Hubungan Peran Kader Posyandu dengan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

OLEH : WINDA ZARYETTI

NIM 135102097

KARYA TULIS ILMIAH

D - IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Winda Zaryetti

Latar belakang : data WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 1% kematian pada anak balita disebabkan oleh campakImunisasi campak merupakan salah satu

jenis imunisasi untuk mencegah penyakit campak dan merupakan program dasar yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu upaya preventif yaitu meningkatkan cakupan dan kelengkapan imunisasi.  Cegah penyakit campak dengan imunisasi campak saat bayi berusia 9 bulan dan diulang usia 6 tahun. Kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai langsung adalah kader.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

Metodologi penelitian : desain penelitian ini deskritif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 45 responden ibu yang mempunyai bayi (10-11 bulan). Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.

Hasil : hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 27 responden (60,0%), pendidikan SMA 23 responden (51,1%). Mayoritas kader yang berperan aktif 19 responden (42,2%). Mayoritas status imunisasi campak tercapai 27 responden (60,0%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak dengan p-value (0,006) < α (0,05). 

Kesimpulan : penelitian ini dapat disimpulkan kader berperan dalam meningkatkan status imunisasi campak oleh karena itu kader harus meningkatkan dan memperhatikan jadwal imunisasi agar tidak drop out dan petugas kesehatan lebih meningkatkan kinerja kader-kadernya.

Kata Kunci : peran, kader posyandu, status imunisasi campak

       


(4)

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmad-Nya yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Peran Kader Posyandu dengan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian, demi kebaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Bidang Studi D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Selanjutnya penulis Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan baik material maupun dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan juga kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.


(5)

4. Kepala Puskesmas Helvetia Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.

6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material dan doa serta semangat belajar kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013/2014 yang telah banyak memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya kepada Allah swt sajalah penulis berserah diri. Penulis mengucapkan terima kasih dan berharap Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, Juli 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan ... 6

2. Bagi Institusi Pendidikan ... 6

3. Bagi Peneliti...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kader Kesehatan ... 7

1. Pengertian Kader ... 7

2. Peran dan Tugas Kader ... 7

3. Pembentukan Kader ... 12

B. Posyandu ... 14

1. Pengertian Posyandu ... 14

2. Tujuan Posyandu ... 14

3. Sasaran Posyandu ... 16

4. Manfaat Posyandu ... 16

C. Imunisasi Campak ... 16

1. Pengertian Imunisasi Campak ... 16

2. Jenis Vaksin ... 17

3. Waktu dan Cara Pemberian Imunisasi Campak ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP ... 19

A. Kerangka Konsep ... 19

B. Definisi Operasional ... 19

C. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Desain Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21

1. Populasi ... 21

2. Sampel ... 21

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22


(7)

D. Etika Penelitian ... 22

E. Alat Pengumpulan Data ... 23

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 23

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 24

H. Rencana Analisa Data ... 25

1. Analisa Univariat ... 25

2. Analisa Bivariat ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

A. Hasil Penelitian ... 26

B. Hasil dan Pembahasan ... 31

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...19 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi Responden ibu yang mempunyai bayi umur 10-11 Bulan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014...25

Tabel 5.2 Distribusi jawaban peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014...26

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014...27

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia

Medan Tahun

2014...28

Tabel 5.5 Hubungan Peran Kader Dengan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... ... ...28


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Status Imunisasi Campak Di Puskesmas Helvetia


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran3 : Surat izin pengambilan Data Awal dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran4 : Surat Balasan IzinPengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 : Surat dari Dinkes kota Medan

Lampiran 7 : Surat Balasan dari Puskesmas Helvetia Medan Lampiran 8 : Lembar konsul KTI


(11)

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK Winda Zaryetti

Latar belakang : data WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 1% kematian pada anak balita disebabkan oleh campakImunisasi campak merupakan salah satu

jenis imunisasi untuk mencegah penyakit campak dan merupakan program dasar yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu upaya preventif yaitu meningkatkan cakupan dan kelengkapan imunisasi.  Cegah penyakit campak dengan imunisasi campak saat bayi berusia 9 bulan dan diulang usia 6 tahun. Kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai langsung adalah kader.

Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

Metodologi penelitian : desain penelitian ini deskritif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 45 responden ibu yang mempunyai bayi (10-11 bulan). Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.

Hasil : hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 27 responden (60,0%), pendidikan SMA 23 responden (51,1%). Mayoritas kader yang berperan aktif 19 responden (42,2%). Mayoritas status imunisasi campak tercapai 27 responden (60,0%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak dengan p-value (0,006) < α (0,05). 

Kesimpulan : penelitian ini dapat disimpulkan kader berperan dalam meningkatkan status imunisasi campak oleh karena itu kader harus meningkatkan dan memperhatikan jadwal imunisasi agar tidak drop out dan petugas kesehatan lebih meningkatkan kinerja kader-kadernya.

Kata Kunci : peran, kader posyandu, status imunisasi campak

       


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai kemampuan, mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Depkes RI, 1996).

Vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi atau anak yang disebut antigen. Di dalam tubuh antigen akan berekasi dengan antibodi, sehingga akan terjadi kekebalan. Juga pada vaksin dapat langsung menjadi racun terhadap kuman yang disebut antioksin (Depkes RI, 1993).

Menurut Setiawan (2008 dalam Nurani, Ginanjar, Dian S, 2012) Penyakit campak atau disebut juga dengan morbili, rubeola, dan measles. Pengertian campak menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai dengan panas 38 derajat celcius atau lebih yang disertai salah satu gejala batuk, pilek,


(13)

dan konjungtivitas. Penyebab penyakit campak yaitu sejenis virus yang disebut dan masuk dalam golongan Paramyxovirus.

Menurut WHO (2010, dalam Nurani, ginanjar, Dian S, 2012) Organisasi Kesehatan Dunia memberikan peringatan atas berkembangnya penyakit ini. Pada tahun 2011 telah terjadi 6500 kasus campak. Dari data statistik WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh campak. Campak merupakan penyakit endemic di banyak negara terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di seluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 orang dengan jumlah kematin 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan di negara maju. Pada tahun 2002 di dunia 777.000, diantaranya 202.000 anak berasal dari negara ASEAN (Association of South East Asia). Pada tahun 2006 diperkirakan 345.000 kematian campak didunia dan sekitar 311.000 terjadi pada anak dibawah usia lima dan 663 kematian setiap harinya atau 27 kematian setiap jamnya.

Dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan CFR (Case Fatality Rate) pada KLB (Kejadian Luar Biasa) campak pada tahun 2010 adalah 0,233. Di Indonesia 21.893 kasus akibat komplikasi campak atau 9.22% dan di vaksinasi 6.723 atau 325.64% (Profil Kesehatan, 2012).

Jumlah kasus kesakitan campak di Sumatera Utara berjumlah 156 kasus per 100.000 penduduk atau incidence ratio 1.20 dengan yang di vaksinasi 73 kasus atau 46.79% (Profil Kesehatan, 2012).

Menurut Kemenkes (2010 dalam Nurani, Ginanjar, Dian S, 2012) Campak merupakan salah satu penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Imunisasi campak merupakan salah satu jenis imunisasi untuk mencegah


(14)

penyakit campak dan merupakan salah satu imunisasi dasar dari program dasar yang dicanangkan oleh pemerintah, jadi masyarakat bisa melakukan vaksinisasi ini di puskesmas, posyandu, rumah sakit atau dokter. Jadi cegah penyakit campak dengan imunisasi campak saat bayi berusia 9 bulan dan diulang usia 6 tahun.

Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran paradigma sehat bahwa upaya promotif dan preventif merupakan hal terpenting dalam peningkatan status kesehatan. Salah satu upaya preventif yaitu meningkatkan cakupan dan kelengkapan imunisasi. Di Indonesia pada tahun 2010 cakupan campak 74.4% sementara menurut Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan persentase ini menunjukkan cakupan campak ditingkat nasional belum mencapai target 60,2%. Pada tahun 2011 total sasaran imunisasi 4.761.382 dengan cakupan bayi 4.459.036 atau 93,65 % (Profil kesehatan, 2012). Menurut Ditjen PPPL Kemenkes RI cakupan imunisasi campak untuk tahun 2013 adalah 96.11% (Depkes RI, 2013).

Menurut Riset Kesehatan Dasar, (2007 dalam Purba, Eva Maya Sari, 2013) Untuk imunisasi campak variasi cakupan juga terjadi menurut propinsi terendah di Banten (62.3%) dan tertinggi di DI Yogyakarta (99.2%). Untuk tahun 2013 persentase cakupan imunisasi campak terendah di Papua yaitu 44.49% dan tertinggi di Jambi yaitu 113.23% (Depkes RI, 2013).

Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pencapaian imunisasi di Sumatera Utara (Sumut) masih rendah, jenis imunisasi campak ini yang cakupannya masih rendah dibawah 90% atau 67.2% yaitu Kabupaten Tanjung Balai salah satu dari 14 kab/kota di Sumatera Utara yang cakupan sangat rendah. Pada tahun 2013 cakupan imunisasi campak di Sumatera Utara jumlah sasaran imunisasi 298.893 dan target tercapai 277.372 atau 92.80% (Depkes RI, 2013).


(15)

Indikator MDGs (Millenium Development Goals) Sumatera Utara dalam menurunkan angka kematian balita persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapat imunisasi campak yaitu pada tahun 2007 sebanyak 71.2%, tahun 2010 sebanyak 58.1% dan tahun 2012 sebanyak 94.4%, sedangkan cakupan campak menurut Ditjen PPPL kemenkes RI adalah 92.09% (Depkes RI, 2013).

Drop out (DO) rate pada imunisasi DPT/Hb1-Campak mengambarkan persentase yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 tetapi tidak mendapatkan campak. DO Rate Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 sebesar 5.1% telah melebihi batas 5%, sebanyak 16 kab/kota (48.5%) yang memiliki DO rate melebihi 5% dan sebanyak 13 kab/kota (39.4%) memiliki DO Rate kisaran 0-5%. Sedangkan 4 kab/kota memiliki DO rate < 0% yang artinya cakupan imunisasi campak lebih besar dari DPT/HB1 (Depkes RI, 2013)

Untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan (preventif) petugas kesehatan sangat diperlukan dalam pelaksanaanya, namun cakupan yang diharapkan tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya dukungan masyarakat. Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui pengkaderan. Kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai langsung dalam pemberian imunisasi adalah kader atau orang yang ditunjuk untuk membantu pelaksanaan pemberian imunisasi pada bayi dan balita (Azwar, 1998).

Seperti diketahui di dalam kegiatan posyandu kader sangat berperan terutama dalam pelaksanaan posyandu yaitu mulai dari meja 1. Pendaftran bayi/balita, meja 2. Penimbangan, meja 3. Pengisiaan KMS, meja 4. Ibu mendapatkan penyuluhan, dan meja 5. Pelayanan imunisasi. Selain itu kader memiliki peranan memberitahukan jadwal pelaksanaan imunisasi pada orang tua balita (Karwati dkk, 2009).


(16)

Menurut Kemenkes (2010, dalam Nurani, ginanjar, Dian S, 2012) Cakupan imunisasi merupakan salah satu indikator keberhasilan dari program pemberantasan dan pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan surveilens campak harus dilakukan untuk mempercepat tercapainya reduksi campak di Indonesia mengingat hal tersebut menjadi salah satu kesepakatan global.

Berdasarkan data di kota Medan cakupan imunisasi campak diatas target 90% sasaran sebanyak 48.694 bayi yang mendapat imunisasi campak dengan sebanyak 47.928 bayi atau 98.6% (Depkes RI, 2013). Dan di Puskesmas Helvetia cakupan campak mencapai sampai dengan tahun 2013 yaitu 97.2% dengan jumlah ibu yang memiliki bayi umur 0-11 bulan 246 orang (Laporan Dinkes Kota Medan, 2013 ).

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Status Imunisasi Campak di Puskesmas Helvetia Medan 2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah : “Apakah ada hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 ? ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.


(17)

1) Untuk mengetahui peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

2) Untuk mengetahui status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

3) Untuk mengetahui hubungan peran kader dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi kader kesehatan di posyandu

Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai masukan untuk kader kesehatan diposynadu lebih berperan aktif lagi.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan sumbangan dalam bidang ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya dalam konteks kebidanan komunitas.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan, menerapakan dan mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah ke dalam situasi yang nyata yaitu masyarakat.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kader Kesehatan 1. Pengertian Kader

Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra, 1983).

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menanggani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat setra untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995).

Kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader secara sukarela bersedia berperan melaksanakan dan mengelola kegiatan keluarga berencana di desa (Karwati, dkk, 2009).

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat dan diharapkan mereka dapat melakukan pekerjaannya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau materi lainnya. Namun ada juga kader


(19)

kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat (Meilani, N., dkk, 2008).

2. Peran dan Tugas Kader a. Peran Kader

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh berkedudukan dalam masyarakat ( Lukman, Ali., dkk, 1996)

Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran, jadi peran dapat diartikan suatu konsep diri seseorang berdasarkan perilaku dan status sosial atau kedudukan di masyarakat (Soekanto, 1990).

Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader. Karena kader lebih tanggap dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata–rata dari kelompok sasaran posyandu (Umar Naim, 2008).

Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang diberikan keterampilan untuk menjalankan posyandu (Nurpudji, 2006). Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan dan mensukseskan bersama masyarakat serta merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa.

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat : 1) Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2) Pengamatan terhadap maslaah kesehatan di desa 3) Upaya penyehatan lingkungan


(20)

4) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

5) Pemasyarakatan Keluarga sadar gizi (Kadarzi) (Meilani, N., dkk, 2009).

Kader kesehatan mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Wujud peran serta kader dalam bentuk tenaga dan materi. Kader juga berperan dalam pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan di posyandu. Selain kegiatan posyandu kader juga berperan di luar itu kegiatan posyandu, yaitu sebagai berikut :

1) Merencanakan kegiatan antara lain survei mawas diri, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan di masyarakat.

2) Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan motivasi tentang kesehatan.

3) Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong.

4) Memberikan pelayanan yaitu membagikan obat, pemantauan penyakit serta pertolongan pada kecelakaan.

5) Melakukan pencatatan seperti KB, KIA, Imunisasi, Gizi, dan Diare.

6) Melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB serta kesehatan lainnya.

7) Melakukan kunjungan rumah.

8) Melakukan pertemuan kelompok (Yulifah, R. Dkk, 2009). b. Tugas Kader

Sesuai dengan pengertiannya (WHO, 1995) kader bekerja di tempat pemberian pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, seperti


(21)

diposyandu. Tugas–tugas kader dalam rangka penyelenggarakan posyandu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut :

1) Tugas Kader pada saat persiapan hari buka posyandu meliputi beberapa hal berikut :

a) Menyiapkan alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, serta obat-obatan. b) Mengundang masyarakat untuk datang ke posyandu.

c) Menghubungin kelompok kerja posyandu

d) Melaksanakan pembagian tugas antar kader posyandu (Yulifah, R. Dkk, 2009).

