Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Literatur
2.1.1 Nilai Perusahaan
Menurut Weston and Copeland (1999) Nilai perusahaan dapat
didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi
investor terhadap emiten bersangkutan. Dalam hal ini ini konsep dasar nilai
perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut : V= B + S dimana V adalah nilai
perusahaan, B adalah nilai pasar dari liability dan S adalah nilai pasar dari equity
(Weston and Copeland, 1999). Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai
pasar hutang dan nilai pasar ekuitas, sehingga jika tujuan manajemen ingin
menaikan nilai perusahaan maka manajemen harus memilih komposisi liability
terhadap equity yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimum.
Menurut Fama (1978, dalam Samisi 2013: 454) nilai perusahaan akan
tercermin dari harga sahamnya. Harga saham didasarkan penilaian eksternal
terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar saham
yang terbentuk disebut nilai pasar perusahaan karena mencerminkan nilai asset
perusahaan sesungguhnya. Semakin tinggi harga suatu saham maka semakin
tinggi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahaan tersebut dikaitkan dengan harga saham.

Dilihat dari segi resiko, resiko kredit (NPL) merupakan salah satu resiko
yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai perusahaan.
11
Universitas Sumatera Utara

Dendrawijaya (2009, dalam putri 2013:4) mengemukakan dampak dari
keberadaaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan
memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan
laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai
profitabilitas yang negatif dapat menurunkan nilai perusahaan. Karena pihak
eksternal akan menilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan
tersebut.
Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Earning yang
positive berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan
keseluruhan asset yang dimiliki. Semakin tinggi earning yang diperoleh
perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Menurut Harnanto (1984: 174, dalam Gunawan 2011:32) bagi pemilik
perusahaan, perusahaan yang tidak/kurang likuid berarti mengurangi kesempatan
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar atau kehilangan kontrol terhadap

sebagian atau keseluruhan modal yang diinvestasikan. Kehilangan kesempatan
memperoleh laba perusahaan berarti menurunkan persepsi investor terhadap nilai
perusahaan.
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan,
yang paling popular di kalangan investor adalah dengan menggunakan Price to
Book Value

(PBV). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk

memproksikan nilai perusahaan adalah Price to Book Value (PBV).

12
Universitas Sumatera Utara

Menurut Sartono (2001:120) rasio harga saham terhadap nilai buku
perusahaan atau Price to Book Value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.
Nilai Price to Book Value (PBV) menggambarkan berapa kali nilai pasar suatu
saham di hargai pada nilai bukunya, atau untuk mengukur tingkat kemahalan
dari suatu saham. Semakin tinggi nilai Price to Book Value


(PBV)

menunjukkan nilai perusahaan yang semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya.
Menurut Brigham (2010:151) Rasio harga pasar suatu saham terhadap
nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor terhadap nilai
perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio
nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian
yang rendah. Keberadaan nilai Price to Book Value (PBV) sangat penting bagi
investor untuk menilai saham-saham mana yang overvalued atau undervalued
dalam perencanaan investasi saham perbankan. Semakin tinggi nilai rasio ini
semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, begitu
juga sebaliknya semakin rendah rasio ini kepercayaan publik terhadap prospek
perusahaan menurun yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap
saham perusaaan yang berimbas pada penurunan harga saham.
Price to Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut:

PBV=

H


H

P

E

P

P

L

L

13
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Yang Digunakan
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank terdiri atas dua macam, yaitu modal inti dan modal
pelengkap. Modal dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio
(CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur
permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama
risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008:295). Rasio kecukupan
modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dengan membandingkan
jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut
Abdullah (2005:60) melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah
aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank.
Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin baik suatu perusahaan
karena modal yang cukup dapat digunakan perusahaan untuk penyaluran kredit
yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Kecukupan modal bank terkait dengan peranan bank sebagai financial
intermediary. Semakin baik kemampuan bank dalam mencapai kecukupan modal
semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sehingga
bank dapat menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
perusahaannya.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =


Modal
X
ATMR

%
14
Universitas Sumatera Utara

b. Non Performing Loan (NPL)
Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh Non Performing Loan
(NPL). Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu kunci untuk menilai
kualitas kinerja bank. Menurut Kasmir (2008:292), Credit Risk Ratio / NPL
merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan
membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan.
Menurut Riyadi (2006:161) semakin besar tingkat NPL menunjukkan
bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Jadi,
Non Performing Loan (NPL) dapat mengindikasikan adanya masalah dalam

bank. Meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dapat berpengaruh negatif
terhadap bank. Salah satu dampak tersebut adalah berkurangnya modal yang
dimiliki oleh bank. Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet juga
merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan bank mengkover
resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin kecil Non
Performing Loan (NPL) semakin kecil pula resiko kredit macet yang ditanggung
pihak bank.
Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar
operasional perbankan dapat berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan
pembayaran kredit oleh debitur maka bank dapat mengalami masalah
permodalan, yang dapat berpengaruh terhadap masalah kinerja perbankan dan
dapat berdampak terhadap turunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank.

15
Universitas Sumatera Utara

Didalam laporan keuangan bank, Non Performing Loan (NPL) ada 2
macam, yaitu Non Performing Loan (NPL) groos dan Non Performing Loan
(NPL) net. Non Performing Loan (NPL) gross adalah Non Performing Loan
(NPL) yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan,

dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan Non
Performing

Loan

(NPL)

net

hanya

membandingkan

kredit

berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan (Hidayat, 2010). NPL yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) gross karena
telah menghitung seluruh resiko kredit.
Non Performing Loan (NPL) dirumuskan sebagai berikut:
�=

c. Return on Assets (ROA)

Kredit bermasalah
×
Total Kredit

%

Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Assets (ROA).
Return on Assets (ROA) menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan.
Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Return on
Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas
pengembalian perusahaan dari seluruh pendanaan (aktiva) yang diberikan kepada
perusahaaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara laba bersih
dengan total aktiva. Rasio yang positif menggambarkan kemampuan perusahaan

16

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Sebaliknya Return on Assets
(ROA) yang negative menggambarkan dari keselurahan aktiva perusahaan,
perusahaan mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik
perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ini semakin menurun
kinerja suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa lampau untuk
kemudian diproksikan di masa depan.
Semakin besar Return on Assets (ROA) menunjukkan kinerja suatu
perusahaan semakin baik, karena adanya tingkat pengembalian atas investasi
yang semakin tinggi. Return on Assets (ROA) juga merupakan perkalian antara
faktor net income margin dengan assets turnover. Net income margin
menggambarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan
yang di ciptakan, sedangkan assets turnover menggambarkan seberapa jauh
perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki. Apabila
salah satu dari rasio tersebut meningkat maka Return on Assets (ROA) juga akan
meningkat.
Return on Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:


� �=

Laba bersih

Total Aset

%

d. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Liquidity dalam penelitian ini di proksikan oleh Loan to Deposit Ratio
(LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur

17
Universitas Sumatera Utara

komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir 2008:290).
Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah untuk
mengetahui seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Bank dikatakan likuid jika bank tersebut dapat
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali semua
dana yang diterima dari pihak ketiga.
Menurut Taswan (2006:114) semakin tinggi LDR mengindikasikan
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, kondisi ini
yang disebabkan karena jumlah yang di perlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar. Jadi, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat
menggambarkan besarnya kredit yang disalurkan dengan tujuan memperoleh
laba. Jika bank tersebut tidak mampu menyalurkan dana yang dihimpun (idle
cash) bank tersebut dapat mengalami kerugian. Loan to Deposit Ratio (LDR)
juga dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen. Manajemen yang
bersifat konservatif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang
rendah, karena adanya pembatasan pemberian kredit. Begitu juga sebaliknya
manajemen bank yang agresif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang tinggi.
Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR =

Kredit

Dana Pihak Ketiga

%

18
Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian Srihayati dkk (2015) yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap nilai perusahaan dengan metode
Tobin’s Q. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang
listing di kompas 100 selama periode 2009 sampai tahun 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Biaya Operasional
per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
Hidayat (2014) meneliti pengaruh rasio kesehatan perbankan terhadap
nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan profil
resiko, profil pendapatan dan profil permodalan sebagai variable independen dan
nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen. Sampel yang digunakan berjumlah 40 sampel perbankan yang listing
dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pengujian sampel menunjukkan bahwa
semua variabel independen yang terdiri atas profil resiko, profil pendapatan dan
profil permodalan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pendapatan
(earning profile) mempunyai pengaruh yang paling signifikan terhadap nilai

19
Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Dimana investor lebih tertarik pada laba yang dicetak oleh
perusahaan. Pemilik modal dan investor juga secara keseluruhan memperhatikan
peranan profil lain dalam melihat nilai perusahaan.
Kusuma dan Musaroh (2014) dalam penelitiannya menguji pengaruh rasio
keuangan terhadap nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ROA, NIM, LDR berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Fahrizal (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE) dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap
nilai perusahaan. Sampel yang digunakan berjumlah 12 perusahaan manufaktur
sektor consumer goods yang listing di BEI periode 2002 sampai tahun 2011
dengan jumlah sampel 120 laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaa, ROE
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan IOS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Nugroho (2013) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good Corporate
Governance (GCG), Return On Assets dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 58 sampel perusahaan yang listing di BEI periode 2008 sampai
tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Good Corporate Governance
(GCG) tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Return On Assets
(ROA) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan tidak terdapat pengaruh

20
Universitas Sumatera Utara

positif ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Variabel GCG, ROA dan
ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Charningsih (2009) dalam penelitiannya menguji pengaruh Good
Corporate Governance (GCG) terhadap hubungan antara kinerja keuangan dan
nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut berjumlah 23
sampel perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2007
sampai tahun 2008 dengan total 46 pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan
ROA brpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ROE tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan proporsi komisaris independen tidak
mempunyai nilai signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa komisaris independen tidak mampu memoderasi hubungan kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan
adanya komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat formalitas
untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good
Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Sehingga keberadaan
komisaris ini tidak untuk menjalankan fungsi monitoring yang baik dan tidak
menggunakan independensinya untuk mengawasi kebijakan direksi.
Pane (2004) dalam penelitiannya menguji pengaruh going concern
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
periode tahun 2000 sampai tahun 2003 dengan jumlah 10 sampel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel

21
Universitas Sumatera Utara

Banking Ratio(BR) mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Variabel ROA mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Variabel Interest Margin on Loan (IML) mempunyai
pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.

22
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti

Judul Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian

No
1

Srihayati,
Tandika dan
Azib
(2015)

Pengaruh Kinerja
Keuangan perbankan
Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan
Metode Tobin’s Q Pada
Perusahaan Perbankan
Yang Listing di Kompas
100
(Periode 2009-2013)

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan

Variabel Kinerja keuangan secara bersama-sama
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Secara parsial CAR berpengaruh positif
Variabel Independen:
tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, NPL
Kinerja
Keuangan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai
Perbankan
perusahaan, BOPO berpengaruh negatif tidak
signifikan
terhadap nilai perusahaan, LDR
berpengaruh negative signifikan terhadap nilai
perusahaan dan NIM berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan

2

Hidayat
(2014)

Pengaruh Rasio
Kesehatan Perbankan
Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus
Pada Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)

Variabel Dependen: SeSemua variabel Independen secara bersama-sama
Nilai Perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Profil risiko berpengaruh negatif tidak
Variabel Independen:
signifikan terhadap nilai perusahaan. Profil
Rasio Kesehatan Bank pemodalan berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan, dan profil pendapatan berpengaruh
berpengaruh positive signifikan terhadap nilai
perusahaan.

