T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Orientasi Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana T1 BAB IV
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Subjek
Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa aktif Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana (BK UKSW). Subjek sebanyak 160
mahasiswa yang terdiri dari 80 mahasiswa feminine dan 80 maskulin. Mahasiswa yang
terlibat berusia 17-25 tahun. Mahasiswa yang paling banyak berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa berusia 19 tahun yaitu sebanyak 43 orang, terdiri dari 26
orang feminine dan 17 orang maskulin. Lalu mahasiswa berusia 20 tahun sebanyak 40
orang, diantaranya 20 orang feminine dan 20 maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 21
tahun sebanyak 32 orang yang terdiri dari 14 orang feminine dan 18 orang maskulin.
Selanjutnya mahasiswa berusia 18 tahun sebanyak 15 orang, 7 orang diantaranya dengan
gender feminine dan 8 orang maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 22 tahun sebanyak
8 orang yang terdiri dari 4 orang dengan gender feminine dan maskulin. Mahasiswa yang
berusia 24 tahun sebanyak 3 orang yaitu 1 orang feminin dan 2 maskulin. 25 tahun hanya
sedikit yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu hanya 1 orang feminine dan
maskulin. serta mahasiswa berusia 23 tahun dan 17 tahun sebanyak 1 orang feminine dan
maskulin.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek yang terlibat dalam penelitian ini
dengan gender feminine adalah subjek yang berusia 19 tahun dan gender maskulin
merupakan subjek berusia 20 tahun.
35
4.2 Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan tanggal 29 November – 5 Desember 2016 dengan meminta
izin kepada Dosen secara lisan untuk memberikan instrument Rathus Assertiveness
Schedule dan Bem Sex Role Inventory kepada mahasiswa aktif Bimbingan dan Konseling
di kelas sebelum atau sesudah perkuliahan berlangsung. Saat pengisian instrument,
mahasiswa kesulitan dalam memahami pernyataan nomor 28 pada Rathus Assertiveness
Schedule. Namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan memberikan penjelasan dengan
bahasa sehari-hari kepada mahasiswa agar lebih dimengerti dan dapat diisi sesuai dengan
keadaan mahasiswa yang sebenarnya.
4.2.1
Analisis Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa
Tabel. 4.2.1.1 Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa
ORIENTASI GENDER
PERILAKU
ASERTIF FEMININ PERSENTASE MASKULIN PERSENTASE
Sangat Tinggi
5
6,25%
7
8,75%
Tinggi
8
10%
21
26,25%
Sedang
17
21,25%
24
30%
Rendah
28
12
15%
35%
Sangat Rendah
22
27,5%
16
20%
Jumlah
80
100%
80
100%
Hasil penelitian memberikan gambaran tentang perilaku asertif
mahasiswa. Hal ini terlihat dari hasil analisis pada tabel 4.2.1.1 yang
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa feminin memiliki perilaku asertif
yang rendah (35%) dan mahasiswa maskulin memiliki perilaku asertif yang
sedang(30%). Namun terlepas dari orientasi gender mahasiswa BK UKSW,
sebesar 25,62% mahasiswa memiliki perilaku asertif sedang.
36
4.2.2
Deskriptif Gender Mahasiswa
Hasil Analisis gender mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2.2.1 Kategorisasi Gender Mahasiswa
ORIENTASI GENDER
JENIS
FREKUENSI
%
KELAMIN
FEMININ
MASKULIN
1
Perempuan
65
25
90
56,25
2
Laki-laki
15
55
70
44,75
Jumlah
80
80
160
100
Persentase
50%
50%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan sebagian besar mahasiswa feminin
NO
BK UKSW didominasi oleh mahasiswa perempuan dan mahasiswa maskulin
didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Dapat disimpulkan juga bahwa sebagian
besar mahasiswa BK UKSW lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Bem (1975) yang
menunjukkan bahwa pada umumnya sebagian besar laki-laki lebih bersifat
maskulin dan perempuan bersifat feminin. Namun Bem juga menyatakan bahwa
individu laki-laki dapat memiliki sifat feminine dan sebaliknya individu
perempuan juga dapat memiliki sifat maskulin. Hal tersebut dapat terjadi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi individu tersebut.
