Addthis Teori Pengukuran

Important of Measurement, Scale, Type of Measurement,
Reliability and Accuracy, Measurement In Accounting

Mata Kuliah: Teori Akuntansi
Dosen Pengampu: Dr. Dwi Asih Surjandari, Akt, MM

Disusun Oleh
Kelompok III:
1. Evi Haryadi (55514110009)
2. Redaktur Wau (55514110057)
3. Surrachman Iman (55514110017)

UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS PASCASARJANA
2015

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Makalah
Langkah pertama dalam penyajian informasi kepada pemakai pemakai

laporan

keuangan

yang berbeda diluar

perusahaan adalah

memilih objek dan kegiatan atau peristiwa perusahaan serta atribut
mereka yang relevan bagi pemakai - pemakai tertentu atau pemakai pemakai pada umumnya. Objek misalnya dapat berupa receivables, fixed
assets, dan long - term

debt. Kegiatan misalnya meliputi penjualan

barang atau jasa dan pembayaran dividen. Tetapi sebelum pengukuran
dapat dilaksanakan, atribut - atribut yang akan diukur harus dipilih

terlebih dahulu. Atribut mengenai accounts receivables meliputi nominal
yang akan diterima dan tanggal penerimaan itu yang diharapkan terjadi.
Atribut mengenai fixed assets meliputi kapasitas fisik, nominal yang
dikeluarkan untuk memperoleh fixed assets tersebut, atau nominal untuk
mengganti fixed assets. Atribut yang dipilih itu dipandang relevan kalau
dapat membuat prediksi dan keputusan. Biasanya kebanyakan atribut itu
relevan hanya karena dapat dipakai untuk mewakili sesuatu atau
menjadi surrogate (pengganti) dari atribut yang sebenarnya dikehendaki.
Contoh : historical cost dalam hal - hal tertentu merupakan surrogate
untuk current value dari suatu aset yang selanjutnya dapat membantu
meramalkan future value.

2

Pengukuran
pemberian

nilai

dalam

-

nilai

akuntansi
numerikal

biasanya
kepada

diartikan

objek

atau

sebagai
peristiwa

perusahaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penggabungan pos

-

pos

(aggregation)

seperti

total

nilai

aset,

atau

pemilahan

(disaggregation) dari data sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran juga
meliputi proses klasifikasi dan identifikasi, dan para akuntan sejak lama

telah menyadari adanya kebutuhan akan data non kuantitatif seperti
disclosure yang terlihat dalam catatan kaki atau catatan mengenai
ikhtisar keuangan.
Upaya untuk melakukan kuantifikasi atau pengukuran dalam teori
akuntansi

juga

memberikan

tekanan

kepada

sistem

pasar

dalam


perekonomian, karena pasar merupakan sumber yang sangat penting
mengenai data kuantitatif. Dari asumsi mengenai perekonomian yang
berdasarkan kekuatan pasar, maka harga pasar akan relevan untuk
pelaporan

eksternal.

Ini

juga

berarti

bahwa

karena

keputusan

-


keputusan ekonomi mempengaruhi hasil atau keadaan sekarang dan
masa mendatang, maka harga pasar pada saat ini atau pada saat yang
akan datang lebih relevan daripada harga pasar di masa yang lalu.
Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih
besar disbanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang
disajikan dalam laporan akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang)
merupakan fungsi penting dalam akuntansi di bagian ini dibahas mengenai
konsep-konsep pengukuran.

3

Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan
pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut
menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian
disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah
suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di masa lalu,
sekarang atau yang akan datang.
Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan
jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan

keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Di dalam akuntansi
pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian umumnya dilakukan.
Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah
yang harus dicatat pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian
biasanya digunakan untk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang
harus diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat
penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran
terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian
pada saat penyajian.

B. Rumusan Makalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dari pengukuran?
2. Skala apa yang digunakan dalam pengukuran?