2) Tugas Kader pada hari buka posyandu a) Meja I (Pendaftaran)

Merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran kepada bayi, balita dan ibu hamil yang datang ke posyandu.

b) Meja 2 (Penimbangan)

Merupakan layanan penimbangan c) Meja 3 (Pengisian KMS)

Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan bilita mendaftar dan ditimbang. Pengisian berat badan kedalam skala yang sesuai dengan umur balita.

d) Meja 4 (Penyuluhan)

Diketahuinya berat batasan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan, pelayanan IMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi pil bulanan, kondom.


(22)

Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke posyandu, serta penyuntikan imunisasi dilayani dimeja V (Karwati, dkk, 2009).

3) Tugas Kader setelah membuka posyandu

a) Memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku registrasi. b) Menilai hasil Kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu berikutnya c) Kegiatan diskusi bersama ibu-ibu

d) Kegiatan kunjungan rumah (Yulifah, R. dkk, 2009).

Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugas-tugasnya di beberapa negara :

1) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangganan penyakit yang ringan.

2) Melakukan pengobatan sederhana.

3) Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

4) Menolong persalinan.

5) Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak. 6) Menberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (Program UPGK). 7) Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan. 8) Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.

9) Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolombia, Papua New Guinea, dan Sudan).

10) Pemberian motivasi KB. 11) Membagikan alat-alat KB.


(23)

12) Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan kesehantan perorangan dan kebiasaan sehat secara umum.

13) Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan 14) Pemberian tentang perlunya follow up pada penyakit meular dan perlunya

memastikan diagnosis.

15) Penangganan penyakit menular. 16) Membantu kegiatan di klinik.

17) Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit. 18) Membina kegiatan UKS secara teratur.

19) Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi kader untuk aktif yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor dari luar maupun dari dalam kader itu sendiri. Faktor yang berasal dari luar yaitu pekerjaan dari kader karena kader bukan hanya bekerja satu kali dalam satu bulan tapi diluar jadwal kegiaan posyandu kader bertugas mengunjungi peserta posyandu. Faktor yang mempengaruhi peran serta kader kader dari dalam adalah tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan baik formal maupun dari pelatihan. (Prang, R., 2012).

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang unutk menerima pengetahuan, sikap dan prilaku/ motivasi baru. (Rahman, A., 2008)


(24)

Motivasi adalah rangsangan, dorongan, dan pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang ssehingga orang tersebut memperlihatkan prilaku tertentu. (Azwar, 2008). Kader melakukan pekerjaan atau tugas secara sukarela secara umum memiliki motivasi didalam dirinya yaitu kepedulian akan kesehatan di masyarakat sehingga tanpa memperoleh kompensasi kader tetap setia melakukan tugasnya. (Prang, R., 2012).

3. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu (Meilani, N. dkk, 2009).

Tim pelatihan kader melibatkan beberapa sektor, namun secara teknis oleh kepala puskesmas dengan pelatihan harian oleh staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Jenis materi yang disampaikan adalah :

1) Pengantar tentang posyandu. 2) Persiapan posyandu.

3) Kesehatan ibu dan anak. 4) Keluarga Berencana. 5) Imunisasi.

6) Gizi.

7) Penanggulangan diare.

8) Pencatatan dan Pelaporan (Meilani, N. dkk, 2009).

Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan pembinaan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka. Salah satu tugas bidan dalam


(25)

menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kader. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader :

1) Pemberitahuan ibu hamil tentang untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan siaga)

2) Pengendalian tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas serta rujukannya 3) Penyuluhan gizi dan keluarga berencana

4) Pencatatan Kelahiran dan kematian bayi/ibu

5) Promosi tabungan ibu bersalin (TABULIN), donor darah berjalan, ambulans desa, suami siap antar jaga (SIAGA), satgas gerakan sayang ibu (Meilani, N. dkk, 2009).

B. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memperbanyak dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak (Karwati, dkk, 2010).

Posyandu adalah suatu forum komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan dan pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Wahyuningsih, H.P., dkk, 2009). Jadi Posyandu adalah suatu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat atau UKBM yang kegiatannya sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat (Depkes RI, 2011).


(26)

2. Tujuan Posyandu

Tujuan dari Posyandu meliputi 5 kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) dan kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu terdiri dari

a. Panca krida Posyandu :

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2) Keluarga Berencana (KB) 3) Imunisasi

4) Peningkatan gizi 5) Penanggulangan diare b. Sapta krida posyandu :

1) KIA 2) KB 3) Imunisasi 4) Peningkatan gizi 5) Penanggulangan diare 6) Sanitasi dasar

7) Penyediaan obat esensial ( Depkes RI, 2011)

Makin banyaknya jumlah posyandu yang mendorong terjadinya variasi tingkat perkembangan yang beragam. Untuk mengantisipasi keadaan yang demikian dapartemen kesehatan menentukan tingkat perkembangan posyandu yang digolongkan kedalam empat tingkat yaitu :

1) Posyandu Pratama (Pratamasidi)

Posyandu yang masih belum mantap kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader terbatas yaitu 4 orang.


(27)

Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih . Akan tetapi program utamanya (KB, KIA,Gizi, dan Imunisasi) masih rendah.

3) Posyandu Purnama (Purnamasidi)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih dengan cakupan 5 program utama (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50% sudah ada program tambahan.

4) Posyandu Mandiri

Posyandu sudah sampai pada tingkat mandiri ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus dengan program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK (Depkes, 2011).

3. Sasaran Posyandu

Sasaran dari kegiatan Posyandu adalah

1) Bayi yang berusia 12 bulan atau kurang 1 tahun. 2) Balita usia 1-5 tahun.

3) Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas. 4) Wanita usia subur (Meilani, N. dkk, 2009).

4. Manfaat Posyandu

Kegiatan Posyandu sangat bermanfaat bagi semua baik bagi masyarakat, bagi kader pengurus posyandu, tokoh masyarakat, bagi puskesmas maupun bagi sektor lainnya (Meilani, N. dkk, 2009).

C. Imunisasi Campak


(28)

Imunisasi berasal dari kata imun atau kebal atau resisten jadi imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai kemampuan, mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Depkes RI, 1996).

Imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Depkes RI, 2004).

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu ( Hidayat, 2005).

Sedangkan Imunisasi Campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat diberikan pada usia 9 bulan secara sub kutan (Karwati, dkk, 2010).

2. Jenis vaksin

Ada 2 jenis cara pengambilan virus untuk pembuatan vaksin yaitu vaksin yang berasal dari virus hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus yang dimatikan. Contoh vaksin dari virus yang dilemahkan yaitu vaksin BCG, vaksin polio dan vaksin campak dan vaksin dari virus yan dimatikan yaitu vaksin polio, vaksin campak (Muslihatun, W.N. dkk, 2010)

Vaksin dari vaksin hidup (CAM 70- chick chorioallantonk membrane) dilemahkan tambah kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades (Marimbi, 2010).


(29)

3. Waktu dan Cara Pemberian Imunisasi campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0.5 ml pada anak usia 9 bulan. Di negara berkembang imunisasi diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (Maternal antibodi) ternyata dapat menghambat terbentukya zat kebal campak dalam tubuh anak, maka untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai usia 9 bulan, dan pada anak-anak di negara maju setelah 15 bulan. Sehingga imunisasi ulang masih diberikan usia 6-7 tahun yaitu program BIAS di sekolah. (Satgas Imunisasi, 2011).