4.3 Uji Korelasi
Uji korelasi antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan
teknik analisis Kendall’s Tau_b (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0 for
Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
37
Tabel. 4.3.1 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Perilaku Asertif
Correlations
BSRI
1.000
RAS
.047
Correlation
Coefficient
BSRI
Sig. (2-tailed)
.
.551
N
80
80
Kendall's
tau_b
Correlation
.047
1.000
Coefficient
RAS
Sig. (2-tailed)
.551
.
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.1, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW. Artinya tingginya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga
dengan skor feminine yang rendah tidak diikuti dengan rendah maupun tingginya
perilaku asertif mahasiswa.
Tabel. 4.3.2 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan
Menolak Permintaan Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
BSRI
1,000
HELP
,022
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,783
N
80
80
HELP Correlation
,022
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,783 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,783 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi
38
maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam
meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.
Tabel. 4.3.3 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif
Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's tau_b BSRI
DISAGREE
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
BSRI
DISAGREE
1,000
-,036
.
80
-,036
,665
80
1,000
,665 .
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.3, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,665 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk
menyatakan
ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur
kemampuan
mahasiswa
menggunakan
cara
yang
efektif
untuk
menyatakan
ketidaksetujuannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.4 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial
Correlations
Kendall' BSRI
s tau_b
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
SOCIALINT Correlation Coefficient
ERACTION Sig. (2-tailed)
N
.
BSRI
SOCIALINTERACTION
1,000
,037
,643
80
80
,037
1,000
,643 .
80
80
39
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,643
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial seperti
menyapa, memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat
berinteraksi dengan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti
dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan
mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial dengan orang lain.
Tabel. 4.3.5 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan
Pikiran Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
BSRI EXPRESSION
1,000
-,028
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,726
N
80
80
EXPRESSION Correlation
-,028
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,726 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,726
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta
pemikirannya kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur
kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada
orang lain.
40
Tabel. 4.3.6 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan
Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI PRAISING
1,000
,069
BSRI
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,390
N
80
80
PRAISIN Correlation
,069
1,000
G
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,390 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,39 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.
Tabel. 4.3.7 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima dan Memberikan
Keluhan Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
COMPLAIN Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
BSRI
COMPLAIN
1,000
,137
BSRI
.
80
,137
,084
80
1,000
,084 .
41
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
COMPLAIN
1,000
,137
BSRI
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,084
N
80
80
COMPLAIN Correlation
,137
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,084 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
dalam menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.
Uji korelasi antara Maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan
teknik analisis Product Moment Pearson (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0
for Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.3.8 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Perilaku Asertif
Correlations
BSRI
Pearson
Correlation
BSRI
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
RAS
Sig. (2-tailed)
N
1
RAS
.220*
80
.220*
.050
80
1
.050
80
80
42
Berdasarkan tabel uji korelasi antara maskulin dengan perilaku asertif diatas,
diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p > 0,05) yang dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK
UKSW. Artinya tingginya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya
skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga dengan skor maskulin yang rendah tidak
diikuti dengan rendah maupun tingginya perilaku asertif mahasiswa.
Tabel. 4.3.9 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan
Menolak Permintaan Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
HELP Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
HELP
,132
80
,132
,242
80
1
,242
80
80
Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.9, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,242 (p >
0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak
permintaan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.
