengadaan tersebut. Salah satunya
pengadaan sarana prasarana untuk peserta didik. Guru dapat mencarikan
peserta didik pengetahuan yang lebih luas dan jelas. Guru juga dapat
memberikan materi pembelajaran yang lebih menarik dan mudah didapat.
Materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa guru dapat
mencari materi tersebut melalui jaringan internet, seperti gambar, video,
animasi, dan sebagainya. Apabila peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan teknologi sendiri, pendidik dapat mendampingi dan
memberikan bimbingan pada peserta didik. Selain menfasilitasi siswa,

guru dapat berkreasi semaksimal mungkin untuk mengajukan karyanya
pada perlombaan yang nantinya akan menguntungkan bagi guru pribadi
dan sekolah. Sekolah juga dengan mudah mengelola administrasi dan
kebutuhan warga sekolah. Denganmunculnya teknologi di dalam dunia
pendidikan guru dan siswa dapat menghasilkan kerja, karya, dan produk
semaksimal mungkin. Selain itu, pengaturan berbasis teknologi juga dapat
mempersingkat waktu, karena sudah ada program-program yang dapat
mengelola angka dan huruf, misalnya microsoft word, microsoft excel,
microsoft power point, dan sebagainya.
Tidak dapat dihindari dampak buruk yang akan terjadi dari
kemajuan teknologi saat ini, oleh karena itu guru harus kreatif
mengembangkan kemajuan-kemajuan teknologi untuk menghindari dan
menutupi dampak buruk dari kemajuan teknologi. dari kemajuan teknologi
yang sangat berdampak buruk bagi kelangsungan pendidikan. Penggunaan
media teknologi harus dilakukan dengan berhati-hati dan teliti.
Penggunaan yang tidak sesuai dengan prosedur akan berdampak buruk.
Salah

satunya


dalam

menggunakan

media

pembelajaran

yang

menggunakan jaringan internet, akan berdampak fatal pada pendidikan,

2

sekolah, guru, dan siswa, bahkan lingkungan sekitarnya. Dengan
menggunakan jaringan internet, warga sekolah akan dengan mudah
mendapatkan layanan informasi secara lengkap. Tidak hanya itu, mereka
juga akan mendapatkan pengetahuan yang sangat luas. Dengan jaringan
internet, semua orang dengan mudah mengakses pengetahuan yang ingin
diketahui. Cara ini yang terkadang ada beberapa orang yang salah

menggunakan. Untuk itu, diperlukan kesadaran dan pendampingan untuk
anak-anak dalam menggunakan internet agar tidak menyalahgunakan
fasilitas tersebut pada hal-hal yang negatif.
Pengelolaan media pembelajaran di sekolah-sekolah yang tersebar
di Indonesia sudah banyak yang menggunakan teknologi dengan jaringan
internet. Teknologi dipilih dibeberapa sekolah karena mudah didapat dan
digunakan dimanapun berada, dapat diakses kapanpun, dan mempercepat
dalam menyelasaikan keperluan yang dibutuhkan. Media pembelajaran
berbasis teknologi tersebut selain dapat membantu mengelola media
pembelajaran dalam pedidikan, dapat mempermudah dalam mengelola
administrasi sekolah. Pemerintah sebisa mungkin memberikan fasilitas
berbasis teknologi kepada setiap sekolah untuk mempermudah sekolah
dalam mengikuti perkembangan pendidikan. Fasilitas yang diberikan
terutama digunakan untuk pemenuhan kebutuhan siswa, yaitu untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik,
dan afektif dan meningkatkan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
Siswa dapat mencari dan menemukan sendiri pengetahuan melalui
internet. Siswa juga dapat mengembangkan bakat dan potensinya sendiri
drngan bantua teknologi tersebut.
Pendidikan yang sudah dibantu oleh teknologi, tidak dapat secara

mutlak digantikan peranannya oleh teknologi yang sekarang ini tak bisa
lepas dari kehidupan. Dengan bantuan teknologi, guru akan lebih
bereksistensi dalam pendidikan. Guru dapat mengambangkan media
pembelajaran

berbasis

teknologi.

Sudah

digunakannya

media

pembelajaran bukan berarti guru sudah tidak punya tanggung jawab untuk
memberikan penjelasan kembali mengenai materi yang sedang dipelajari

3


pada pembelajaran tersebut. Siswa tetap membutuhkan pendampingan dan
bimbingan dari tenaga pendidik dalam proses pembelajaran. Guru dapat
menyampaikan

langkah-langkah

penggunaan

media

pembelajaran

kemudian siswa mencari, menganalisis, dan menyimpulkan sendiri.
Apabila ada siswa yang kurang paham dalam memahami media tersebut
guru akan bertindak sebagai fasilitator.
Dalam kehidupan sehari-hari, tampak bahwa perkembangan
teknologi sudah sangat luas. Hampir setiap orang menggunakan tekologi
setiap harinya. Terutama pada teknologi yang menggunakan jaringan
internet. Hal ini menandakan teknologi telah menjadi konsumsi sehari-hari
yang tidak dapat ditinggalkan. Selain menyampaikan informasi, teknologi