4

3. Bagaimana konsep reliability dan akurasi dalam pengukuran?
4. Apakah ada permasalahan lain yang berhubungan dengan pengukuran?


C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep dari pengukuran dan pentingnya suatu pengukuran.
2. Memberikan

pemahaman

tentang

skala

yang

digunakan

dalam


pengukuran.
3. Memberikan pemahaman tentang tipe-tipe dari pengukuran.
4. Menjelaskan konsep dari reliability dan akurasi dalam pengukuran.
5. Menjelaskan permasalah lain yang berhubungan dengan pengukuran.

5

BAB II
ISI

A. Pengertian Pengukuran
Menurut Campbell, orang yang pertama menangani masalah
pengukuran, definisi pengukuran adalah: “The assignment of numerals to
represent properties of material systems other than numbers yang berarti
penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat-sifat sistem material dan
bilangan-bilangan didasarkan pada hukum yang mengatur tentang sifatsifat”. Sedangkan menurut Stevens seorang ahli teori pengukuran ilmu sosial,
pengukuran disebut sebagai: “assignment of numerals to objects or events
according to rules yang berarti penentuan angka-angka yang ada kaitannya
dengan objek-objek ataupun peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan”.
Sepintas, definisi tersebut tampak sangat mirip, namun sesungguhnya yang

pertama lebih tradisional dan sempit cakupannya. Pada definisi Campbells,
perbedaan dibuat antara sifat sistem dan sistem itu sendiri. “Sistem”
merupakan objek atau peristiwa seperti yang disebutkan Stevens: rumah,
meja, orang, asset dan jarak tempuh. Aspek spesifik atau karakteristik dari
sistem seperti: berat, panjang, lebar, atau warna. Kita selalu mengukur sifat
dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, definisi Campbells lebih tepat
dari Stevens. Perhatikan bahwa dalam definisi Campbells tugas yang harus
dilakukan sesuai dengan “hukum” yang mengatur sifat yang diberikan,
sedangkan Stevens hanya memerlukan “aturan” terhadap setiap seperangkat

6

aturan. Artinya, Campbells melihat pengukuran sebagai suatu sistem
sedangkan Stevens melihatnya sebagai objek atau peristiwa.
Sterling sendiri tidak sependapat dengan keluasan definisi Stevens, dia
berpendapat bahwa, “Dibutuhkan pembatasan pada jenis aturan yang dapat
digunakan”. Jika tidak, setiap penempatan angka dapat disebut pengukuran,
tentu saja bertentangan dengan pemahaman yang kita miliki dari istilah
tersebut.
Pengukuran melibatkan hubungan sistem bilangan formal untuk
beberapa sifat dari objek atau kejadian dengan rata-rata aturan semantik.
Aturan-aturan ini terdiri dari operasi yang dirancang untuk membuat
sambungan (definisi operasional). Pengukuran ini dimungkinkan karena
hubungan satu ke satu (isomorfisma) antara karakteristik tertentu dari sistem
angka, sebagaimana dinyatakan dalam model matematika dan hubungan
antara objek-objek atau peristiwa yang berkaitan dengan sifat yang diberikan.
Ketika angka tersebut ditempatkan ke objek atau peristiwa, dalam model
matematika mencerminkan hubungan antara objek-objek atau peristiwa, maka
sifat dari objek atau peristiwa dikatakan diukur jika skala telah ditetapkan.
Stevens menyatakan: Saat ini korespondensi antara model formal dan empiris
sangat erat kaitannya, kita mampu menemukan suatu kebenaran dengan
menguji model itu sendiri.
Dalam pandangan ini, proses pengukuran serupa dengan pendekatan
teori formulasi dan pengujian yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah
pernyataan dinyatakan secara matematis, adalah maju. Aturan semantik

7

(operasi) yang dirancang untuk menghubungkan simbol pernyataan ke objek
atau peristiwa tertentu. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan
secara matematika yang berkorelasi dengan hubungan dari objek atau
kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.