43
Tabel. 4.3.10 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif
Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
DISAGREE
,290**
Pearson
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,009
N
80
80
**
DISAGREE Pearson
,290
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,009
N
80
80
Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.10, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,009
(p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk
menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor
maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang
mengukur kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk menyatakan
ketidaksetujuannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.11 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial
Correlations
BSRI
SOCIALINTERACTION
BSRI
Pearson Correlation
1
,203
Sig. (2-tailed)
,071
N
80
80
SOCIALINT Pearson Correlation
,203
1
ERACTION Sig. (2-tailed)
,071
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.11, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,071 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi social seperti menyapa,
memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat berinteraksi dengan
44
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi atau
rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam menjalin
interaksi sosial dengan orang lain.
Tabel. 4.3.12 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan
Pikiran Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
EXPRESSION
1
,085
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
,455
N
80
80
EXPRESSION Pearson
,085
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,455
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.12, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,455(p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta
pemikirannya secara tidak berlebihan. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak
diikuti dengan tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan
mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.13 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan
Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
PRAISING
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
80
,157
,165
80
PRAISING
,157
,165
80
1
80
45
Dari tabel uji korelasi 4.3.13, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,165 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan
tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.
Tabel. 4.3.14 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima dan
Memberikan Keluhan Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
COMPLAIN
-,017
Pearson
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,881
N
80
80
COMPLAIN Pearson
-,017
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,881
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.14, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan kepada
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi
maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam
menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.
4.4 Uji Hipotesis
Hipotesis awal yang pertama dibuat peneliti adalah tidak ada hubungan yang
signifikan antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan
46
dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai
sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05) dengan demikian (Ho1) diterima artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Hipotesis kedua yang dibuat peneliti adalah ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0,050 (p ≤ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal
peneliti (Hi2) ditolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan
perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen
Satya Wacana.
4.5 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi gender dengan
perilaku asertif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Kristen Satya Wacana (BK UKSW), yang menggunakan instrumen Bem Sex-role
Inventory dan Rathus Assertiveness Schedule diberikan kepada 160 mahasiswa yang
terdiri dari 80 feminin dan 80 maskulin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki orientasu gender feminine (48.05%) dan memiliki perilaku
asertif rendah (35%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bem (1975) yang
membuktikan bahwa mahasiswa feminine sebagian besar memiliki perilaku asertif rendah
dan mahasiswa maskulin sebagian besar memiliki perilaku asertif sedang (30%).
Berdasarkan uji korelasi antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa BK
UKSW, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05). Hasil dari uji korelasi
47
antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW, diketahui nilai sig. (2tailed) sebesar 0,050 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lohr,
Nix, dan Stauffer (1980) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa namun feminin tidak memiliki hubungan
yang signifikan.
Lalu hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tolor, Kelly, dan Stebbins (1976) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara feminin dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa.
Hal yang sama terungkap dalam penelitian ini bahwa penelitian ini juga tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Olson dan Kleim (1990) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan
perilaku asertif mahasiswa namun ada hubungan yang signifikan antara feminine dengan
Conversational Assertiveness.
Sesuai dengan Rathus (1987), hal ini dapat terjadi karena perilaku asertif tidak
hanya dipengaruhi oleh orientasi gender mahasiswa namun jenis kelamin, budaya, tingkat
pendidikan, dan lingkungan sekitar juga ikut berperan dalam menentukan orientasi
gender dan perilaku asertif mahasiswa. Hasil penelitian ini juga membuktikan hasil
penelitian Bem (1975) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih feminin dibandingkan
laki-laki dan laki-laki lebih maskulin dibandingkan perempuan. Selain itu ditemukan juga
dalam penelitian ini bahwa semakin bertambahnya masa belajar mahasiswa maka
48
semakin meningkat perilaku asertif mahasiswa karena perilaku asertif tidak terlepas dari
interaksi sosial mahasiswa dengan lingkungan sekitar dan kebudayaan yang dianut oleh
mahasiswa yang juga turut berperan mempengaruhi perilaku asertif mahasiswa tersebut.
Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Feminin dengan Sub variabel Perilaku Asertif
UJI KORELASI
SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF
1
2
3
4
5
6
Correlation Coefficient
,022
-,036
,037
-,028
,069
,137
Sig. (2-tailed)
,783
,665
,643
,726
,390
,084
Pada tabel 4.5.1, Sub variabel perilaku asertif berturut-turut : 1) kemampuan
meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain, 2) kemampuan menggunakan
cara efektif menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain, 3) kemampuan menjalin
interaksi sosial, 4) kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain,
5) kemampuan menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain, dan 6)
kemampuan menerima dan memberikan keluhan kepada orang lain.
Hasil uji korelasi pada tabel 4.5.1 menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) dari setiap
variabel lebih dari 0,05 artinya feminine dengan setiap sub variabel yang mengukur
perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya rendah dan
tingginya skor feminine tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap sub variabel
yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.
Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Maskulin dengan Sub variabel Perilaku Asertif
UJI KORELASI
SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF
1
2
3
4
5
6
Correlation Coefficient
,132
,290**
,203
,085
,157
-,017
Sig. (2-tailed)
,242
,009
,071
,455
,165
,881
49
Begitu juga dengan hasil uji korelasi pada tabel 4.5.2, uji korelasi antara maskulin
dengan setiap sub variabel perilaku asertif mahasiswa menunjukkan nilai Sig. (2-tailed)
lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa maskulin dengan setiap sub variabel yang
mengukur perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya
rendah dan tingginya skor maskulin tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap
sub variabel yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian, terlepas dari orientasi gender yang dimiliki
mahasiswa, keputusan untuk memiliki perilaku asertif lebih tergantung pada keadaan
situasional tidak hanya berdasarkan orientasi gender mahasiswa. Jika mahasiswa ingin
memiliki perilaku asertif dapat melatihnya sendiri dengan latihan asertif maupun
memperluas hubungan interpersonal dengan orang banyak.
50
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Subjek
Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa aktif Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana (BK UKSW). Subjek sebanyak 160
mahasiswa yang terdiri dari 80 mahasiswa feminine dan 80 maskulin. Mahasiswa yang
terlibat berusia 17-25 tahun. Mahasiswa yang paling banyak berpartisipasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa berusia 19 tahun yaitu sebanyak 43 orang, terdiri dari 26
orang feminine dan 17 orang maskulin. Lalu mahasiswa berusia 20 tahun sebanyak 40
orang, diantaranya 20 orang feminine dan 20 maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 21
tahun sebanyak 32 orang yang terdiri dari 14 orang feminine dan 18 orang maskulin.
Selanjutnya mahasiswa berusia 18 tahun sebanyak 15 orang, 7 orang diantaranya dengan
gender feminine dan 8 orang maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 22 tahun sebanyak
8 orang yang terdiri dari 4 orang dengan gender feminine dan maskulin. Mahasiswa yang
berusia 24 tahun sebanyak 3 orang yaitu 1 orang feminin dan 2 maskulin. 25 tahun hanya
sedikit yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu hanya 1 orang feminine dan
maskulin. serta mahasiswa berusia 23 tahun dan 17 tahun sebanyak 1 orang feminine dan
maskulin.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek yang terlibat dalam penelitian ini
dengan gender feminine adalah subjek yang berusia 19 tahun dan gender maskulin
merupakan subjek berusia 20 tahun.
35
4.2 Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan tanggal 29 November – 5 Desember 2016 dengan meminta
izin kepada Dosen secara lisan untuk memberikan instrument Rathus Assertiveness
Schedule dan Bem Sex Role Inventory kepada mahasiswa aktif Bimbingan dan Konseling
di kelas sebelum atau sesudah perkuliahan berlangsung. Saat pengisian instrument,
mahasiswa kesulitan dalam memahami pernyataan nomor 28 pada Rathus Assertiveness
Schedule. Namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan memberikan penjelasan dengan
bahasa sehari-hari kepada mahasiswa agar lebih dimengerti dan dapat diisi sesuai dengan
keadaan mahasiswa yang sebenarnya.
