Hubungan Kadar Urea, pH dan Laju Aliran Saliva Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik di Klinik Rasyida Medan

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit ginjal kronik merupakan proses patofisologis menurunnya fungsi
ginjal secara progresif, lambat dan ireversibel dengan etiologi yang beragam dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1 Stadium akhir penyakit ginjal kronik
biasa disebut gagal ginjal kronik. Pada tahap ini, ginjal sudah tidak mampu lagi
bekerja sebagai penyaring pembuangan elektrolit dan menjaga keseimbangan cairan
serta zat kimia tubuh.1,2
Menurut data National Health and Nutrition Examinations Survey
(NHANES) di Amerika Serikat antara tahun 1999 hingga 2004 menunjukan 16,8%
penduduk Amerika Serikat dengan usia diatas 20 tahun menderita gagal ginjal kronik
(stadium 5).3 Laporan tahunan United States Renal Data System pada tahun 2010 dan
2011 memperlihatkan bahwa pada tahun 1980, gagal ginjal kronik ditemukan
sebanyak 290 kasus per satu juta penduduk, sementara pada tahun 2009 ditemukan
sebanyak 1.738 kasus per satu juta penduduk. Ini menunjukan telah terjadi
peningkatan jumlah penderita hingga 600 persen antara tahun 1980 hingga 2009.
Pada akhir tahun 2009, 365.566 penderita gagal ginjal kronik telah menjalani

hemodialis di pusat-pusat kesehatan.4
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI tahun 2013, 0,2% penduduk Indonesia didiagnosis menderita gagal
ginjal kronik. Prevalensi gagal ginjal kronik meningkat seiring bertambahnya usia.
Data ini juga menunjukan bahwa prevalensi gagal ginjal kronik pada laki-laki
sebesar 0,3%, lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada perempuan yang sebesar
0,2%.5
Penderita penyakit ginjal kronik pada umumnya tidak menyadari penurunan
fungsi

ginjal

sampai

mengganggu

aktifitasnya.

Penderita


biasanya

tidak

memperhatikan gejala-gejalanya sehingga gejala tersebut baru terungkap setelah

Universitas Sumatera Utara

2

diajukan pertanyaan-pertanyaan seputar gejala-gejala yang biasa timbul atau
penyakit telah sampai pada stadium akhir.1
Sindrom uremik merupakan suatu gejala komplek yang terjadi akibat atau
berkaitan dengan retensi metabolit nitrogen dan biasa terjadi pada penyakit ginjal
kronik stadium akhir. Gejala-gejala seperti asidosis metabolik, hipertensi, anemia,
napas berbau amoniak dan lain sebagainya merupakan gejala umum sindrom
uremik.1
Penderita penyakit ginjal kronik stadium akhir memerlukan terapi pengganti
ginjal tetap atau hemodialisis. Hemodialisis merupakan terapi yang dilakukan dengan
cara mengalirkan darah kedalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri

dari dua kompartemen yang terpisah yang bertujuan untuk menyaring darah seperti
saat ginjal masih berfungsi normal. Di Indonesia, hemodialisis biasa dilakukan 2 kali
seminggu selama 4 hingga 5 jam per sesi. 1,2
Dokter gigi merupakan bagian dari suatu tim dan berkolaborasi dengan
dokter spesialis dalam menangani pasien dengan penyakit ginjal kronik yang
memiliki manifestasi di rongga mulut untuk mencegah meningkatnya komplikasi
sistemik dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Menurut data statistik, 90% pasien
penyakit ginjal kronik mengalami masalah kesehatan rongga mulut atau lesi oral
seperti xerostomia, candidiasis, uremic stomatitis, mukosa pucat dan manifestasi oral
lainnya.6,7,8 Manifestasi oral tersebut dapat disebabkan oleh sindrom uremik yang
merupakan gejala kompleks yang memengaruhi setiap sistem dalam tubuh, seperti
asidosis metabolik, poliuria, paru uremik dan lainnya. Urea yang dikeluarkan secara
berlebihan pada saliva menyebabkan meningkatnya nilai pH. Urea ini kemudian
akan dipecah menjadi amoniak oleh bakteri urease dalam rongga mulut sehingga
menyebabkan pasien menderita halitosis, rasa kecap logam serta manifestasi oral
lainnya.1,8,9,10
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan
yang terjadi pada saliva penderita gagal ginjal kronik. Penelitian-penelitian tersebut
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai pH dan kadar urea dalam saliva.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Gulsen Bayraktar, dkk di Istambul,Turki (2009)


Universitas Sumatera Utara

3

ditemukan penurunan laju aliran saliva. Laju aliran saliva yang distimulasi pada
penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berkisar 0,70 ± 0,32
mL/menit, lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol sehat yang berkisar 1,64 ±
0,45 mL/menit.11 Penelitian lain yang dilakukan oleh Karen J. Manley, dkk di
Rumah Sakit Austin Melbourne, Australia (2012) juga mengungkapkan bahwa telah
terjadi peningkatan kadar urea yang signifikan dalam saliva. Pasien dengan gagal
ginjal kronik menunjukan kadar urea yang mencapai 29,42 ± 1,93 mmol/L pada
saliva, jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol sehat yang hanya 7,50 ±
0,64 mmol/l. Selain itu juga ditemukannya peningkatan nilai pH saliva yang
signifikan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang sehat. Pada pasien yang menjalani gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis, nilai pH saliva adalah 6,98 ± 0,24 sedangkan pada
kelompok kontrol yang sehat, nilai pH saliva adalah 6,72 ± 0,21.12
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian,
“Hubungan Kadar Urea, pH dan Laju Aliran Saliva Pada Penderita Gagal Ginjal

Kronik di Klinik Rasyida Medan”.

1.2 Rumusan Masalah
1. Berapakah kadar urea dalam saliva pada pasien gagal ginjal kronik?
2. Berapakah nilai pH saliva pada pasien gagal ginjal kronik?
3. Berapakah nilai laju aliran saliva pada pasien gagal ginjal kronik?
4. Apakah terdapat hubungan antara kadar urea, laju aliran dan pH saliva
pada pasien gagal ginjal kronik?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar urea dalam saliva pada pasien gagal ginjal
kronik.
2. Untuk mengetahui nilai pH saliva pada pasien gagal ginjal kronik.
3. Untuk mengetahui nilai laju aliran saliva pada pasien gagal ginjal kronik.

Universitas Sumatera Utara

4

4. Untuk mengetahui hubungan antara kadar urea, laju aliran dan pH saliva

pada pasien gagal ginjal kronik.

1.4 Hipotesa Penelitian
Terdapat hubungan antara kadar urea, laju aliran dan pH saliva pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengetahui hubungan kadar urea, pH dan laju aliran saliva penderita gagal ginjal
kronik.

1.5.2 Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi tambahan bagi praktisi kesehatan gigi dan mulut
tentang pengaruh gagal ginjal kronik pada saliva.
2. Dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara