BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

BAB VII REN CAN A PEM BAN GUN AN IN FRASTRUKTUR CIPTA KARYA Bagian ini menjabarkan kondisi infrastruktur bidang Cipta Karya di kabupaten Timo r Tengah Ut ara yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan

  bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi.

7.1. Pengembangan Permukiman.

  Berdasarkan UU N o. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kaw asan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kaw asan perkotaan dan kaw asan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kaw asan permukiman khususnya kaw asan RSH dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kaw asan perdesaan terdiri dari pengembangan kaw asan permukiman pada perdesaan potensial / kaw asan pusat pertumbuhan (agropolitan dan minapolitan), Perdesaan tertinggal dan kaw asan perbatasan maupun permukiman pada pulau kecil terluar.

7.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

7.1.1.1. Arahan Kebijakan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain

  Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 1.

  N asional.

  Arahan RPJM N Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahw a pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terw ujudnya kota tanpa permukiman 2. Undang-Undang N o. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kaw asan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahw a ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kaw asan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

  3. Pasal 15 mengamanatkan bahw a pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jaw ab pemerintah.

  Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  4. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kaw asan kumuh.

  5. Peraturan M enteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M /2010 tentang Standar Pelayanan M inimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kaw asan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014. Permen PUPR No. 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementrian PUPR Bidang 6.

  Cipta Karya Terkait dengan tugas dan w ew enang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU N o. 1/2011 mengamanatkan tugas dan w ew enang sebagai berikut:

  Tugas

  1. Pemerintah Pusat

  a. M erumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  b. M erumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba. c.

  M engaw asi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  d. M enyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kaw asan permukiman. M emfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

  a. M erumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kaw asan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

  b. M erumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/ kota.

  c.

  M engaw asi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  d. M enyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kaw asan permukiman.

  e. M enyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kaw asan permukiman lintas kabupaten/ kota.

  f. M emfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

  g. M emfasilitasipenyediaanperumahandankaw asanpermukimanbagimasyarakat,terutama bagi M BR.

  h. M emfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/ Kota

  a. M enyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/ kota di bidang perumahan dan kaw asan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. M enyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

  c. M enyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kaw asan permukiman.

  d.

  e. M elaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/ kota.

  f. M elaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan kabupaten/ kota.

  g. M elaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

  h. M elaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i. M elaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kaw asan permukiman.

  j.

  M engaw asi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota. k. M enetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

  W ew enang

  M elaksanakan pengaw asan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

1. Pemerintah Pusat

  c. M enyusun dan menyempurnakan peraturan perundang undangan bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  d. M emberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat nasional.

  e. M engoordinasikan pengaw asan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  f. M engevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat nasional.

  g. M engendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kaw asan permukiman.

  h. M emfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

  b. M enyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kaw asan permukiman.

  a. M enyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman. i.

  M enetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman. j. M emfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kaw asan permukiman.

  f. M emfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

  d. M elaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

  c. M emberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

  b. M enyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

  a. M enyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat kabupaten/ kota.

  h. M enetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

  g. M engoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi M BR pada tingkat provinsi.

  M engevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

  Pemerintah Provinsi

  e.

  M engoordinasikan pengaw asan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

  d.

  c. M emberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

  b. M enyusun dan menyempurnakan peraturan perundang undangan bidang perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

  a. M enyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kaw asan permukiman pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/ Kota

  e.

  M encadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi M BR.

  f. M enyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi M BR pada tingkat kabupaten/ kota.

  g. M emfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/ kota antara pemerintah permukiman.

  h. M enetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/ kota.

i. M emfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/ kota.

7.1.1.2. Lingkup Kegiatan

  M engacu pada Permen PU N o. 08/PRT/M /2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengaw asan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah :

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan ; b. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi pengembangan kaw asan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kaw asan perdesaan potensial; c.

  Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatankualitaspermukiman kumuh termasuk peremajaan kaw asan dan pembangunan rumah susun sederhana; d. Pembinaan teknik, pengaw asan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kaw asan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

  e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  

7.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  

Adapun kebijakan pembangunan dan pengembangan permukiman serta strategi

implementasinya adalah sebagai berikut: Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kaw asan permukiman.

  

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: M enyiapkan peraturan perundang-undangan (PP,

Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kaw asan permukiman.

  Landasan penyelenggaraan kaw asan permukiman ini antara lain meliputi:

  1. Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai acuan bagi Pemerintah dan

  

terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kaw asan permukiman;

  2. Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai dasar bagi pemerintah daerah

  dalam menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW , dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan;

  3. SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh 4. M enyusun Pedoman Teknis Penanganan Kaw asan Permukiman.

  Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman.

  

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: M elakukan peningkatan dan penguatan

kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga

masyarakat, dan masyarakat/ individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/ bantuan

teknis.

  1. Pembangunan dan pengembangan kaw asan permukiman membutuhkan dukungan

  seluruh pelaku yang berjalan dalam sistem yang disepakati bersama. Terkait aspek kelembagaan ini, maka akan dibutuhkan:

  2. Kesepahaman bersama antarpelaku;

  3. Komitmen dari seluruh pelaku;

  4. Kemitraan antar pelaku: antar bidang pembangunan, kemitraan antara

  pemerintah pusat dengan daerah, kemitraan antara pemerintah – dunia usaha – masyarakat, kemitraan dengan lembaga donor, kemitraan dengan praktisi, dan kemitraan dengan pelaku lainnya.

  5. Dalam hal ini, upaya membangun & memperkuat kapasitas pemerintah daerah

  dilakukan agar pemerintah daerah mampu menjalankan perannya sebagai nakhoda yang menentukan keberhasilan pembangunan dan pengembangan kaw asan permukiman. Peningkatan kapasitas Pemda dilakukan kepada:

  6. Kepala daerah yang memiliki visi dan kemampuan menjalankan visinya;

  7. Seluruh SKPD terkait dalam penyelenggaraan kaw asan permukiman yang memiliki pengetahuan dan mampu berinovasi.

  

Upaya membangun kesadaran masyarakat serta memperkuat kapasitas dan peran masyarakat

juga diperlukan agar terjadi keberlanjutan hasil dari pembangunan dan pengembangan

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi

daerah.

  

Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: M embangun dan mengelola sistem informasi

nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala.

Sistem informasi ini akan dimanfaatkan untuk:

  1. M engukur perkembangan pencapaian target setiap tahun;

  2. Pertukaran informasi yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku, baik di tingkat

  pusat maupun daerah;

  3. M enjadi sistem informasi komunikasi sebagai alat pengembangan pengetahuan

  dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan pemerintah daerah, serta sebagai sarana berbagi informasi ketersediaan sumberdaya di antara pelaku.

  

Kebijakan 4: Pengaw asan secara berkala penyelenggaraan kaw asan permukiman di pusat dan

daerah.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. M elakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman;

  2. M elakukan pengaw asan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJM N ;

  3. M emfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.

  

Kebijakan 5: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan

kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan

prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non- fisik.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  1. Penanganan komprehensif terhadap 30 Kabupaten/ Kota prioritas kementerian sebagai

  best practice penanganan permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota-kota lainnya.

  2. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/ kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang

Kebijakan 6: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan

upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan perwujudan Kota Berkelanjutan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

  1. Pemenuhan SPP bagi kaw asan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kaw asan permukiman;

  2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.

  

Kebijakan 7: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman

perdesaan.

  

Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: M enyediakan sarana dan

prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar

permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase

lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi

yang layak bagi masyarakat di kaw asan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan

pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah

disusun sebelumnya.

  

Kebijakan 8: Pembangunan dan pengembangan kaw asan permukiman yang berkualitas yang

mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. M enyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM , baik melalui pengembangan dan pembangunan kaw asan transmigrasi maupun kaw asan non-transmigrasi.

  2. M enyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kaw asan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kaw asan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kaw asan permukiman pesisir/ minapolitan.

  3. M enyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan

Kebijakan 9: Pembangunan dan pengembangan kaw asan permukiman yang berkualitas untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal

di kaw asan perbatasan.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. M enyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kaw asan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN . Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini untuk PKSN non-perkotaan antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kaw asan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kaw asan permukiman pesisir/ minapolitan. Selain itu disediakan pula sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antardesa dalam kecamatan, berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa. Sementara untuk PKSN Perkotaan seperti Sabang dan Jayapura, sarana dan prasarana yang disediakan memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan dan sesuai dengan sektor yang dikembangkan di kota tersebut.

  2. M enyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN . Ketentuan mengenai sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan mengacu pada Permendagri No. 18 Tahun 2007 tentang Standardisasi Sarana, Prasarana, dan

  Pelayanan Lintas Batas Antar N egara.

  

Kebijakan 10: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan

memenuhi SPM .

  

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana

permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir). Sarana

dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan

lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta

peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

  

Kebijakan 11: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki

ketahanan terhadap bencana.

  Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

  1. M engurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

  2. M engurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan standar bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kaw asan yang aman dari bencana.

  3. M eningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah menyediakan N SPK untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

4. M eningkatkan kualitas/ rehabilitasi permukiman di kaw asan pasca bencana.

  

Pelaksanaan penanganan pasca bencana dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan

kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.

  Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional.

  Adapun usaha pemerintah, dalam hal ini dinas PU cipta karya Kabupaten TTU telah membuat usulan program sub bidang pengembangan permukiman perkotaan dan perdesaan pada periode sebelumnya yang telah terealisasi sesuai tujuan utamanya antara lain :

  1. Pembangunan jalan akses kecamatan M iomaffo kaw asan kampung BTN desa N aiola terealisasi pada tahun 2010.

  2. Supervisi / pengaw asan pelaksanaan rumah sederhana Kabupaten TTU. Pemerintah kabupaten TTU mengeluarkan kebijakan sektoral sebagaimana tertera dalam rencana tata ruang w ilayah dengan menitikberatkan pada pengembangan sektor dan subsektor. Tentunya memperhatikan permasalahan w ilayah dan potensi-potensi ekonomi kaw asan. Perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat, penyediaan sarana dan prasarana dasar yang masih terbatas dan belum tergali beberapa potensi ekonomi, maka diperlukan suatu upaya untuk memecahkan persoalan diatas. Sektor-sektor yang dianggap layak dan strategis ini perlu dikembangkan untuk menjadikan kaw asan yang mandiri dan berkembang. Strategi yang perlu dilakukan dengan melakukan pengembangan kaw asan permukiman perdesaan yang akan dijelaskan pada sub bab berikut ini :

  Pengembangan Kaw asan Permukiman Perdesaan

  Pengembangan kaw asan permukiman perdesaan lebih ditekankan pada kegiatan primer atau pertanian secara menyeluruh, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kaw asan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pengembangan permukiman perdesaan yang menjadi prioritas pemerintah kabupaten TTU pada periode sebelumnya dan periode akan datang dari segi program dan pelaksanaanya terbagi menajdi dua bagian yakni: Untuk pengembangan permukiman perdesaan pada tahun 2008 hingga tahun 2010 tidak terprogramkan pada hal kaw asan ini perlu mendapatkan perhatian. Sehingga dapat memecahkan permasalahan diatas dan beberapa potensi ekonomi yang perlu dikembangkan untuk pertumbuhan kaw asan. Pada tahun 2001 pemeritah kabupaten TTU melalui dinas PU/ cipta karya meyusun program/ kegiatan pengembangan kaw asan perdesaan melalui pengembangan kaw asan Agropolitan dan kaw asan M inapolitan yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Pengembangan Kaw asan Agropolitan

  Salah satu strategi pengembangan kaw asan perdesaan adalah Kaw asan Agropolitan (agropolitan district). Secara spasial (tata ruang) batasan w ilayah kaw asan agropolitan biasanya lebih besar dari batas administrasi desa, karena kaw asan ini merupakan gabungan dari berbagai pusat-pusat kegiatan di desa sebagai suatu sistem produksi pertanian sesuai fungsi kaw asan. Pengembangan kaw asan ini memerlukan prasarana dan sarana dasar pertanian misalnya jaringan irigasi, jaringan air bersih, tempat pengolahan hasil pertanian, jaringan jalan, sarana pemasaran hasil pertanian serta dukungan sumber daya manusia yang mandiri dan kelembagaan yang berakar dari kelompok masyarakat petani.

  Kaw asan Agropolitan ini tentunya tidak berdiri sendiri atau menumbuhkembagkan kaw asan bersangkutan saja, akan tetapi dapat memberikan pengaruh dalam intensitas interkasi yang terus dipertahankan terhadap aktivitas sektor-sektor lain baik kedepan (forward linkage) maupun kebelakang (backw ard linkage). Dukungan infrastruktur dasar dan suprastruktur beserta interaksi aktivias sektor sekitar dapat membentuk suatu sistem kaw asan Agropolitan. Program-program pengembangan kaw asan perdesaan kabupaten TTU yang akan terprogramkan pada periode berikutnya sebagai barikut:  Pembangunan kaw asan Agropolitan yang berbasis sektor pertanian dengan berupa komoditas: Buah-buahan, sayur-sayuran (holtikultura), dan tanaman pangan. Penetapan lokasi pengembangan Agropolitan berada di Kaw asan M iomaffo barat dan M iomaffo Timur. Tujuan utama pengembangan kaw asan agropolitan kabupaten TTU yang perlu dicapai dengan memperhatikan dasar-dasar pertimbangan yaitu :

  • M engurangi tingkat kemiskinan, dimana penduduk di kecamatan M iomaffo

  Barat menempati urutan pertama keluarga miskin tertinggi sebanyak 2.428 KK, dan kecamatan M iomaffo Timur 1.425 KK.

  • M engembangkan potensi yang ada, berupa komoditas unggulan berbasis pertanian sub sektor tanaman pangan dan holtikultura.
  • M eningkatkan kesejahteraan rakyat, dimana masih terdapat keluarga pra sejatera kecamatan M iomaffo barat tercatat 2.507 KK sedangkan kecamatan M iomaffo Timur tercatat 1.472 KK. Dengan adanya pengembangan kaw asan agopolitan ini dapat menyumbangkan pendapatan masyarakat kedua kecamatan dan masyarakat sekitarnya,
  • M engurangi tingkat pengganguran terutama penduduk umur produktif di perdesaan, sehingga dapat menyerap tenga kerja ke sektor pertanian. Selain itu mengurangi tingkat migrasi penduduk dari desa ke kota karena ketertarikan lapangan pekerjaan di kota lebih besar. Pencegahan ini dilakukan untuk mengurangi ketidakteraturan perkembangan w ilayah kota.
  • M eningkatkan produksi pertanian komoditas unggulan yang mempunyai kontribusi besar terhadap nilai produksi bruto (PDRB), diman sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 46,5 % artinya telah memenuhi persayaratan. Dampak dari penambahan nilai riil PDRB terakumulasi dengan sumber PDRB yang lain mampu mengambarkan perkembangan dan pertumbuhan w ilayah kabupaten TTU.

  • Dapat mendorong pertumbuhan w ilayah-w ilayah perdesaan melalui pengembangan potensi w ilayah terutama di bidang usaha pertanian dengan sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan

   Untuk menunjang kegiatan kaw asan agropolitan memerlukan prasarana dan program prioritas.

   Pengembangan kawasan agropolitan kecamatan M iomaffo barat dan M iomaffo Timur merupakan perpaduan antara desa-desa pusat pertumbuhan (DPP) yang berbasis sektor pertanian unggulan. Desa pusat pertumbuhan menjalankan fungsinya masing-masing dari pengumpul hasil pertanian, pengumpul bahan baku, sentra produksi, kota kecil dan kota sedang secara hirarkis saling berkaitan dan saling mendukung sistem kaw asan agropolitan.

b. Pengembangan Kaw asan M inapolitan

  Pengembangan kaw asan M inapolitan merupakan bagian dari pengembangan infrastrutkur permukiman perdesaan (PPIP) yang belum ini digagas untuk mendukung daerah tertinggal untuk lebih berkembang dan mandiri. Hubungan antara RPIJM dengan kaw asan M inapolitan ini muncul dengan adanya Kepmen N o.18 Tahun 2011 tentang pengembangan kawasan M inapolitan. M aka atas dasar itulah RPIJM Cipta Karya perlu mencantumkan program kaw asan minapolitan dimana kebutuhan prasarana dan sarana dasarnya merupakan tugas dan tanggung jaw ab dari PU/ Cipta karya. Kaw asan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada w ilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian (perikanan) dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. Kaw asan sentra perikanan budidaya (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di w ilayah sekitarnya. Kaw asan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh

  

batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan

skala ekonomi kaw asan yang ada.