4.2.1
Analisis Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa
Tabel. 4.2.1.1 Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa
ORIENTASI GENDER
PERILAKU
ASERTIF FEMININ PERSENTASE MASKULIN PERSENTASE
Sangat Tinggi
5
6,25%
7
8,75%
Tinggi
8
10%
21
26,25%
Sedang
17
21,25%
24
30%
Rendah
28
12
15%
35%
Sangat Rendah
22
27,5%
16
20%
Jumlah
80
100%
80
100%
Hasil penelitian memberikan gambaran tentang perilaku asertif
mahasiswa. Hal ini terlihat dari hasil analisis pada tabel 4.2.1.1 yang
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa feminin memiliki perilaku asertif
yang rendah (35%) dan mahasiswa maskulin memiliki perilaku asertif yang
sedang(30%). Namun terlepas dari orientasi gender mahasiswa BK UKSW,
sebesar 25,62% mahasiswa memiliki perilaku asertif sedang.
36
4.2.2
Deskriptif Gender Mahasiswa
Hasil Analisis gender mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2.2.1 Kategorisasi Gender Mahasiswa
ORIENTASI GENDER
JENIS
FREKUENSI
%
KELAMIN
FEMININ
MASKULIN
1
Perempuan
65
25
90
56,25
2
Laki-laki
15
55
70
44,75
Jumlah
80
80
160
100
Persentase
50%
50%
Berdasarkan data tersebut menunjukkan sebagian besar mahasiswa feminin
NO
BK UKSW didominasi oleh mahasiswa perempuan dan mahasiswa maskulin
didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Dapat disimpulkan juga bahwa sebagian
besar mahasiswa BK UKSW lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Bem (1975) yang
menunjukkan bahwa pada umumnya sebagian besar laki-laki lebih bersifat
maskulin dan perempuan bersifat feminin. Namun Bem juga menyatakan bahwa
individu laki-laki dapat memiliki sifat feminine dan sebaliknya individu
perempuan juga dapat memiliki sifat maskulin. Hal tersebut dapat terjadi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi individu tersebut.
4.3 Uji Korelasi
Uji korelasi antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan
teknik analisis Kendall’s Tau_b (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0 for
Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
37
Tabel. 4.3.1 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Perilaku Asertif
Correlations
BSRI
1.000
RAS
.047
Correlation
Coefficient
BSRI
Sig. (2-tailed)
.
.551
N
80
80
Kendall's
tau_b
Correlation
.047
1.000
Coefficient
RAS
Sig. (2-tailed)
.551
.
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.1, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW. Artinya tingginya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga
dengan skor feminine yang rendah tidak diikuti dengan rendah maupun tingginya
perilaku asertif mahasiswa.
Tabel. 4.3.2 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan
Menolak Permintaan Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
BSRI
1,000
HELP
,022
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,783
N
80
80
HELP Correlation
,022
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,783 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,783 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi
38
maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam
meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.
Tabel. 4.3.3 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif
Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's tau_b BSRI
DISAGREE
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
BSRI
DISAGREE
1,000
-,036
.
80
-,036
,665
80
1,000
,665 .
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.3, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,665 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk
menyatakan
ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur
kemampuan
mahasiswa
menggunakan
cara
yang
efektif
untuk
menyatakan
ketidaksetujuannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.4 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial
Correlations
Kendall' BSRI
s tau_b
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
SOCIALINT Correlation Coefficient
ERACTION Sig. (2-tailed)
N
.
BSRI
SOCIALINTERACTION
1,000
,037
,643
80
80
,037
1,000
,643 .
80
80
39
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,643
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial seperti
menyapa, memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat
berinteraksi dengan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti
dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan
mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial dengan orang lain.
Tabel. 4.3.5 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan
Pikiran Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
BSRI EXPRESSION
1,000
-,028
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,726
N
80
80
EXPRESSION Correlation
-,028
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,726 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,726
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta
pemikirannya kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak
diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur
kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada
orang lain.