yang juga dapat membantu berkomunikasi dengan jarak jauh tidak
mungkin dapat ditinggalkan. Dari hal tersebut terlihat perbedaan yang jauh
dari jaman sebelumnya yang masih menggunakan materiil manual. Jaman
yang sudah modern, hampir semua hal dibantu oleh teknologi. Tetapi
dalam dunia pendidikan tidak semua hal harus menggunakan sistem
berbasis teknologi, dikarenakan tingkat kemampuan sekolah dan
kemampuan personalia yang kurang dalam mengaplikasikan teknologi.
Sekolah

dan

personalia

yang

kurang

memahami

dalam


mengaplikasikan media pembelajaran yang sudah modern tidak sedikit
yang enggan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai media tersebut
dikarenakan memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan
keterampilan mengingat yang baik. Waktu yang cukup lama untuk
mempelajari mengenai media pembelajaran tersebut menyebabkan sekolah
dan personalia memilih menggunakan metode lama karena merasa metode
lama tersebut sudah terbiasa digunakan dan mudah. Sedangkan
menggunakan teknologi dirasa susah dan butuh ketelitian.
Tidak hanya itu, pemerintah yang juga belum melihat langsung
kondisi yang terjadi di sekolah-sekolah tertentu yang membutuhkan
bantuanmedia yang sudah berkembang. Sekolah-sekolah tersebut yang
sudah mengajukan permohonan tidak disegerakan mendapatkan dukungan
materiil tersebut. Salah satu dukungan materiil tersebut berupa media yang

4

dapat digunakan untuk membantu siswa agar lebih memahami konsep
yang harus dipelajari menggunakan media dan menyegerakan pemenuhan
administrasi yang harus segera dilaporkan oleh sekolah kepada dinas

pemerintah. Sekolah yang kurang mampu dalam pengadaan media tersebut
merasa akan lebih baik jika menggunakan meteriil seadanya.
Dukungan materiil lainnya yang ditujukan kepada siswa dapat
berupa media pembelajaran. Sebagian siswa belum mengetahui mengenai
kemajuan media pembelajaran. Di rumahpun mereka tidak mempunyai
fasilitas media yang dapat menunjang pembelajarannya. Hal tersebut yang
memungkinkan siswa agar belajar mengenai kemajuan teknologi di
sekolah. Kurikulum sekarang yang menuntut siswauntuk belajar dengan
bantuan teknologi. Agar siswa dapat mengikuti perkembangan jaman,
sedangkan media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa
dalam belajar tidak terpenuhi. Terutama pada media yang sudah berbasis
teknologi.
Setelah

sekolah

mendapatkan

bantuan


fasilitas

media

pembelajaran, sekolah hanya menggunakan fasilitas tersebut semampunya.
Tidak ada usaha yang maksimal untuk melakukan perbaikan. Hal itu
membuat di suatu sekolah belum terjamin bahwa sekolah tersebut baik
mutunya walaupun sudah menggunakan teknologi. Pengelolaan materiil
teknologi yang tidak ditata dengan rapi sesuai dengan kegunaan materiil
tersebut juga dapat menyebabkan penggunakan yang kurang efektif.
Penggunakan fasilitas yang seperti itu nantinya hanya akan membuangbuang waktu yang sangat berharga. Bahkan fasilitas tersebut akan cepat
rusak tanpa ada manfaat yang banyak dari penggunaan fasilitas tersebut.
Tidak heran jika fasilitas materiil yang diberikan pemerintah kepada
sekolah-sekolah tertentu kurang maksimal.

5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengemukakan identifikasi
masalah seebagai berikut.
1. Kurangnya pemahaman dalam pengelolaan media pembelajaran.
2. Pengetahuan personalia yang sedikit pada pengelolaan media
pembelajaran.
C. FokusPenelitian
Melihat luasnya permasalahan tentang media pembelajaran yang
diuraikan di atas, maka fokus penelitian ini adalah:Pengelolaan media
pembelajaran oleh sekolah dan personalia di SD N Kotagede 1.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian yaitu: Bagaimana pengelolaan media pembelajaran di SD
N Kotagede 1?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti bertujuan
untuk mendeskripsikanpengelolaan media pembelajarandi SD N Kotagede
1.
F. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
bermanfaat:
1. Manfaat teoritis
Memberi masukan dalam upaya meningkatkan pengelolaan media
pembelajarandiSD N Kotagede 1.
2. Manfaat praktis
a. Bagi sekolah
1. Memberi

gambaran

sejauh

mana

pengelolaan

media

pembelajaran oleh sekolah tersebut.
2. Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk meningkatkan
penggunaan media pembelajaran.

6

b. Bagi guru
1. Memberi

gambaran

sejauh

mana

pengelolaan

media

pembelajaran oleh guru di sekolah tersebut.
2. Meningkatkan kreatifitas guru dalam pengelolaan media
pembalajaran.

