Siasat Partai Politik dan Strategi Penca
Kajian Bulanan LINGKARAN SURVEI INDONESIA
www.lsi.co.id
T
ULISAN ini tidak memfokuskan pada analisis atas kemenangan partai—seperti seberapa banyak partai tertentu berhasil mengantarkan kandidat menjadi kepala
daerah. Atau partai mana yang paling banyak memenangkan Pilkada. Tulisan ini berfokus pada seberapa berhasil partai politik mempertahankan basis suara yang diperoleh dalam Pemilu Legislatif 2004. Apakah partai yang berhasil menjadi pemenang (peraih suara mayoritas) dalam Pemilu Legislatif di suatu daerah otomatis akan berhasil juga memenangkan calon kepala daerah. Seberapa berhasil calon kepala daerah yang didukung oleh partai terbesar di suatu wilayah, memenangkan Pilkada.
Dari Pilkada yang telah lewat, sebanyak 43.1 wilayah ditandai dengan kemenangan calon yang diusung oleh pemenang Pemilu Legislatif. Pemenang Pemilu Legislatif di sini sekaligus menang dalam Pilkada. Sementara sisanya (56.9) wilayah ditandai oleh kekalahan calon yang diusung oleh pemenang Pemilu Legislatif. Dengan kata lain, lebih dari separoh wilayah yang telah melang- sungkan Pilkada ditandai oleh gejala kekalahan partai peme- nang Pemilu Legislatif.Kemenangan dalam Pemilu Legislatif, tidak otomatis menjadi jaminan bagi partai politik untuk berhasil mengusung calon kepala daerah memenangkan Pilkada. Gejala ini tidak hanya dialami oleh partai besar (seperti Golkar dan PDIP). Hal ini juga dialami oleh partai-partai lain—seperti PAN, PKS, PKB dan PPP.
PILKADA DAN PENGUASAAN PARTAI POLITIK
Kemenangan dalam Pemilu Legislatif, tidak otomatis menjadi jaminan bagi partai politik untuk berhasil mengusung calon kepala daerah memenangkan Pilkada. Lebih dari separoh wilayah yang telah melangsungkan Pilkada ditandai kekalahan partai pemenang Pemilu. Hlm 1
SIASAT PARTAI POLITIK DAN STRATEGI PENCALONAN
Tahap paling krusial dari partai politik dalam Pilkada adalah penjaringan dan pemilihan calon kepala daerah. Karena pentingnya tahap ini, partai politik membuat suatu mekanisme yang menjamin mereka bisa mendukung calon yang secara potensial bakal memenangkan Pilkada.
Hlm 17
BARU-BARU ini, dunia politik nasional dikejutkan dengan”silaturahmi politik” antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golkar di Medan. Pertemuan ini ditanggapi secara beragam oleh politisi dan pengamat. Ada yang menilai pertemuan itu positif dan merupakan hal yang wajar—tidak perlu diributkan. Sementara ada yang menyesalkan adanya pertemuan itu karena seakan menga- burkan posisi masing-masing partai. Partai Golkar adalah partai pemerintah, sementara PDIP sebelum pertemuan di Medan itu dikenal mengambil posisi
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
berseberangan (oposisi) terhadap pemerintah. Tidak ada
Kegagalan Mempertahankan Basis Suara
kisahnya suatu partai yang memposisikan diri sebagai
Salah satu gejala menarik dari Pilkada hingga saat ini adalah
oposisi mengikat diri dengan partai yang mengambil sikap
ketidakmampuan partai politik dalam mempertahankan
sebagai pendukung pemerintah.
basis suara. Dominasi partai politik di suatu wilayah ternyata bukan jaminan memenangkan Pilkada. Ini ditandai dengan
Media massa memberitakan pertamuan itu sebagai awal
banyaknya kegagalan calon yang diusung oleh partai
dari koalisi antara PDIP dan Golkar. Meski kemudian elit di
pemenang Pemilu Legislatif di suatu wilayah dalam Pilkada.
Partai Golkar dan PDIP buru-buru membantah bahwa
Grafik 1 memperlihatkan dengan jelas gejala ini. Hingga
pertemuan itu hanya silaturahmi biasa dan belum ada
Desember 2006, telah dilangsungkan 296 Pilkada di seluruh
rencana membentuk koalisi yang permanen. Yang pasti,
Indonesia. Dari Pilkada yang telah lewat tersebut, sebanyak
dalam jangka pendek koalisi PDIP dan Partai Golkar itu akan
43.1 wilayah ditandai dengan kemenangan calon yang
digunakan untuk kepentingan praktis memenangkan
diusung oleh pemenang Pemilu Legislatif. Pemenang Pemi-
Pilkada. Golkar dan PDIP bisa bekerjasama dengan
lu Legislatif di sini sekaligus menang dalam Pilkada.
membentuk koalisi dan mengusung calon yang sama agar
Sementara sisanya (56.9) wilayah ditandai oleh kekalahan
bisa memenangkan Pilkada. Hal ini masuk akal mengingat
calon yang diusung oleh pemenang Pemilu Legislatif.
kedua partai ini mempunyai kepentingan yang sama dalam
Dengan kata lain, lebih dari separoh wilayah yang telah
Pilkada. Partai Golkar dan PDIP adalah peraih suara terbesar
melangsungkan Pilkada ditandai oleh gejala kekalahan
dalam Pemilu Legislatif. Hampir semua wilayah (provinsi,
partai pemenang Pemilu Legislatif.
kabupaten, kotamadya) Partai Golkar dan PDIP meraih suara terbesar. Kedua partai ini menghadapi persoalan yang sama,
Banyak penjelasan yang dikemukakan berkaitan dengan
yakni menjaga agar dominasi dalam Pemilu Legislatif dapat
gejala ini. Salah satu penjelasan yang banyak dikemukakan
diteruskan dalam Pilkada.
oleh pengamat adalah karakteristik Pilkada yang berbeda
Grafik 1: Prosentase Kemenangan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Dalam Pilkada
Pemenang Pemilu Legislatif
Pemenang Pemilu Legislatif
Sekaligus Menang dalam Pilkada
Kalah dalam Pilkada
Keterangan : Data didasarkan pada hasil Pilkada sampai Bulan Desember 2006. Hingga Desember 2006, menurut Departemen Dalam Negeri ( www.depdagri.go.id), Pilkada telah dilangsungkan di 296 wilayah di seluruh Indonesia. Data dalam tulisan ini menyertakan Pilkada di 290 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006. Terdapat 5 wilayah yang tidak didapat datanya. Ada
1 wilayah ( Provinsi Sulawesi Barat) yang mengalami pemekaran pasca Pemilu Legislatif 2004. Sehingga tidak bisa dibandingkan antara hasil Pilkada dengan hasil Pemilu Legislatif 2004. Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia.
KAJIAN BULANAN
dengan Pemilu Legislatif. Dalam Pemilu Legislatif, pemilih
ini bukan hanya terjadi di partai besar. Gejala ini juga terjadi
memilih partai politik, sementara dalam Pilkada pemilih
di partai lain—seperti PKB, PAN, PKS PPP dan PDS.
memilih orang (kandidat). Dalam Pilkada, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak peduli
Misalnya yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
berasal dari partai mana.