(30)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Adapun Kerangka konsep dalam penelitian ini dengan judul Hubungan Peran Kader Posyandu dengan Status Imunisasi Campak dijelaskan dalam bagan berikut ini

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Yang merupakan variabel independen (bebas) yaitu peran kader posyandu sedangkan yang menjadi variabel dependen (terikat) yaitu Status imunisasi campak.

B. Definisi Operasional

No Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Alat ukur Cara ukur

Skala ukur Hasil ukur

1 Indenpenden: Penilaian ibu Kuesioner Checklist Ordinal Aktif : 100-76 %

Peran Kader Posyandu Status Imunisasi

Campak


(31)

Peran kader posyandu

yang mempunyai bayi terhadap tugas kader dalam imunisasi campak

Cukup : 75-56 % Kurang :

55-0 %

2 Dependen: Status

imunisasi campak

Status imunisasi bayi umur 9 bulan yang telah diberi imunisasi campak

KMS bayi Dokume ntasi

Ordinal Imunisasi campak tercapai

Imunisasi campak tidak tercapai

C. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha)


(32)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan desain penelitian deskritif korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoadmojo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di usia 10-11 bulan Puskesmas Helvetia Medan.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2010).

Sampel Penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi umur 10-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia yaitu 45 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampling.


(33)

Kriteria inklusi dan eksklusi : a. Kriteria inklusi

Ibu yang mempunyai bayi usia 10-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.

b. Kriteria eksklusi

1) Jika responden dalam keadaan sakit. 2) Jika tidak bersedia menjadi responden 3) Ibu yang tidak membawa kaertu KMS bayi 4) Ibu yang tidak hadir di posyandu

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilakukan antara bulan November sampai dengan Mei tahun 2014.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Puskesmas Helvetia Medan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti tidak akan melakukan pemaksaan kepada responden untuk menjawab kuesioner yang diajukan peneliti, responden bebas menjawab kuesioner peneliti secara sukarela dan berhak mengundurkan diri dari penelitian. Sebagai bukti


(34)

persetujuan menjadi responden maka peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden kepada calon responden sebelum mengisi jawaban lembar kuesioner.

Untuk menjaga kerahasian, nama responden tidak akan dicantumkan lembar kuesioner. Nama kuesioner akan diganti nomor kode dan informasi akan diambil hanya untuk diperlukan untuk penelitian.

E. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dimana pada lembaran kuesioner tersebut akan ada terlampir surat persetujuan sebagai responden dan formulir karakterisitk responden. Data karakteristik responden yang harus dilengkapi oleh responden meliputi umur responden, pendidikan, pekerjaan, umur bayi, dan surat persetujuan yang ditandatangani oleh responden.

Untuk menentukan kategori aktif, cukup, dan tidak aktif terhadap peran sebagai kader posyandu, responden terlebih dahulu menentukan kriteria yang akan dijadikan penentu pengukuran. Soal yang diberikan sebanyak 15 pertanyaan dengan bobot penilaian.

Ya Ada : 1

Tidak ada dilakukan : 0

Untuk menentukan kategori tentang peran kader yang aktif, cukup dan tidak aktif. Peneliti menentukan standar sebagai berikut :

Aktif : menjawab pertanyaan dengan benar 100- 76 % Cukup : menjawab pertanyaan dengan benar 75-56 % Tidak aktif : menjawab pertanyaan dengan benar < 55%


(35)

F. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Pengeditan (Editing)

Yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Pengkodean (Codding)

Yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.

3. Masukan Data (Data Entry)

Yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulasi (Tabulating)

Memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

G. Uji Validitas Dan Realibilitas 1. Uji Validitas

Azwar (2004), mengatakan bahwa validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat untuk melakukan fungsi ukurnya. Adapun cara yang paling sering digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur dalam mengkorelasikan antara skor yang didapat masing – masing item dengan skor total.


(36)

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Product Moment Person.

2. Uji Reliabilitas

Suryabrata (2006) menyatakan bahwa kendala alat ukur menunjukkan keejaan hasil pengukuran sekitar alat tersebut digunakan oleh orang yang sama atau waktu yang berbeda. Prinsip keandalan merupakan hasil ke konstanta atau kestabilan hasil pengukuran secara implicit masalah keandalan menyangkut masalah obyektivitas. Salah satu cara untuk reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini digunakan teknik reliabilitas koefisien Alpha Cronbach (Azwar, 2004).

H. Rencana Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dan diakukan perhitungan jumlah presentase masing-masing variabel yaitu :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, meliputi peran kader posyandu dan status imunisasi campak.

2. Analisa Bivariat

Untuk melihat perbandingan dan hubungan antara dua variabel, maka dilakukan uji statistik Chi-Square, yang dilakukan untuk melihat perbedaan dua proporsi antara dua variabel (dependen dan independen) data diolah dengan menggunakan komputerisasi atau SPSS dengan kemaknaan signifikan P < 0,05. Hasil analisa dikatakan bermakna apabila p < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.


(37)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai adanya hubungan antara peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Mei 2014 kepada 45 responden ibu yang mempunyai bayi umur 10-11 bulan yang menjadi subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Karakteristik responden ibu yang mempunyai bayi umur 10-11 bulan

Karateristik demografi responden ibu yang mempunyai bayi umur 10-11 bulan di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Demografi Responden Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 10-11 Bulan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Karakteristik Demografi Responden f %

Usia

< 20 tahun 5 11.1

20 -35 tahun 27 60.0

>35 tahun 13 28.9

Total 45 100

Pendidikan

SD 1 2.2

SMP 10 22.2

SMA 23 51.1


(38)

Total 45 100 Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data mengenai karakteristik responden ibu

yang mempunyai bayi usia 10-11 bulan adalah mayoritas ibu berusia 20-35 tahun berjumlah 27 responden (60,0%) dengan mayoritas pendidikan ibu adalah SMA dengan jumlah 23 responden (51,1%) dan minoritas usia ibu berusia > 20 tahun berjumlah 5 responden (11,1%) dengan minoritas pendidikan ibu adalah SD berjumlah 1 responden (2,2%).

2. Peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Komponen pertanyaan yang dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban benar atau salah adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2

Distribusi jawaban peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014

Komponen pertanyaan Pilihan Jawaban

Benar Salah

f % f %

Waktu posyandu 30 66,6 15 33,3

Tidak ada kader terlambat 24 53,3 21 46,7

Ruangan rapi dan bersih 30 66,6 15 33,3

Ramah 28 62,2 17 37,7

Kerja rangkap 37 82,2 8 17,7

Menginggatkan jadwal imunisasi 31 68,8 14 37,7

Kunjungan rumah 35 77,7 10 22,2

Penyuluhan saat kunjungan 37 82,2 8 17,7

Menjemput kerumah 30 66,6 15 33,3

Informasi posyandu terdekat 27 60 18 40

Ingatkan kembali jadwal 33 73,3 12 26,6

Penyuluhan imunisasi 38 84,4 7 15,5


(39)

Bagian tubuh yang disuntik campak 37 82,2 8 17,7

Tentang penyakit campak 31 68,8 14 37,7

Berdasarkan tabel 5.1 komponen pertanyaan diatas dapat diuraikan peran kader dalam 3 kelompok yaitu peran kader sebagai administator atau pelaksana yaitu waktu posyandu, tidak ada kader yang terlambat, ruangan rapi dan bersih, ramah dan kerja rangkap. Peran kader sebagai motivator yaitu pada komponen pertanyaan menginggatkan jadwal imunisasi, kunjungan rumah, penyuluhan saat kunjungan, dan menjemput kerumah. Serta peran kader sebagai edukator yaitu komponen pertanyaan informasi posyandu terdekat, ingatkan kembali jadwal, penyuluhan imunisasi, umur saat disuntik campak, bagian tubuh yang disuntik campak, tentang penyakit campak.

