T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Lampung Pepadun: Studi di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah T1 BAB III
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, penulis mendapatkan kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, yaitu bahwa pelaksanaan
perkawinan dalam hukum adat Lampung Pepadun harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Perkawinan dilaksanakan dengan menggunakan uang jujur sebagai
konsekwensi
dari
sisitem
kekerabatan
patrilinial.
Perkawinanan
diaksanakan sesuai tata cara hukum adat Lampung.
2. Akibat perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban, dimana suami
bertanggungjawab terhadap kebutuhan keluarga, sedangkan isteri
bertindak sebagai ibu rumahtangga yang mengelola rumah tangga.
3. Dengan putusnya hubungan perkawinan, maka harta bersama akan jatuh
pada isteri, sedang hak asuh anak akan dijalankan oleh keluarga suami.
Hukum adat merupakan hukum positif indonesia yang artinya berlaku dan diakui
sebagai sebuah hukum yang ada di Indonesia, termasuk juga diantaranya mengenai hukum
perkawinan adat. Meskipun di Indonesia telah dibentuk sebuah peraturan perundangundangan berupa UU perkawinan No. 1 Tahun 1974, tidak berarti bahwa perkawinan adat
merupakan sebuah tindakan yang dilarang. Karena dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun
1974, menyatakan bahwa “perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing –masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Hukum adat perkawinan adalah
58
aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara
lamaran, upacara perkawinan dan putusan perkawinan di Indonesia. Hukum adat pada
dasarnya merupakan sebuah aturan hukum yang tidak tertulis yang menjadi pedoman atau
aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. Konsekuensi dari hukum yang tidak tertulis
adalah memiliki sifat yang dinamis, berubah mengikuti perkembangan zaman dan perilaku
kehidupan masyarakat.
Dengan berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka syarat sahnya
perkawinan tersebut adalah diatur oleh Undang-Undang kecuali bagi mereka yang tidak
menganut suatu agama, maka syarat sahnya perkawinan ditentukan oleh hukum adat
mereka yang memang sudah berlaku bagi mereka sebelum diundangkannya Undangundang tersebut.
Implikasinya adalah, dengan berlakunya hukum adat maka keabsahan dari
perkawinan menurut hukum adat adalah bila sudah memenuhi setiap dan segala prosesi
dan tata cara serta hukum yang berlaku dalam adat tersebut. sebenarnya dewasa ini,
perkawinan adat hanya dianggap sebagai sebuah ‘prosesi’ dalam upacara perkawinan yang
dilangsungkan oleh kedua mempelai. Pada masyarakat Lampung, perkawinan adat
merupakan sebuah prosesi penting dan wajib dilakukan oleh masyarakat adat. Karena bagi
mereka bila belum menikah secara adat, artinya kedua mempelai belum dapat diterima
sebagai masyarakat adat lampung. Menurut masyarakat adat lampung, perkawinan adat
akan dianggap sah bila mereka sudah mengikuti segala prosesi adat, dari prosesi sebelum
acara perkawinan, perkawinan dan prosesi setelah acara perkawinan. Jika mereka sudah
melangsungkan semua prosesi tersebut maka mereka sudah sah menjadi suami istri. Dalam
adat Lampung Pepadun ini mereka tidak ditentukan umur berapa mereka boleh menikah,
59
tetapi jika mereka sudah akhir baligh mereka sudah boleh menikah oleh keluarga mereka.
Perkawinan menurut hukum adat Lampung Pepadun ini ternyata masih berlaku atau masih
eksis sampai sekarang walaupun sudah adanya Undang-Undang No.1 tentang Perkawinan.
B. Saran
Dari uraian penjelasan diatas ada beberapa saran yang ingin penulis utarakan, antara
lain: Tetua adat harus tetap memegang teguh hukum adat yang ada di desa tersebut dan
tentunya harus didukung dari perangkat desanya, para masyarakatnya pun harus juga ikut
menjaga dan melestarikan perkawinan menurut hukum adat lampung pepadun ini. Dan
para akademisi harus juga ikut melestarikan.