Dari total 6 wilayah dimana PKS menjadi peraih suara terbesar dalam Pemilu Legislatif 2004, hanya 2 wilayah
Gejala banyaknya kekalahan calon yang diusung oleh partai
(33.3) yang berhasil dimenangkan oleh PKS dalam
pemenang Pemilu Legislatif ini adalah gejala umum yang
Pilkada. 1 Kemenangan PKS dalam Pemilu Legislatif di 6
terjadi di semua partai politik. Partai politik tidak berhasil
wilayah ini dihitung dari 290 wilayah yang telah melang-
menjaga dominasi suara seperti yang diperoleh dalam
sungkan Pilkada hingga Desember 2006. Partai Amanat
Pemilu Legislatif. Menjadi pemenang Pemilu Legislatif
Nasional (PAN) hanya berhasil mengantarkan calonnya
ternyata tidak menjadi jaminan kesuksesan ketika
menang di 2 wilayah—dari 4 wilayah dimana PAN dalam
mengusung seorang calon kepala daerah. Gejala ini terjadi
Pemilu Legislatif 2004 lalu menjadi peraih suara terbanyak. 2
di partai besar (Partai Golkar dan PDIP). Dari wilayah yang
Gejala yang sama juga terjadi di Partai Damai Sejahtera
telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006,
(PDS). Selama Pemilu Legislatif 2004, PDS berhasil menjadi
Partai Golkar menjadi pemenang Pemilu Legislatif di 200
peraih suara terbesar di 2 wilayah—dari total 290 wilayah.
wilayah. Dari 200 wilayah tersebut, lebih dari separoh (56.5)
Dari 2 wilayah itu, PDS hanya berhasil menang di satu
ditandai oleh kekalahan calon yang diusung oleh Partai
wilayah selama Pilkada. 3 Partai Persatuan Pembangunan
Golkar. Sementara sisanya (43.5) wilayah ditandai oleh
(PPP) bahkan tidak berhasil memenangkan seorang pun
kemenangan calon yang diusung oleh partai Golkar. Hal
calon di 5 wilayah dimana partai ini berhasil menguasai
yang sama juga dialami oleh PDIP. Partai ini menjadi
perolehan suara pada Pemilu Legislatif 2004. 4
pemenang (memperoleh suara terbesar) Pemilu Legislatif di 55 wilayah—dari wilayah yang telah melangsungkan
Gejala ini juga menimpa Partai Kebangkitan Bangasa (PKB).
Pilkada. Dari 55 wilayah tersebut, PDIP hanya berhasil
Hanya dibandingkan dengan partai lain, partai ini relatif lebih
separoh saja (50.9) mengantarkan calonnya sebagai
baik dalam mempertahankan dominasi penguasaan Pemilu
kepala daerah. Sisanya (49.1) calon yang diusung oleh
Legislatif di Pilkada. Partai ini dikenal mempunyai basis
PDIP kalah dari calon yang diusung oleh partai lain.
massa yang kuat terutama di Jawa Timur. Dalam Pemilu Legislatif 2004 lalu, PKB memperoleh suara terbesar di 11
Yang menarik, gejala banyaknya kekalahan calon kepala
kabupaten kota 5 , yakni Kabupaten Sumenep, Banyuwangi,
daerah yang diusung oleh partai pemenang Pemilu Legislatif
Situbondo, Jember, Gresik, Lamongan, Trenggalek, Mojo-
1 Calon yang diusung oleh PKS berhasil menjadi pemenang Pilkada di Kota Depok (pasangan Nurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra) dan Kota Batam (pasangan Ahmad Dahlan dan Ria Saptarika). Di Batam, PKS berkoalisi dengan Partai Golkar. Sementara di wilayah lain,
calon yang diusung oleh PKS kalah dari pasangan lain. Di Kota Medan, calon yang diusung oleh PKS (Maulan P dan Sigit PA) kalah dari pasangan calon yang didukung oleh koalisi partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, PAN, PDS, PPP, PP Pancasila, PBR (Abdillah dan Ramli). Di Hulu Sungai Tengah, pasangan kepala daerah dari PKS (Karyasuda dan Faqih Jarjani) kalah dari calon yang diusung oleh Golkar dan PBB (Syaiful Rasyid dan Iriansyah). Sementara di Banda Aceh, Pilkada dimenangkan oleh calon yang diusung oleh koalisi PPP, PBR dan Partai Demokrat (Mawardi Nurdin dan Illiza Sa‘aduddin Djamal). 2 Dalam Pemilu Legislatif 2004, PAN berhasil menjadi peraih suara terbesar di Tanjung Jabung Timur, Kota Lhokseumawe, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya. Dari 4 wilayah tersebut, calon yang diusung oleh PAN berhasil menang di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Abdullah Hich dan M. Juber). PAN dalam Pilkada Tanjung Jabung Timur berkoalisi dengan sejumlah partai, yakni Golkar, PAN, PBB, Demokrat, PPDK, PBR, PNIM. Calon dari PAN juga berhasil menang di Aceh Barat Daya (Akmal Ibrahim dan Syamsurizal). Tetapi di Kota Lhokseumawe dan Aceh Barat, calon yang diusung oleh PAN ( baik sendiri atau koalisi dengam partai lain) kalah dari calon lain. Di Kota Lhokseumawe dan Aceh Barat, Pilkada dimenangkan oleh calon yang diusung oleh GAM—masing-masing pasangan Munir Usman dan Suaidi Ya (Kota Lhokseumawe) dan pasangan Ramli MS dan Fuadi (Aceh Barat). 3 PDS berhasil menjadi peraih suara terbesar di 2 wilayah, yakni Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Poso. Di Kabupaten Poso, calon yang diusung oleh PDS ( Piet Inkiriwang dan Muthalib Rimi) berhasil memenangkan Pilkada. Sementara di Halmahera Utara, calon dari PDS (Djidon Hangewa dan Basri Amal), kalah dari pasangan yang diusung oleh Partai Golkar (Hein Mamotemo dan Arifin Meka). 4 Dalam Pemilu Legislatif 2004, PPP unggul dalam perolehan suara di Kota Pekalongan, Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan Aceh Jaya. Di Kota Pekalongan, calon yang diusung oleh PPP ( pasangan Timur Susilo Achmad dan Urip Sunaryo) kalah dari pasangan yang diusung oleh Partai Golkar (Moh. Basyir Ahmad dan Abu Almafachir). Di Kabupaten Aceh Besar calon yang diusung oleh PPP kalah dari calon yang diusung oleh PAN dan PBR (Buchari Daud dan Anwar Ahmad). Sementara di 3 wilayah lain, calon PPP kalah dari calon yang disung oleh GAM, yakni di Pidie (Mirza Ismail dan Nazir Adam), Aceh Utara (Ilyas A Hamid dan Syarifuddin) dan Aceh Jaya (Azhar Abdurrahman dan Zamzami A. Rani). 5 Perlu dicatat, tulisan ini hanya menganalisis 290 wilayah yang hingga Desember 2006 telah melangsungkan Pilkada. Kemenangan 11 wilayah ini dihitung dari 290 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006.