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengelolaan Media Pembelajaran
Yang
pengertiannya

dimaksud
dengan

dengan

pengelolaan

manajemen

adalah

sama

(management),

yaitu

pengurusan.
Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang

membangun

kondisi

yang

membuat

siswa

mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Media
sendirimenurut Gagne’ danBringgs(1975) dalambukunya Prof. Dr.
AzharArsyad

(2013:

4)

meliputialatsecarafisikdigunakanuntukmenyampaikanisimateripeng
ajaran, yang terdiridariantara lain buku, tape recorder, kaset, video
camera, video recorder, film, slide (gambarbingkai), foto, gambar,
grafik, televisi dankomputer. Dengan kata lainbahwa media
adalahkomponensumberbelajaratauwahanafisik

yang

mengandungmateriinstruksional

yang

di

dapatmerangsangsiswauntukbelajar.

lingkungansiswa
Walaupun

media

fungsinyahanyasebagaialatbantuakantetapimemilikiperanan

yang

tidakkalahpentingnya.Sehingga

guru

dituntutuntukdapatmenggunakanataubahkanmenggunakan

media

dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan
minat siswa dalam belajar.
B. Media Pembelajaran Dalam Pengajaran
Dahulu yang termasuk ke dalam media pembelajaran adalah alatalat yang digunakan dalam pengajaran pada umumnya, diantaranya
buku-buku. Akan tetapi kemudian yang dimasukkan ke dalam media

8

pendidikan hanyalah alat-alat pelajaran yang bersifat elektronis saja,
yang secara langsung merupakan hasil perkembangan teknologi.
Ada tiga jenis media, yaitu:
1) media audio (media untuk pendengaran),
2) media visual (media untuk penglihatan), dan
3) media

audio-visual

(media

untuk

pendengaran

maupun

penglihatan).
C. Ruang LingkupPengelolaan Media Pembelajaran
Tidak diingkari bahwa istilah manajemen itu sendiri kadang
menimbulkan tafsiran yang terlalu sempit. Sebagai bandingan akan
dikemukakan di sini pendapat Mc Forland mengenai tiga langkah
dalam manajemen, yatiru:
1) perencanaan,
2) pengorganisasian, dan
3) pengawasan.
D. Pelaksanaan pengelolaan Media
Pengelolaan materiil tidak terbatas pada masalah pelaksanaan program
saja, yang dalam hal ini penggunaan materiil dalam proses pendidikan.
Sesuai dengan langkah dalam menejemen meliputi beberapa bagian
kegiatan, maka dalam pengelolaan materiil (media) di bicarakan
beberapa segi, yaitu:
1) perencanaan,
2) pengadaan,
3) penggunaan,
4) pengaturan,
5) personalia, dan
6) pembiayaan.
1. Perencanaan Media Pembelajaran
Kegiatan mengadakan media tidak semudah mengadakan
perlengkapan mobiler kamar tamu di ruang Kepala Sekolah.
Persyaratan yang lebih banyak sangat diperlukan saat memilih

9

media pembelajaran. Itulah sebabnya sebelum sampai tahap
pengadaan, didahului oleh tahap perencanaan. Perencanaan di sini
mengandung arti perencanaan pengadaan. Perencanaan pengadaan
media pembelajaran dapat terjadi dengan cara sebagai berikut:
a) Guru kelas seharusnya sudah dapat meramalkan media apa
yang akan dibutuhkan untuk tahun yang akan dilalui. Hal ini
didasarkan atas pengalaman mengajar tahun sebelumnya.
dengan demikian guru kelas atau guru mata pelajaran tersebut
mengajukan daftar kebutuhan media pembelajaran kepada
Kepala Sekolah.
b) Dalam rapat tahunan (menjelang kenaikan kelas), Kepala
Sekolah memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
melaporkan pelaksanaan pelajaran selama satu tahun beserta
kesulitan dan cara mengatasinya.
c) Dewan guru mengadakan musyawarah untuk mengadakan
perencanaan penggantian atau penambahan media.
Perencanaan

dilakukan

sesuai

dengan

pemenuhan

kebutuhan. Kebutuhan media pembelajaran yang pengadaannya
dapat melalui prosedur sederhana, maka kebutuhan untuk tahun
berikutnya segera dapat terpenuhi. Sedangkan kebutuhan media
pembelajaran

yang

prosedurnya

sulit

(harga

tinggi

dan

membutuhkan usaha pengumpulan uang), maka kebutuhan itu
dapat terpenuhi bila sudah ada uang. Maka untk perencanaan
tidak

boleh

mendadak.

Semuanya

disesuaikan

dengan

mendesaknya kebutuhan dan tenggang waktu yang diperlukan
untuk pemenuhan kebutuhan. Selain itu, bila ada perubahan
kurikulum atau materi pelajaran, maka perencanaan dilakukan
sesuai

dengan

datangnya

peratura

baru

tersebut

dengan

pertimbangan waktu dan biaya yang tersedia.
Prosedur yang harus dilakukan untuk mengadakan perencanaan
yaitu:

