Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan Angka Insiden Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, 2005).

Imunitas secara pasif dapat diperoleh melalui dua bentuk pemberian, yaitu imunoglobulin non spesifik dan imunoglonulin spesifik, berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non spesifik diberikan pada anak dengan defesiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan sengaja dan cepat dan anak dapat terhindar dari kematian. Perlindungan ini tidak permanen, hanya berlangsung beberapa minggu saja dan relatif mahal. Imunoglubulin spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi kemudian terserang, misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B (Ranuh,2005).

2. Tujuan Imunisasi

Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi), serta menghilangkan penyakit


(2)

tertentu dari dunia (misalnya cacar), hanya mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia (misalnya difteria). Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk tesebut (Muslihatun, 2011).

Dalam upaya pencegahan kita dapat mengendalikan faktor penjamu. Melalui imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan penjamu terhadap penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit, tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu. Mengingat pemberian antibiotik tidak menyelesaikan semua masalah penyakit infeksi, maka lebih bijak apabila kita dapat mencegah terjangkitnya penyakit infreksi. Dalam sepuluh tahun terakhir, dunia sudah mengubah paradigma kuratif ke arah prenventif, yang lebih murah dan efektif

( IDAI, 2011).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi

a. Status Imun Penjamu

Terjadinya antibodi spesifik penjamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Pada bayi semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Apabila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan memberikan efek yang kurang memuaskan. Demikian pula ASI yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi


(3)

keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Meskipun demikian, umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur beberapa bulan (Muslihatun, 2011).

b. Faktor Genetik Penjamu

Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100% (Muslihatun, 2010).

c. Kualitas dan Kuantitas Vaksin

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun. Dosis yang terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan (Muslihatun, 2011).

B. Penyakit Campak

a. Defenisi Campak

Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap

panas, sangat mudah rusak pada suhu 370C. Toleransi terhadap perubahan PH

baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eteran cahaya. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada


(4)

merupakan penyakit akut akibat virus anggota keluarga Paramyxovirus. Virus itu ditularkan lewat udara. Gejala campak antara lain demam, batuk, pilek, dan mata merah. Ruam khas campak muncul tiga hari sejak demam. Ruam mulai timbul di leher, belakang telinga, serta perbatasan rambut di kepala dan dahi. Ruam kemudian menyebar ke seluruh muka, leher, perut, dada, punggung dan kaki. Campak kerap kali dianggap biasa dan remeh. Padahal, virus campak dapat menimbulkan komplikasi akibat infeksi saluran pernapasan, telinga tengah, otak, dan gangguan kekebalan tubuh yang memudahkan penularan penyakit lain (IDAI,2011).

Berdasarkan laporan Dirjen PP & PL DepKes RI tahun 2009, pada tahun 2008 masih terdapat banyak kasus campak di seluruh Provinsi di Indonesia (Dirjen PP & PL DepKes RI). Demikian juga, KLB campak masih sering terjadi di Indonesia. Pada Tahun 2008, beberapa KLB terjadi terutama pada daerah dengan cakupan imunisasi campak yang rendah, misalnya di Bangka Belitung terjadi 6x KLB, di Jawa Barat 31, Jawa Tengah 12x dan Jawa Timur 32x.

b. Tanda dan Gejala

Gejala campak memang sulit dideteksi sejak dini dan hampir sama dengan penyakit flu biasa. Diawali dengan gejala batuk, demam pilek, lesu dan rewel karena suhu tubuh terus meninggi. Pada hari kedua timbul bintik putih (Koplik’s Spot) di sebelah dalam mulut, biasanya di depan gigi geraham lokasi timbulnya bercak umumnya di sekitar muka atau di belakang telinga. Kemudian menyusul ke depan telinga, muka dan kemudian menjalar ke leher sampai dada. Bercak tersebut sifatnya mengumpul. Ketika sudah menjalar ke tungkai kaki, bercak


(5)

menyebar ke seluruh tubuh. Mata anak merah dan berair. Saat ruam campak sudah keluar, panas anak mulai turun. Bila sudah berubah menjadi bercak kecoklatan bararti anak sudah akan sembuh (Kasdu, dkk, 2002).

c. Diagnosis Campak

Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak adalah

demam, ruam makulopapuler pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis dan adanya spot koplik pada mukosa pipi. Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Tetapi tidak semua tanda dan gejala ini dapat ditemukan pada setiap penderita penyakit campak. Disamping itu, beberapa dari gejala tersebut ditemukan pada penyakit lain. Manifestasi klinik sering mengalami modifikasi yaitu tanpa adanya demam atau ruam pada kulit. Hal ini sering ditemukan terutama terutama pada bayi yang sangat muda, penderita dengan imunocompromised, anak dengan malnutrisi dan seseorang yang sebelumnya telah mendapat imunisasi. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit lain seperti scarlet fever,rubella, infeksi parvovirus B19, meningococcemia, penyakit Kawasaki, sindrom shock toksik, dengue dan mungkin penyakit infeksi lain yang belum teridentifikasi. Ruam kulit yang khas pada penyakit berat mungkin sulit dibedakan dengan penyakit meningococcemia, atau scarlet fever (Setiawan, 2008).