40
Tabel. 4.3.6 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan
Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI PRAISING
1,000
,069
BSRI
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,390
N
80
80
PRAISIN Correlation
,069
1,000
G
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,390 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,39 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.
Tabel. 4.3.7 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima dan Memberikan
Keluhan Kepada Orang Lain
Correlations
Kendall's
tau_b
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
COMPLAIN Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
BSRI
COMPLAIN
1,000
,137
BSRI
.
80
,137
,084
80
1,000
,084 .
41
Correlations
Kendall's
tau_b
BSRI
COMPLAIN
1,000
,137
BSRI
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
,084
N
80
80
COMPLAIN Correlation
,137
1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
,084 .
N
80
80
Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084
(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
dalam menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.
Uji korelasi antara Maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan
teknik analisis Product Moment Pearson (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0
for Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.3.8 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Perilaku Asertif
Correlations
BSRI
Pearson
Correlation
BSRI
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
RAS
Sig. (2-tailed)
N
1
RAS
.220*
80
.220*
.050
80
1
.050
80
80
42
Berdasarkan tabel uji korelasi antara maskulin dengan perilaku asertif diatas,
diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p > 0,05) yang dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK
UKSW. Artinya tingginya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya
skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga dengan skor maskulin yang rendah tidak
diikuti dengan rendah maupun tingginya perilaku asertif mahasiswa.
Tabel. 4.3.9 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan
Menolak Permintaan Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
HELP Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
HELP
,132
80
,132
,242
80
1
,242
80
80
Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.9, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,242 (p >
0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak
permintaan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan
tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.
43
Tabel. 4.3.10 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif
Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
DISAGREE
,290**
Pearson
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,009
N
80
80
**
DISAGREE Pearson
,290
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,009
N
80
80
Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.10, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,009
(p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk
menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor
maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang
mengukur kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk menyatakan
ketidaksetujuannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.11 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial
Correlations
BSRI
SOCIALINTERACTION
BSRI
Pearson Correlation
1
,203
Sig. (2-tailed)
,071
N
80
80
SOCIALINT Pearson Correlation
,203
1
ERACTION Sig. (2-tailed)
,071
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.11, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,071 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi social seperti menyapa,
memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat berinteraksi dengan
44
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi atau
rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam menjalin
interaksi sosial dengan orang lain.
Tabel. 4.3.12 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan
Pikiran Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
EXPRESSION
1
,085
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
,455
N
80
80
EXPRESSION Pearson
,085
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,455
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.12, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,455(p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta
pemikirannya secara tidak berlebihan. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak
diikuti dengan tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan
mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada orang lain.
Tabel. 4.3.13 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan
Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
PRAISING
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
80
,157
,165
80
PRAISING
,157
,165
80
1
80
45
Dari tabel uji korelasi 4.3.13, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,165 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian
kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan
tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa
menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.
Tabel. 4.3.14 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima dan
Memberikan Keluhan Kepada Orang Lain
Correlations
BSRI
BSRI
COMPLAIN
-,017
Pearson
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,881
N
80
80
COMPLAIN Pearson
-,017
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
,881
N
80
80
Dari tabel uji korelasi 4.3.14, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084 (p>0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin
dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan kepada
orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi
maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam
menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.
4.4 Uji Hipotesis
Hipotesis awal yang pertama dibuat peneliti adalah tidak ada hubungan yang
signifikan antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan
46
dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai
sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05) dengan demikian (Ho1) diterima artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Hipotesis kedua yang dibuat peneliti adalah ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0,050 (p ≤ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal
peneliti (Hi2) ditolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan
perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen
Satya Wacana.