B. Pentingnya Pengukuran
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada
unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah
sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri
yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010).
Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat
berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain,
yang dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa
mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data
statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh
tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu
kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari.
Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika
kita mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap
modal dan kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal
selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang
mempengaruhi kekayaan perusahaan.

8

Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan
khusus untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting
dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui
nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan
kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita
melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat
dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe
pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.

C. Skala Pengukuran
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala
dibuat ketika aturan semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan
matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa
yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut.
Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang digunakan.
Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal,
ordinal, interval atau rasio. (Godfrey, dkk. 2010).
1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label.
Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak
sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam
pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat
kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu

9

sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada
objek atau kelompok dari objek.”
2. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya
sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat
3 kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut
diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini. Kelemahan skala
ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa
tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal.
Tidak hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara
interval skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu
ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur
suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A
22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat
mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui
bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan
skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
a. Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
b. Interval antar objek diketahui dan sama

10

c. Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek
terakhir diketahui
Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter
dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10
meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A.
Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang
digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama
dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan
membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam
akuntansi,

setiap

sistem

yang

berbeda

akan

berbeda

juga

variabelvariabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda
akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode
pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

D. Tipe-Tipe Pengukuran
Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori
konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan
dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell
membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan turunan.
Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada
konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe
pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh

11

Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang
didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk. 2010).
1. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka
bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak
bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang,
hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur.
Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai
hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda
(jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.
2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran
yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya
adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa
dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran turunan adalah
keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan pengurangan
pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran Formal
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan
definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal
yang bisa diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada,
tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai
contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur

12

konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel
pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep
keuntungan dan

bagaimanapun

bisa digunakan untuk mengukur

keuntungan secara tidak langsung.
Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha
menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat
manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik
orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes
aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk
menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita
membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada
kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan
berprestasi dalam kuliah matematika.

E. Reliability dan Akurasi Dalam Pengukuran
Yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan
pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan
terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan
kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan
dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror.
1. Sumber kesalahan
a. Operasi Pengukuran tidak tetap

13

Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya
terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan
secara tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh
pengukur.
b. Pengukur
Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau
menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar.
c. Instrumen
Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris
atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat.
d. Lingkungan
Pengaturan

di

mana

operasi

dilakukan

pengukuran

dapat

mempengaruhi hasil.
e. Atribut yang tidak jelas
Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran
melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
f.

Resiko dan Ketidakpastian
Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika
semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan
kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas
kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini
maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi. (Godfrey,
dkk. 2010).

14

2. Pengukuran yang dapat diandalkan
Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur
tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan.
Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian
pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili
sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai
peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.
Istilah „presisi‟ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin
merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan
pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini
berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya,
serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang
kali yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada dasarnya
sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat
mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan
di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu
perangkat operasi.
3. Pengukuran yang akurat
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil
yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat.
Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran
menuju „nilai sejati ' dari atribut pengukuran. (Godfrey, dkk. 2010). Sifat

15

fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara
akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai
sebenarnya.
Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak
diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu
atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran.
Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh
karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan pragmatis dari
„kegunaan‟, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan
standar kuantitatif yang harus diterapkan.

F. Pengukuran Dalam Akuntansi
Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah
perhitungan modal dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan
penilaian ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan
dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode
akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara, contoh :
historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan
pada kita bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan
berkembang dari waktu ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep
perhitungan yang fundamental.