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Tabel 1: Prosentase Kemenangan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Dalam Pilkada Menurut Partai Politik
Partai Pemenang Pemilu Legislatif 2004
Menang Kalah Dalam Pilkada?
di Wilayah Pilkada
Persen () Total
Partai Demokrat
Partai Pelopor
Keterangan : (a) Pemenang Pemilu Legislatif di sini adalah partai yang memperoleh suara terbesar untuk pemilihan DPRD—tanpa memperhitungkan besar suara yang diperoleh atau kursi yang didapat. (b) Partai pemenang Pilkada yang dimaksud adalah partai yang berhasil mengantarkan calon yang diusung memenangkan Pilkada. Di sini diabaikan apakah partai itu mencalonkan kepala daerah itu sendirian ( tanpa koalisi) ataukah dengan berkoalisi dengan partai lain. Dengan demikian, partai yang berkoalisi dengan sejumlah partai lain tetap dihitung sebagai pemenang Pilkada jikalau calon yang diusung berhasil memenangkan Pilkada. Sumber: diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan data perolehan suara Pemilu legislatif dari KPU.
kerto, Pasuruan, Sidoarjo, dan Pekalongan. Dari 11 wilayah tersebut, PKB berhasil mengantarkan calon kepala daerah yang diusung (baik sendiri atau koalisi dengan partai lain)
memenangkan Pilkada di 7 wilayah (63.6) 6 . Tetapi PKB
kalah di 4 wilayah (36.4) yang selama ini menjadi basis
suara PKB dalam Pemilu Legislatif 7 .
6 Calon dari PKB yang menang dalam Pilkada masing-masing di Kabupaten Gresik (pasangan Robbach Maksum dan Sastro),
Mojokerto (pasangan Achmady dan Suwandi), Pasuruan (pasangan Aminurohman dan Pudjo Basuki), Sidoarjo (pasangan Win Hendrarso dan Saiful Ilah), Pekalongan (pasangan Siti Qomariyah dan Wahyudi Ponco Nugroho), Trenggalek (Suharto dan Maksum Ismail) dan Jember (MZA Djalal dan Kusen Andalas). 7 Di Kabupaten Sumenep, calon yang diusung oleh PKB (Abuya
B. Kasrim dan Moch Ramli S) kalah dari pasangan yang diusung oleh PPP dan PPNUI (Moh. Ramdlan Siraj dan Moch Dahlan). Di Banyuwangi, pasangan yang didukung oleh PKB (Achmad Wahyudi dan Eko Sukartono) kalah dari pasangan dari partai kecil yang tidak mempunyai kursi di DPRD (Ratna Ani Lestari dan Yusuf Nuris). Hal yang sama terjadi di Situbondo. Pasangan dari PKB (Aqiq Zaman dan Edi Kusnadi) kalah tipis dari pasangan yang diusung oleh PPP (Ismunarso dan Suroso). Sementara di Lamongan, pasangan dari PKB (Taufikurrachman Saleh dan Soetarto) kalah dari calon PAN (Masfuk dan Tsalits Fahami).
KAJIAN BULANAN
Tabel 2: Prosentase Kemenangan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Dalam Pilkada Menurut Provinsi
PROVINSI
Menang Kalah Dalam Pilkada?
Persen () Total
Bangka Belitung
Daerah Istimewa Yogyakarta
Irian Jaya Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Maluku Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Keterangan: Data didasarkan pada hasil Pilkada sampai Bulan Desember 2006. Hingga Desember 2006, menurut Departemen Dalam Negeri (www.depdagri.go.id), Pilkada telah dilangsungkan di 296 wilayah di seluruh Indonesia. Data dalam tulisan ini menyertakan Pilkada di 290 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006. Terdapat 5 wilayah yang tidak didapat datanya. Ada
1 wilayah ( Provinsi Sulawesi Barat) yang mengalami pemekaran pasca Pemilu Legislatif 2004. Sehingga tidak bisa dibandingkan antara hasil Pilkada dengan hasil Pemilu Legislatif 2004. Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia.
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Tabel 2 merinci keberhasilan dan kegagalan partai
kandidat dalam Pilkada. Sementara ada sejumlah provinsi
pemenang Pemilu Legislatif dalam Pilkada menurut provinsi.
dimana partai pemenang Pemilu Legislatif di provinsi ini
Dari tabel tersebut terlihat, sebagian besar provinsi ditandai
lebih banyak berhasil dalam memenangkan calon kepala
dengan kekalahan partai pemenang Pemilu Legislatif dalam
daerah yang diusung. Provinsi itu adalah Jawa Timur 14 dan
Pilkada. Meskipun masing-masing provinsi mempunyai
Kepulauan Riau. 15 Di provinsi ini, partai pemenang Pemilu
derajat gradasi yang berlainan. Gejala kekalahan partai
Legislatif sebagian besar berhasil juga memenangkan
pemenang Pemilu Legislatif dalam Pilkada dalam tarap
Pilkada.
yang besar terdapat di provinsi Irian Jaya Barat 8 , Kalimantan
Selatan 9 , Kalimantan Tengah 10 , Sumatera Barat 11 , Maluku
Tabel 3 merinci keberhasilan dan kegagalan partai peme-
Utara 12 dan Nusa Tenggara Timur 13 . Partai-partai yang
nang Pemilu Legislatif dalam Pilkada menurut provinsi
berada di provinsi-provinsi ini relatif gagal dalam
secara lebih detil. Tabel ini memperlihatkan di provinsi mana
mengusung calon dalam Pilkada. Basis suara dan modal
saja suatu partai menjadi pemenang Pemilu Legislatif dan
pendukung yang telah mereka raih selama Pemilu Legislatif
apakah di provinsi tersebut, partai menang atau kalah dalam
tidak menjamin keberhasilan ketika mengusung seorang
Pilkada. Yang menarik kalau kita memperhatikan lebih
8 Irian Jaya Barat adalah basis dari Partai Golkar. Dari 9 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada di Irian Jaya Barat, 8 wilayah (Kabupaten Fak-Fak, Teluk Wondama, Raja Ampat, Sorong Selatan, Teluk Bintuni, Manokwari, dan Provinsi Irian Jaya Barat) adalah basis
dari Partai Golkar. Kecuali Kabupaten Kaimana dimana dalam Pemilu Legislatif 2004 dimenangkan oleh Partai PBSD. Tetapi dalam Pilkada, Partai Golkar hanya berhasil memenangkan calon kepala daerah di Kabupaten Teluk Wondama dan Manokwari. 9 Semua partai yang menjadi peraih suara terbanyak dalam Pemilu Legislatif, yakni Golkar (Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Balangan, Tanah Bumbu, Kota Baru) dan PKS (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), tidak ada yang berhasil memenangkan calon kepala daerah yang diusung partai bersangkutan. Calon yang diusung oleh Partai Golkar dan PKS dikalahkan oleh calon yang diusung oleh partai lain—yang notabene bukan partai peraih suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif. 10 Dari 4 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, keempatnya adalah basis dari Partai Golkar (Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Barito Selatan). Tetapi hanya di Barito Selatan, calon yang diusung oleh Partai Golkar berhasil memenangkan Pilkada (Baharudin H.Lisa dan lrawansyah). 11 Provinsi Sumatera Barat, selama Pemilu Legislatif dikuasai oleh Partai Golkar dan PDIP. Dari 15 wilayah yang melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, Partai Golkar memperoleh suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif di 14 wilayah (Provinsi Sumatera Barat, Kota Bukit Tinggi, Kabupaten Dharmasraya, Solok, Padang Pariaman, Agam, Lima Puluh Kota, Pasaman Barat, Solok Selatan, Pasaman, Sawahlunto Sijunjung, Pesisir Selatan, Tanah Datar, dan Kota Solok) dan PDIP di 1 wilayah (Kabupaten Mentawai). Tetapi dari 15 wilayah tersebut, hanya di 4 wilayah saja, pemenang Pemilu Legislatif sekaligus berhasil mengantarkan kemenangan calon kepala daerah—yakni masing-masing di Kabupaten Mentawai, Kabupaten Solok, Kota Solok dan Kabupaten Tanah Datar. 