BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

BAB VI KERAN GKA KELEM BAGAAN dan REGULASI Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang

  optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai w adah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumberdaya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

6.1. Kerangka Kelembagaan

6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

  Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/ kota.

  1. U ndang-U ndang N omor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

  Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.

  2. Peraturan Pemerintah (PP) N omor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  PP tersebut mencantumkan bahw a bidang pekerjaan umum merupakan bidang w ajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkew ajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/ kota.

  3. Peraturan Pemerintah (PP) N omor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah

  Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina M arga,

  Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub- bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

4. Peraturan Presiden N omor 5 Tahun 2010 tentang RPJM N 2010-2014

  Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran,serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

  

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia N omor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

  Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, M enteri Pendayagunaan Aparatur N egara telah mengeluarkan Peraturan M enteri Pendayagunaan Aparatur Negara N omor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya M anusia (SDM ). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

  Program M anajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen 1. perubahan dan strategi komunikasi K/ L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

  2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/ L dan Pemda; Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan 3. fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagaw aian dan diklat;

  4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

  5. Penataan sistim manajemen SDN Aparatur meliputi penataan sistem rekrutmen pegaw ai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi

  6. Penguatan Pengaw asan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengaw asan Intern Pemerintah (APIP);

  7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

  8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/ Kota.

  9. M onitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

  

6. Instruksi Presiden N o. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan N asional

  Di dalam Inpres ini dinyatakan bahw a pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta Kew enangan masing-masing.

7. Peraturan M enteri Pekerjaan U mum N omor 14/PRT/ M / 2010 Tentang Standar Pelayanan M inimum.

  Peraturan M enteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjaw ab pemerintah kabupaten/ kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjaw ab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM .

  8. Peraturan M enteri Dalam N egeri N omor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan O rganisasi Perangkat Daerah

  Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perw ali.

  9. Permendagri N omor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan :

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kaw asan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kaw asan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

  

10. Kepmen PAN N omor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan

Pegaw ai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegaw ai N egeri Sipil

  Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegaw ai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan w aktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan. Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/ sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.1.2. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

  Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara adalah :

  Perda Kabupaten TTU No. 7 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Kabupaten TTU N o. 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten TTU 2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/ Kota saat ini.

a. Kew enangan/ Urusan Pemerintahan Daerah

  Setidaknya ada 2 (dua) hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara dalam rangka penataan kew enangan/ urusan pemerintahan daerah yakni :

  • Pada tahun 2007, Pemerintah Daerah telah menerbitkan Peraturan Bupati Timor Tengah Utara Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Sebagian Kew enangan Bupati Kepada Camat, sebagai tindak lanjut terhadap ketentuan pasal 126 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
  • M enindaklanjuti amanat pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 maka Pemerintah Daerah bersama DPRD telah membahas dan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kew enangan Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Daerah tersebut, tercantum jumlah dan uraian urusan pemerintahan daerah yang menjadi kew enangan pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Utara baik urusan w ajib maupun urusan pilihan. Urusan w ajib yang dijalankan sebanyak 26 urusan sedangkan urusan pilihan yang menjadi prioritas daerah ditentukan dengan melakukan analisa terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), mata pencaharian penduduk, pemanfaatan lahan dan pengembangan potensi yang ada di daerah.

  Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka urusan pilihan yang menjadi prioritas daerah berturut-turut sebagai berikut :  Pertanian  Kehutanan  Kelautan dan Perikanan  Perdagangan  Energi dan Sumber Daya M ineral  Industri  Pariwisata  Ketransmigrasian.

b. Kelembagaan/ SKPD

  a. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Staf Ahli.

  b. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

  Jumlah Dinas Daerah sebanyak 16 yaitu :

  1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga

  2. Dinas Kesehatan

  3. Dinas Pekerjaan Umum

  4. Dinas Kesejahteraan Sosial

  Sebagai tindaklanjut terhadap ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Pemerintah Daerah bersama DPRD telah menerbitkan 4 (empat) Peraturan Daerah tentang organisasi dan tata kerja SKPD. Ke-empat Peraturan Daerah tersebut telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara dengan rincian sebagai berikut :

  6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

  7. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

  8. Dinas Kebudayaan dan Pariw isata

  9. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

  10. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan 11.

  Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan

  12. Dinas Peternakan

  5. Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi

  Dinas Kelautan dan Perikanan 13.

  14. Dinas Kehutanan

  15. Dinas Pertambangan dan Energi

  16. Dinas Pendapatan Daerah

  c. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya.

  Jumlah Lembaga Teknis Daerah sebanyak 13 yaitu :

  1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

  2. Inspektorat Daerah

  3. BPM D dan Pemerintah Desa/ Kelurahan

  4. Badan Kesbanglinmas BKPM D 5.

  6. Bapedalda

  7. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Badan Kepegaw aian Daerah 8.

  9. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

  10. Kantor Perpustakaan Daerah

  11. Kantor Arsip Daerah

  12. Kantor Pengelolaan Data Elektronik dan Sandi Daerah

  13. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu 14. RSUD.

  3. Struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya di Kabupaten TTU saat ini melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang ditetapkan dalam Perda N o. 7 tahun 2013.

  Susunan organisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang terdiri dari :

  a. Kepala Dinas

  b. Sekretaris, membaw ahi :  Sub Bagian Umum dan Keuangan  Sub Bagian Kepegaw aian  Sub Bagian Program, Data dan Evaluasi

  Bidang Cipta Karya dan Perumahan, membaw ahi : c.

   Seksi Perencanaan Teknis dan Pengembangan  Seksi Pengaw asan dan Pengendalian  Seksi Perijinan dan Bina Jasa Konstruksi

  d. Bidang Tata Ruang, membaw ahi :  Seksi Perencanaan Ruang  Seksi Pemanfaatan Ruang  Seksi Pengendalian Ruang

  e. Bidang Kebersihan, membaw ahi :  Seksi Kebersihan dan Pertamanan  Seksi Penyehatan Lingkungan dan Air Limbah  Seksi Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan

  f. Kelompok Jabatan Fungsional

  g. UPTD Adapun bagan Struktur Organissasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten TTU terlihat pada gambar 6.1.

  Ringkasan tugas jabatan dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dan Tata Ruang 4. dalam Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/ Kota.

  a. Kepala Dinas M embantu Bupati melaksanakan sebagian tugas di sektor cipta karya dan perumahan dengan memimpin, mengorganisasikan dan mengendalikan baw ahannya, serta merumuskan kebijakan teknis guna terlaksananya program dan kegiatan teknis pada bidang cipta karya, perumahan, penataan ruang dan pengembangan kaw asan, jasa konstruksi serta bidang kebersihan dan pertamanan.

  b. Sekretaris M enjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Runag di bidang kesekretariatan yang meliputi penanganan urusan-urusan umum, kepegaw aian, keuangan, perlengkapan, perencanaan dan pelaporan dengan menjabarkan kebijakan atasan untuk dijalankan oleh para kepala sub bagian dan staf di baw ahnya.

  c. Bidang Cipta Karya dan Perumahan M enjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang kecipta-karyaan yang meliputi pengembangan permukiman, air minum dan penyehatan lingkungan, serta di bidang perumahan yang meliputi penanganan perumahan formal, perumahan sw adaya serta prasarana dan sarana perumahan, dengan menjabarkan kebijakan-kebijakan atasan dan menyusun program/ kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di baw ahnya.

  d. Bidang Tata Ruang M enjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang penataan ruang dan pengembangan kaw asaan dengan menjabarkan kebijakan- kebijakan atasan serta menyusun program/ kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di baw ahnya.

  e. Bidang Kebersihan M enjalankan sebagian tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang di bidang kebersihan dan pertamanan yang meliputi penanganan kebersihan, pengangkutan sampah, tempat pembuangan sampah serta penataan taman dan jalur hijau, dengan menjabarkan kebijakan-kebijakan atasan dan menyusun program/ kegiatan di bidang tersebut untuk dijalankan oleh para kepala seksi dan staf di baw ahnya.