10

a) mengadakan analisa terhadap materi pelajaran mana yang
membutuhkan media dalam penyampaian,
b) mengadakan inventarisasi terhadap media pembelajaran yang
telah ada,
c) mengadakan seleksi terhadap media pembelajaran yang dapat
dimnfaatkan, bak dengan reparasi/modifikasi maupun tidak,
d) mencari dana (bila belum ada) atau menentukan dana yang
mana akan digunakan (bila sudah ada). jika sekolah sudah
mengajukan usulan kepada pemerintah dan sko-nya sudah
keluar, maka prosedur ini berarti tinggal menyelesaikan
macam media pembelajaran yang dibutuhkan dengan besarnya
pembiayaan yang disetujui, dan
e) menunjuk seseorang yang diserahi untuk mengadakan alat.
2. Pengadaan Media Pembelajaran
Secara garis besar media pembelajaran dapat dibagi atas dua
bagian besar, yaitu:
a) buatan pabrik, dan
b) buatan sendiri.
1. Media buatan pabrik
Ditinjau dari segi sempurnanya media, maka ada media
yang dibuat oleh pabrik secara besar-besaran, baik pabrik
dalam maupun pabrik luar negeri dan ada alat yang dibuat
oleh perseorangan sebagai hasil industri rumah, tidak dalam
jumlah besar. Media pembelajaran buatan pabrik ini untuk
dapat sampai ke sekolah ada beberapa cara, yaitu:
a) Dibeli oleh sekolah sendiri,
b) Dibeli oleh badan/yayasan lalu disumbangkan ke
sekolah,
c) Dibeli oleh perseorangan dan diberikan ke sekolah
sebagai sumbangan, dan

11

d) Disumbangkan atau dipinjamkan oleh pabriknya kepada
sekolah, baik dalam jangka waktu lama ataupun
sementara.
2. Media buatan sendiri
Di samping untuk menghemat biaya, ada kalanya
sekolah perlu membuat media pembelajaran sendiri karena:
a) media tersebut tidak bersifat permanen,
b) dibuat dari bahan yang ada di lingkungan sekolah, dan
c) bukan kodian.
Menurut yang dibuat, media buatan sendiri ini dapat
merupakan hasil karya dari:
a) guru atau instruktur; siswa-siswa sendiri,
b) baik dengan atau tanpa bimbingan guru atau instruktur;
c) orang-orang di pusat media.
Keuntungan membuat media pembelajaran sendiri, yaitu:
a) ongkosnya lebih murah,
b) paling mendekati alam lingkungan,
c) dapat memenuhi kebutuhan mendadak,
d) dalam pengerjaan bersama antara guru dengan siswa
dapat terjalin hubungan yang baik, dan
e) para siswa dilatih dan dapat menghargai nilai bekerja.
3.

Penggunaan Media Pembelajaran
Pembelian suatu barang bertujuan untuk digunakan.
Walaupun barangnya indah dan menarik, kalau tidak dapat
digunakan tidak perlu di beli. Pengaturan penggunaan atau media
dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a) banyak nya alat untuk tiap macam
b) banyaknya kelas
c) banyaknya siswa daalam tiap tiap kelas
d) banyaknya ruang atau lokal yang ada di sekolah itu.

12

Dengan mengingat beberapa faktor di atas serta pola
pengaturan media pembelajaran (sentralisasi atau desentralisasi)
maka secara umum dapat diatur sebagai berikut.
1. Media pembelajaran untuk kelas tertentu.
2. Media pembelajaran untuk beberapa kelas.
3. Media pembelajaran untuk semua anak.
1. Media pembelajaran unuk kelas tertentu
Ada kalanya sesuatu alat hanya dibutuhkan oleh kelas tertentu
sesuai dengan kurikulum yang menuntut digunakannya media
tersebut. Jika banyaknya alat yang ada sesuai dengan
banyaknya kelas yang mebtutuhkan, maka alat tersebut dapat
dibagikan dan disimpan oleh guru kelas atau guru bidang
studi yang mengajar di kelas itu.
2. Media pembelajaran untuk beberapa kelas
Apabila banyaknya alat terbatas, padahal yang membutuhkan
lebih dari satu kelas, maka alat tersebut terpaksa digunakan
secara bersama-sama. Ada dua kemungkinan pengaturan,
yaitu:
a) Media

pembelajaran

diangkut

ke

kelas

yang

membutuhkan secara bergantian, dan
b) Media pembelajaran disimpan di suatu ruangan dan guru
mengajak siswa untuk mendatangi ruangan itu.
3. Media pembelajaran untuk semua siswa
Penggunaan media pembelajaran untuk semua siswa dapat
dilakukan seperti cara yang baru saja diberikan, yakni alat
dibawa ke kelas mereka secara bergantian atau siswa bersama
guru yang mendatangi alat tersebut. Dalam keadaan yang
sangat terbatas dan ruangan yang ada di sekolah itu jumlahnya
memungkinkan, maka lebih baik apabila diatur menjadi kelas
berjalan. Kelas berjalan adalah kelas atau ruangan yang dapat

13

dipergunakan oleh banyak kelas untuk mengikuti salah satu
mata pelajaran tertentu.
4.