12 Di Provinsi Maluku Utara, peraih suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif lebih beragam. Dari 7 wilayah yang melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, Partai Golkar menguasai suara mayoritas Pemilu Legislatif di 4 wilayah (Kabupaten Kepulauan Sula, Halmahera Timur, Halmahera Barat dan Kota Tidore) PKS 1 wilayah (Kabupaten Halmahera Selatan), PDS 1 wilayah (Kabupaten Halmahera Utara), dan PPDK 1 wilayah (Kota Ternate). Tetapi dari 7 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada tersebut, hanya 2 wilayah saja yang ditandai dengan kemenangan calon kepala daerah yang diusung oleh partai pemenang Pemilu Legislatif—yakni di Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore. 13 Wilayah di Nusa Tenggara Timur sejak lama adalah basis bagi Partai Golkar dan PDIP. Dari 8 kabupatenkota di Provinsi NTT yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, ada 4 wilayah yang saat Pemilu Legislatif dimenangkan oleh Golkar (Kabupaten Timor Tengah Utara, Lembata, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Flores Timur) dan 4 wilayah lain dimenangkan oleh PDIP (Kabupaten Manggarai Barat, Sumba Barat). Tetapi dari 8 wilayah tersebut hanya di 2 wilayah (Kabupaten Lembata dan Sumba Timur), calon yang diusung oleh partai peraih suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif, berhasil memenangkan Pilkada. 14 Provinsi Jawa Timur adalah basis dari partai PKB dan PDIP. Dari 19 kabupatenkota di Jawa Timur yang telah melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, mayoritas adalah basis dari PKB (Kabupaten Lamongan, Trenggalek, Sumenep, Banyuwangi, Situbondo, Jember, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan Kota Pasuruan) dan PDIP (Kabupaten Malang, Ngawi, Ponorogo, Kediri, Kota Surabaya, Blitar). Sisanya, adalah kabupaten basis dari Partai Demokrat (Kabupaten Pacitan) dan Golkar (Kabupaten Tuban). Dari 19 kabupatenkota yang telah melangsungkan Pilkada di Jawa Timur hingga Desember 2006, sebagian besar (73.7) partai pemenang Pemilu Legislatif berhasil menang juga dalam Pilkada. Calon kepala daerah yang diusung oleh partai pemenang Pemilu Legislatif berhasil mengalahkan calon lain. Kekalahan hanya terjadi di 5 kabupatenkota—masing-masing Kabupaten Lamongan, Ponorogo, Sumenep, Banyuwangi dan Situbondo. Di Lamongan, Pemenang Pemilu Legislatif adalah PKB, sementara partai pemenang Pilkada adalah PAN. Ponorogo adalah basis dari PDIP, sementara pemenang Pilkada adalah PKB. Sumenep dan Banyuwangi dan Situbondo adalah basis dari PKB, tetapi pemenang bukan PKB. Untuk Sumenep pemenang Pilkada adalah PPP dan PPNUI. Untuk Kabupaten Banyuwangi, pemenang Pilkada adalah calon yang diusung oleh partai non parlemen (PAN, PBR, PNBK dan parpol lain). Sementara di Situbondo, pemenang Pilkada adalah PPP. 15 Kepulauan Riau adalah basis dari Partai Golkar. Dari 6 wilayah di Provinsi Kepulauan Riau yang telah melangsungkan Pilkada, Partai Golkar meraih suara mayoritas di 5 kabupatenkota (Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Kepulauan Riau, Lingga, Karimun dan Natuna). Satu wilayah lain (Kota Batam), peraih suara mayoritas dalam Pemilu Legislatif adalah PKS. Dari 6 wilayah tersebut, hampir semua wilayah berhasil direbut oleh calon kepala daerah yang diusung oleh partai pemenang Pemilu Legislatif. Kecuali di Kabupaten Lingga. Di Kabupaten ini, calon yang diusung oleh Partai Golkar (Pemenang Pemilu Legislatif) kalah dari pasangan calon yang diusung oleh partai Demokrat dan PPIB.
KAJIAN BULANAN
Tabel 3: Prosentase Kemenangan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Dirinci Menurut Partai dan Provinsi PROVINSI
Partai Pemenang Pemilu Legislatif 2004
Menang Kalah Dalam Pilkada?
di Wilayah Pilkada
Persen () Total
Bangka Belitung
Bengkulu Golkar
Yogyakarta (DIY)
Gorontalo Golkar
Irian Jaya Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Golkar
Partai Demokrat
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Golkar
PKS
Total
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Maluku Utara
Aceh (NAD) Golkar
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Golkar
Partai Pelopor
Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia. Data perolehan suara Pemilu Legislatif diolah dari KPU
KAJIAN BULANAN 9
seksama tabel 3 ini adalah adanya wilayah-wilayah yang selama ini dikenal menjadi basis massa suatu partai dan mempunyai pendukung yang fanatik, tidak lantas menjadi jalan kemenangan ketika mengusung calon dalam Pilkada. Sulawesi Selatan misalnya. Provinsi ini sejak lama dikenal sebagai basis dari Partai Golkar. Di provinsi ini, banyak ditemukan pendukung fanatik dari Golkar. Banyak tokoh- tokoh Golkar di pusat berasal dari provinsi ini. Dari 12 wilayah yang melangsungkan Pilkada hingga Desember 2006, semua wilayah itu adalah basis suara Partai Golkar—di mana Golkar menjadi peraih suara terbanyak dalam Pemilu Legislatif. Meski demikian, Partai Golkar hanya berhasil memenangkan calon di 5 wilayah. Yang lebih banyak terjadi, justru calon yang diusung oleh Partai Golkar mengalami kekalahan. 16
Wilayah lain yang menarik adalah provinsi Bali. Provinsi ini sejak lama dikenal sebagai basis partai PDIP. Partai ini selalu memenangkan Pilkada di berbagai kabupaten kota di Bali, kerap kali dengan kemenangan telak. Dari 6 wilayah yang telah melangsungkan Pilkada di Provinsi Bali hingga Desember 2006, semua wilayah itu adalah basis PDIP— PDIP menjadi peraih suara terbanyak dalam Pemilu Legislatif. Tetapi dalam Pilkada, PDIP hanya berhasil mengantarkan calonnya menang di 3 wilayah. Wilayah lainnya, calon yang diusung oleh PDIP (baik sendiri atau koalisi dengan partai lain) mengalami kekalahan. 17
Dominasi Perolehan Suara Selama Pemilu Legislatif, Bukan Jaminan
Hasil Pilkada yang telah lewat juga menunjukkan dominasi suara partai dalam Pemilu Legislatif ternyata bukan jaminan berhasil menang dalam Pilkada. Jika Pemilu Legislatif 2004 dijadikan sebagai dasar, kita bisa membagi dominasi kekuatan partai di suatu wilayah ke dalam tiga kategori: sangat dominan (perolehan suara partai pemenang Pemilu Legislatif lebih dari 50), dominan (perolehan suara partai pemenang Pemilu Legislatif antara 25-50) dan kurang dominan ( perolehan suara partai pemenang Pemilu Legislatif kurang dari 25). Tabel 4 merinci dominasi kekuatan partai dalam Pemilu Legislatif 2004. Dari tabel terlihat, sebagian besar partai pemenang Pemilu Legislatif di suatu wilayah memperoleh suara antara 25 hingga 50. Yang menarik, ada 11 wilayah yang ditandai dengan kemenangan telak suatu partai dalam Pemilu Legislatif 2004—partai pemenang Pemilu Legislatif memperoleh suara lebih dari 50.
