Penentuan Kadar Hidrokortison Asetat Dalam Krim Hidrokortison 2,5% Di PT. Kimia Farma (Persero) TBK. Plant Medan

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa sakit bukan penyakit tapi tanda atau gejala bahwa kesehatan seseorangterganggu. Pada
umumnya, rasa sakit kurang mempunyai arti sebagai tandaperingatan maupun dalam
membantu penegakan diagnosis. Dan rasa sakit dapatdikelompokkan ke dalam tiga golongan,
yaitu rasa sakit di permukaan, rasa sakitdi dalam, dan rasa sakit somatik. Rasa sakit di
permukaan dirasakan di bagiankulit atau selaput lendir, dan pada bagian tertentu (Sartono,
1996).
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untukdi gunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau
hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief, 1994).
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak jugaorang yang
menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifa t
sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila
tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi,
apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkeracunan (Anief,1996).


Universitas Sumatera Utara

2
Salah satu obat dalam bentuk krim yang digunakan untuk pemakaian luar adalah
hidrokortison. Hidrokortison termasuk golongan Kortikosteroid. Krim hidrokortison Asetat
adalah Hidrokortison Asetat dalam dasar krim yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket ( Farmakope, 1997).
Krim hidrokortison ini sebelum dipasarkan harus dilakukan pengujian serta penetepan
kadar untuk menjaga keamanan dan kualitas krim dari awal produksi sampai pada obat jadi
sehingga menjamin hasil akhir yang berkhasiat dan menghasilkan efek terapi pada setiap
penggunaan. Oleh karena itu, untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
memenuhi mutu, keamanan, dan efek terapi yang baik, maka dilaksanakan pengobatan
dengan cara mencantumkan ketentuan persediaan farmasi pada UU No. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, yaitu dengan cara diproduksi obat dengan menggunakan cara pembuatan
obat yang baik . Orang cenderung menggunakan krim karena penggunaannya yang mudah,
cukup hanya mengoleskan pada bagian tubuh yang sakit, mudah merata, dan mudah
dibersihkan dengan airsertaharganya lebih murah.
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pembuatan dan uji
krim Hidrokortison produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Dalam hal ini, penulis melakukan uji terhadap krim Hidrokortison dalam sediaan
krim yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan dengan dua nomor
batch yang berbeda yang diberi kode A, dan B.
Dalam pembuatan dan uji Hidrokortison, KCKT merupakan suatu metode yang cocok karena
selain memberi hasil yang akurat, proses pemisahan membutuhkan waktu yang relatif cepat.
1.1.

Permasalahan

Permasalahannya adalah apakah kadar hidrokortison asetat dalam krim Hidrokortison 2,5%
telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV yaitu 90 – 110%.

Universitas Sumatera Utara

3
1.2.

Tujuan

- Untuk mengetahui kadar hidrokortison asetat dalam krim hidrokotison 2,5% dengan

menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
1.3.

Manfaat

- Dapat mengetahui kadar hydrocortison asetat dalam krim hydrocortison 2,5% memenuhi
syarat dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) seperti
yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi IV.

Universitas Sumatera Utara