Bertanam Bawang Merah Tak Kenal Musim
Penyusun:
Tim PUSTAKA
IAARD PRESS
2017 Cetakan 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang ©Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian 2017
Katalog dalam terbitan (KDT) PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN Bertanam bawang merah tak kenal musim/Penyusun, Tim PUSTAKA.
- Jakarta: IAARD Press, 2017. viii, 108 hlm.: ill.; 25 cm
ISBN 978-602-344-174-7
1. Bawang Merah 2. Budidaya 3. Pascapanen I. Judul.
635.263
IAARD Press ANGGOTA IKAPI NO: 445/DKI/2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................1
BAB 2 BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA .......5 A. Asal-Usul dan Nama Khas Bawang Merah ..................................7 B. Morfologi Tanaman Bawang Merah ............................................7 C. Area Tanam dan Produksi Bawang Merah ................................10 D. Nilai Gizi dan Manfaat Bawang Merah ......................................13 E. Bawang Merah dalam Tradisi Masyarakat Indonesia ...............14BAB 3 VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU ............................17
A. Varietas Unggul Bawang Merah ................................................18 B. Benih Bawang Merah Bermutu ..................................................28BAB 4 BUDI DAYA BAWANG MERAH ..................................................31
A. Perencanaan Tanam ....................................................................33 B. Pengolahan Lahan ......................................................................35 C. Pemupukan Dasar dan Penanaman ..........................................37 D. Pemupukan Susulan ....................................................................40 E. Pemeliharaan ...............................................................................41BAB 5 BUDI DAYA BAWANG MERAH OFF-SEASON ..........................45
BAB 6 TRUE SHALLOT SEED, HARAPAN BARU PERBENIHAN BAWANG MERAH ......................................................................53 A. Masalah dalam Perbenihan Bawang Merah .............................54 B. Mengenal Teknologi TSS............................................................55 C. Masalah yang Dihadapi ..............................................................56 D. Komponen Teknologi TSS .........................................................57 E. Konsep Perbenihan Bawang Merah dengan Teknologi TSS .....61BAB 7 PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT UTAMA BAWANG MERAH ......................................................................63 A. Jenis Hama Tanaman Bawang Merah .......................................64 B. Penyakit Utama Tanaman Bawang Merah ................................70 C. Pengendalian Terpadu OPT Bawang merah ............................75
BAB 8 PANEN DAN PASCAPANEN BAWANG MERAH .......................83
A. Panen ..........................................................................................84 B. Penanganan Pascapanen ...........................................................86 C. Teknologi Instore Drying ............................................................91 D. Teknologi Cold Storage..............................................................94BAB 9 ANEKA PRODUK OLAHAN BAWANG MERAH ........................95
A. Acar Bawang Merah ...................................................................97 B. Bawang Merah Iris Kering ..........................................................98 C. Pasta Bawang Merah ..................................................................99 D. Bawang Merah Goreng ............................................................100 E. Tepung Bawang Merah ............................................................101 F. Minyak Bawang Merah .............................................................102BAB 10 PENUTUP ..................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................105KATA PENGANTAR
Buku Bertanam Bawang Merah Tak Kenal Musim disusun sebagai bahan informasi dari Kementerian Pertanian tentang kebijakan pengembangan budi daya bawang merah dalam periode lima tahun ke depan (2015– 2019). Informasi tentang kebijakan diuraikan secara ringkas, ditambah dengan informasi berbagai inovasi yang direkomendasikan untuk dapat diimplementasikan di lapangan.
Buku ini secara khusus dimaksudkan untuk memberikan bekal dan wawasan kepada para penyuluh di lapangan tentang inovasi teknologi budi daya bawang merah. Inovasi tersebut diharapkan dapat diterapkan secara utuh dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sekaligus menyukseskan program pemerintah untuk swasembada pangan di Indonesia.
Bagi para penyuluh yang memerlukan informasi yang lebih mendalam dapat langsung menghubungi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Jakarta atau unit kerja di bawahnya, yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Bogor. Selain itu, di setiap provinsi juga terdapat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang dapat memberikan informasi tentang inovasi-inovasi yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Terima kasih kepada para peneliti bawang merah di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah menghasilkan berbagai inovasi untuk kemajuan pertanian di Indonesia. Terima kasih pula kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan, penyuntingan, dan penyelesaian buku ini. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya para penyuluh.