Pengelolaan ruang diartikan sebagai kegiatan pengaturan, pengendalian,

pengaw asan, evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang

kaw asan sentra perikanan.

berbasis perikanan yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi

yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan

dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh

pemerintah.

  Tujuan utama pengembangan kaw asan M inapolitan di Kecamtan Biboki Selatan perlu memperhatiakan dasar-dasar pertimbangan yang diilihat dari berbagai aspek antara lain:

  

1. M eningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi

serta sosial masyarakat pedesaan dengan memperhatikan keluarga prasejatera kecamatan Biboki Selatan sebanyak 1.266 KK, dan rumah tangga miskin 916 KK dari jumlah rumah tangga penduduk kabupaten TTU 55.203 KK.

  

2. M eningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kaw asan yang memiliki

tanggung jaw ab untuk menjaga kelestarian dan keamanan. Untuk kaw asan M inapolitan Kecamatan Biboki Selatan perlu membangun lembaga masyarakat khususnya petani/ nelayan. Lembaga masyarakat nelayan yang ada diw adahi dalam bentuk Gerakan M asuk Laut (GEM ALA). M eningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kaw asan 3.

  

4. M enciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan

pendapatan negara serta pendapatan masyarakat. Perlu diperhatikan penduduk Kecamatan Biboki Selatan angka pengangguran masih tinggi, dan pendapatan masyarakat masih rendah.

  

5. M endorong dan mempercepat pengembangan w ilayah demi mencapai

kemajuan serta kemandirian daerah. W ilayah kecamatan Biboki Selatan masih

kurangan prasarana dan sarana dasar sehingga perkembangannya agak lambat.

Adapun syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk pengembangan kaw asan

M inapolitan kecamatan Biboki Selatan berikut :

  

M emiliki sumber daya lahan dan perairan yang sesuai untuk mengembangkan

1. komoditi perikanan budidaya, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut komoditi unggulan);

  

2. M emiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem

dan usaha perikanan, seperti misalnya: jalan, sarana irigasi/ pengairan, sumber air produksi pengolahan hasil perikanan, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial

lainnya. Penempatan infrastruktur kaw asan minapolitan terbagi kedalam zona-

zona kaw asan yang memiliki fungsi-fungsi dan saling mendukung selain itu memberikan pelayanan dalam sistem kaw asan minapolitan.

3. M emiliki sumber daya manusia yang mau dan berpotensi untuk mengembangkan kaw asan perikanan budidaya secara mandiri.

  

Dari syarat-syarat yang haurs terpenuhi seperti yang dijelaskan diatas, ada dua

syarat yang sudah terpenuhi. Namun dalam perjalanan pengembangan kaw asan

M inapolitan kecamatan Biboki Selatan membutuhkan prasarana dan sarana dasar.

M engingat kaw asan ini sebelumnya belum pernah terjamah oleh kegiatan

pembangunan. M aka dari itu untuk pengembangan kaw asan ini diperlukan upaya

untuk ditindaklanjuti dengan membangun Prasarana dan sarana dasar kaw asan

M inapolitan.

Pengembangan kaw asan M inapolitan Kecamatan Biboki Selatan memerlukan

strategi agar keberlanjutan sebagai suatu sistem kaw asan M inapolitan tetap

dipertahankan dan memberikan konstribusi terhadap sumber pendapatan

masyarakat, pendapatan kabupaten TTU dan pendapatan nasional. Strategi yang

perlu dilakukan antara lain:  Pembangunan sistem dan usaha minabisnis berorientasi pada kekuatan pasar.

