Studi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
masalah kesehatan yang serius terutama di negara berkembang seperti Indonesia
(IDF, 2011). Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar, prevalensi DM
tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan Barat dan provinsi Maluku Utara
(masing-masing 11,1%), diikuti provinsi Riau (10,4%) dan provinsi Aceh (8,5%)
sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di provinsi Papua (1,7%) dan
provinsi Nusa Tenggara Timur (1,8%) (RISKESDAS, 2007).
Penelitian tahun 2006, oleh Krishna menemukan bahwa dari 2606 pasien
yang datang berobat jalan ke Poliklinik Rawat Jalan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada periode Juni 2005 - Maret 2006
dijumpai 900 pasien (35%) didiagnosis sebagai penderita DM tipe 2 (Sucipto,
2006).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis gangguan metabolisme yang
ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia),
sebagai akibat dari kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Di
Indonesia, DM tipe 2 merupakan yang terbanyak ditemukan yaitu sekitar 95%
dari keseluruhan kasus diabetes. Walaupun diabetes tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat sehingga

menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan lain atau bahkan penyakit baru. Oleh
karena itu dalam pengelolaan pengobatan DM tipe 2, pasien selalu mendapatkan

1

Universitas Sumatera Utara

pengobatan dalam waktu lama (long life) dan jumlah obat yang banyak
(polifarmasi) (Depkes RI, 2005).
Pengobatan

dengan

beberapa

obat

sekaligus

(polifarmasi)dapat


menyebabkan terjadinya interaksi obat (Setiawati, 2007). Interaksi obat
merupakan modifikasi efek suatu obat yang diakibatkan oleh obat lain sehingga
keefektifan dan toksisitas satu obat atau lebih dapat berubah (Fradgley, 2003).
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi
farmakokinetika dan farmakodinamika. Beberapa jenis obat belum diketahui
mekanisme interaksinya secara tepat (unknown ). Interaksi farmakokinetik terjadi
jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau eksresi
obat kedua sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat
dalam plasma. Interaksi farmakodinamik terjadi antara obat yang bekerja pada
system reseptor, tempat kerja atau system fisiologik yang sama, sehingga terjadi
efek yang aditif, sinergistik, atau antagonis tanpa terjadi perubahan kadar obat
dalam plasma. Interaksi yang bersifat unknown merupakan interaksi yang belum
diketahui secara jelas mekanismenya yakni tidak termasuk ke dalam mekanisme
farmakokinetik ataupun farmakodinamik (Setiawati, 2007).
Obat antidiabetik oral merupakan senyawa yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan diberikan secara oral. Pada penggunaan obat antidiabetik oral
dapat terjadi interaksi dengan obat-obat tertentu yang digunakan oleh pasien.
Interaksi obat menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena
meningkatnya kadar obat di dalam plasma, sehingga dapat terjadi hipoglikemia

bahkan kematian mendadak. Sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma
menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal (Ament,et.al.,2000).

2

Universitas Sumatera Utara

Beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya tentang kasus interaksi
obat,di Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa interaksi obat pada
pasien rawat jalan ditemukan 128 interaksi obat terdiri dari 47 kasus interaksi obatobat dan 81 kasus interaksi obat-makanan dengan pola interaksi obat farmakokinetik
72%, farmakodinamik 19% dan sisanya unknown (Rahmawati, 2006) danpenelitian
yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, pada pasien geriatrik rawat jalan
diperoleh gambaran frekwensi interaksi obat-obat cukup tinggi yaitu 78,96% (259
kejadian) dari total 328 lembar resep (Dasopang, 2014).

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian di RSUDdr.Zainoel Abidin Banda Aceh, karena sampai
sekarang belum pernah dilakukan penelitian interaksi obat secara retrospektif pada
pasien diabetes melitus rawat jalan di rumah sakit tersebut. Penelitian ini
diharapkan menjadi bahan kajian bagi pihak rumah sakit, khususnya apoteker

dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang masalah interaksi obat di RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh, mengidentifikasi obat-obatpada pasien diabetes
melitus yang sering berinteraksi serta menentukan mekanisme dan tingkat
keparahan interaksi obat yang terjadi. Dalam hal ini, karakteristik pasien dan
karakteristik obatadalah variabel bebas (independent variable) dan

kejadian

potensi interaksi obat sebagai variabel terikat (dependent variable). Gambaran
kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.

3

Universitas Sumatera Utara

Variabel Bebas
Faktor risiko
– Usia pasien

– Jumlah obat

Variabel Terikat

Parameter

Potensi
interaksi obat

Frekuensi
potensi
interaksi
Jenis obat
yang
berpotensi
interaksi
-Farmakokinetik
Mekanisme
interaksi


-Farmakodinamik
-Unknown

Tingkat
keparahan
interaksi

-Ma jor
-Moderate
-Minor

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. apakah ada potensi interaksi obat pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?
b. seberapa besar frekuensi potensi interaksi obat pada DM tipe rawat jalan di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan mekanisme dan tingkat

keparahan interaksi?
c. apakah usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat pada pasien
DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh?

4

Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:
a.

ada potensi interaksi obat pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh

b.

frekuensi potensi interaksi obat-obat pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan mekanisme dan tingkat
keparahan interaksi adalah tinggi.


c.

usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat pada pada pasien
DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
a. mengetahui apakah ada potensi interaksi obat pada pasien DM tipe 2 rawat
jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
b. mengetahui besarnya frekuensi potensi interaksi obat pada pasien DM tipe 2
rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan mekanisme
dan tingkat keparahan interaksi.
c. mengetahui apakah usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat
pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. terhadap peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti tentang kejadian
interaksi obat.
b. terhadap masyarakat, memperoleh gambaran frekuensi interaksi obat pada

pasien diabetes melitus.

5

Universitas Sumatera Utara

c. terhadap rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk
bahan evaluasi mengenai pelaksanaan pengobatan pasien diabetes melitus.
d. penelitian ini diharapkan dapat mendorong minat mahasiswa atau peneliti lain
untuk meneliti lebih lanjut tentang kejadian interaksi obat pada pasien lainnya.

6

Universitas Sumatera Utara