16

Yang terkini, standar pelaporan keuangan internasional telah membuat
konsep kebih tepat yaitu konsep “nilai wajar”. Beberapa pengamat
beragumen dan mengkritik konsep “nilai wajar” ini. Bahwa konsep ini
merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan
perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan
ini lebih fokus pada penilaian “Balance Sheet”, mengalihkan akuntansi dari
perhitungan alokasi laba yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi
pada realita komersil dan pengambilan keputusan oleh investor dibadingkan
kebenarannya.
Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran
turunan untuk modal dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang berasal dari
standar akuntansi internasional. Dari perubahan modal selama periode dari
semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan fair value aktiva bersih
tidak termasuk transaksi dengan pemilik.
Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti kita
harus mengukur nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima,
jumlah modal yang digunakan, dan perubahan nilai fair value aktiva bersih.
Peningkatan modal selama periode akan dating akan mengukur jumlah laba
dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan penilaian
kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru atau
pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan
merupakan modal awal pada periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).

17

Sebaliknya,

pendekatan pengukuran dengan pendekatan

yang

dilakukan sebelum pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan
yang diterima disesuaikan terhadap aset bersih yang digunakan dalam suatu
periode, dan jika pendapatan lebih besar dari penggunaan modal bersih (atau
biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis
dipertahankan dan laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan
sebesar harga perolehan dan perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap
sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat bahwa laba turunan sangat
tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan bagaimana kita
mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep
penilaian modal dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu
dengan hasil bahwa kita miliki pengukuran atas modal secara umum dan
konsep laba.
Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai
akuntansi dan kurangnya sebagai model konvensional dan dominan.
Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah akademis secara signifikan
menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva tidak berwujud
menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar Board
(IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung
kebutuhan untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh
dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang sebanding.

18

Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar
akuntansi internasional sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS
39/AASB139 instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan IASB /
FASB proyek bersama mengenai pelaporan keuangan kinerja-(1) bahwa
pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dihubungkan dengan
pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus diadopsi
sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat
penggunaan (sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada
perubahan nilai aktiva dan kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan.
Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban
diakui secara langsung mereka terjadi dan dilaporkan sebagai komponen
income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian, dengan
neraca repositori utama dari nilai yang relevan sebagai informasi, dan
pengguna utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan investor.

G. Permasalahan Lain Yang Berhubungan Dengan Pengukuran Bagi
Auditor
Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk
pengukuran keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai
perubahan atas nilai wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan
dengan cara mencocokkan transaksi pendapatan dan beban untuk periode
auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan bukti bahwa transaksi
tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien. Namun,

19

ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih
sulit muncul untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan
manajemen. Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan
dengan menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh
standar akuntansi IAS 36/AASB 136. Pernyataan ini mensyaratkan penurunan
nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai. Manajemen entitas
diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada indikasi bahwa
aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan
mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat
dipulihkan suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva
harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali.
Pengurangan Itu adalah kerugian penurunan nilai.
Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak
kasus. Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai
audit dan perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan
untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti
standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian
penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan
apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk
akal dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian
untuk aset tertentu dan kewajiban yang consedered, auditor dapat menerima
metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak
setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu yang

20

sedang digunakan oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti
bahwa metode ini diterapkan secara konsisten, sehingga manajer tidak
memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun tergantung pada hasil
keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai apakah nilai
aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan
manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut
akan mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas,
nilai pasar digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan
sebagainya.
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian
yang wajar dan asumsi mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi
masuk akal beberapa untuk diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai.
Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat diterima oleh auditor jika bukti
audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan model penilaian
benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah mungkin
bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan
penilaian mereka atau kehilangan audit agar auditor yang lain lebih
menyenangkan.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang
menimbulkan masalah tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian
aset yang dapat diterima oleh auditor jika memenuhi persyaratan :
a. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
b. Menggunakan asumsi yang beralasan,

21

c. Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.
Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager
perusahaan auditee untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan
tersebut jika tidak maka auditee akan mencari auditor yang lain. Masalah lain
yang muncul adalah audit atas biaya historical seperti standar biaya
persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat, tapi
biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh
kondisi yang berubah-ubah.