Pengaturan Media Pembelajaran
a. Pengatuarn Awal dan Pengaturan Kembali
Tindakan setelah media pembelajan tiba di sekolah
adalah menyimpan atau meletakkan barang di tempat yang
betul agar tetap terpelihara. Penyimpanan pertama inilah yang
dmaksud dengan istilah pengaturan awal. Suatu prinsip yang
perlu diketahui adalah bahwa kemudahan pengaturan media
pembelajaran dipengaruhi oleh banyak sedikitnya macam,
banyak sedikitnya barang untuk tiap macam, dan tersedianya
tempat.
Apabila hanya ada sedikit media pembelajaran, maka
pengaturannya semakin mudah. Sebaliknya, implikasi dari
prinsip

tersebut

adalah

bahwa

sekolah

yang

dapat

mendatangkan banyak media pembelajaran memerlukan
tempat penyimpanan dan tenaga pengatur secara khusus.
Sebagai

langkah

serempak

dengan

pengadaan

media

pembelajaran adalah penyediaan tempatnya. Berturut-turut
dari yang besar ke yang kecil, maka tempat penyimpanan
media dibedakan atas:
a) ruangan;
b) lemari tertutup dan lemari terbuka;
c) sekat-sekat (rak-rak).
Untuk mempermudah pengaturan, maka setiap tempat
diberi kode sehingga ada:
a) ruangan media;
b) ruang alat Olah Raga;
c) ruang alat IPA;
d) ruang media alat IPS, dan sebagainya.
Pemberian kode untuk setiap ruangan nampaknya
terlalu mewah. Akan tetapi hal ini tidak mustahil apabila

14

sudah tercipta susatu sentral media pembelajaran atau pusat
media yang lengkap yang diperuntukkan bagi beberapa
sekolah. Penyimpanan akan lebih mudah dilakukan apabila
pada stiap ak atau setiap lemari ditempeli dafar media dan
diletakkan disitu.Sebagai langkah lain dari pemberian kode
tempat adalah pemberian kode media. Pemberian kode pada
media pembelajaran dimaksudkan untuk mempermudah
pencacahan kembali setelah media tersebut digunakan.
Media pembelajaran yang baik adalah alat pelajaran
yang dapat digunakan berkali-kali, bukan hanya untuk hiasan
lemari

yang

tidak

pernah

dikeluarkan

dari

tempatnta.penggunaan media yang berkali-kali inilah maka
perlu

pengaturan

kembali

secara

terus

menerus.Jadi

pengaturan kembali dilakukan setelah media pembelajaran itu
digunakan. Dapat dikatakan bahwa ada dua unsur dalam
pemeliharaan media, yaitu:
a) pengaturan, dan
b) pembersihan.
a. Pencatatan barang
Selain label padatiap media dan daftar yang harus
ditempelkan pada setiap rak atau lemari rumah maka dalam
pencatatan diperlukan beberapa macam buku, yaitu:
1) buku inventaris,
2) buku catatan tentang masuk dan keluarnya media, dan
3) buku catatan istimewa.
1. Buku inventaris
Buku inventaris adalah buku yang digunakan untuk
mencatat

semua

kekayaan

(dalam

hal

media

pembelajaran) yang dimiliki oleh suatu sekolah.
2. Buku catatan tentang masuk dan keluarnya media
Buku catatan tentang masuk dan keluarnya media
dibutuhkan untuk catatan sehari-hari bagi penggunaan
15

media. Dengan adanya buku ini maka tidak setiap hari
harus membuka buku inventaris.
3. Buku catatan istimewa
Buku catatan istimewa ini diadakan untuk mencatat halhal khusus yang bukan catatan rutin, dan kadang-kadang
bersifat mendesak untuk diselesaikan.
b. Penyingkiran media
Apabila biaya pemeliharaan atau biaya reparasi sudah
melebihi dari biaya pembelian (harga media), maka
mediatersebut sebaiknya disingkarkan. Jika jenis media
tersebut penting, maka pemakai harus mencari ganti dengan
cara meminjam atau menyewa. Dalam penyingkiran media,
kerugian yang ditimbulkan oleh kerusakan sehingga harus
meminjam atau menyewa, dipertimbangkan dahulu sebagai
harga. Dengan demikian maka secara singkat dapat dikatakan
bahwa dalam menyingkirkan media perlu dipertimbangkan
beberapa hal, yaitu:
1) biaya perbaikan,
2) biaya pemeliharaan,
3) kekacauan tugas selama media dalam perbaikan, dan
4) penurunan efektivitas kerja media, misalnya dengan mesin
tulis baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam lima
hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus
diselesaikan selama sepuluh hari.
Penyingkiran media dilalui dengan beberapa tahap-tahap,
yaitu:
1) pemeliharaan media yang dilakukan tiap yahun bersmaan
dengan waktu memperkirakan kebutuhan,
2) memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran ditinjau dari
segi nilai uang,
3) membuat perencanaan penyingkiran,

16

4) membuat surat pemberitahuan kepada atasan akan
diadakannya penyingkiran dengan menyebutkan media
yang akan disingkirkan,
5) melaksanankan penyingkiran yang harus disaksikan oleh
atasan, dapat dilakukan dengan mengadakan pelelangan;
menghibahkan kepada badan/ orang lain; dan membakar,
dan
6) membuat berita acara tentang pelaksanaan penyingkiran.
5.