Jakarta, Oktober 2017 Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian Hari Priyono
Menteri Pertanian saat menghadiri panen raya bawang merah di Desa Sangia,
Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat pada 22 Juni 2015.
Sumber: Setjen KementanBAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha tani bawang merah (Allium ascalonicum L) diarahkan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, memenuhi kebutuhan bahan baku industri, substitusi impor, dan mengisi peluang pasar. Prospek peningkatan ekspor cukup tinggi, khususnya untuk pasar Malaysia, Singapura, Taiwan, Timor Leste, dan Hongkong. Walaupun ada persaingan dari Thailand, Filipina, dan Vietnam, ekspor masih terbuka untuk ditingkatkan jika produksi bawang merah dapat ditingkatkan.
Salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha tani bawang merah adalah ketersediaan benih/bibit bermutu. Produsen benih di dalam negeri terus meningkatkan kapasitas produksinya, termasuk benih bawang merah dari biji. Mutu benih yang bervariasi dan beragamnya tingkat kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi, berpengaruh pada pencapaian produktivitas yang cenderung di bawah potensi produksi. Produktivitas bawang merah di Indonesia rata-rata hanya sekitar 9,48 ton/ ha, jauh di bawah potensi produksi yang berada di atas 20 ton/ha. Meskipun volume produksi per tahun lebih tinggi daripada kebutuhan konsumsi, distribusi yang tidak merata sepanjang tahun dan mekanisme stok yang belum berjalan dengan baik menyebabkan produksi saat in season tidak mampu mencukupi kebutuhan saat off season . Dengan demikian, fluktuasi harga bawang merah masih selalu terjadi.
Untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap benih impor, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah merilis varietas-varietas bawang merah yang sesuai dengan kondisi agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia, seperti Katumi, Bima Brebes, Kuning, Kramat-1, Kramat-2, Sembrani, Maja Cipanas, Trisula, Pikatan, Pancasona, Mentes, TSS Agrihort 1, dan TSS Agrihort 2. Penyediaan benih dilakukan untuk jenis benih sumber dan benih sebar, baik dalam bentuk umbi maupun biji. Di samping varietas unggul, juga dikembangkan teknologi budi daya dan pascapanen (instore dryer, cold storage, dan lain-lain).
Beberapa varietas disiapkan untuk kondisi di luar musim yang adaptif musim hujan, yaitu Trisula (potensi hasil 21,21 ton/ha), Sembrani (24,4 ton/ ha), Pancasona (23,7 ton/ha), dan Bima (18 ton/ha. Varietas ini selain adaptif musim hujan, juga cocok untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.
Kementerian Pertanian juga menetapkan berbagai kebijakan perbe- nihan bawang merah, yaitu: 1) mandiri benih di semua sentra produksi, 2) menyediakan benih bermutu varietas unggul yang diminati masyarakat, 3) menumbuhkan penangkar benih di semua sentra produksi, 4) meningkatkan kapasitas produksi benih di BBH dan penangkar, 5) menerapkan sertifikasi benih dalam produksi benih bawang merah, 6) mengawasi peredaran
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
benih bawang merah, 7) sosialisasi penggunaan benih bermutu varietas unggul, 8) melengkapi sarana prasarana (gudang benih dan pengairan), 9) menggali potensi varietas asal lokal, serta 10) pengembangan varietas TSS.
Di samping itu juga dilakukan pembinaan kepada petani untuk memperbaiki penerapan teknologi budi daya yang lebih baik, efisien, dan ramah lingkungan, seperti penerapan praktik budi daya yang baik (Good
Agricultural Practices/GAP), Sekolah Lapang/SL-GAP, Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT), percontohan budi daya penerapan GAP, penggunaan benih berlabel, penerapan rekomendasi teknologi, dan lain-lain.
Menteri Pertanian Dr. Andi Amran Sulaiman menargetkan swasembada bawang merah dilanjutkan dengan peningkatan ekspor pada tahun 2017. Untuk itu, bantuan sarana produksi secara selektif diberikan kepada kelompok tani agar menjadi pemicu peningkatan produktivitas sehingga dapat mendekati potensi produksinya. Sumber: Bal itsa
Perlunya pembinaan kepada petani dalam penerapan teknologi budi daya yang lebih baik, efisien, dan ramah lingkungan PENDAHULUAN BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM Umbi bawang merah varietas Bima Brebes siap panen. Sumber: Balitsa
Permasalahan cabai menjadi perhatian khusus Menteri Pertanian karena harganya yang kerap naik dan turun serta menjadi salah satu komoditas yang ikut andil dalam laju inflasi. Oleh karena itu, sejak tahun 2016 Kementerian Pertanian melakukan upaya khusus pengembangan cabai untuk mengembangkan agribisnis cabai dalam bentuk kawasan, memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor terutama cabai olahan, meningkatkan daya saing untuk ekspor, dan menjaga stabilitas harga di dalam negeri.
Selain itu, Menteri Pertanian juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan lahan pekarangannya untuk menanam cabai melalui Gerakan Tanam Cabai (Gertam Cabai), dan pemerintah telah menyiapkan bibit cabai untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Untuk menyukseskan gerakan tersebut, Kementerian Pertanian melibatkan Tim Penggerak PKK (TP PKK) Pusat dan Daerah serta organisasi lainnya, seperti
IWAPI, Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU), dan lain-lain. Gerakan tersebut mengajak masyarakat menanam cabai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri sehingga saat harga cabai naik, tidak ada kekhawatiran berlebih. Menteri Pertanian berharap setiap rumah tangga menanam cabai setidaknya 20 pohon di rumahnya. Terdapat sekitar 126 juta wanita dan 67 juta rumah tangga, serta 10 juta hektare lahan pekarangan di seluruh
BAB 2 Indonesia yang kebanyakan belum dimanfaatkan. Senada dengan Menteri Pertanian, Ibu Tjahjo Kumolo selaku ketua Tim Penggerak PKK Pusat mengajak para ibu untuk menyukseskan program ini. PKK juga memiliki program ‘Pemanfaatan Lahan Pekarangan’. Penanaman BAWANG MERAH
cabai di lahan pekarangan merupakan salah satu solusi untuk membantu penyediaan cabai secara berkelanjutan di tingkat rumah tangga sekaligus
BAGI INDONESIA
untuk mengurangi kemiskinan. Karena ditanam di pekarangan sendiri, setiap rumah tangga akan terjamin keamanan pangannya. Gerakan ini akan
DAN MANFAATNYA
terus dilanjutkan supaya ibu-ibu bisa produktif. Sementara itu, para petani cabai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri dan mengurangi impor cabai olahan yang saat ini masih cukup besar. Selama ini cabai industri masih banyak disuplai oleh Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Tengah.
Untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap benih cabai impor, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah merilis varietas-varietas cabai unggul dan diminati pasar. Sementara pengembangannya di masyarakat dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura dan didukung oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
Bawang merah termasuk salah satu komoditas hortikultura unggulan yang sudah sejak lama diusahakan petani. Pemanfaatannya terutama sebagai bumbu masakan dan obat tradisional. Sebagai bumbu, bawang merah tidak tergantikan dengan bahan lain sehingga permintaannya terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.
Di Indonesia, bawang merah dibudidayakan di wilayah dataran rendah hingga dataran tinggi. Sistem budi dayanya berkembang dari cara tradisional yang bersifat subsisten ke cara budi daya intensif dan berorientasi pasar. Sentra produksinya terdapat di Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Temanggung, Kendal, Demak, Pati, dan Grobogan), Jawa Timur (Bojonegoro, Nganjuk, Malang, dan Probolinggo), Jawa Barat (Cirebon, Bandung, Indramayu, Garut, dan Majalengka), dan Nusa Tenggara Barat (Bima dan Lombok Timur).
Prospek perkembangan bawang merah Indonesia di kancah dunia cukup baik mengingat Indonesia merupakan salah satu negara eksportir bawang merah di dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture
Organization (FAO) tahun 2009–2013, Indonesia menempati urutan
keempat setelah Selandia Baru, Prancis, dan Belanda, sementara di Asia Tenggara, Indonesia masuk di urutan pertama.
Sumber: Pustaka
Bawang merah masih menjadi komoditas unggulan bagi para petani
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
A. Asal-Usul dan Nama Khas Bawang Merah
Tanaman bawang merah telah dikenal sejak masa dinasti pertama dan kedua bangsa Mesir (3200–2700 SM). Dibuktikan dengan lukisan-lukisan bawang merah pada patung-patung dan tugu-tugu peninggalan mereka.