H. Kendala Dalam Pengukuran
Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan
berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang.
Karena hubungan antara masa kini dan masa datang umumnya tidak pasti,
maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Tetapi
ketidak mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas attribut
khusus yang dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran
yang terandal dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran
yang menjelaskan secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala
disebabkan oleh ketidak pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas
dalam pengukuran, kurangnya unit moneter yang stabil. Kenservatisme
bertindak sebagai kendala pada pengukuran akuntansi karena hal ini sudah
sedemikian tertanam didalam pemikiran manajemen dan para akuntan, tetapi

22

konservatisme ini sebagai kendala yang harus dibuang melalui metode
pendidikan yang semestnya.
1. Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidak pastian dalam akuntasi timbul dari dua sumber utama
a. Informasi akuntansi umumnya berhubungan dengan kesatuan yang
diharapkan akan tetapi hidup pada masa yang akan datang karena
alokasi sering dilakukan antara periode masa lalu dan masa datang
maka asumsi harud dibuat mengenai logika alokasi ini dan berdasarkan
harapan mengenai masa datang
b. Pengukuran akuntansi sering diasumsikan menggambarkan ungkapan
kekayaan dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi jumlah
mendatang yang tidak pasti
Jadi pengukuran manapun yang didasarkan pada estimasihanya dapat
bersifat sementara akan tetapi in tidak berarti bahwa estimasi dan ramalan
tidak harus dibuat seteliti mungkin jikga ternyata relevan
2. Objektifitas dan verifiabilitas
Agar pengukuran akuntansi dapat sehandal mungkin dalam menyajikan
informasi yang relevan untuk peramalan dan pengambilan keputusan oleh
para investor dan para pemakai laporan keuagan lainnya, maka para akutan
harus menetapkan attribut apa yang sedang diukur dan kemudian memilih
prosedur pengukuran yang dapat menjelaskan attribut itu secara akurat.
Objektivitas mengandung beberapa arti diantaranya:

23

a. Pengukuran yang bersifat impersonal atau berada diluar pikiran orang
yang melakukan pengukuran maksudnya adalah pengukuran terpisah
dari orang yang melakukan pengukuran jadi diasumsikan bahwa tidak
terdapat penilaian sujektif dan bias pribadi
b. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diperiksa atau
verifiable maksudnya adalah penekanannya terletak pada bukti
pendukung bukan pada pengukuran itu sendiri.
c. Pengukuran yang didasarkan pada kesepakatan para pakar yang
kompeten hal ini mengandung makna bahwa pengukuran dapat
dikatakan objektif jika dapat dibuktikan dengan kesepakatan pribadi
dari pakar.
d. Lebar sempitnya dispersistatistik dari pengukuran attribut bila
dilakukan oleh pengukur yang berbeda. Jika beberapa penyidik
menggunakan metode pengukuran yang sama atau serupa atas attribut
yang didasarkan pada bukti yang serupa maka beberapa pengukuran
yang dihasilkan sangat mengkin akan menghasilkan kisaran nilai
3. Keterbatasan dari unit moneter
Walaupun data akuntansi tidak dibatasi untuk diukur dalam unit moneter,
namun laporan akuntansi secara tradisional mencakup terutama informasi
keuangan dan dalam banyak kasus unit moneter merupakan unit
pengukuran yang paling baik khususnya bila penggabungan diinginkan
atau diperlukan. Akan tetapi unit moneter mempunya keterbatasan
sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau kendala yang