Personalia Pengelola Media Pembelajaran
a. Jumlah dan kualifikasi
Macam dan banyaknya serta kompleksitas media
pembelajaran sangat menentukan banyaknya serta kualifikasi
tenaga yang dibutuhkan untuk mengatur dan mengelola media
tersebut. Walaupun suatu sekolah memiliki banyak ragam dan
jumlah media, akan tetapi jika media tersebut bukan
merupakan media yang kompleks, dapat diatasi dengan
pembagian tugas antar guru. Apabila sekolah mempunyai
tenaga khusus, hal tersebut lebih diutamakan.
b. Pola personalia
1. Media pembelajaran hanya diserahkan dan dikelola oleh
guru kelas atau guru bidang studi di bawah koordinasi
Kepala

Sekolah.

Sistem

yang

digunakan

adalah

desentralisasi.
2. Sekolah memiliki tenaga khusus yang menangani media
pembelajaran yang tidak begitu kompleks. Tenaga tersebut
sebagai koordinasi perantara antara Kepala Sekolah
dengan guru.
3. Ada

pemisahan

penanggungjawaban

antara

buku

perpustakaan dengan alat media pembelajaran lainnya.
Koordinasi pada pola personalia ini ada dua, yang pertama
mengkoordinasi

perpustakaan

dan

yang

kedua

mengkoordinasi media lainnya.

17

4. Untuk sekolah yang besar dan sudah memiliki media
pembelajaran yang komplit, Kepala Sekolah merasa perlu
menunjuk seorang petugas khusus yang merupakan
koordinator bagi semua peralatan media.
c. Mekanisasi kerja personil
Dengan mengadakan papan tempel atau label baik dirak
ataupun di luar lemari dan dipintu ruangan yang menerangkan
macam dan jumlah media pembelajaran yang dimiliki oleh
sekolah, maka guru akan mudah mengetahuinya. Apabila
mungkin, pusat media mengeluarkan sebuah booklet untuk
para guru sehingga guru tidak perlu datang ke pusat media.
Dalam menggunakan media, maka langkah yang dilakukan
oleh peminjam adalah:
1) mengadakan pengecekan dengan melihat buku pinjaman
apakah media yang dimaksud masih ada dan belum
dipesan atau dipinjam guru lain,
2) mendaftarkan untuk meminjam pada hari tertentu, dan
3) menuliskan bon pinja dan mencantumkan pula jam
pengembalian penggunaan dan pengembalian.
Dengan mengadakan pengaturan pemesanan dalam
peminjaman, maka lalu lintas peminjaman dapat lebih teratur
dan petugas tidak harus banyak membuang waktu. Hal ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1) petugas media memeriksa kartu/ bon pemesanan,
2) petugas media menyiapkan media yang dipesan dan
meletakkannya di tempat yang sudah disediakan khusus
untuk pesanan,
3) setelah selesai digunakan, guru atau siswa mengembalikan
media dan meletakkannya di ruang khusus, dan
4) petugas media mengatur dan mengembalikan ke tempat
semula.

18

d. Komunikasi antara pusat media dengan guru-guru
Untuk mempermudah hubungan antara semua perugas, maka
diperlukan mekanisme komunikasi antara petugas di pusat
media maupun di sekolah. Pada dasarnya komunikasi ini
dapat dibedakan atas:
1) komunikasi rutin, dan
2) komunikasi non rutin.
e. Personalia untuk laboratorium
Laboratorium mempunyai arti penting bagi pendidikan IPA,
konsep-konsep dalam IPA adakalanya sama sekali tidak dapat
dberikan hanya dengan ceramah, atau bahkan tidak mungkin.
Oleh karena itu personalia untuk laboratorium perlu
dibicarakan tersendiri.
Fungsi laboratorium sendiri meliputi:
1) Membantu para pendidik untuk memberikan landasan
berfikir yang sistematis, analitis maupun konstruktif
kepada anak didik mereka, dan
2) Memberikan kesempatan kepada para siswa secara aktif
melakukan

percobaan-percobaan,

sehingga

tertanam

konsep secara mendalam.
Laboratorium memerlukan tenaga ahli khusus, yang
meliputi ketua dan pembantunya. Di samping itu juga
memerlukan tenaga laboran dan bendahara.
f. Pengadaan personil
Sehubungan dengan masalah pengadaan personil ini Joint
Standards memberikan pedoman berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut.
1. Memerinci

tugas-tugas

dalam

penanganan

media

pembelajaran.
2. Mengadakan identifikasi terhadap tugas-tugas yang sudah
ada tenaganya.

19

3. Mengisi lowongan tugas yang belum digarap itu dengan
tenaga non profesional yang ada secara lebih efisien.
4. Menyususn pola training untuk tenaga yang semula non
profesional dan untuk tenaga baru sebagai tambahan.
6.