Kader mempunyai tugas sebagai pelaksana atau penggerak dalam kegiatan di Posyandu, peran serta kader di posyandu dalam meningkatkan pencapaian status imunisasi campak berdasarkan keaktifan seorang kader menurut responden ibu yang mempunyai bayi berumur 10-11 bulan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Peran kader posyandu f %

Kurang aktif Cukup aktif Aktif

1 5 9

24,4 33,3 42,2

Total 5 100

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data mengenai peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan adalah mayoritas jawaban responden ibu yang


(40)

mempunyai bayi usia 10-11 bulan kader yang berperan aktif sebanyak 19 (42,2%) dan minoritas berperan kurang aktif 11 (24,4%).

Komponen pertanyaan tentang penyuluhan imunisasi yang dipilih oleh responden dengan pilihan jawaban benar adalah 38 (84,4%) dan komponen pertanyaan tentang kader terlambat adalah 24 (53,3%). Sedangkan komponen pertanyaan tentang kader yang terlambat yang jawaban salah adalah 21 (46,7%). Komponen pertanyaan tentang umur saat disuntik campak 19 (42,2) dan pertanyaan tentang mengingatkan jadwal imunisasi 14 (37,7%).

3. Status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Imunisasi campak merupakan salah satu imunisasi dasar dari program dasar yang dicanangkan oleh pemerintah dan pencapaian sebesar 80%. Berdasarkan target pemerintah maka pencapaian status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi Status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Status imunisasi Campak F %

Tidak Tercapai Tercapai

18 27

40,0 60,0

Total 45 100

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data mengenai pencapaian status imunisasi campak adalah mayoritas tercapai sebanyak 27 (60,0%) dan minoritas status imunisasi campak yang tidak tercapai 18 (40,0%).


(41)

4. Hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Pada awalnya penelitian menggunakan data berbentuk tabel 3 x 2, karena tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai expected yang kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk di uji kembali dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok peran kader yang cukup dengan peran kader yang kurang. Dan hasil yang didapatkan data dengan tabel 2x2 kemudian diuji kembali dengan uji Chi-square. Data tersebut layak di uji Fisher’s Exact karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari lima.

Peran serta kader sebagai pelaksana, penggerak, dan motivator dalam meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu sangat mempengaruhi kegiatan kesehatan yang ada dimasyarakat khususnya imunisasi dasar termasuk imunisasi campak. Hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.5

Hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Peran kader posyandu

Status Imunisasi campak

Total value hitung Tidak

tercapai Tercapai

f % f % f % 0,006

Tidak aktif Aktif 15 3 3,3 6,7 11 16 4,4 5,6 16 19 57,7 42,3


(42)

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 45 responden didapatkan 19 (42,3%) kader berperan aktif dengan 16 (35,6%) status imunisasi campak tercapai dan 3 (6,7%) status imunisasi tidak tercapai. Sedangkan kader yang berperan tidak aktif 26 (57,8%) dengan 11 (24,2%) status imunisasi tercapai dan 15 (33,3%) status imunisasi tidak tercapai.

Hasil analisa Fisher’s Exact pada tabel kontigensi dengan derajat (df) = 1 dan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05, didapatkan hasil bahwa nilai Fisher’s Exact hitung 6,380 dan nilai Fisher’s Exact tabel 3,481

Pada analisa Fisher’s Exact Ho ditolak jika Fisher’s Exact hitung > Fisher’s Exact tabel, atau p-value (signifikan) < α. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher’s Exact dengan taraf signifikan 5% (0,05) perhitungan diperoleh Fisher’s Exact hitung (6,380) > Fisher’s Exact tabel (3,481) dan p-value (0,012) < α (0,05). Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka ha diterima. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan tahun 201

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa peran kader posyandu di Puskesmas Helvetia Medan adalah mayoritas jawaban responden ibu yang mempunyai bayi usia 10-11 bulan kader yang berperan aktif sebanyak 19 (42,2%) kader berperan cukup 15 (33,3%) dan kurang aktif 11 (24,4%). Hal ini sesuai dengan komponen pertanyaan dimana responden menjawab pilihan benar tentang


(43)

kader yang melakukan penyuluhan imunisasi 38 (84,4%), penyuluhan saat kunjungan 37 (82,2%) tetapi masih ada kader yang terlambat 21 (46,7%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prang (2012) keaktifan kader posyandu yaitu terdapat 62% kader posyandu yang aktif dan 38% kader posyandu yang kurang aktif. Banyak faktor yang mempengaruhi kader untuk aktif yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar kader posyandu maupun faktor dari dalam kader posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Setyarini (2012) partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor masyarakat, faktor tokoh masyarakat dan faktor petugas puskesmas. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang erat dalam memotivasi kader agar dapat terus berpartisipasi secara aktif.

Faktor dari luar yang mempengaruhi kader yaitu pekerjaan dari kader, karena tugas kader bukan hanya satu kali dalam satu bulan tapi diluar jam jadwal kegiatan posyandu, kader bertugas mengunjungi peserta posyandu. Serta faktor yang mempengaruhi peran serta kader posyandu dari dalam adalah tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan informal yang pernah ditempuh dan dapat memotivasi kader dalam prilaku.

Sejalan dengan pendapat Sinaga (2012) upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan. Kader posyandu melakukan tugas secara sukarela, secara umum memiliki motivasi dalam dirinya yaitu kepedulian akan kesehatan di masyarakat, sehingga tanpa memperoleh kompensasi kader tetap setia melakukan tugasnya.


(44)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prang (2012) menunjukkan bahwa 78,8% kader Posyandu yang aktif dengan kategori motivasi yang baik dan 63,6% kader posyandu yang kurang aktif dengan kategori motivasi yang kurang baik sebagai kader posyandu. Perhitungan korelasi menggunakan chi-square test dengan nilai p value 0,002 artinya terdapat hubungan antara motivasi kader posyandu dengan keaktifan kader posyandu.

Menurut pendapat Rahman (2008) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan. Untuk mempengaruhi orang lain, baik inividu atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan yang cukup merupakan dasar pengembangan wawasan serta sarana untuk memudahkan seseorang untuk menerima pengetahuan, sikap, dan perilaku baru.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harisman (2012) menunjukkan 83,3% berpendidikan tinggi dengan berperan aktif dan 79,5% berpendidikan rendah dengan berperan tidak aktif dengan hasil nilai p = 0,005 yaitu ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap keaktifan kader posyandu.

Kader merupakan perpanjangan tangan dari masyarakat ke pemerintah atau pemerintah ke masyarakat. Program pemerintah dapat berjalan baik tidak terlepas dari peran serta kader terutama program kesehatan yang mencakup banyak hal salah satunya adalah program imunisasi campak.

2. Status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014

Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mengenai pencapaian status imunisasi campak adalah mayoritas tercapai sebanyak 27 (60,0%) dan minoritas status imunisasi campak yang tidak tercapai 18 (40,0%). Hal ini sesuai dengan


(45)

komponen pertanyaan dimana kader sering terlambat yaitu 21 (46,7%), kader kurang memberikan informasi umur saat disuntik imunisasi 19 (42,2%) dan kader tidak mengingatkan jadwal imunisasi 14 (37,7%).

Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit campak, diperlukan partisipasi masyarakat yang merupakan kunci keberhasilan, yang dapat juga diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Wujud dari keikutsertaan dimaksud tentu saja adalah perilaku tertentu, yang positif bagi pencapaian tujuan kegiatan (Depkes RI, 2006)

Menurut pendapat Juniatiningsih (2007) kekhawatiran terhadap efek samping vaksin tidak berhubungan dengan status imunisasi, sedangkan faktor-faktor lainnya secara statistik berhubungan dengan status imunisasi imunisasi. Masih banyak ditemukan pasien yang status imunisasi dasarnya tidak lengkap. Posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan lingkungan tempat tinggal tampaknya harus lebih diberdayakan dalam pelaksanaan program imunisasi. Dengan adanya peran kader dapat meningkatkan target status imunisasi di posyandu.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat penelitian Khotimah (2008) peran petugas kesehatan khususnya kader posyandu hendaknya menjadi orang terdekat yang mampu menyampaikan segala pengetahuan dan mempertahankan timbal balik yang baik sehingga bisa menjalankan program imunisasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2008) diperoleh kategori baik yaitu 140 orang, menperoleh imunisasi campak tinggi yaitu 89 orang (61,4%), dan memperoleh imunisasi campak rendah yaitu 54 orang (38,6%) sedangkan tindakan tokoh masyarakat menurut responden dengan kategori kurang


(46)

baik memperoleh imunisasi campak tinggi yaitu 45 orang (63,4%) memperoleh imunisasi campak rendah yaitu 26 orang (36,6%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2011) menunjukkan yang di imunisasi campak 64.81% dan tidak imunisasi campak 35.19%. Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahamanan terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, kehadiran anak balita ke posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan sehingga target cakupan imunisasi tidak tercapai.

3. Hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader posyandu dengan status imunisasi campak yaitu dari 45 responden didapatkan 26 (57,7%) kader berperan tidak aktif dengan 15 (33,3%) status imunisasi campak tidak tercapai. Sedangkan 19 (42,3%) kader berperan aktif 16 (35,6%) status imunisasinya tercapai. Hal ini sejalan dengan komponen pertanyaan dimana kader masih terlambat 21 (46,7%) dan menjelaskan umur saat dilakukan imunisasi campak 19 (42,2%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2011) adanya hubungan antara peran kader posyandu terhadap kelengkapan imunisasi dasar di desa Kwarasan Sukoharjo tahun 2011. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square


(47)

dengan taraf signifikan diperoleh nilai p value 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar.

Dengan peran serta kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader. Peran kader sebagai penggerak kegiatan di masyarakat sangat berpengaruh terhadap peningkatan cakupan imunisasi (Zulkifli, 2003)

Maka hasil penelitian ini yang dijadikan tolak ukur dalam menyelesaikan pembahasan sebagai hasil akhir bahwa terdapat hubungan yang signifikan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.


(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan peran kader posyandu dengan status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Peran Kader posyandu mayoritas berperan aktif dalam mencapai target imunisasi campak yaitu 19 (42,3%)

2) Status imunisasi campak di Puskesmas Helvetia secara umum tercapai yaitu 27 (60,0%)

3) Terdapat hubungan yang signifikan antara peran kader posyandu dengan status imunisasi campak (P < 0,05).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian adalah :


(49)

1. Diharapkan kepada kader kesehatan yang melayani imunisasi di posyandu agar lebih meningkatkan pelayanan dan lebih memperhatikan jadwal imunisasi dengan usia bayi sehingga pada saat di lakukan penyuntikan imunisasi pas dengan umurnya si bayi ditetapkan. Tidak ada lagi bayi yang lewat umur masih dilakukan penyuntikan karena vaksin yang disuntikkan tidak mempunyai pengaruh kepada tubuh si anak.

2. Diharapkan kepada institusi pelayanan kesehatan lebih memperhatikan kinerja kader-kader di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.

3. Diharapkan kepada institusi pendidikan DIV bidan pendidik fakultas keperawatan USU agar lebih banyak menambah referensi tentang peran kader posyandu dengan status imunisasi campak.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang variabel yang lain selain peran kader posyandu serta dapat melakukan uji reliabilitas kepada responden yang berbeda dengan subjek penelitian.

               


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, (2008). Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hidayat, A.A. ( 2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

____________ (2011). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Hartati, E. (2008). Pengaruh Faktor Perilaku Masyarakat Terhadap Perolehan Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar 2008. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index

Juniatiningsih, A., Sodibyo, S. (2006). Profil Status Imunisasi Dasar Balita di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta

Karwati, Pujiati, D., Mujiwati, S., (2010). Asuhan Kebidanan (Kebidanan Komunitas). Jakarta : Salemba Medika.


(51)

Kemenkes RI, (2011). Profil Kesehatan tahun 2012. Jakarta

K.M., Rochman, Vasra, E., Dahliana, Sumastri, H., (2002). Panduan Belajar Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.

Khotimah, N,N., Rusnell. (2008). Faktor- faktor yang berhubungan dengan peran serta ibu membawa anaknya untik di imunisasi di Desa Sugih Waras Kecamatan Muara Enim Palembang Tahun 2008. Palembang.

Lukman, Ali., dkk.(1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Meilani, N., Setiyawati, N., Estiwidani, D., Sumarah, (2009). Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

Muslihatun, W.N., (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Marimbi, H., (2010). Tumbuh Kembang, status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Notoatmojo, S., (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Ilmu.

Nurani, D.S, Ginanjar, P., S.D., Lintang, (2012). Gambaran Epidemiologi Kasus Campak Di Kota Cirebon Tahun 2004-2011. Cirebon.

Nurpudji, (2006). Kontroversi Seputar Gizi Buruk. http://www.gizi.net/makalah.artikel.


(52)

Pangemanan, J, M., Tilaar, C. (2012). Faktor – fakor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tareran kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa . Manado.

Purba, E.M.S., (2013). Cakupan Imunisasi Lengkap Terhadap Standart Pelayanan Minimum di Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2013. Medan.

Rahman, A., (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia . Yogyakarta : EGC

Sinaga, A., (2012). Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatkan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Bandung.

Satgas Imunisasi IDAI, (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Jakarta

Soekanto, S., (2009). Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali pers jakarta

Susanti, L,W. (2011). Hubungan Peran Kader Posyandu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Desa Kwarasan Sukoharjo Tahun 2011. Semarang Setyarini , E, A., Sinaga, F. (2011). Hubungan Peran Serta Kader Dalam

Memotivasi Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu Terhadap Status Kesehatan Balita Di RW 07 Kelurahan Pasir Biru Ciburu.

Wahyuningsih, H.P., M.S., Irsham, Indriyani, A., santi, M.Y., (2008). Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Kemenkes. (2013). Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Propinsi Sumatera Utara. http:// www.depkes.go.id.com.


(53)

Yulifah, R.,Yuswanto, A,. Johan T., (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama saya Winda Zaryetti, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Status Imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan”.

Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader. Karena kader lebih tanggap dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata–rata dari kelompok sasaran posyandu (Umar Naim, 2008).  


(54)

Yulifah, R.,Yuswanto, A,. Johan T., (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu.

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan Hormat,

Nama saya Winda Zaryetti, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Status Imunisasi campak di Puskesmas Helvetia Medan”.