24

paling serius disebabkan oleh kenyataan bahawa nilai unit omeneter tidak
stabil dengan berjalannya waktu. karena banyak ramalan dan keputusan
harus menggandalkan perbandingan data akuntasi secara sahih sepanjang
waktu maka ketidakstabilan unit moneter menyebabkan data akuntasnsi
yang didasarkan pada harga tukar masa lalu harus disajikan kembali agar
dapat diperbandingkan dengan harga tukar berlaku dan yang akan datang
agar relevan dan teredah untuk pengabilam keputusan dan ramalan secara
layak. Denga kata lain, kendala pengukuran yang berupa ketidak stabilan
unit pengukur menuntut modifikasi dalam penggunaan harga tukar dari
beberapa periode waktu yang dinyatakan dalam nilai uang.
4. Konservatisme
Istilah konservatisme umumya digunakan untuk mengartikan bahwa para
akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari beberapa nilai yang
mungkin untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang tertinggi dari
beberapa nilai yang mungkin untuk kewajiban dan beban. Hal ini juga
menyiratkan bahwa beban harus diakui sedini mungkin dan pendapatan
diakui selambat mungkin. oleh karena itu aktiva bersih atau net asset lebih
mungin dinilai dibawah harga tukar berlaku dari pada diatasnya dan
perhitungan laba mungkin akan menghasilkan yang terendah diantara
beberapa jumlah alternatif yang ada. Jadi, pesimisme dianggap lebih baik
dibanding optimisme dalam pelaporan keuangan. Terdapat tiga argumen
untuk konservatisme.

25

Argumen yang pertama bahwa kecendrungan terhadap pesimisme
dianggap perlu untuk mengimbangi optimisme yang berlebihan dari para
manajer atau pemilik. Argumen yang kedua bahwa laba dan penilaian
yang dinyatakan terlalu tinggi lebih berbahaya bagi perusahaan dan
pemiliknya dari pada penyajian yang terlalu rendah(under statement).
argumen yang ketiga bahwa akuntan lebih mampu memperuleh informasi
lebih banyak dari pada yang dapat dikomunikasikan kepada para investor
dan kreditor dan bahwa akuntan dihadapkan pada dua jenis resiko yaitu
resiko bahwa apa yang dilaporkan itu ternyata tidak benar dan resiko
bahwa apa yang tidak dilaporkan ternyata benar.
Sebaik-baiknya konservatisme dia merupakan metode yang sangat buruk
dalam memperlakukan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba.
Dan seburuk-buruknya dia sama sekali mengakibatkan distorsi atas data
akuntansi. Bahaya utamanya adalah karena konservatisme merupakan
metode yang sangat kasar(crude method), pengaruhnya tidak terduga. Oleh
karena itu, data yang dilaporkan secara konservatif tidak dapat
diinterpretasikan dengan tepat walaupun oleh pembaca yang baik sekali
pun. Perlu juga dicatat bahwa konsevatisme bertentangan dengan tujuan
untuk mengungkapkan semua informasi yang relevan dan dengan
konsistensi sejauh konsistensi itu merupakan hal yang relevan dan
konservatisme dapat mengurangi keterbandingan atau komparabiliti
karena tidak dapat standar yang seragan dalam penerapannya.

26

BAB III
KESIMPULAN

Elemen-elemen statement keuangan harus diukur untuk membentuk
informasi semantic, yaitu elemen (object), ukuran (size), dan hubungan
(relationship). Atribut elemen harus diidentifikasi dan atribut pengukuran yang
sesuai dipilih untuk mendapatkan ketepatan penyimbolan. Pengukuran adalah
penentuan besarnya unit pengukur yang akan dilekatkan pada suatu object
(elemen/pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk
merepresentasi makna atribut objek tersebut. Sehingga dua objek atau lebih dapat
dibedakan dan diperbandingkan atas dasar makna tersebut.
Setelah elemen-elemen diukur, apakah elemen harus disajikan melalui
statement keuangan atau media pelaporan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan
criteria pengakuan atas dasar elemen yang dipilih, pengukuran yang tepat, dan
karakteristik kualitatif. Empat criteria pengakuan utama (fundamental) adalah
definisi, keterukuran, keberpautan, dan keterandalan dalam lingkup kualitas
informasi batas atas dan batas bawah.
Pengukuran mencakup hubungan formal angka dengan sifat-sifat atau
kejadian

dengan berpedoman pada peraturan semantik.