Pembiayaan Untuk Media Pembelajaran
a. Peranan biaya bagi pendidikan
Penilaian terhadap baik dan tidaknya suatu sekolah dilihat dari
baik dan tidaknya mutu lulusan. Sedangkan mutu lulusan itu
sendiri ditentukan oleh mutu pengajaran. Kaitan erat anata
biaya dengan mutu pembelajaran atau mutu manusia dapat
digambarkan sebagai berikut.
Biaya
banyak

Sarana
lengkap

Penyampaian
belajar baik

Lulusan
bermutu

b. Elemen-elemen pembiayaan media pembelajaran
Apabila kita memasuki sabuah sekolah, dan kita
sempat mengamati ke seluruh bagian ruangan, akan ada kesan
pada kita mengenai lengkap atau tidaknya sekolah tersebut.
Kelengkapan ini dapat ditunjukkan melalui:
1) macam dan banyaknya ruangan,
2) macam dan banyaknya perabot, dan
3) macam dan banyaknya alat pelajaran.
Dalam praktik laboratorium atau bengkel kerja, para
siswa memerlukan bahan-bahan untuk praktik, seperti: tepung,
minyak, spiritus, kapas, dan lain sebagainya. Semua ini
digolongkan ke dalam bahan-bahan habis karena sesudah
dipergunakan satu kal, tidak dapat dipergunakan kembali.
Sedangkan botol, gelas ukur, termometer, panci, dan lain
sebagainya, masih dapat digunakan berkali-kali setelah
penggunaan pertama.

20

Kedua jenis material tersebut termasuk ke dalam
kebutuhan yang memerlukan biaya. Maka dengan singkat
dapat dikatakan bahwa elemen-elemen pembiayaan media
pembelajaran dapat meliputi:
1) biaya untuk ruangan,
2) biaya untuk tempat media,
3) biaya untuk alat, dan
4) biaya untuk bahan.
c. Macam-macam pembiayaan
Mengingat tujuan program pendidikan secara makro
dan jangka panjang, maka pembiayaan pendidikan uang
meliput media pembelajaran dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
1) biaya penerusan,
2) biaya penambahan, dan
3) biaya perluasa atau penciptaan.
d. Sumber biaya
Perlu disadari oleh semua pihak bahwa yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anak bukanlah
pemerintah semata. Orang tua dari anak-anak mempunyai
tanggung jawab yang paling besar. Sekolah merupakan
lembaga yang secara sistematis dan berencana mengadakan
bantuan terhadap orangtua dalam menangani anak-anak agar
menjadia warga masyarakat dan warga negara yang bermutu.
Oleh karena itu sekolah berwewenang untuk menghimpun
dana, dengan kelengkapan sarana untuk menciptakan kondisi,
sehingga terealisir keinginan orangtua yang mengunjungi
sekolah itu. Dalam undang-undang disebutkan bahwa
pemerintah mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan
bangsa. Pemerintah juga harus menyediakan sarana untuk
menciptakan kondisi belajar yang diinginkan.

21

Dengan

demikian,

sumber

biaya

untuk

sarana

pendidikan dapat dibedakan atas:
1) Pemerintah,
2) Orangtua; dapat berupa SPP dan uang sumbangan, dan
3) Masyarakat; badan; pabrik; dan perseorangan.

22

23

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Peneliti memilih menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
karena kualitatif tidak hanya lazim dimaknai sebagai jenis data, tetapi juga
berhubungan dengan analisis data dan interpretasi atas objek kajian. Selain
dimaknai dengan pernyataan tersebut, penelitian kualitatif juga dicirikan
dengan hasil penelitian berupa data deskriptif berupa kata-kata.
Sebagaimana pengertian kualitatif yang didefinisikan oleh Lexy
J.Moloeng (2007: 6) berikut ini: “Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dll,
secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah”. Dan didefinisikan oleh Bogdan
dan Taylor (1993: 30), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu atau seseorang yang darinya
diperoleh keterangan. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian disebut
informan. Penelitian ini mengambil informan kunci kepala sekolah.
Selanjutnya, data yang diperoleh dari informan kunci ditriangulasi dengan
data dari informan tambahan yaitu guru kelas 4, guru Penjaskes, guru
Agama Islam, dan siswa yang berada di SD N Kotagede 1 untuk
keakuratan data yang diperlukan dalam penelitian.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2017 di SD N
Kotagede 1. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah dasar yang
mengembangkan media pembelajaran.

24

D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2011: 308), teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif
pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak observasi,
wawancara mendalam, dam dokumentasi. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data
sebgai berikut.
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,
2011: 231).
Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif menurut
Patton (1990: 280-290) dikutip oleh Catherine Marshal, 1995: 80)
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) wawancara dengan cara
melakukan pembicaraan informal (informal convertational interview),
2) wawancara umum yang terarah (general interview guide
approach), 3) wawancara terbuka yang standar (standardized openended interview).
Sebelum melakukan kegiatan wawancara, peneliti terlebih dahulu
membuat pedoman wawancara agar proses tetap terfokus dan tidak
keluar dari konteks yang menjadi tujuan utama peneliti yaitu
mendeskripsikan pengelolaan media pembelajaran di SD N Kotagede
1. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan fleksibel, sementara
itu pedoman wawancara hanya digunakan sebagai acuan.
Untuk

melakukan

kegiatan

wawancara

peneliti

memilih

informannya adalah kepala sekolah, guru kelas IV, guru Penjaskes,
guru Agama Islam, dan beberapa siswa di SD N Kotagede 1. Peneliti
memilih informan berdasarkan keterkaitan pelaksanaan pembelajaran

25

yang menggunakan media pembelajaran di sekolah tersebut, yaitu
orang-orang yang memiliki peran penting dalam permasalahan yang
ingin diketahui untuk menjawab penelitian.
2. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2011: 226) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.
Selanjutnya, menurut Sugiyono (2010: 204) dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation

(observasi

non

pertisipan).