Bersambung ke halaman berikutnya
23
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No

Peneliti

Judul Penelitian

3

Kusuma
Musaroh
(2014)

dan Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia

4

Fahrizal
(2013)

Pengaruh Return on Assets
(ROA), Return on Equity
(ROE) dan Investment
Opportunity Set (IOS)
terhadap Nilai Perusahaan

Variabel

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:CA ROA, NIM dan LDR berpengaruh positive
Nilai Perusahaan
terhadap nilai perusahaan, RAR berpengaruh
negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh
Variabel Independen: terhadap nilai perusahaan
Rasio Keuangan
Variabel Dependen:
ROA berpengaruh positif dan signifikan
Nilai Perusahaan
terhadap nilai perusahaan, ROE berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap nilai
Variabel Independen: perusahaan dan IOS berpengaruh positif dan
Return on Assets signifikan terhadap nilai perusahaan.
(ROA), Return On
Equity (ROE) dan
Investment
Opportunity
Set
(IOS)

Bersambung pada halaman berikutnya

24
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
5

Peneliti
Nugroho
(2013)

Judul Penelitian
Pengaruh Good Corporate
Governance, Return on
Assets Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia
Periode 208-2011

Variabel
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan

Hasil Penelitian
Tidak terdapat pengaruh positif Good
Corporate Governance (GCG) terhadap
nilai perusahaan. Terdapat pengaruh
Variabel Independen: positif Return On Assets (ROA terhadap
nilai perusahaan.Tidak terdapat pengaruh
Good Corporate
Governance, Return positif ukuran perusahaan (Size)
terhadap nilai perusahaan. Variabel
on Assets dan
Good Corporate Governance (GCG),
Ukuran Perusahaan
Return On Assets (ROA) dan ukuran
perusahaan secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.

6

Carningsih
(2009)

Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap
Hubungan antara Kinerja
Keuangan Dan Nilai
Perusahaan (Studi Kasus
Pada Perusahaan Real
Estate Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia)

Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan

ROA berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
ROE tidak berpengaruh signifikan
Variabel Independen: terhadap nilai perusahaan, dan proporsi
komisaris independen tidak mempunyai
Kinerja Keuangan
Variabel Moderasi
nilai
signifikan
terhadap
nilai
Good Corporate
perusahaan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa komisaris independen tidak
Governance
mampu memoderasi hubungan kinerja
(GCG)
keuangan dengan nilai perusahaan

Bersambung pada halaman berikutnya

25
Universitas Sumatera Utara

No
7

Peneliti
Pane
(2004)

Tabel 2.1 (Lanjutan)
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh Going Concern
Variabel Dependen:
Terhadap Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Perbankan
di Bursa Efek Jakarta
Variabel Independen:
Going Concern

Hasil Penelitian
Variabel Quick Ratio (QR) mempunyai
pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Variabel
Banking
Ratio(BR)
mempunyai
pengaruh positif tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Variabel ROA
mempunyai pengaruh negative tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Variabel Interest Margin on Loan (IML)
mempunyai pengaruh positif tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan

26
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Capital
H2a
Risk Profile

H2b
Nilai Perusahaan

Earning

H2c
H2d

Liquidity

H1

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

Penjelasan Kerangka konseptual
Penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh capital , risk profile,
earning dan liquidity terhadap nilai perusahaan, dengan objek penelitian bankbank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Capital dalam penelitian ini diproksikan sebagai jumlah modal yang
dikelola oleh sebuah bank dalam menjalankan fungsinya. Dalam memenuhi
kecukupan modal, bank mengacu pada aturan yang dibuat oleh Bank Indonesia
bersama dengan OJK. Dalam hubungannya dengan rentabilitas, bank yang ingin
memperoleh laba lebih tinggi harus menyediakan modal yang lebih besar.
Semakin besar kredit yang disalurkan dalam rangka memperoleh laba maka
27
Universitas Sumatera Utara

resiko yang ditanggung oleh bank semakin tinggi pula. Selain itu, Ketersediaan
modal yang besar meningkatkan likuiditas bank. Bank dengan kecukupan modal
yang bagus akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.
Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan.
Risk profile dalam penelitian ini diproksikan sebagai risiko inheren dan
kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional perbankan. Resiko
kredit macet merupakan resiko yang besar pengaruhnya dalam operasional
perbankan. Resiko kredit macet adalah resiko akibat gagal bayar debitur atau
pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Penilaian resiko inheren
merupakann resiko yang melekat dalam kegiatan operasional perbankan, yang
dapat berpengaruh terhadap posisi keuangan bank. Bank dengan nilai risiko
kredit yang tinggi akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut. Kepercayaan masyarakat yang menurun akan menurunkan nilai
perusahaan.
Earning dalam penelitian ini diproksikan sebagai kinerja earning, sumbersumber earning, dan sustainability earning perbankan. Dalam hubungannya
dengan penyaluran kredit dalam rangka memperoleh laba, Semakin tinggi kredit
yang disalurkan dalm rangka memperoleh laba semakin kecil kecukupan modal
perbankan dan semakin kecil juga tingkat likuiditas bank. Besarnya kredit yang
disalurkan juga meningkatkan resiko kredit macet bagi bank. Bank dengan
rentabilitas yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
bank tersebut. Kepercayaan masyarakat yang meningkat akan meningkatkan nilai
perusahaan.

28
Universitas Sumatera Utara

Liquidity dalam penelitian ini diproksikan sebagai kemampuan bank
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan alat-alat lukuid yang
dimilikinya. Dalam hubungannya dengan memperoleh laba, semakin tinggi
jumlah kredit yang disalurkan dalam rangka memperoleh laba, semakin kecil
tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat likuiditas bank semakin kecil juga
tingkat kecukupan modal bank. Tingkat likuiditas yang rendah memunculkan
resiko likuiditas. Bank dengan tingkat likuiditas yang bagus akan meningkatkan
nilai perusahaan dari persepsi investor.
Dalam penelitian ini variabel nilai perusahaan sebagai variabel dependen
di proksikan oleh PBV (Price to Book Value). Sedangkan variabel independen
yaitu capital, risk profile, earning dan liquidity masing-masing di proksikan oleh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets
(ROA) Dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan indikator kesehatan bank.
CAR adalah ukuran kecukupan modal bank yang mencerminkan modal minimum
yang harus dimiliki bank untuk menjamin kepentingan pihak ketiga. Kecukupan
modal sangat penting bagi bank untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi
dari aktivitas operasionalnya. Nilai CAR bank yang tinggi akan meningkatkan
nilai perusahaan melalui peningkatan kepercayaan masyarakat.
Non Performing Loan (NPL) merupakan indikator terjadinya masalah
dalam bank. NPL memberikan dampak negatif terhadap kinerja bank. Dampak
negative tersebut salah satunya mengurangi permodalan. Penurunan jumlah

29
Universitas Sumatera Utara

modal akan menyebabkan turunnya kinerja bank dan akan berdampak terhadap
penurunan nilai perusahaan.
Return On Assets (ROA) merupakan raasio yang digunakan untuk melihat
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Loan to Deposit Ratio
(LDR) merupakan rasio likuiditas bank. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan
bank relatif tidak liquid. Bank yang tidak liquid akan berdampak terhadap
penurunan nilai perusahaan. Begitu juga sebaliknya.
Semakin besar jumlah kredit yang diberikan bank akan kepada
masyarakat semakin kecil tingkat likuiditas bank, semakin rendah tingkat
kecukupan modal bank dan semakin besar resiko kredit macet yang dihadapi
bank akan tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh
perusahaan. Tingkat laba yang semakin tinggi akan meningkatkan kinerja
perusahaan di mata investor. Kinerja perbankan yang baik akan meningkatkan
nilai perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dan kerangka konseptual diatas maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara simultan
terhadap Nilai perusahaaan
2. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan

30
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH LIQUIDITY RISK, DEPOSIT RISK, CREDIT RISK, CAPITAL RISK TERHADAP HUTANG BANK PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 16 19

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 3 91

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 6

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 10

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 1 3

Pengaruh Capital, Risk Profile, Earning Dan Liquidity Terhadap Nilai Perusahaan Bank-Bank Umum Go Public Di Indonesia Periode 2012-2014

0 0 15

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 56

Pengaruh risk profile, good corporate governance, Earning dan capital terhadap skor kesehatan Bank pada bank go public di indonesia - Perbanas Institutional Repository

0 0 9