Peran kader memang sangat penting dalam menjembatani masyarakat khususnya kelompok sasaran posyandu. Berbagai informasi dari pemerintah lebih mudah disampaikan kepada masyarakat melalui kader. Karena kader lebih tanggap dan memiliki pengetahuan kesehatan diatas rata–rata dari kelompok sasaran posyandu (Umar Naim, 2008).  


(55)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran kader dengan dengan status imunisasi campak.

Kami akan memberikan kuesioner kepada ibu tentang :

a. Data demografi seperti kode responden, umur dan tingkat pendidikan. b. Serta memberikan kuesioner kepada Ibu tentang peran kader dengan

status imunisasi campak

Partisipasi ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini Ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :

Nama : WINDA ZARYETTI

Alamat : Jln. Beringin 7 no 17b

No. HP : 085262393210

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami siapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2014 Peneliti


(56)

(WINDA ZARYETTI)

KUESIONER

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

Petunjuk umum pengisian

1. Responden diharapakan bersedia menjawab pertanyaan yang ada 2. Isilah titik-titik pada pertanyaan A ( Data Demografi)

3. Tuliskan tanda silang (X) pada jawaban pertanyaan (kuesioner) 4. Jika ada yang hal yang tidak jelas silahkan bertanya pada peneliti

A. Data Demografi

No responden :

1. Umur responden :

2. Pendidikan :

3. Pekerjaan :

4. Umur bayi :

B. Pertanyaan Kuesioner


(57)

1. Apakah ada kader mengumumkan kapan waktu diadakannya kegiatan posyandu ?

a. Ya ada b. Tidak ada

2. Pada hari posyandu dibuka, tidak ada kader yang datang terlambat ke posyandu ?

a. Ya b. Tidak

3. Pada hari posyandu apakah tempat posyandu dalam keadaan rapi dan bersih? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah kader bersikap ramah dengan menegur salam saat ibu datang ke posyandu ?

a. Tidak b. Ya

5. Apakah kader melakukan pekerjaan rangkap dalam kegiatan di posyandu ? a. Ya

b. Tidak

6. Karena jarak usia bayi antara imunisasi Dpt combo dengan campak yang jauh dan terkadang ibu lupa, disaat ibu mendaftarkan nama bayi untuk pelayanan posyandu, apakah ada kader mengingatkan tentang jadwal imunisasi campak kepada ibu ?

a. Tidak ada b. Ya ada

7. Pada saat jadwal posyandu dan ada bayi/balita yang tidak hadir ke posyandu, apakah ada kader yang datang mengunjungi bayi/balita ke rumah-rumah setelah selesai kegiatan posyandu ?

a. Ya ada b. Tidak ada

8. Kalau seandainya ada ibu yang tidak mau anaknya di imunisasi karena takut sakit atau alasan lainnya, apakah ada kader memberikan penyuluhan kepada ibu manfaat dari imunisasi tersebut ?


(58)

a. Ya ada b. Tidak ada

9. Jika ada bayi yang tidak hadir tetapi bertepatan jadwalnya imunisasi campaknya, apakah ada kader menjemput bayi itu kerumah ibu untuk memanggil untuk segera hadir ke posyandu ?

a. Ya ada b. Tidak ada

10.Jika ada bayi yang harus di imunisasi tetapi tidak hadir dan ingin mengganti keesokan harinya, apakah ada kader memberikan informasi tempat posyandu terdekat ?

a. Ya ada b. Tidak ada

11.Jika umur bayi ibu belum genap 9 bulan, adakah kader mengingatkan ibu untuk tidak mengimunisasaikan karena belum cukup 9 bulan ?

a. Tidak ada b. Ada

12.Pernahkah kader memberikan penyuluhan tentang manfaat dari imunisasi campak pada waktu posyandu ?

a. Tidak pernah b. Pernah

13.Pernahkah kader memberitahukan kepada ibu-ibu usia berapa imunisasi campak dilakukan ?

a. Tidak pernah b. Pernah

14.Apakah kader pernah memberitahukan bagian tubuh mana saja yang boleh di suntikkan imunisasi campak ?

a. Pernah b. Tidak pernah

15.Pernahkah kader memberitahukan tentang penyakit campak dan pencegahannya kepada ibu-ibu ?


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

Lampiran 8

MASTER TABEL HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK

DI PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

1. DEMOGRAFI RESPONDEN

No Umur

ibu Kode Pendidikan Kode No

Umur

ibu Kode Pendidikan Kode

1. 34 2  SMP 2 24. 29 2  SMA 3

2. 26 2  SMA 3 25. 36 3  PT 4

3. 23 2  SMA 3 26. 37 3  PT 4

4. 25 2  SMA 3 27. 32 2  SMA 3

5. 24 2  SMA 3 28. 20 1  PT 4

6. 24 2  SMP 2 29. 25 2  SMP 2

7. 36 3  PT 4 30. 31 2  SMP 2

8. 35 3  SMA 3 31. 31 2  SMP 2

9 35 3  SMA 3 32. 30 2  SMA 3

10. 35 3  SMP 2 33 29 2  SMA 3

11. 23 2  SMP 2 34 36 3  SMA 3

12. 22 2  SD 1 35. 36 3  SMA 3

13. 22 2  SMA 3 36 28 2  SMA 3

14. 21 2  PT 4 37. 29 2  SMA 3

15. 20 1  SMA 3 38. 31 2  SMA 3

16. 36 3  SMA 3 39. 34 2  SMA 3

17. 28 2  SMP 2 40. 32 2  SMA 3

18. 37 3  PT 4 41. 33 2  SMA 3

19. 36 3  PT 4 42. 33 2  PT 4

20. 39 3  SMA 3 43. 39 3  SMP 2

21. 21 1  PT 4 44. 28 2  PT 4


(66)

23. 19 1  PT 4  

2. PERAN KADER DAN STATUS IMUNISASI

N o

Peran Kader Posyandu

Tot

al Kategori Kod

e

Status imunisasi Kod

e P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15

1. 1  0  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  13 Aktif 3  Tercapai 2  2. 1  1  0  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  12 Aktif 3  Tercapai 2  3. 1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  1  1  1  1  14 Aktif 3  Tercapai 2  4. 1  0  1  0  1  1  0  0  1  0  1  1  0  1  1  9 Cukup 2  Tercapai 2  5. 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  6. 1  0  0  0  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  10 Cukup 2  Tercapai 2  7. 0  0  0  1  1  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  4 Kurang 1  Tdk 1  8. 1  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  1  0  1  0  5 Kurang 1  Tdk 1  9 0  0  0  0  0  0  0  1  1  0  1  1  0  1  1  6 Kurang 1  Tdk 1  10 1  1  0  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  1  1  12 Aktif 3  Tdk 1  11 1  1  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  14 Aktif 3  Tercapai 2  12 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  13 1  1  1  0  0  1  1  0  0  1  0  1  0  1  1  9 Cukup 2  Tdk 1  14 0  0  0  1  1  0  0  1  1  0  1  1  0  0  0  6 Kurang 1  Tdk 1  15 1  0  0  1  1  1  1  1  1  0  0  1  0  1  1  10 Cukup 2  Tercapai 2  16 1  0  1  0  1  1  1  1  0  1  1  0  1  1  0  10 Cukup 2  Tercapai 2  17 0  0  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  0  0  1  11 Cukup 2  Tdk 1  18 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  19 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  20 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tdk 1  21 1  1  1  0  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  14 Aktif 3  Tercapai 2  22 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  23 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  24 1  0  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  1  13 Aktif 3  Tercapai 2  25 1  1  1  0  1  1  0  1  1  0  1  1  1  1  1  12 Aktif 3  Tercapai 2  26 0  1  1  0  0  0  1  0  1  1  0  1  1  1  1  9 Cukup 2  Tdk 1  27 0  1  1  0  1  0  1  1  0  0  1  0  0  1  0  7 Kurang 1  Tdk 1  28 0  0  0  0  1  0  0  1  1  0  0  1  1  0  0  5 Kurang 1  Tercapai 2  29 0  0  1  0  1  0  1  1  0  0  1  0  0  0  0  5 Kurang 1  Tdk 1 