4.5 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi gender dengan
perilaku asertif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Kristen Satya Wacana (BK UKSW), yang menggunakan instrumen Bem Sex-role
Inventory dan Rathus Assertiveness Schedule diberikan kepada 160 mahasiswa yang
terdiri dari 80 feminin dan 80 maskulin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiswa memiliki orientasu gender feminine (48.05%) dan memiliki perilaku
asertif rendah (35%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bem (1975) yang
membuktikan bahwa mahasiswa feminine sebagian besar memiliki perilaku asertif rendah
dan mahasiswa maskulin sebagian besar memiliki perilaku asertif sedang (30%).
Berdasarkan uji korelasi antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa BK
UKSW, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05). Hasil dari uji korelasi
47
antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW, diketahui nilai sig. (2tailed) sebesar 0,050 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
feminine dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lohr,
Nix, dan Stauffer (1980) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa namun feminin tidak memiliki hubungan
yang signifikan.
Lalu hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tolor, Kelly, dan Stebbins (1976) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan antara feminin dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa.
Hal yang sama terungkap dalam penelitian ini bahwa penelitian ini juga tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Olson dan Kleim (1990) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan
perilaku asertif mahasiswa namun ada hubungan yang signifikan antara feminine dengan
Conversational Assertiveness.
Sesuai dengan Rathus (1987), hal ini dapat terjadi karena perilaku asertif tidak
hanya dipengaruhi oleh orientasi gender mahasiswa namun jenis kelamin, budaya, tingkat
pendidikan, dan lingkungan sekitar juga ikut berperan dalam menentukan orientasi
gender dan perilaku asertif mahasiswa. Hasil penelitian ini juga membuktikan hasil
penelitian Bem (1975) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih feminin dibandingkan
laki-laki dan laki-laki lebih maskulin dibandingkan perempuan. Selain itu ditemukan juga
dalam penelitian ini bahwa semakin bertambahnya masa belajar mahasiswa maka
48
semakin meningkat perilaku asertif mahasiswa karena perilaku asertif tidak terlepas dari
interaksi sosial mahasiswa dengan lingkungan sekitar dan kebudayaan yang dianut oleh
mahasiswa yang juga turut berperan mempengaruhi perilaku asertif mahasiswa tersebut.
Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Feminin dengan Sub variabel Perilaku Asertif
UJI KORELASI
SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF
1
2
3
4
5
6
Correlation Coefficient
,022
-,036
,037
-,028
,069
,137
Sig. (2-tailed)
,783
,665
,643
,726
,390
,084
Pada tabel 4.5.1, Sub variabel perilaku asertif berturut-turut : 1) kemampuan
meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain, 2) kemampuan menggunakan
cara efektif menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain, 3) kemampuan menjalin
interaksi sosial, 4) kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain,
5) kemampuan menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain, dan 6)
kemampuan menerima dan memberikan keluhan kepada orang lain.
Hasil uji korelasi pada tabel 4.5.1 menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) dari setiap
variabel lebih dari 0,05 artinya feminine dengan setiap sub variabel yang mengukur
perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya rendah dan
tingginya skor feminine tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap sub variabel
yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.
Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Maskulin dengan Sub variabel Perilaku Asertif
UJI KORELASI
SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF
1
2
3
4
5
6
Correlation Coefficient
,132
,290**
,203
,085
,157
-,017
Sig. (2-tailed)
,242
,009
,071
,455
,165
,881
49
Begitu juga dengan hasil uji korelasi pada tabel 4.5.2, uji korelasi antara maskulin
dengan setiap sub variabel perilaku asertif mahasiswa menunjukkan nilai Sig. (2-tailed)
lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa maskulin dengan setiap sub variabel yang
mengukur perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya
rendah dan tingginya skor maskulin tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap
sub variabel yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian, terlepas dari orientasi gender yang dimiliki
mahasiswa, keputusan untuk memiliki perilaku asertif lebih tergantung pada keadaan
situasional tidak hanya berdasarkan orientasi gender mahasiswa. Jika mahasiswa ingin
memiliki perilaku asertif dapat melatihnya sendiri dengan latihan asertif maupun
memperluas hubungan interpersonal dengan orang banyak.
50