Secara teoritis, dominasi kekuatan partai dalam Pemilu Legislatif akan menentukan tingkat kemenangan suatu partai dalam Pilkada. Makin tinggi dominasi suatu partai, makin besar pula peluang suatu partai dalam memenangkan Pilkada. Hal ini karena dominasi partai menunjukkan basis massa yang kuat dan kekuatan dari mesin politik dari partai politik. Partai yang memperoleh suara besar dalam Pemilu Legislatif (dengan perolehan suara misalnya di atas 50) menggambarkan basis massa yang kuat dari partai itu, sekaligus juga memperlihatkan mesin politik yang bekerja secara optimal di suatu wilayah. Tetapi hasil Pilkada memperlihatkan, tidak ada hubungan antara dominasi kemenangan partai dengan kemenangan atau kegagalan suatu partai dalam Pilkada. Partai dengan perolehan suara sangat dominan selama Pemilu Legislatif 2004 tidak otomatis membuat potensi kemenangan partai menjadi besar. Tabel 5 memperlihatkan uji statistik (menggunakan chi square) yang menggambarkan tidak ada perbedaan dalam hal keberhasilan atau kegagalan partai dalam Pilkada antara partai yang sangat dominan, dominan dan kurang dominan selama Pemilu legislatif 2004.
Tabel 6 merinci lebih detil dominasi kemenangan partai dalam Pemilu Legislatif dan tingkat keberhasilan partai dalam mengusung calon di Pilkada yang dirinci menurut provinsi. Persentase suara yang diperoleh partai dalam Pemilu Legislatif menunjukkan derajat dominasi suatu partai di suatu wilayah. Dari tabel 6 ini terlihat, sebagian besar kemenangan partai dalam Pemilu Legislatif berada pada kategori dominan——perolehan suara partai pemenang Pemilu Legislatif antara 25-50.
Yang menarik ada sejumlah provinsi yang ditandai dengan banyaknya kemenangan partai dalam Pemilu Legislatif di kategori kurang dominan—— Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Papua, Irian Jaya Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Hal ini menggambarkan, di provinsi- provinsi ini tidak ada partai yang dominan, terdapat sejumlah partai yang mempunyai kekuatan relatif seimbang. Gejala yang tampak dari tabel 6 ini adalah provinsi dengan pemenang Pemilu Legislatif yang kurang dominan, ditandai oleh kecenderungan kekalahan partai pemenang Pemilu Legislatif itu ketika bertarung dalam Pilkada. Ini terjadi di Provinsi Papua, Irian Jaya Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
16 Golkar berhasil menang di Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, Barru dan Luwu Timur. Di 5 kabupaten ini, calon yang diusung oleh Golkar (baik sendiri atau koalisi dengan partai lain) berhasil memenangkan Pilkada. Sementara di Kabupaten Luwu Utara, Bulukumba, Selayar,
Tanah Toraja, Soppeng, Mamuju dan Mamuju Utara, calon yang diusung oleh Partai Golkar mengalami kekalahan. 17 PDIP berhasil menang dalam Pilkada di Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Jembrana. Di 3 kabupaten ini, calon yang
diusung oleh Golkar ( baik sendiri atau koalisi dengan partai lain) berhasil memenangkan Pilkada. Sementara di Kabupaten Karang Asem, Bangli dan Badung, calon yang diusung oleh PDIP mengalami kekalahan.
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan
mengusung calon dalam Pilkada. Gejala paling ekstrim
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Di provinsi ini, partai
terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan. Semua calon yang
pemenang Pemilu Legislatif yang menang tipis (kurang
diajukan oleh partai yang menang kurang dominan dalam
dominan) lebih banyak yang kalah ketika
Pemilu Legislatif, tidak ada satu pun yang memenangkan Pilkada.
Tabel 4: Kategori Dominasi Partai Dalam Pemilu Legislatif 2004
PARTAI
Kategori Dominasi Kemenangan Partai Dalam Pemilu Legislatif Dominan ( 25- 50)
Kurang Dominan (< 25)
Sangat dominan (>50)
Persen () Total
Partai Demokrat
Partai Pelopor
Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia. Data perolehan suara Pemilu Legislatif diolah dari KPU.
Tabel 5: Hubungan Dominasi Kekuatan Partai Dalam Pemilu Legislatif dan Kemenangan Dalam Pilkada
Kategori Dominasi Kemenangan
Menang Kalah Dalam Pilkada?
Partai Dalam Pemilu Legislatif
Persen () Total
Kurang Dominan (<25)
Dominan (25-50)
Sangat dominan (>50)
N = 290, χ ²df =4.1152 (tidak signifikan)
KAJIAN BULANAN
Dari 290 wilayah yang dianalisis dalam tulisan ini, ada 11
dalam Pilkada. Dalam Pilkada Kabupaten Boalemo, calon
wilayah yang ditandai dengan suara pemenang Pemilu
yang diusung oleh partai Golkar kalah dari pasangan yang
Legislatif di atas angka 50. Kesebalas wilayah ini selama
diusung oleh PPP (Iwan Bokings dan La Ode Haimuddin).
ini memang dikenal sebagai basis utama dari Partai Golkar (Kabupaten Barru, Gorontalo, Sarmi, Sangihe, Boalemo,
Tabel 7 merinci lebih detil kemenangan dan kegagalan
Provinsi Gorontalo) dan PDIP (Kabupaten Tabanan,
pemenang Pemilu Legislatif menurut kategori dominasi
Badung, Bangli, Wonogiri, Jembrana). Tetapi dari 11
kemenangan. Dari tabel ini terlihat, dominasi kemenangan
wilayah tersebut, terdapat 4 wilayah yang ditandai dengan
partai selama Pemilu Legislatif 2004, tidaklah menjadi
kekalahan partai pemenang Pemilu Legislatif ketika mengusung calon kepala daerah dalam Pilkada——
jaminan kemenangan dalam Pilkada. Tidak ada perbedaan
masing-masing Kabupaten Badung, Bangli, Gorontalo
yang mencolok antara dominasi kemenangan dengan
dan Boalemo.