Daerah asal tanaman bawang merah berbeda-beda. Menurut sejumlah literatur, tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia. Sebagian literatur menyebutkan asalnya dari Asia Tengah, terutama Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan Mediterania. Sumber lain menyebutkan bawang merah berasal dari Iran dan pegunungan di sebelah utara Pakistan. Namun, ada juga yang menyebutkan asal tanaman ini dari Asia Barat dan Mediterania yang kemudian berkembang ke Mesir dan Turki.
Negara-negara di Eropa Barat dan Eropa Timur mengenal bawang merah mulai abad ke-8. Dari sini kemudian bawang merah menyebar ke daratan Amerika, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Penyebaran ini berhubungan dengan perburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah Timur Jauh, termasuk Indonesia.
Indonesia mulai mengenal tanaman bawang merah sekitar awal abad ke-19. Namun, spesies lokal sejenis bawang merah telah ada dan dikenal sebagai tanaman liar. Masyarakat Indonesia memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk tanaman bumbu dapur ini. Berbagai sebutan untuk bawang merah yaitu bawang mirah (Aceh), pia (Batak), bawang sirah/ dasun sirah (Minangkabau), bawang abang (Palembang), bawang suluh (Lampung), bawang beureum/bawang acar (Sunda), brambang/bawang abang (Jawa), jasum bang/jasum merah (Bali), lasuna eja (Makassar), lasuna mahamu/lasuna mahendeng (Minahasa), bawa/bawang (Halmahera Utara), bawa ririha/bawa rorika (Ternate), dan bawa kohori (Tidore).
B. Morfologi Tanaman Bawang Merah
Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam genus
Allium dari famili Liliaceae. Morfologi fisik tanaman bawang merah bisa
dibedakan menjadi bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sementara bagian generatif meliputi bunga, buah, dan biji.
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
Akar (a) Batang semu
(b) Batang sejati Sumber: AKK, 2004Daun Bunga
Morfologi tanaman bawang merah: akar, daun, batang dan bunga
Bawang merah memiliki akar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15–30 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2–5 mm. Akar tanaman bawang merah tersusun atas akar pokok (primary root), akar adventif (adventitious root), akar muda (initial root), dan bulu akar. Akar pokok berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif, sementara bulu akar berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah.
Bawang merah memiliki batang sejati dan batang semu. Batang sejati disebut discus, berbentuk seperti cakram, tipis, dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas. Batang semu berada di atas
discus, tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang. Batang akan
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM tampak pada tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan.Daun bawang merah berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbentuk silinder seperti pipa memanjang dan berongga, serta ujungnya meruncing, berukuran panjang lebih dari 45 cm. Pada daun yang baru bertunas biasanya belum terlihat adanya rongga. Rongga terlihat jelas saat daun tumbuh membesar. Daun pada bawang merah berfungsi sebagai tempat fotosintesis dan respirasi. Mendekati umur panen, daun akan menguning, terkulai, dan akhirnya mengering, dimulai dari daun bagian bawah. Daun relatif lunak, jika diremas akan berbau spesifik seperti bau bawang merah. Setelah kering dijemur, daun melekat kuat dengan umbi sehingga memudahkan dalam pengangkutan dan penyimpanan.
Tanaman bawang merah dapat berbunga dan membentuk biji. Pembungaan ini ditentukan oleh kondisi lingkungan, iklim, dan varietas. Bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya 30–90 cm dan di ujungnya terdapat 50–200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5–6 helai daun bunga berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuningan, 1 putik, dan bakal buah berbentuk hampir segitiga.
Buah bawang merah berbentuk bulat dengan ujung tumpul membungkus biji berjumlah 2–3 butir. Biji berbentuk pipih, berwarna putih saat muda dan berubah menjadi hitam setelah tua.
Umbi berada di dalam tanah bersama dengan akar. Ukuran umbi dipengaruhi oleh proses fisiologis tanaman, penyerapan hara oleh akar, serta kondisi iklim dan lingkungan tempat tanaman bawang merah tumbuh.
Sumber: Pustaka Tanaman bawang merah yang telah berumbi
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
C. Area Tanam dan Produksi Bawang Merah
Pertanaman bawang merah terdapat hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan sentra produksi berada di Jawa Tengah (Kabupaten Brebes, Demak, Kendal, dan Tegal), Jawa Timur (Kabupaten Nganjuk, Probolinggo, Sampang, Bojonegoro, dan Pamekasan), Jawa Barat (Kabupaten Bandung, Majalengka, Cirebon, dan Garut), dan Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Bima dan Lombok Timur). Pada periode 2012–2016, keempat provinsi tersebut berkontribusi sebesar 83% terhadap total luas panen nasional yang mencapai 149.635 ha pada tahun 2016 (Tabel 1), sementara untuk produksi, kontribusinya mencapai 85% dari total produksi (rata-rata produksi tahun 2012–2016).
Tabel 1. Luas panen bawang merah Indonesia, 2012–2016 Luas panen (ha) Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016
Sumatera Utara 1.581 1.048 1.003 1.238 1.538
Sumatera Barat 3.670 4.144 5.941 5.505 6.032
Jawa Barat 11.438 11.257 12.532 12.333 14.060
Jawa Tengah 35.828 36.715 46.233 42.631 53.331
DI Yogyakarta 1.180 893 1.287 1.029 1.305
Jawa Timur 22.323 26.030 30.652 30.783 36.173
Bali 766 658 911 765 1.470
Nusa Tenggara Barat 12.333 9.277 11.518 14.524 19.275
Sulawesi Tengah 1.765 1.307 1.315 1.670 1.804
Sulawesi Selatan 4.518 4.569 5.218 7.019 9.393
Provinsi lainnya 4.117 3.039 4.049 4.629 5.254
Total 99.519 98.937 120.704 122.126 149.635
Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura
Pada periode tahun 2012–2016, produksi bawang merah mengalami peningkatan 10,4% per tahun. Pada tahun 2012, produksinya masih di angka 0,96 juta ton kemudian meningkat menjadi 1,44 juta ton pada 2016. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas panen yang mencapai 10,3% per tahun dan produktivitas yang naik hampir 0,3% per tahun (Tabel 2).
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
Tabel 2. Produksi bawang merah Indonesia, 2012–2016 Produksi (t) Provinsi 2012 2013 2014 2015 2016 Sumatera Utara 14,156 8,305 7,810 9,971 13,368 Sumatera Barat 35,838 42,791 61,335 61,568 66,543 Jawa Barat 115,896 115,585 130,082 129,148 141,504 Jawa Tengah 381,813 419,472 519,356 471,169 546,685 DI Yogyakarta 11,855 9,541 12,360 8,799 12,241 Jawa Timur 222,862 243,087 293,179 277,121 304,521 Bali 8,666 7,977 11,884 10,147 18,024 Nusa Tenggara Barat 100,989 101,628 117,513 160,201 211,804 Sulawesi Tengah 7,272 4,400 6,923 8,869 9,088 Sulawesi Selatan 41,238 44,034 51,728 69,889 96,256 Provinsi lainnya 23.614 13.954 21.816 22.307 26.826 Total 964,195 1,010,773 1,233,984 1,229,184 1,446,860
Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura Sumber: Pustaka
Pertanaman bawang merah di Tomohon, Sulawesi Utara
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
Musim tanam puncak bawang merah di Indonesia terjadi pada musim kemarau, sekitar bulan April–Oktober. Puncak panen bawang merah di Indonesia terjadi 6–7 bulan setiap tahun dan terkonsentrasi pada bulan Juni–Desember/Januari, sedangkan bulan kosong panen terjadi pada Februari–Mei. Pada saat bulan kosong tersebut biasanya terjadi impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Pada tahun 2016, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengintensifkan program upaya khusus peningkatan produksi bawang merah dengan sasaran menjamin ketersediaan bawang merah sepanjang tahun, menstabilkan harga, dan menumbuhkan kemandirian produksi bawang merah di setiap pulau. Program upaya khusus peningkatan produksi bawang merah mencakup ekstensifikasi lahan di luar Pulau Jawa dan penanaman bawang merah di luar musim (off season). Sejak teknologi penanaman bawang merah di luar musim diterapkan oleh petani, khususnya di daerah-daerah sentra produksi bawang merah, kebutuhan bawang merah pada bulan Februari–Mei dapat dipenuhi sehingga impor bawang merah dapat dihentikan. Sebaliknya pada bulan puncak panen, untuk menstabilkan harga bawang merah, petani mengekspor kelebihan produksinya ke mancanegara.
Volume (t) 100.000 95.156 93.738
80.000
72.655
60.000 volume ekspor volume impor40.000 18.754 20.000 15.796 4.982 4.439
736 8.418 Sumber: BPS 18 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Perkembangan volume ekspor-impor bawang merah konsumsi
(kode HS 0703102900) tahun 2012–2016
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
D. Nilai Gizi dan Manfaat Bawang Merah
Kandungan gizi bawang merah (nilai gizi per 100 g) menurut National
Nutrient Database tercantum pada Tabel 3. Secara keseluruhan, bawang
merah memiliki profil nutrisi yang lebih baik daripada bawang bombai karena mengandung antioksidan, mineral, dan vitamin yang lebih banyak. Bawang merah merupakan sumber vitamin A, B, dan E. Juga kaya akan vitamin C, terutama ketika dikonsumsi dalam bentuk segar. Bawang merah juga sumber mineral kalium yang baik, yang penting untuk mengontrol tekanan darah.
Tabel 3. Komposisi zat gizi bawang merah per 100 g bahan Komponen Satuan Nilai Energi Protein Total lemak Karbohidrat Total serat Total gula Kalsium, Ca Besi, Fe Magnesium, Mg Fosfor, P Kalium, K Natrium, Na Vitamin A, IU Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin C, total Folat kkal g g g g g mg mg mg mg mg mg
IU mg mg mg mg µg
72 2,5 0,1 16,8 3,2 7,87
37 1,2
21
60 334
12
4 0,06 0,02 0,2
8
34 Sumber: https://ndb.nal.usda.gov
Bawang merah kaya akan antioksidan flavonoid seperti kuersetin dan kaemferol. Kuersetin mampu menurunkan risiko serangan penyakit jantung dan kanker. Bawang merah juga mengandung senyawa antioksidan sulfur seperti dialil disulfida, dialil trisulfida, dan alil propil disulfida. Komponen tersebut akan menjadi alisin melalui reaksi enzimatik saat bawang dikupas atau diiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alisin dapat mengurangi produksi kolesterol serta memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, dan antijamur. Alisin juga dapat menurunkan kekakuan pembuluh darah sehingga membantu menurunkan tekanan darah serta menghambat
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
pembentukan bekuan trombosit di dalam pembuluh darah yang membantu menurunkan risiko penyakit arteri koroner, vaskuler, dan serangan stroke. Senyawa fitokimia alium dan alil disulfida pada bawang merah memiliki sifat antimutagenik (melindungi dari kanker) dan antidiabetes (membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes).
Dalam bukunya Umbi Ajaib Tumpas Penyakit, Utami dan Mardiana menyebutkan beberapa komponen fitokimia yang berkhasiat dari bawang merah sebagai berikut.
1. Flavonglikosida; ampuh membunuh bakteri sehingga dapat digunakan untuk pengobatan pada infeksi agar tidak meradang.
2. Minyak atsiri; menghasilkan aroma khas yang dapat menghilangkan pusing dan mabuk perjalanan serta melancarkan peredaran darah.
3. Dihidroaliin; membantu melancarkan pengeluaran air seni.
4. Saponin; ampuh mengencerkan dahak pada gangguan batuk.
5. Floroglusin; menurunkan suhu tubuh dan mencegah munculnya sel kanker pada tubuh manusia.
6. Peptida; membantu mengurangi kadar gula dalam darah sehingga dapat mengobati diabetes.
7. Sikloaliin, metialiin, kuersetin, dan kaempferol; ampuh menurunkan suhu tubuh (obat demam).
E. Bawang Merah dalam Tradisi Masyarakat Indonesia
Bawang merah digunakan dalam hampir semua jenis masakan Indonesia, sebagai bumbu dasar atau pelengkap untuk memberikan cita rasa gurih yang khas. Paling tidak, bawang merah digunakan sebagai taburan masakan dalam bentuk bawang goreng. Dalam tradisi masyarakat Indonesia, sate kambing biasa dihidangkan bersama acar bawang. Hal tersebut merupakan kearifan lokal bahwa bawang merah berkhasiat untuk menstabilkan tekanan darah usai mengonsumsi daging kambing.
Selain sebagai bumbu dan pelengkap makanan, bawang merah telah turun-temurun dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan makanan untuk terapi kesehatan (food therapy). Jaelani melalui bukunya Khasiat Bawang
Merah memaparkan sejumlah khasiat serta cara penggunaan bawang
merah untuk menurunkan demam, mengobati sakit kepala, menyembuhkan sariawan dan pilek, mencegah masuk angin dan perut kembung, mengobati disentri, mengatasi sembelit, menyembuhkan rematik, mengobati asma dan bronkitis kronis, menyembuhkan batuk, mengatasi influenza, menyehatkan jantung, mengobati diabetes melitus, mengatasi gangguan pencernaan, mengatasi obesitas, mengobati bisul, mengobati luka memar, mencegah BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM kanker, meningkatkan daya tahan tubuh, dan lain-lain.