Peraturan yang

digunakan untuk menentukan jumlah dapat dientukan sesuai dengan keempat
skala:

nominal, ordinal, interval atau rasio. Dalam akunting, kita dapat

menggunakan skala rasio untuk mengukur sifat-sifat finansial pendapadtgan,
aset dan hutgang. Namun demikian, kita juga dapast mengapplikasikan skala

27

ordinal untuk jemperingkat projek-projek investasi atau profitabilitas atau
keutnungan perusahaan, atau skala interval dalam

akunting biaya standar.

Pada pembahasan ini menjelaskan tiga jenis pengukuran yang berbeda.
Pengukuran mendasar adalahapabila angka-angka yang tidak bergantung pada
sifat-sifat lainnya, namun tetap dapat dilakukan dengan mengacu pada hukum
alam. Dalam akunting,

terdapat perdebatan tentang sifat nilai dasar.

Pengukuran yang dilakukan, sangat bergantung pada hasil pengukuran terdahlu
pada dua atau lebih kuantitas lainnya. Pengukuran pertama selalu berubah dan
biasanya dapat ditentukan
kesalahan karena

dengan fiat. Semua pengukuran tidak terlepas dari

banyak pengukuran nilai yang benar tidak diketahui.

Teori pengukiuran juga mengajarkan pada kita bahwa apabila banyak
pengukuran dalam akuhnting ada pada skala rasio,
paling informatif, maka akan terdapat
dikategorikan sebagai pengukuran „fiat‟.

yang merupakan skala yang

dasar teori yang sangat lemah sebab
Pengukuran fiat adalah pengukuran

yang mengaitkian bilangan dengan sifat-sifat objek atgau kejadian-kejadian
berdasarkan definisi yang berubah. Kepercayaan yang sangat besar pada
pengukiuran seperti ini dapat diperoleh apabila terdapat bukti-bukti emperis
atau bukti-bukti teoritis yang mendukung hubungan sifat-sifat atau kebutukan
akan teori-teori seperti ini.

28

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes
(2010), Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.
Suwardjono (2010), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan,
Edisi ketiga, BPFE.
Scott, William R, Financial Accounting Theory, Seventh Edition,
2015, Pearson, Canada
Tuanakotta, Theodorus M, Teori Akuntansi, Buku Satu, 2000, LPFE
– UI, Jakarta

29

Rekomendasi Soal dari Materi, sbb :
Soal 1.
Apa saja keterbatasan dalam pengukuran, sebutkan dan berikan contohnya …?
Jawaban :
Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan
berdasarkan asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang.
Karena hubungan antara masa kini dan masa datang umumnya tidak pasti, maka
sulit menetapkan pengukuran yang relevan untuk tujuan ini. Tetapi ketidak
mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas attribut khusus yang
dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran yang terandal
dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran yang menjelaskan
secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala disebabkan oleh ketidak
pastian, kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas dalam pengukuran, kurangnya
unit moneter yang stabil.
Contohnya, Auditor.
Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee untuk
menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee
akan mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya
historical seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan
ditetapkan secara tepat, tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang
dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah
Soal 2.
Piutang Usaha biasanya dinilai menggunakan nilai wajar, dimana
jumlah tagihan dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Apakah ini menyimpang dari basis akuntansi biaya historis?
Bagaimana pendapat anda tentang cadangan piutang yang tidak tertagih ?
Yang dihubungkan dengan pengukuran Akuntansi …
Jawaban :
Ya, karena penilaian aset atau pun liabilities dapat diukur dengan nilai
sekarang dari kas yang akan diterima atau pun yang akan dibayar. Hal itu
akan menginformasikan kepada investor tentang prospek ekonomi perusahaan