keberhasilan dan kegagalan partai ketika mengusung calon dalam Pilkada. Data ini menarik karena kerap kali partai politik menggunakan dasar perolehan suara dalam Pemilu
Badung adalah salah satu basis kekuatan PDIP. Dalam
Legislatif dalam merumuskan kebijakan pencalonan dalam
Pemilu Legislatif 2004, PDIP menang telak di kabupaten ini
Pilkada.
dengan perolehan suara 54. Dalam Pilkada Kabupaten Badung (24 Juni 2005), PDIP mencalonkan pasangan I Made
Partai Golkar misalnya. Dalam kebijakan resmi yang
Sumer dan I Gusti Ngarah Oka. Pasangan ini kalah dari
dikeluarkan oleh Partai Golkar disebutkan, jika di suatu
pasangan yang dicalonkan oleh Partai Golkar dan koalisi
wilayah kemenangan Golkar telak ( di atas 50), Golkar
sejumlah partai lain yakni pasangan Anak Agung Gde Agung
akan mengusung calon kepala daerah dan wakil kepala
dan I Ketut Sudikerta. Pasangan Made Sumer dan I Gusti
daerah dari kader Golkar sendiri, tanpa harus berkoalisi
Ngarah Oka memperoleh suara 45.84, sementara
dengan partai lain. Apabila di suatu wilayah Golkar menang
lawannya mendapatkan suara 54.16. Hal yang sama juga
dalam Pemilu Legislatif tetapi prosentase kemenangan
terjadi di Kabupaten Bangli. Sama seperti Badung, Bangli
antara 15-50, Golkar akan mengincar calon kepala daerah,
(dan kabupaten lain di Provinsi Bali) adalah basis utama
sementara calon wakil kepala daerah dari partai lain.
dari PDIP. Saat Pemilu Legislatif 2004, di Kabupaten Bangli
Sementara kalau dalam Pemilu Legislatif Golkar
PDIP meraih suara mayoritas dengan suara 54.14.
memperoleh suara kurang dari 15 atau bukan menjadi
Kemenangan yang telak ini tidak menjamin kemenangan
pemenang pertama, Golkar hanya akan mengincar kursi
PDIP ketika mengusung calon kepala daerah dalam
wakil kepala daerah. Kebijakan yang dibuat oleh Golkar ini
Pilkada. Pasangan yang diusung oleh PDIP (I Wayan
secara jelas menggunakan dasar dominasi kekuatan partai
Gunawan dan I Wayan Wirata) kalah dari pasangan yang
dalam Pemilu Legislatif sebagai strategi pencalonan dalam
diusung oleh Partai Golkar, PPP dan Partai Demokrat (I
Pilkada Pilkada. Lihat tulisan “ Siasat Partai Politik dan
Nengah Arwana dan I Made Gianyar). Pilkada di Bangli ini
Strategi Pencalonan” dalam Kajian Bulanan Nomor ini.
menarik, karena pasangan yang diusung oleh Partai Golkar ini menang dengan angka cukup telak, 69.59.
Anomali
Sementara pasangan calon yang diusung oleh PDIP
Tulisan ini memperlihatkan kemenangan partai dalam
hanya memperoleh suara 30.41.
Pemilu Legislatif bukanlah jaminan kemenangan dalam Pilkada. Tetapi perlu dicatat, tulisan ini tidak memfokuskan
Dominasi partai yang sangat kuat di satu wilayah dan diiringi
pada analisis atas kemenangan partai—seperti seberapa
dengan kegagalan memenangkan calon yang diusung
banyak partai tertentu berhasil mengantarkan kandidat
dalam Pilkada juga dialami oleh Golkar. Di Kabupaten
menjadi kepala daerah. Atau partai mana yang paling banyak
Gorontalo, Partai Golkar menang telak saat Pemilu Legislatif
memenangkan Pilada. Tulisan ini berfokus pada seberapa
2004 dengan perolehan suara 58.16. Kemenangan saat
berhasil partai politik mempertahankan basis suara yang
Pemilu Legislatif ini tidak berjalan beriringan dalam Pilkada
diperoleh dalam Pemilu Legislatif 2004. Apakah partai yang
Kabupaten Gorontalo (27 Juni 2005). Calon yang diusung
berhasil menjadi pemenang (peraih suara mayoritas) dalam
oleh Partai Golkar (Sun Biki dan Rustam A) kalah cukup
Pemilu Legislatif di suatu daerah otomatis akan berhasil
telak dari pasangan koalisi PPP, PAN, PDIP, PBB, PBR (David
juga memenangkan calon kepala daerah. Seberapa ber-
Bobihoe dan Sofyan Puhi).
hasil calon kepala daerah yang didukung oleh partai terbesar di suatu wilayah, memenangkan Pilkada.
Pasangan yang diusung oleh Partai Golkar hanya memperoleh suara 36.43, sementara lawannya menda-
Dari wilayah yang telah melangsungkan Pilkada hingga
patkan suara 63.57. Hal yang sama terjadi di Kabupaten
Desember 2006, kecenderungan yang terjadi adalah lebih
Boalemo. Meski dalam Pemilu Legislatif 2004, Partai Golkar
banyak ditandai oleh kegagalan partai pemenang Pemilu
mendapat suara 57.51, tidak menjamin kemenangan
Legislatif 2004 untuk memenangkan calon yang diusung
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Tabel 6: Dominasi Kekuatan Partai Dalam Pemilu Legislatif dan Kemenangan Dalam Pilkada Dirinci Menurut Provinsi
Kategori Dominasi
PROVINSI
Kemenangan Partai
Menang Kalah Dalam Pilkada?
Dalam Pemilu Legislatif
Persen () Total
Bangka Belitung
Dominan (25-50)
Dominan (25- 50)
Sangat dominan (>50)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Yogyakarta (DIY)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Sangat dominan (>50)
Irian Jaya Barat
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Jawa Barat
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Jawa Tengah Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sangat dominan (>50)
Jawa Timur
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Kalimantan Barat
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Kalimantan Selatan
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Kalimantan Tengah
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Kalimantan Timur
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Total
KAJIAN BULANAN
Kepulauan Riau
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Maluku Utara
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Aceh (NAD)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Nusa Tenggara Barat
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Nusa Tenggara Timur
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sangat dominan (>50)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan ( <25)
Sulawesi Barat
Dominan (25-50)
Sulawesi Selatan
Dominan (25-50)
Sangat dominan (>50)
Sulawesi Tengah
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sulawesi Tenggara
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sulawesi Utara
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sangat dominan (>50)
Sumatera Barat
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sumatera Selatan
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (25-50)
Sumatera Utara
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (< 25)
Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia.
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Tabel 7: Prosentase Kemenangan Partai Pemenang Pemilu Legislatif Dalam Pilkada Menurut Kategori Dominasi Partai
Partai Pemenang
Kategori Dominasi
Pemilu Legislatif 2004
Kemenangan Partai
Menang Kalah Dalam Pilkada?
di Wilayah Pilkada
Dalam Pemilu Legislatif
Kalah
Persen ()
Menang Persen () Total
Golkar
Dominan (25- 50)
Kurang Dominan (<25)
Sangat dominan (>50)
Dominan (25- 50)
Kurang Dominan (<25)
Partai Demokrat
Kurang Dominan (<25)
Partai Pelopor
Kurang Dominan (<25)
Dominan (25- 50)
Kurang Dominan (<25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (<25)
Sangat dominan (>50)
Dominan (25-50)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (<25)
Kurang Dominan (<25)
Kurang Dominan (<25)
Dominan (25-50)
Kurang Dominan (<25)
Sumber: Diolah dari database Lingkaran Survei Indonesia. Data perolehan suara Pemilu Legislatif diolah dari KPU.