  BIDAN G CIPTA KARYA KABUPATEN TIM O R TEN GAH UTARA Gambar 6.1 Bagan Struktur O rganisasi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Timor Tengah U tara KEPALA DIN AS JABATAN FUNGSIONAL

  SEKRETARIS KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SU B BAGIAN UMUM dan KEPEGAWAIAN PROGRAM , DATA

  KEPALA BIDAN G KEPALA BIDAN G KEPALA BIDAN G CIPTA KARYA & TATA RUANG KEBERSIHAN

  PERUM AHAN

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI

KEPALA SEKSI

PEREN CAN AAN PEN GAWASAN PERIJIN AN dan PEREN CAN AAN PEM AN FAATAN PEN GEN DALIAN KEBERSIH AN dan PEN YEH ATAN PEM ELIH ARAAN

TEKN IS dan dan BIN A JASA RUAN G TATA RUAN G RUAN G PERTAM AN AN LIN GKUN GAN PERALATAN

  U P T D

  V I-10

6.1.3. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jaw ab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja. Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan w ewenang untuk masing-masing bidang/ seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/ seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/ bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah. Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/ kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegaw ai dalam melakukan tugasnya. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing- masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

  

Tabel 6.1.

H ubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

Di Kabupaten Timor Tengah U tara

  U nit/ Bagian yang

Peran Instansi dalam

N o. Instansi

  M enangani

Pembangunan Bidang CK

Pembangunan Bidang CK

  1. Bappeda M elakukan pengkoordinasian Bidang Koordinasi penyusunan program dan Perencanaan, Pengendalian kegiatan, sasaran, pembinaan, Sumber Daya Alam, pengarahan teknis, pengaw asan Infrastruktur dan dan pengendalian, evaluasi dan Lingkungan Hidup pelaporan pelaksanaan

program dan kegiatan bidang

perencanaan dan pengendalian

pembangunan sumberdaya alam, infrastruktur dan

lingkungan hidup serta tugas-

tugas pembantuan agar mencapai hasil yang efektif, efisien dan akuntabel secara berkelanjutan

  2. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 1)

M enyusun program atau

rencana guna melakukan

pengembangan perumahan

dan permukiman

2) M enyusun konsep kebijakan

pembinaan teknis dibidang

penataan bangunan kota dan kaw asan khusus,

pembangunan perumahan,

prasarana lingkungan permukiman, air bersih, drainase, sanitasi,

persampahan dan prasarana

lingkungan

3) M elaksanakan pembangunan

perumahan, prasarana

lingkungan permukiman, air

bersih, drainase, sanitasi,

persampahan dan prasarana

lingkungan Bidang Cipta Karya dan

  Perumahana, Bidang Tata Ruang, Bidang Kebersihan

  3. Badan Lingkungan Hidup M erumuskan kebijakan operasional, melaksanakan pembinaan, evaluasi implementasi program

pencegahan dan pengendalian

serta pemulihan kualitas lingkungan Bidang Pengendalian

  Dampak Lingkungan dan Pengelolaan Kualitas

  4. Dinas Kesehatan M elakukan perencanaan operasional, koordinasi,

pembinaan, membagi tugas,

member petunjuk, mengatur

dan mengevaluasi dan

melaporkan penyelenggaraan

program dan kegiatan urusan

PSM dan JPKM serta Penyehatan Lingkungan Bidang Peningkatan Peran

  Serta M asyarakat dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan M asyarakat dan Penyehatan Lingkungan

  Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.

6.1.4. Kondisi Sumber Daya M anusia (SDM ) Bidang Cipta Karya

  Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegaw ai dalam unit kerja bidang Cipta Karya

  

Tabel 6.2.

Komposisi Pegaw ai Dalam U nit Kerja Bidang Cipta Karya

Di Kabupaten Timor Tengah U tara

  Jenis Latar Belakang Jabatan U nit Kerja Golongan Kelamin Pendidikan Fungsional Dinas Cipta Gol I : 12 orang Pria : 46 orang < SM A : 12 orang Jafung TBP: ...

  Karya dan Gol II : 17 orang W anita : 4 orang SM A : 21 orang orang Tata Ruang Gol III : 18 orang D3 : 1 orang Jafung TPL: ..

  

Gol IV : 3 orang S1 : 13 orang dst.

  S2 : 2 orang S3 : ... orang

6.1.5. Analisa Kelembagaan

  Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/ kota yang menangani bidang Cipta Karya.

A. Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di baw ah ini:

  1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku? Struktur organisasi perangkat kerja daerah K a b u p a t e n T T U sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 N omor 89, Tambahan Lembaran N egara Republik Indonesia N omor 4741). Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara adalah : Perda Kabupaten TTU N o. 7 tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Kabupaten TTU No. 8 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten TTU

  Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan 2. tugas dan fungsi masing-masing instansi ? Tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi sebagaimana yang audah diatur dalam Peraturan

  Bupati TTU N o. 20 Tahun 2008 Tentang Ikhtisar Jabatan, Rincian Tugas/Rincian Kegiatan Bappeda, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya Kabupaten TTU

  3. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi : Adanya kebijakan berupa landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/ kota.

  Permasalahan yang ditemui dalam organisasi perangkat kerja daerah khususnya 4. yang terkait dengan bidang cipta karya antara lain :

  a. Kurang SDM yang trampil

  b. Rendahnya koordinasi antar instansi

  c. Disiplin dan etos kerja yang rendah

  d. Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas kantor

B. Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

  Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jaw aban adalah sebagai berikut:

  1. Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/ Kota telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada : Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/ Kota telah menguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada sebagaimana yang sudah diatur dalam Peraturan Bupati TTU No. 20 Tahun 2008 Tentang Ikhtisar Jabatan, Rincian Tugas/Rincian Kegiatan Bappeda, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Lainnya Kabupaten TTU

  2. M ekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait bidang cipta karya yang terjadi selama ini : M asih adanya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dengan lembaga / dinas dan instansi lain akibat belum optimalnya koordinasi antar SKPD

  3. Keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41 tahun 2007. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten TTU sudah mencakup semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk melalui Bidang Cipta Karya dan Perumahan, Bidang Tata Ruang dan Bidang Kebersihan.

  4. Permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya antara lain adalah : a. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang sifatnya masih PLT dan saat ini merangkap sebagai Jabatan Assiten III pada Setda Kabupaten TTU b. Kurang SDM yang trampil

  f. Kompleksitas permasalahan sosial budaya di Kabupaten TTU

  3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

  1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

  Tujuan analisis Sumber Daya M anusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis SDM , beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijaw ab adalah sebagai berikut :

  h. Kurangnya kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah

  g. Dinamika politik Eksekutif dan legislatif

  e. M asih tingginya angka kemiskinan

  c. Rendahnya koordinasi antar instansi

  Semakin kompleksnya permasalahan perencanaan pembangunan daerah

  c. Kurangnya sarana prasarana d.

  b. Keterbatasan sumber daya aparatur (kualitas dan kuantitas)

  Diberlakukannya aturan-aturan baru yang berhubungan dengan perencanaan

  5. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaan perangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya antara lain adalah : a.

  e. Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas kantor

  d. M inimnya jumlah personil

C. Analisis Sumber Daya M anusia (SDM ) Bidang Cipta Karya

Tabel 6.3. M atriks kebutuhan Sumber Daya M anusia Tingkat Jumlah Pegaw ai Jumlah Pegaw ai N o. Instansi Pendidikan yang Ada yang D iperlukan

  SM A/ Sederajat 13 orang 15 orang

  1. Bappeda Diploma 5 orang 10 orang S1/ Sederajat 9 orang 10 orang S2 5 orang 8 orang S3 - orang 1 orang

  

2. Dinas Cipta Karya SM A/ Sederajat 21 orang 25 orang

dan Tata Ruang Diploma 1 orang 5 orang S1/ Sederajat 13 orang 15 orang S2 2 orang 7 orang S3 - orang 1 orang SM A/ Sederajat 6 orang 14 orang

  3. Badan Lingkungan Hidup (BLHD) Diploma 2 orang 5 orang S1/ Sederajat 15 orang 20 orang S2 4 orang 5 orang S3 - orang 1 orang

  

4. Dinas Kesehatan SM A/ Sederajat 10 orang 15 orang

Diploma 23 orang 25 orang S1/ Sederajat 20 orang 25 orang S2 7 orang 8 orang S3 - orang 1 orang SM A/ Sederajat 16 orang 20 orang

  5. PDAM Diploma 2 orang 5 orang S1/ Sederajat 7 orang 10 orang S2 1 orang 3 orang S3 - orang 1 orang D. Analisis SW O T Kelembagaan.

  Analisis SW OT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (w eaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SW OT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SW OT.

  Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W -O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W -T). Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan M atriks Analisis SW OT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SW OT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 6.4 M atriks Analisa SW OT Kelembagaan

  PELU AN G (O ) AN CAM AN (T) Faktor

  a. M embuat perangkat hukum

  a. M enjadikan SDM yang External

  b. M embentuk uni pengelola berkualitas Faktor

  c. M enambah personil

  b. Kesadaran moral dan etos Internal

  d. Peningkatan sarana dan kerja yang rendah prasarana KEKU ATAN (S)

  Strategi SO (Kuadran 1) Strategi ST (Kuadran 2)

  a. PP 41 tahun 2007

  a. M embentuk perangkat hukum

  a. Perlu adanya komitmen

  

b. PP 38 tahun 2007 yang mengatur posisi kuat dari semua personil

kelembagaan dalam melaksanakan tugas b. Penataan unit-unit pengelola tnggungjaw abnya sesuai

  c. Penataan kembali personil dengan tupoksinya M engadakan sarana prasarana Penerapan sistem d.

  b. sesuai kebutuhan pembinaan karier pegaw ai yang lebih adil sesuai jenjang karier

  KELEM AH AN (W ) Strategi W O (Kuadran 3) Strategi WT (Kuadran 4)

  

a. Kurang SDM yang M engadakan Bimtek dan Penataan kembali personil

a.

  a. trampil Bantek berdasarkan klasifikasi

  b. Rendahnya koordinasi

  b. M embuat Perda terkait kemampuan dan keahlian antar instansi penyelenggaraan kegiatan b. M embenahi sistem

  c. Disiplin dan etos kerja

  c. M erumuskan pedoman kinerja manajemen dan

yang rendah aparatur administrasi pemerintah

d. Terbatasnya sarana

  d. M enyusun SOP dan SPM menuju sistem yang

prasarana dan fasilitas dalam pengelolaan prasarana transparan, responsif,

kantor dan sarana bidang PU/ Cipta efisien dan efektif Karya c. Pembenahan dan

  e. Pengadaan sarana prasarana penyempurnaan sistem dan fasilitas kantor sesuai intensif dan disentif dalam kebutuhan rangka memotivasi kinerja

  Berdasarkan tabel SW OT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

  M enginventarisasi faktor-faktor dari metode SW OT yaitu kekuatan (internal), a. kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.

  b. M elakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SW OT, yaitu sebagai berikut.

   M engembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada  M engembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.

   M engembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahan- kelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.  M engembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman- ancaman yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

  6.1.6. Rencana Pengembangan Kelembagaan.

  Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/ kota yang menangani bidang Cipta Karya. Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SW OT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

  6.1.7. Rencana Pengembangan Keorganisasian

  Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SW OT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya. Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasukperumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

  6.1.8. Rencana Pengembangan Tata Laksana

  Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SW OT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tatalaksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

  6.1.9. Rencana Pengembangan Sumber Daya M anusia (SDM )

  Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SW OT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegaw ai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegaw aian, maka perencanaan pegaw ai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegaw ai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.5

Tabel 6.5 Pelatihan Peningkatan SDM Bidang Cipta Karya

  N o Jenis Pelatihan

Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah N egara Pusat,

  1 Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis

  2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung N egara

  3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah N egara Golongan III

Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

  5 Bangunan Gedung dan Lingkungan

  6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

  7 Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

  8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan

  9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan

  10 Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap

  11 Darurat Bencana

  12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses H ibah/ Alih Status Barang M ilik N egara

  13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIM AK BM N

  14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegaw ai

  15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegaw ai

  16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)

  17 Diklat Jabatan Fungsional

  Setelah melakukan analisis SW OT maka tim perumus RPI2-JM perlu melakukan perencanaan pengembangan kapasitas kelembagaan yang dirangkum dalam tabel strategi dan rencana aksi yang meliputi aspek keorganisasian, tata laksana, dan sumber daya manusia seperti tabel 6.6 di baw ah ini.

Tabel 6.6 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan

  ASPEK KELEM BAGAAN STRATEGI REN CAN A AKSI

  a. Penataan unit2 pengelola  Penataan kembali penempatan

  b. M embenahi sistem manajemen personil kerdasarkan kualifikasi dan administrasi Pemerintah kemampuan dan keahliannya menuju sistem yang transparan. disesuaikan dengan bidang Responsif, efesien dan efektip. tugasnya.

  c. Pembenahan & penyempurnaan  M embentuk unit-unit pengelola sistem insentif dan disentif kegiatan sesuai dengan bidang

  O rganisasi dalam rangka memotivasi kegiatan yang ada. kinerja.