(67)

31 0  0  0  1  1  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  11 Cukup 2  Tercapai 2  32 1  1  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  14 Aktif 3  Tercapai 2  33 1  0  1  0  0  0  0  0  1  1  1  1  1  1  1  9 Cukup 2  Tercapai 2  34 0  0  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  12 Aktif 3  Tdk 1  35 1  0  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  1  1  13 Aktif 3  Tercapai 2  36 0  1  0  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  1  0  10 Cukup 2  Tdk 1  37 0  1  1  1  1  1  1  1  0  1  1  0  0  1  1  11 Cukup 2  Tdk 1  38 1  1  0  0  0  0  0  0  0  0  0  1  1  0  0  4 Kurang 1  Tercapai 2  39 1  0  0  0  0  0  1  0  0  0  0  0  1  1  1  5 Kurang 1  Tdk 1  40 1  0  1  0  0  0  0  0  1  1  1  1  1  1  1  9 Cukup 2  Tdk 1  41 1  1  1  0  1  1  0  1  1  0  1  1  1  1  1  12 Aktif 1  Tercapai 2  42 0  1  0  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  1  0  10 Cukup 2  Tercapai 2  43 1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  1  15 Aktif 3  Tercapai 2  44 1  0  0  0  1  1  1  1  1  1  0  1  1  1  0  10 Cukup 2  Tdk 1  45 0  0  0  1  1  0  1  1  0  0  0  0  0  0  0  4 Kurang 1  Tdk 1 

Frequencies

[DataSet1] D:\folder baru\spss 2.sav

Statistics

umuribu pendidikan

N Valid 45 45

Missing 0 0

umuribu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 5 11.1 11.1 11.1

21-35 27 60.0 60.0 71.1

> 35 13 28.9 28.9 100.0

Total 45 100.0 100.0


(68)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sd 1 2.2 2.2 2.2

smp 10 22.2 22.2 24.4

sma 23 51.1 51.1 75.6

PT 11 24.4 24.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

Frequencies

[DataSet1] D:\folder baru\spss 2.sav

Statistics

perankader status_imunisasi

N Valid 45 45

Missing 0 0

perankader

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 11 24.4 24.4 24.4

cukup 15 33.3 33.3 57.8

aktif 19 42.2 42.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

status_imunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(69)

tercapai 27 60.0 60.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Crosstabs

[DataSet1] D:\folder baru\spss 2.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

perankader * status_imunisasi

45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

perankader * status_imunisasi Crosstabulation

status_imunisasi

Total tidak tercapai tercapai

perankader kurang Count 8 3 11

% within perankader 72.7% 27.3% 100.0%

% within status_imunisasi 44.4% 11.1% 24.4%

% of Total 17.8% 6.7% 24.4%


(70)

% within perankader 46.7% 53.3% 100.0%

% within status_imunisasi 38.9% 29.6% 33.3%

% of Total 15.6% 17.8% 33.3%

aktif Count 3 16 19

% within perankader 15.8% 84.2% 100.0%

% within status_imunisasi 16.7% 59.3% 42.2%

% of Total 6.7% 35.6% 42.2%

Total Count 18 27 45

% within perankader 40.0% 60.0% 100.0%

% within status_imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.827a 2 .007

Likelihood Ratio 10.378 2 .006

Linear-by-Linear Association 9.586 1 .002

N of Valid Cases 45

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.

Risk Estimate

Value Odds Ratio for perankader

(kurang / cukup)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


(71)

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

peran kader * status imunisasi

45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

peran kader * status imunisasi Crosstabulation

status imunisasi

Total Tidak tercapai Tercapai

peran kader Tidak aktif Count 15 11 26

% within peran kader 57.7% 42.3% 100.0%

% within status imunisasi 83.3% 40.7% 57.8%

% of Total 33.3% 24.4% 57.8%

Aktif Count 3 16 19

% within peran kader 15.8% 84.2% 100.0%

% within status imunisasi 16.7% 59.3% 42.2%

% of Total 6.7% 35.6% 42.2%

Total Count 18 27 45

% within peran kader 40.0% 60.0% 100.0%

% within status imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 40.0% 60.0% 100.0%


(72)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.031a 1 .005

Continuity Correctionb 6.380 1 .012

Likelihood Ratio 8.571 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .005

Linear-by-Linear Association 7.853 1 .005

N of Valid Cases 45

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,60. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for peran kader (Tidak aktif / Aktif)

7.273 1.692 31.255

For cohort status imunisasi = Tidak tercapai

3.654 1.229 10.860

For cohort status imunisasi = Tercapai

.502 .308 .819


(73)

(74)

(1)

tercapai 27 60.0 60.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Crosstabs

[DataSet1] D:\folder baru\spss 2.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

perankader * status_imunisasi

45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

perankader * status_imunisasi Crosstabulation status_imunisasi

Total tidak tercapai tercapai

perankader kurang Count 8 3 11

% within perankader 72.7% 27.3% 100.0%

% within status_imunisasi 44.4% 11.1% 24.4%

% of Total 17.8% 6.7% 24.4%


(2)

% within perankader 46.7% 53.3% 100.0% % within status_imunisasi 38.9% 29.6% 33.3%

% of Total 15.6% 17.8% 33.3%

aktif Count 3 16 19

% within perankader 15.8% 84.2% 100.0%

% within status_imunisasi 16.7% 59.3% 42.2%

% of Total 6.7% 35.6% 42.2%

Total Count 18 27 45

% within perankader 40.0% 60.0% 100.0%

% within status_imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.827a 2 .007

Likelihood Ratio 10.378 2 .006

Linear-by-Linear Association 9.586 1 .002

N of Valid Cases 45

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.

Risk Estimate

Value Odds Ratio for perankader

(kurang / cukup)

a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.


(3)

[DataSet0]

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

peran kader * status imunisasi

45 100.0% 0 .0% 45 100.0%

peran kader * status imunisasi Crosstabulation status imunisasi

Total Tidak tercapai Tercapai

peran kader Tidak aktif Count 15 11 26

% within peran kader 57.7% 42.3% 100.0%

% within status imunisasi 83.3% 40.7% 57.8%

% of Total 33.3% 24.4% 57.8%

Aktif Count 3 16 19

% within peran kader 15.8% 84.2% 100.0%

% within status imunisasi 16.7% 59.3% 42.2%

% of Total 6.7% 35.6% 42.2%

Total Count 18 27 45

% within peran kader 40.0% 60.0% 100.0%

% within status imunisasi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 40.0% 60.0% 100.0%


(4)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8.031a 1 .005

Continuity Correctionb 6.380 1 .012

Likelihood Ratio 8.571 1 .003

Fisher's Exact Test .006 .005

Linear-by-Linear Association 7.853 1 .005

N of Valid Cases 45

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,60. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for peran kader

(Tidak aktif / Aktif)

7.273 1.692 31.255

For cohort status imunisasi = Tidak tercapai

3.654 1.229 10.860

For cohort status imunisasi = Tercapai

.502 .308 .819


(5)

(6)