KAJIAN BULANAN
dalam Pilkada. Tetapi ini baru satu fakta. Fakta lain yang
wilayah basis massa partai Golkar. 18
juga menarik adalah adanya keberhasilan dari partai dalam memenangkan calon kepala daerah, meski partai itu bukan
Hal yang sama juga dialami oleh PDIP di Dharmasraya.
pemenang Pemilu Legislatif di wilayah tersebut.
Dalam Pemilu Legislatif 2004, Partai Golkar menjadi peraih suara terbanyak (36). PDIP hanya berada di peringkat
Tabel 8 memperlihatkan beberapa contoh wilayah yang
ketiga peraih suara terbanyak (di bawah Golkar, PBR dan
ditandai dengan keberhasilan partai dalam memenangkan
PAN) dengan perolehan suara 12. Tetapi dalam Pilkada,
calon kepala daerah (baik sendiri atau berkoalisi dengan
PDIP yang berkoalisi dengan PAN,PKPB berhasil
partai lain) meski partai bukanlah pemenang Pemilu
memenangkan calon yang diusung (Asrul Syukur dan
Legislatif.
Nusiwan) dan mengalahkan calon yang diusung oleh Partai Golkar (Marion Dt Angkayo Mulie dan Tugimin). Keberhasilan
Yang menarik, hal ini juga terjadi hampir secara merata di
di Dharmasraya ini diikuti oleh kemenangan lain calon yang
semua partai. Partai Golkar di Pekalongan misalnya. Kota
diusung oleh PDIP (baik sendiri atau berkoalisi dengan
Pekalongan adalah basis bagi Partai PKB, PPP dan PDIP.
partai lain) di Provinsi Sulawesi Utara, Minahasa Selatan,
Dalam Pemilu Legislatif, PPP mendapat suara 26.66, PDIP
Provinsi Kalimantan Tengah dan Pasaman Barat. Wilayah-
20 dan PKB 13.33. Partai Golkar hanya mendapat
wilayah ini bukanlah wilayah basis massa PDIP. 19
13.33. Meski demikian, calon yang diusung oleh partai Golkar (Moh. Basyir Ahmad dan Abu Almafachir) berhasil
Gejala ini juga menimpa partai menengah, seperti PKB,
mengalahkan calon yang diusung oleh PPP (Timur Susilo
PAN dan PKS. PKB mengalami hal ini misalnya di Povinsi
Achmad dan Urip Sunaryo), PKB (Anthony dan Hasyim
Kalimantan Selatan. Dalam Pemilu Legislatif 2004, Golkar
Fahmi) dan koalisi PDIP-PAN (Sigit Sumarhen Yanto dan
menjadi peraih suara terbanyak di provinsi ini dengan suara
Freddy Wijaya). Pasangan yang diusung oleh Partai Golkar
23.63. PKB hanya menempati urutan kelima ( di bawah
ini bukan hanya memenangkan Pilkada, tetapi juga meraih
Golkar, PPP, PDIP dan PKS) dengan suara 10.9. Tetapi
suara secara telak, 40.19. Golkar juga sukses meme-
dalam Pilkada, calon yang diusung oleh PKB justru yang
nangkan calon kepala daerah di Bangka Tengah, Karang-
menang. PKB yang berkoalisi dengan PPP (Rudi Arifin dan
asem, Badung, dan Bangli yang notabene bukan merupakan
Rosehan NB) berhasil mengalahkan Golkar yang
18 Karangasem, Badung dan Bangli adalah basis dari PDIP. Calon-calon yang diusung oleh Golkar (baik sendiri atau berkoalisi ) di Karangasem (I Wayan Geredeg dan I Gusti Lanang Rai), Badung (Anak Agung Gde Agung dan I Ketut Sudikerta), dan Bangli (Made Arnawa
dan Gianyar) berhasil memenengkan Pilkada. Sekaligus mengalahkan calon yang diusung oleh PDIP yang notabene adalah partai pemenang Pemilu Legislatif di wilayah ini. 19 Di Sulawesi Utara, Minahasa Selatan, Pasaman Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah, partai pemenang Pemilu Legislatif adalah Golkar. Tetapi di wilayah-wilayah ini, calon yang diusung oleh PDIP (baik sendiri atau koalisi dengan partai lain) berhasil memenangkan Pilkada. Di Provinsi Sulawesi Utara, calon yang diusung oleh PDIP (Sinyo Sarundayang dan Freddy H. Sualang) berhasil memenangkan Pilkada dan mengalahkan calon yang diusung oleh Golkar (A.J. Sondakh dan Aryanti Baramuli Putri). Di Minahasa Selatan, calon dari koalisi PDIP dan PDS (RM Luntungan dan Ventje Tuela) mengalahkan pasangan yang didukung oleh Golkar (Jenny J. Tambuan dan Ronny Gosal). Di Provinsi Kalimantan Tengah, pasangan Agustin Teras Narang dan Ahmad Diran dari PDIP berhasil memenangkan Pilkada, dan mengalahkan pasangan yang diusung oleh Partai Golkar (Aswani Agani dan Kahayani). Sementara di Pasaman Barat, PDIP berkoalisi dengan PBB, PBR. Calon yang diusung oleh koalisi ini (Syah Iran dan Risnawanto) berhasil memenangkan Pilkada. Calon yang diusung oleh Golkar (Zulkenedi Said dan Ema Yohana) hanya menempati urutan paling buncit dari perolehan suara dalam Pilkada. 20 Dalam Pemilu Legislatif 2004, PDIP adalah partai pemenang di Ponorogo. Tetapi calon yang diusung oleh PKB (Muhadi Suyono dan Amin) berhasil mengalahkan calon yang diusung oleh PDIP (Suprianto dan Handoko) sekaligus berhasil memenangkan Pilkada. Sementara di Kotawaringin Barat, Bulungan dan Kota Baru, partai pemenang Pemilu Legislatif adalah Partai Golkar. Tetapi calon yang diusung oleh PKB (baik sendiri maupun koalisi dengan partai lain) berhasil memenangkan Pilkada. Di Kotawaringin Barat, calon dari koalisi PKB, Demokrat dan PBB (Ujang Iskandar dan Sukirman) berhasil memenangkan Pilkada. Calon yang diusung oleh Golkar (Abdul Razak dan Gusti Husni Syamsul) justru berada di posisi terakhir perolehan suara dalam Pilkada. Di Bulungan, calon yang diusung oleh koalisi PKB, Pelopor dan PAN (Budiman Arifin dan Liet Inggai) berhasil mengalahkan calon lain. Sementara di Kota Baru, koalisi PKB dan Demokrat yang mengusung pasangan Sjachrani Mataja dan Fatizanolo Saciago berhasil memenangkan Pilkada. Calon dari Golkar (Firdaus Mansori dan Eriyansyah Basindu) memperoleh suara paling sedikit dari 5 pasangan calon yang maju dalam Pilkada. 21 Di Bangka Barat, partai pemenang Pemilu Legislatif 2004 adalah PDIP. Tetapi calon yang diusung oleh PKS dan PAN (Parhan dan Zuhri M. Syazili) berhasil memenangkan Pilkada dan mengalahkan calon yang diusung oleh PDIP (Rozali dan Djunaidi Sukinto). Sementara di Seram Bagian Timur, Solok Selatan dan Bengkulu, partai pemenang Pemilu Legislatif adalah Golkar. Calon yang diusung oleh PKS (sendiri atau koalisi dengan partai lain) berhasil memenangkan Pilkada. Di Seram Bagian Timur, pasangan koalisi PKS, PKPB, PKPI (Abdullah Vanath dan Siti Umuria Suruwaky) berhasil memenangkan Pilkada. Di Solok Selatan, saat Pemilu Legislatif 2004, Partai Golkar mendominasi kemenangan dengan suara 44.77. Tetapi saat Pilkada, calon yang diusung oleh Golkar (Zulkainiri DT Marajo dan Bustami Narda) justru mendapat suara paling buncit. Pasangan yang diajukan oleh koalisi PKS dan PKPI (Syahrizal dan Nurfirmanwansyah) berhasil memenangkan Pilkada. Sementara di Provinsi Bengkulu, pasangan koalisi PKS dan PBR (Agusrin M Najamudin dan Syamlan) memenangkan Pilkada.