60
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, penulis mendapatkan kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, yaitu bahwa pelaksanaan
perkawinan dalam hukum adat Lampung Pepadun harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Perkawinan dilaksanakan dengan menggunakan uang jujur sebagai
konsekwensi
dari
sisitem
kekerabatan
patrilinial.
Perkawinanan
diaksanakan sesuai tata cara hukum adat Lampung.
2. Akibat perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban, dimana suami
bertanggungjawab terhadap kebutuhan keluarga, sedangkan isteri
bertindak sebagai ibu rumahtangga yang mengelola rumah tangga.
3. Dengan putusnya hubungan perkawinan, maka harta bersama akan jatuh
pada isteri, sedang hak asuh anak akan dijalankan oleh keluarga suami.
Hukum adat merupakan hukum positif indonesia yang artinya berlaku dan diakui
sebagai sebuah hukum yang ada di Indonesia, termasuk juga diantaranya mengenai hukum
perkawinan adat. Meskipun di Indonesia telah dibentuk sebuah peraturan perundangundangan berupa UU perkawinan No. 1 Tahun 1974, tidak berarti bahwa perkawinan adat
merupakan sebuah tindakan yang dilarang. Karena dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 1 Tahun
1974, menyatakan bahwa “perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing –masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Hukum adat perkawinan adalah
58
aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara
lamaran, upacara perkawinan dan putusan perkawinan di Indonesia. Hukum adat pada
dasarnya merupakan sebuah aturan hukum yang tidak tertulis yang menjadi pedoman atau
aturan yang mengatur kehidupan masyarakat. Konsekuensi dari hukum yang tidak tertulis
adalah memiliki sifat yang dinamis, berubah mengikuti perkembangan zaman dan perilaku
kehidupan masyarakat.
Dengan berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, maka syarat sahnya
perkawinan tersebut adalah diatur oleh Undang-Undang kecuali bagi mereka yang tidak
menganut suatu agama, maka syarat sahnya perkawinan ditentukan oleh hukum adat
mereka yang memang sudah berlaku bagi mereka sebelum diundangkannya Undangundang tersebut.
Implikasinya adalah, dengan berlakunya hukum adat maka keabsahan dari
perkawinan menurut hukum adat adalah bila sudah memenuhi setiap dan segala prosesi
dan tata cara serta hukum yang berlaku dalam adat tersebut. sebenarnya dewasa ini,
perkawinan adat hanya dianggap sebagai sebuah ‘prosesi’ dalam upacara perkawinan yang
dilangsungkan oleh kedua mempelai. Pada masyarakat Lampung, perkawinan adat
merupakan sebuah prosesi penting dan wajib dilakukan oleh masyarakat adat. Karena bagi
mereka bila belum menikah secara adat, artinya kedua mempelai belum dapat diterima
sebagai masyarakat adat lampung. Menurut masyarakat adat lampung, perkawinan adat
akan dianggap sah bila mereka sudah mengikuti segala prosesi adat, dari prosesi sebelum
acara perkawinan, perkawinan dan prosesi setelah acara perkawinan. Jika mereka sudah
melangsungkan semua prosesi tersebut maka mereka sudah sah menjadi suami istri. Dalam
adat Lampung Pepadun ini mereka tidak ditentukan umur berapa mereka boleh menikah,
59
tetapi jika mereka sudah akhir baligh mereka sudah boleh menikah oleh keluarga mereka.
Perkawinan menurut hukum adat Lampung Pepadun ini ternyata masih berlaku atau masih
eksis sampai sekarang walaupun sudah adanya Undang-Undang No.1 tentang Perkawinan.
B. Saran
Dari uraian penjelasan diatas ada beberapa saran yang ingin penulis utarakan, antara
lain: Tetua adat harus tetap memegang teguh hukum adat yang ada di desa tersebut dan
tentunya harus didukung dari perangkat desanya, para masyarakatnya pun harus juga ikut
menjaga dan melestarikan perkawinan menurut hukum adat lampung pepadun ini. Dan
para akademisi harus juga ikut melestarikan.
60