   M embentuk perangkat hukum yang mengatur posisi dan fungsi kelembagaan demi terjaminnya kualitas dan pola kebijaksanaan.  M engadakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan analisis kebutuhan yang

  ASPEK KELEM BAGAAN STRATEGI REN CAN A AKSI mendukung peningkatan kinerja.

  a. M embentuk perangkat hukum yg  M embuat peraturan Daerah mengatur posisi kelmbagaan yang terkait dengan

  b. M engadakan SP sesuai analisis penyelenggaraan kegiatan ke- kebutuhan Cipta Karya-an.

  c. M engadakan bimtek dan bantek  M enyusun Standard Operating

  d. M embuat Perda terkait Prosedur (SOP) dan Standard penyelengaraan kegiatan Pelayanan M inimal (SPM ) dalam e. M erumuskan pedoman kinerja pengelolaan Prasarana dan Srana aparatur

  Tatalaksana bidang PU/Cipta Karya M enyusun Standard Operating f.

   M engembangkan & Prosedur (SOP) dan Standard merumuskan moral dan etos Pelayanan M inimal (SPM ) dalam kerja sebagai pedoman dalam pengelolaan Prasarana dan Srana kinerja aparatur. bidang PU/Cipta Karya

   M embenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.

  a. Penataan kembali personi

  1.Peningkatan SDM

  b. Perlu adanya komitmen kuat dari  M enambah jumlah PNS Dinas semua PN S dalam bekerja Kimprasw il yg berkualifikasi Penataan kembali personil

  

c. teknis

berdasarkan klasifikasi  M elakukan Bimbingan Teknis kemampuan & keahlian dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of know ledge baik manajemen pengelolaan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/ Cipta Karya.

   Penerapan sistem pembinaan karier pegaw ai yang lebih adil sesuai jenjang karier.

  Sumber Daya M anusia dan

   Pembenahan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja.

  2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja kendaraan

   Pengadaan operasional sesuai dengan kebutuhan  Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)  Pengadaan Perpustakaan Dinas. Kerangka Kelembagaan ini diperlukan untuk mengarahkan tugas dan fungsi pengeloaan AM , Sanitasi dan Kaw asan Kumuh agar berjalan lancar dan tertata dengan baik. M elihat struktur kelembagaan yang ada, sebenarnya sudah ada biidang atau seksi yang menangani AM dan sanitasi namun belum berjalan baik dan maksimal. Demikian juga dengan kelembagaan yang menangani kumuh hampir tidak ada kecuali penanganan hunian. Beberapa permasalahan kelembagaan yang ada di kabupaten/ kota terkait pengeloaan AM , Sanitasi dan penanganan/pencegahan kumuh, sebagai berikut : o

  Belum maksimalnya/ belum ada sistim kelembagaan di tingkat desa (SAB/ SPAM ) yang o mengatur pengelolaan air bersih (air minum) dan sanitasi o Belum terpikirkan kebijakan atau regulasi yang jelas melalui pihak sw asta atau investor Belum maksimal koordinasi tingkat SKPD didalam penetapan kebijakan/sistim o pengelolaan air limbah dan persampahan o Belum seragamnya SKPD yang mengangaani infrastruktur ke-ciptakaryaan o Fungsi operator dan regulator belum dilakukan secara proporsional o M asih sangat terbatas SDM yang terkait pengelolaan Terbitnya PP N o.18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkup SKPD tingkat kabupaten dan provinsi. M elihat akan permasalahan – permasalahan diatas, maka diusulkan untuk tidak membuat struktur organisasi yang baru melainkan memperkuat struktur organisasi yang sudah ada dengan melakukan restrukturisasi atau optimalisasi dengan menanbah fungsi sesuai kebutuhan. Penambahan fungsi dimaksud dengan cara melengkapi seksi-seksi terkait AM , Kumuh dan Sanitasi. Selain itu menambah point tentang pembinaan dan penataan infrastruktur pasca konstruksi untuk air minum, limbah, sampah serta pembentukan kelembagaan pengeloaan tingkat masyarakat di desa. Restrukturisasi kelembagaan terkait kegiatan bidang Cipta Karya di kabupaten TTU diusulkan sebagai berikut :