(6)

d. Patogenesis Campak

Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama

menyerang anak-anak melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari dan masa prodromal 2-3 hari,dengan gejala batuk, pilek, demam, dan konjungtivitis diikuti dengan munculnya ruam makulopopular yang khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya responsium imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila sembuh dari penyakit maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus campak dalam rentang waktu yang panjang. Bila monyet dipapar dengan orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan berkembang penyakit yang sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi replikasi virus yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia (Setiawan, 2008).

C. Imunisasi Campak

1. Fungsi

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Campak,measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.infeksi disebabkan lewat udara (Proverawati,dkk 2010).

Word Health Organization (WHO) dengan programnya telah

mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai 90,5 % dan mortalitas sampai 95,5 % daripada tingkat pre-EPI pada eliminsai. Prioritas utama


(7)

untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efektif.

2. Gejala Klinis

Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awam pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 400C pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal. Gejala awal yang lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah (IDAI,2011).

3. Vaksin Campak

Vaksin campak merupakan virus hidup yang dilemahkan. Efikasi vaksin campak 90 %, tidak semua orang atau sasaran yang mendapatkan imunisasi campak menjadi kebal, yang menjadi kebal hanya 90 %. Sebagian besar vaksin disuntikkan ke otot ( Muslihatum, 2011 ).

4. Kemasan

Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT ( difteri dan tetanus ) dan kombinasi ketiganya atau dikenal dengan vaksin tripel, 1 box vaksin terdiri dari 10 vial,1 vial


(8)

berisi 10 dosis,1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku kering ( Proverawati,dkk 2010 ).

5. Cara pemberian dan dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat diberikan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subcutan. Cara pemberian :

a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh

lengan telanjang

b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi dan gunakan jaro-jari tangan

untuk menekan ke atas lengan bayi.

c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45

derajat.

d. Usakan kestabilan posisi jarum (Proverawati dkk, 2010).

6. Efek Samping

Hingga 15% dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati, 2010).


(9)

7. Kontra indikasi

Kontra indikasi pemberian imunisasi campak antara lain demam tinggi, sedang pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan dari darah.

8. Faktor Resiko Kejadian Campak

Adapun faktor resiko kejadian campak menurut WHO,1994 (FKUI, 1997) adalah antara lain :

a. Sanitasi Lingkungan

Adalah suatu upaya yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangn fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup dan merupakan faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.

b. Hygiene Prorangan

Adalah suatu upaya yang menitik beratkan pada kesehatan individu dilakukan untuk menjaga kebesihan dan kesehatan individu yaitu kebersihan diri sendiri yang merupakan faktor untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Status Gizi

Suatu keadaan dari akibat keseimbangan antara komsumsi dari penyebaran zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sedangkan faktor resiko terjadinya mortalitas atau kematian akibat campak disebabkan karena adanya komplikasi antara lain diare dan penanganan yang terlambat.


(1)

merupakan penyakit akut akibat virus anggota keluarga Paramyxovirus. Virus itu ditularkan lewat udara. Gejala campak antara lain demam, batuk, pilek, dan mata merah. Ruam khas campak muncul tiga hari sejak demam. Ruam mulai timbul di leher, belakang telinga, serta perbatasan rambut di kepala dan dahi. Ruam kemudian menyebar ke seluruh muka, leher, perut, dada, punggung dan kaki. Campak kerap kali dianggap biasa dan remeh. Padahal, virus campak dapat menimbulkan komplikasi akibat infeksi saluran pernapasan, telinga tengah, otak, dan gangguan kekebalan tubuh yang memudahkan penularan penyakit lain (IDAI,2011).