LINGKARAN SURVEI INDONESIA
Tabel 8: Contoh Anomali Hasil Pilkada Dibandingkan Dengan Hasil Pemilu Legislatif
Partai Pemenang
Contoh Wilayah Dimana Partai
Contoh Wilayah Dimana
Pilkada
Pemenang Pemilu Legislatif
Partai Kalah Pemilu Legislatif
Partai Pemenang Pemilu
Menang Dalam Pilkada
Tetapi Menang Dalam Pilkada
Legislatif Kalah Dalam Pilkada
Golkar
Kabupaten Kutai Kertanegara
Kota Pekalongan
Kabupaten Nunukan
Kota Cilegon
Bangka Tengah
Kota Balikpapan
Kabupaten Kapuas Hulu
Karangasem
Kabupaten Kutai Timur
Kabupaten Ketapang
Badung
Kabupaten Tapanuli Tengah
Kabupaten Ogan Ilir
Bangli
Kabupaten Pelalawan
PDIP
Kabupaten Bangka Tengah
Provinsi Sulawesi Utara
Kabupaten Manggarai Barat
Kabupaten Ngawi
Minahasa Selatan
Kabupaten Kendal
Kota Denpasar
Provinsi Kalimantan Tengah
Kabupaten Klaten
Kabupaten Sleman
Dharmasraya
Kabupaten Badung
Kota Surabaya
Pasaman Barat
Kota Semarang
PKB
Kabupaten Mojokerto
Ponorogo
Kabupaten Sumenep
Kabupaten Jember
Kotawaringin Barat
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Pekalongan
Bulungan
Kabupaten Situbondo
Kota Pasuruan
Provinsi Kalimantan Selatan
Kabupaten Lamongan
Kabupaten Gresik
Kota Baru
Kabupaten Trenggalek
PKS
Kota Batam
Bangka Barat
Halmahera Selatan
Kota Depok
Kota Serang
Kota Medan
Seram Bagian Timur
Hulu Sungai Tengah
Solok Selatan
Kota Banda Aceh
Provinsi Bengkulu
mengusung Gusti Iskandar dan Hafiz A. PKB juga tercatat
dalam perilaku pemilih di Indonesia. Yakni suatu gejala
berhasil di Kabupaten Ponorogo, Kotawaringin Barat,
dimana pemilih memilih partai yang berbeda untuk tingkatan
Bulungan dan Kota Baru—kendati di wilayah itu PKB bukan
pemilihan yang berbeda—mulai dari pemilihan langsung pemenang Pemilu Legislatif. 20 untul Legislatif, Presiden hingga Pilkada. Misalnya untuk Pemilu Legislatif, seseorang memilih Partai X, untuk Pemilu
Sementara untuk PKS, hal ini terjadi di Kabupaten Serang.
Presiden memilih calon presiden dari Partai Y, sementara
Dalam Pemilu Legislatif 2004, PKS hanya menduduki
untuk Pilkada seseorang memilih calon yang diusung oleh
peringkat keempat (di bawah Partai Golkar, PDIP, PPP dan
Partai Z, dan seterusnya. Benar tidaknya adanya gejala split
PKB) dengan suara 11.1. Meski kalah dalam Pemilu
ticket voting membutuhkan studi tersendiri yang lebih
Legislatif, PKS berhasil memenangkan calon yang diusung
mendalam. Yang lebih pasti dari fakta-fakta selama
dalam Pilkada, yakni pasangan Taufik Nuriman dan Andy
pelaksanaan Pilkada ini tidak ada jaminan kemenangan
Sujadi. Pasangan ini berhasil mengalahkan pasangan yang
partai (bahkan kemenangan dominan sekalipun) dalam
diusung oleh koalisi Partai Golkar dan PPNUI (Bunyamin
Pemilu Legislatif menjadi jalan menuju kemenangan dalam
dan Ma’mun Syahroni). PKS berhasil mengulangi
Pilkada (Eriyanto).
kesuksesan di Bangka Barat, Seram Bagian Timur, Solok Selatan dan Provinsi Bengkulu—kendati PKS bukanlah
Daftar Pustaka
pemenang Pemilu Legislatif di wilayah ini. 21 Allspot, Dee dan Herbet F. Weisberg, “ Measuring Change in Party Identification in an Election Campaign,” American Journal of
Kemenangan calon yang diusung oleh bukan partai
Political Science, Vol. 29, No. 1, 1984.
pemenang Pemilu Legislatif ini kemungkinan menunjukkan
Ranney, Austin, Governing: An Introduction to Political Science,
terjadinya gejala split ticket voting (Austin Ranney, 1999)
Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice-Hall, Inc, 1999.
KAJIAN BULANAN 17
HAMPIR semua partai politik, terutama partai-partai yang memperoleh kursi legislatif besar, seperti tak mau keting- galan dalam memperebutkan kursi kepala daerah. Agar tidak kecolongan, berbagai strategi disiapkan, baik oleh masing- masing kandidat yang mau maju dalam pencalonan ataupun masing-masing partai politik yang tak mau kalah bersaing dalam arena kompetisi tersebut.
Mengapa arena Pilkada begitu memiliki makna penting bagi partai politik? Setidaknya ada beberapa alasan mendasar. Pertama, kemenangan dalam Pilkada, dianggap sebagai kata kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan ekse- kutif di masing-masing daerah. Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing partai politik. Kedua, pemenangan dalam Pilkada dianggap sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembe- lajaran para kader politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pilkada cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga, bagi partai politik, Pilkada juga dianggap sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer.
Kontestasi politik, yang sering disederhanakan sebagai arena kekuasaan dalam era Pilkada membutuhkan para kader yang populer dan potensial. Popularitas seringkali
menjadi kekuatan terpenting bagi masing-masing partai politik untuk melapangkan jalan menuju arena Pemilu 2009 mendatang.