Kemudian,

dari

segi

instrumentasi yang digunakan, maka observasi dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
Dari segi proses pengumpulan data, peneliti menggunakan
observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat hanya sebagai
pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisi, dan membuat
kesimpulan tentang pengelolaan media pembelajaran di SD N
Kotagede 1. Sedangkan dari segi instrumentasi yang digunakan,
peneliti menggunakan observasi terstruktur karena observasi telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yan diamati, kapan, dan
dimana tempat penelitian.
Sebelum melakukan observasu, peneliti membuat pedoman
observasi sebagai acuan agar proses observasi tetap fokus dan tidak
keluar dari konteks yang menjadi tujuan utama peneliti yaitu
mendeskripsikan pengelolaan media pembelajaran di SD N Kotagede
1.
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 274) metode dokumetasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya.

26

Untuk memperoleh data dokumentasi, peneliti mengambil dari
dokumen-dokumen berupa rencana kerja sekolah, program sekolah,
kurikulum sekolah, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
ruang penyimpanan media pembelajaran. Peneliti juga mengambil
dokumentasi berupa foto media pembelajaran, papan tempel, label di
rak, dan label pengumuman mengenai media pembelajaran di ruang
media SD N Kotagede .
4. Instrumen Penelitian
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.
Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil
penelitiannya (Lexy J.Moleong, 2007: 168). Dalam penelitian
kualitatif instrumennya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya
setelah focus penelitian menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi
dan wawancara (Sugiyono, 2010: 307). Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasim dan
dokumentasi. Oleh karena itu, penelitian ini dibantu dengan instrumen
pedoman wawancara, pedoman observasi, alat perekam, kamera, dan
alat tulis.
E. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337) mengumkakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsungs secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data siplay, dan
conclusion drawing/verification.
a. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Mathew
B.Miles dan A.Michael Huberman, 1992: 16). Peneliti memilah-milah

27

data yang berupa pengelolaan media pembelajaran di SD N Kotagede
yang diperoleh dari catatan-catatan lapangan. Data yang diperoleh
tersebut merupakan data yang masih kompleks. Setelah memilah,
peneliti menyerderhanakan data tersebut.
b. Penyajian data (Data Display)
Penyajian data sebagai sekumppulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan (Mathew B.Miles dan A.Michael Huberman, 1992: 17).
Peneliti menyajikan data berupa pengelolaan media pembelajaran di
SD N Kotagede 1. Dalam penelitian ini, data tersebut disajikan secara
deskriptif.
c. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh (Mathew B.Miles dan A.Michael Huberman,
1992: 19). Data-data berupa pengelolaan media pembelajaran di SD N
Kotagede1

yang

telah

dikemukakan

pada

penyajian

data

diinterpretasikan kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.
McDrury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999 )
seperti yang dikutip Moleong (2007: 248) tahapan analisis data kualitatif
adalah sebagai berikut:
a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan
yang ada dalam data,
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema
yang berasal dari data.
c. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
d. Koding yang telah dilakukan.
F. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility,
transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2010: 336).
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan
uji kredibilitas.
Menurut Sugiyono (2010: 368) uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadapa data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan

28

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
member check. Dalam pengujian kredibilitas penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi.
Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian adalah melalui
langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2009: 270-276) :
1) perpanjangan pengamatan,
2) meningkatkan ketekunan,
3) triangulasi,
4) analisis kasus negative,
5) menggunakan bahan referensi, dan
6) mengadakan member chek.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik uji
keabsahan data atau kredibilitas dengan trianggulasi dan mengadakan
member check.
1. Trianggulasi
Peneliti melakukan pengecekan melalui berbagai sumber yakni
melalui beberapa siswa di kelas IV SD Negeri Kotagede I untuk
mendapatkan data yang valid.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Peneliti menggali informasi dari
kepala sekolah lalu triangulasi ke guru serta ke siswa. Kemudian
data

dari

sumber-sumber

tersebut

dideskripsikan,

dikategorisasikan, mana yang memiliki pandangan sama, yang
berbeda, dan mana yang spesifik.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mencek data kepada sumber yang sama dengan
teknik

yang

berbeda.

Dalam

penelitian

ini,

peneliti

mengungkapkan data tentang implementasi pendidikan karakter
dengan metide wawancara, lalu dicek dengan observasi,
kemudian dengan dokumentasi.
2.

Mengadakan member check

29

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah
valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila
data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak
disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan
diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam,
maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Peneliti pada saat melakukan kegiatan wawancara melakukan
kegiatan member check yakni mempertanyakan penafsiran data
yang telah peneliti terima kepada informan apakah data tersebut
sudah benar dan sesuai dengan yang dimaksud informan.

30

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Conny R. Setiawan. 2010. Metode Penilaian Kualitatif. Cikarang: Grasindo
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung:
Graha Ilmu
Kunto, Suharsimi Ari. 1987. Pengelolaan Materiil. Jakarta: Prima Karya
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Uno, Hamzah B. 2010. Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara

31