Berdasarkan laporan Dirjen PP & PL DepKes RI tahun 2009, pada tahun 2008 masih terdapat banyak kasus campak di seluruh Provinsi di Indonesia (Dirjen PP & PL DepKes RI). Demikian juga, KLB campak masih sering terjadi di Indonesia. Pada Tahun 2008, beberapa KLB terjadi terutama pada daerah dengan cakupan imunisasi campak yang rendah, misalnya di Bangka Belitung terjadi 6x KLB, di Jawa Barat 31, Jawa Tengah 12x dan Jawa Timur 32x.

b. Tanda dan Gejala

Gejala campak memang sulit dideteksi sejak dini dan hampir sama dengan penyakit flu biasa. Diawali dengan gejala batuk, demam pilek, lesu dan rewel karena suhu tubuh terus meninggi. Pada hari kedua timbul bintik putih (Koplik’s Spot) di sebelah dalam mulut, biasanya di depan gigi geraham lokasi timbulnya bercak umumnya di sekitar muka atau di belakang telinga. Kemudian menyusul ke depan telinga, muka dan kemudian menjalar ke leher sampai dada. Bercak


(2)

menyebar ke seluruh tubuh. Mata anak merah dan berair. Saat ruam campak sudah keluar, panas anak mulai turun. Bila sudah berubah menjadi bercak kecoklatan bararti anak sudah akan sembuh (Kasdu, dkk, 2002).

c. Diagnosis Campak

Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak adalah demam, ruam makulopapuler pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis dan adanya spot koplik pada mukosa pipi. Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Tetapi tidak semua tanda dan gejala ini dapat ditemukan pada setiap penderita penyakit campak. Disamping itu, beberapa dari gejala tersebut ditemukan pada penyakit lain. Manifestasi klinik sering mengalami modifikasi yaitu tanpa adanya demam atau ruam pada kulit. Hal ini sering ditemukan terutama terutama pada bayi yang sangat muda, penderita dengan imunocompromised, anak dengan malnutrisi dan seseorang yang sebelumnya telah mendapat imunisasi. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit lain seperti scarlet fever,rubella, infeksi parvovirus B19, meningococcemia, penyakit Kawasaki, sindrom shock toksik, dengue dan mungkin penyakit infeksi lain yang belum teridentifikasi. Ruam kulit yang khas pada penyakit berat mungkin sulit dibedakan dengan penyakit meningococcemia, atau scarlet fever (Setiawan, 2008).


(3)

d. Patogenesis Campak

Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama menyerang anak-anak melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi 10-14 hari dan masa prodromal 2-3 hari,dengan gejala batuk, pilek, demam, dan konjungtivitis diikuti dengan munculnya ruam makulopopular yang khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya responsium imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila sembuh dari penyakit maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus campak dalam rentang waktu yang panjang. Bila monyet dipapar dengan orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan berkembang penyakit yang sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi replikasi virus yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia (Setiawan, 2008).

C. Imunisasi Campak

1. Fungsi

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak,measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.infeksi disebabkan lewat udara (Proverawati,dkk 2010).

Word Health Organization (WHO) dengan programnya telah mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai 90,5 % dan


(4)

untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efektif.

2. Gejala Klinis

Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awam pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 400C pada waktu ruam sudah timbul di seluruh tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal. Gejala awal yang lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah (IDAI,2011).

3. Vaksin Campak

Vaksin campak merupakan virus hidup yang dilemahkan. Efikasi vaksin campak 90 %, tidak semua orang atau sasaran yang mendapatkan imunisasi campak menjadi kebal, yang menjadi kebal hanya 90 %. Sebagian besar vaksin disuntikkan ke otot ( Muslihatum, 2011 ).

4. Kemasan

Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT ( difteri dan tetanus ) dan kombinasi ketiganya atau dikenal dengan vaksin tripel, 1 box vaksin terdiri dari 10 vial,1 vial


(5)

berisi 10 dosis,1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku kering ( Proverawati,dkk 2010 ).

5. Cara pemberian dan dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat diberikan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subcutan. Cara pemberian :

a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang

b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi dan gunakan jaro-jari tangan untuk menekan ke atas lengan bayi.

c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45 derajat.

d. Usakan kestabilan posisi jarum (Proverawati dkk, 2010).

6. Efek Samping

Hingga 15% dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Proverawati, 2010).


(6)

7. Kontra indikasi

Kontra indikasi pemberian imunisasi campak antara lain demam tinggi, sedang pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan dari darah.

8. Faktor Resiko Kejadian Campak

Adapun faktor resiko kejadian campak menurut WHO,1994 (FKUI, 1997) adalah antara lain :

a. Sanitasi Lingkungan

Adalah suatu upaya yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangn fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup dan merupakan faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.

b. Hygiene Prorangan

Adalah suatu upaya yang menitik beratkan pada kesehatan individu dilakukan untuk menjaga kebesihan dan kesehatan individu yaitu kebersihan diri sendiri yang merupakan faktor untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Status Gizi

Suatu keadaan dari akibat keseimbangan antara komsumsi dari penyebaran zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sedangkan faktor resiko terjadinya mortalitas atau kematian akibat campak disebabkan karena adanya komplikasi antara lain diare dan penanganan yang terlambat.