  Dengan ini diharapkan dapat menembus batas kaw asan, kabupaten/ kota, provinsi, dan negara untuk menjangkau pasar global.  Pengembangan dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat agar mampu mengembangkan usaha komoditas unggulan. Tentunya berdasarkan kesesuaian lahan/ perairan dan kondisi sosial, ekonomi, serta budaya setempat.

   Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perikanan yang diiringi dengan pengembangan usaha berbasis sistem minabisnis yang terintegrasi, mulai dari sektor hulu, hilir (pemasaran, pengolahan hasil, dan sebagainya), termasuk sektor jasa perbankan dan pendukung lainnya.

c. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan

  Kaw asan perbatasan memiliki dua bentuk fisik yaitu berupa kaw asan darat dan perbatasan darat oleh karena kabupaten TTU dengan N egara Timor Leste berada pada satu gugusan pulau Timor. Jika dilihat tapal batasnya w ilayah darat antara Indonesia dan Timor Leste membentang sepanjang 150 km mencakup Kabupaten Belu, Kabupaten Kupang. Untuk ka bupaten TTU sendiri langsung berbatasan dengan distrik Timor Leste yang paling terdekat yakni: M aliana, Kovalima, dan Oecusse. Distrik Oecusse, menjadi daerah enclave yang terjepit antara Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara. Pentingnya pengembangan kaw asan perbatasan dipengaruhi oleh aspek ekonomi, aspek pertahanan dan keamanan, dan aspek politis. Penanganan kaw asan perbatasan selama ini dianggap belum optimal, kurang terpadu serta konflik penentuan kebijakan secara vertical, sektoral dan horizontal antara pemerintah pusat dan daerah. Pada era otonomi yang sudah berjalan selama ini, sudah menjadi kew enangan daerah dalam hal ini kabupaten TTU sebagai w ilayah yang berhadapan langsung dengan N egara Timor Leste. Dalam penyusunan RPIJM cipta karya kabupaten TTU perlu memasukan program pengembangan kaw asan perbatasan. Komponen-komponen program prioritas pengembangan kaw asan perbatasan meliputi: 1) Pengembangan pusat-pusat permukiman potensial termasuk permukiman transmigrasi di daerah perbatasan. 2) Peningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dan pemasaran produksi. 3) Peningkatan pelayanan sosial dasar khususnya pendidikan dan kesehatan, penataan w ilayah administratif dan tapal batas. 4) Pengembangan partisipasi sw asta dalam pemanfaatan potensi w ilayah khususnya pertambangan dan kehutanan. 5) Peningkatan kerjasama dan kesepakatan dengan negara tetangga di bidang keamanan, ekonomi, serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan daerah perbatasan. Arahan Pengembangan Prasarana dan sarana kaw asan perbatasan kabupaten TTU lebih memprioritaskan pada:  Pengembangan prasarana dan sarana dasar kaw asan perbatasan

  Kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana dasar kaw asan perbatasan yang sebagai berikut:

1. Pusat pelayanan utama atau dibaw ahnya yang memiliki fungsi sebagai pusat utama kaw asan perbatasan.

   M emberikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan pertanian.  Pengembangan pertanian lahan basah (wini), perkebunan, pertanian lahan kering, serta pengembangan permukiman perkotaan (w ini) dan perdesaan.

   Pengembangan pertanian lahan basah, perkebunan pertanian lahan kering serta pengembangan permukiman perkotaan dan perdesaan. Pengembangan prasarana dan sarana dasar kaw asan permukiman kaw asan perbatasan kabupaten TTU tahun 2012 menyangkut kaw asan-kaw asan strategis sektor pertanian sudah dibahas pada pengembangan kaw asan agropolitan dan minapolitan. Karena kaw asan yang akan diekambangkan ini berada pada w ilayah perbatasan NKRI dengan N egara Timor leste di bagian selatan. Kajian tata ruang w ilayah mengarahkan program kegiatan menurut fungsi kawasan yang menjadi bagian dari lingkup kerja PU/ ciptakarya Kabupaten TTU yaitu pengembangan pusat utama atau dibaw ahnya untuk kaw asan perbatasan. Program/ kegiatan prioritas pengembangan prasarna dan sarana kaw asan perbatasan sebagian belum terusulkan. Adapun program prioritas antara lain  Peningkatan pelayanan prasarana transportasi dan komunikasi untuk membuka keterisolasian daerah dan pemasaran produksi.  Peningkatan kerjasama dan kesepakatan dengan negara tetangga di bidang keamanan, ekonomi, serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan daerah perbatasan.