30

di masa yang akan datang, sehingga dapat mempengaruhi investor dalam
pengambilan keputusan.
Soal 3.
Pengukuran dalam kasus, pembelian saham karyawan, ada batasan opsi
mengenai nilai saham dan juga persyaratan… bagaimana pengukuran utk
saham yang akan di eksekusi oleh manajemen.
Book value ? Market Value ? atau Economic Value ?
kasus
Jawaban :
Basis akuntansi nilai wajar mengakui keuntungan dan kerugian yang terjadi
akibat terjadinya perubahan nilai saat itu. Selain itu basis akuntansi nilai
wajar juga mengakui pendapatan yang belum terealisasi sehingga hal itu
dapat menggambarkan upaya peningkatan pendapatan dalam laporan laba
rugi.
Jawaban no.3
Jadi pengukurannya sendiri belum diatur secara jelas apakah saham yang
dibeli oleh karyawan itu berdasarkan vook value, market value maupun
economic value, sehingga di isyarakatkan tergantung dari kebijakan
perusahaan itu senditi, apakah menerapkan special price untuk saham itu
atau menggunakan harga yang wajar, selama perusahaan menerapkan
system keterbukaan, yakni harus di state dalam laporan keuangan di
disclosure secara jelas.
Seperti pertimbangan peraturan dibawah ini.
Saat ini belum terdapat peraturan di pasar modal Indonesia yang secara khusus
mengatur penyelenggaraan Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan
(PKSK). Karenanya pelaksanaan program ini memperhatikan berbagai peraturan
yang tidak secara langsung mengatur penyelenggaraan PKSK. Untuk mendapat
gambaran

mengenai peraturan-peraturan apa

saja

yang terkait

dengan

penyelenggaraan PKSK, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab.

31

Pertanyaan yang paling mendasar dalam penyelenggaraan PKSK adalah apakah
program ini termasuk dalam kategori penawaran umum. Penjelasan Pasal 1 Angka
15 Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa
yang termasuk penawaran umum antara lain adalah penawaran saham dalam
wilayah Republik Indonesia atau kepada warga negara Indonesia dengan
menggunakan media masa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 pihak atau telah
dijual kepada lebih dari 50 pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 1 Angka 15 ini, jika PKSK ditawarkan kepada lebih
dari 100 pihak maka dapat dikategorikan ke dalam kategori penawaran umum.
Apabila disepakati bahwa PKSK merupakan penawaran umum, maka pertanyaan
mendasar kedua adalah apakah PKSK dapat dikategorikan sebagai penawaran
umum yang bersifat terbatas. Peraturan Bapepam No. IX.A.2 butir 5 antara lain
menyatakan bahwa kewajiban mengumumkan prospektur ringkas tidak perlu
dilakukan bagi Pihak tertentu yang penawarannya bersifat terbatas. Berdasarkan
Peraturan ini, maka PKSK dinyatakan sebagai penawaran umum yang bersifat
terbatas, maka tidak perlu mengumumkan prospektus ringkas.
Apabila disepakati bahwa PKSK merupakan penawaran umum yang bersifat
terbatas, maka pertanyaan selanjutnya yang masih muncul adalah masih adakah
keterbukaan lain yang perlu dikecualikan selain kewajiban untuk mengumumkan
prospektus ringkas, dan apakah tidak terdapat poin keterbukaan lain yang perlu
ditambahkan.
Sampai saat ini masih terdapat berbagai interpretasi atas jawaban dari pertanyaan
pertama, kedua dan ketiga diatas. Namun terlepas dari berbagai interpretasi
tersebut,

keterbukaan

informasi

yang

dipersyaratkan

Bapepam

dalam

penyelenggaraan PKSK adalah konsisten. Berikut ini adalah garis besar informasi
yang dipersyaratkan dalam penyelenggaraan PKSK tersebut. PKSK yang
dimaksud disini adalah PKSK yang bukan merupakan penjatahan saham pada saat
Initial Public Offering (IPO). Apabila PKSK yang diselenggarakan merupakan
penjatahan saham pada saat IPO, maka program tersebut merupakan bagian dari
keseluruhan program IPO dan karenanya keterbukaannya pun menjadi satu
dengan keseluruhan keterbukaan informasi yang diwajibkan bagi IPO tersebut.

32