   Pengembangan Kaw asan Permukiman Perkotaan

  Pengembangan permukiman perkotaan diarahkan dan diatur untuk mencapai tujuan- tujuan sebagai berikut :

  Pembentukan struktur permukiman kota yang mandiri dalam penyediaan lapangan pekerjaan, dalam pemberian pelayanan umum, dalam mencari/ menggali sumber pembiayaan pembangunan, dan dalam penyediaan/ penciptaan lingkungan hidup sesuai asas Aman, Tertib, Lancar, Sejahtera (ATLAS). Pengembangan kaw asan permukiman perkotaan di kabupaten TTU lebih diarahkan a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi kaw asan rumah sederhana RSH.

b. Penataan dan Peremajaan Kaw asan

  c. Peningkatan Kualitas Permukiman

Tabel 7.1.

  

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten TTU

N o Isu Strategis Keterangan

  1 Penyediaan perumahan yang layak huni sesuai dengan penataan ruang kota secara proporsional

   Pembangunan kawasan permukiman baru (N ew development)

   Penanganan rumah tidak layak huni  Penanggulangan terhadap kaw asan permukiman yang raw an bencana (banjir, kekeringan, longsor dan kebakaran)

  2 Peningkatan kualitas permukiman yang cenderung kumuh dan padat  Penanganan terhadap permukiman padat dan kumuh  Penyiapan lingkungan perumahan yang bersih dan sehat terhindar dari penyakit akibat sanitasi buruk

  3 Peningkatan kemampuan masyarakat akan kepemilikan rumah layak huni Penanganan dan penyediaan permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah

  4 Penerbitan regulasi mengenai permukiman di perkotaan TTU Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kaw asan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kaw asan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kaw asan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya. Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kabupaten dalam menyediakan kaw asan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/ kota (meliputi peraturan daerah, peraturan tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

  Kondisi perumahan dan permukiman kabupaten TTU secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu kaw asan permukiman perkotaan dan perdesaan. Diantara keduanya selalu dihadapkan pada permasalahan berupa sarana dan prasarna dasar dari segi kualitas dan kuantitas yang mendukung kualitas dari lingkungan permukiman. Kebutuhan akan perumahan pada kaw asan perkotaam menunjukan trend perkembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. W ilayah-w ilayah permukiman yang mengalami perkembangan yakni Kota Kefamenanu sebagai ibukota kabupaten TTU, M iomaffo Barat, M iomaffo Timur dan beberapa kota-kota lainnya. Penyediaan prasarana dan sarana dasar sebagian kota-kota tersebut terpenuhi dari fasilitas dan utilitas, ditambah pula kualitas dan kuantitasnya belum terpenuhi secara optimal. M elihat perkembangan permukiman perkotaan Kabupaten TTU yang terus meningkat dan berbagai permasalahan sebagai akibat dari tingginya kebutuhuhan hunian yang memenuhi rumah sehat layak huni. Sebagian penduduk yang bermukim diw ilayah perkotaan menempati hunian yang kondisi kualitas bangunannya tidak layak huni, dan masih rendahnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman seperti air bersih, air limbah, persampahan, drainase dan penanggulangan masalah banjir pada musim hujan, jaringan jalan yang menghubungkan antar blok-blok permukiman, pasar, sarana sosial dan jalur hijau pada w ilayah perkotaan. Diharapkan pemenuhan kebutuhan perumahan tidak menimbulkan permasalahan baru dan penyediaan prasarana dan sarana dasar bisa mengimbangi. Apa yang telah terjadi selama ini belum menunjukan adanya upaya pemerintah kabupaten TTU melalui kebijakan ataupun program-program pengembangan kaw asan permukiman perkotaan seperti :