Sumber: anekar esepnusantara.info Sate dengan taburan irisan bawang merah
Berikut beberapa khasiat bawang merah yang dimanfaatkan dalam racikan obat tradisional oleh masyarakat Indonesia.
1. Mengobati sakit kepala Untuk meredakan sakit kepala, siapkan 30 g bawang merah, 10 g jahe, 30 g lokio, dan gula merah secukupnya. Rebus semua bahan dalam 400 ml air hingga mendidih dan air tinggal setengahnya. Saring air rebusan dan minum selagi hangat.
Racikan lain untuk meredakan sakit kepala adalah dengan menyiapkan 30 g bawang merah yang telah dikupas, 30 g bunga cengkih yang telah ditumbuk halus, dan 1 sendok makan minyak zaitun. Rebus bahan-bahan hingga mendidih, lalu dinginkan dan saring airnya. Ambil minyaknya, oleskan pada tempat yang sakit dan minum 1 sendok sebelum tidur.
2. Menyembuhkan sariawan Untuk mengobati sariawan, ambil 2 siung bawang merah, 2 belimbing wuluh matang, 5 lembar daun sirawan, 5 g adas, dan 2 ruas jari pulasari.
Rebus dengan 400 ml air hingga tersisa setengahnya. Saring airnya, lalu minum. Air rebusan bawang merah mengandung asam kaprilat yang berfungsi sebagai bahan antiseptik dan antijamur alami.
BAWANG MERAH BAGI INDONESIA DAN MANFAATNYA
3. Menyembuhkan pilek Untuk menyembuhkan pilek, hiruplah uap dari irisan bawang merah mentah atau minyak bawang untuk melegakan pernapasan. Tumbuk 2 siung bawang merah, campur dengan perasan jeruk nipis, dan minum airnya. Lakukan terapi ini minimal dua kali sehari. Uap bawang merah berfungsi sebagai dekongestan yang mengencerkan lendir sehingga lebih mudah dikeluarkan dari rongga hidung.
4. Mencegah masuk angin dan perut kembung Untuk menyembuhkan masuk angin, ambil 2–4 siung bawang merah, haluskan, dan tambahkan minyak kayu putih secukupnya. Lalu gosokkan pada daerah sekitar leher, punggung, dada, dan perut. Cara lain, gunakan setengah cangkir bawang merah segar, peras, dan ambil airnya. Ambil pula seperempat cangkir daun halba (Eucalyptus
alba), rebus, dan ambil air rebusannya sebanyak 100 ml. Campurkan
air perasan bawang merah dan air rebusan daun halba, tambahkan 2 sendok makan madu, dan minum sehari sekali selagi hangat.
Resep lain untuk mengobati masuk angin adalah dengan merebus 400 ml air, 2 siung bawang merah, 4 butir kapulaga, 5 g adas, 15 g jahe, dan gula merah secukupnya. Saring air rebusan dan minum selagi hangat.
5. Mengobati disentri Untuk mengobati disentri, ambil 3 siung bawang merah, 10 g kulit delima kering, setengah sendok teh adas, dan satu ruas jari pulasari.
Rebus dalam setengah liter air hingga mendidih. Angkat bila air rebusan tinggal sekitar 200 ml, lalu saring dan minum.
Resep lainnya untuk mengatasi disentri adalah ambil 2 siung bawang merah dan 30 g daun jambu biji beserta kulit batangnya. Rebuslah dalam 400 ml air hingga tinggal setengahnya. Minum air saringan selagi masih hangat dan lakukan terapi dua kali sehari.
6. Mengobati konstipasi/sembelit Untuk mengatasi konstipasi, ambil setengah cangkir bawang merah, blender hingga halus. Tambahkan satu cangkir (200 ml) susu murni, o lalu masak hingga suhu 80
C. Minumlah ramuan tersebut setiap pagi hingga buang air besar lancar kembali.
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
Permasalahan cabai menjadi perhatian khusus Menteri Pertanian karena harganya yang kerap naik dan turun serta menjadi salah satu komoditas yang ikut andil dalam laju inflasi. Oleh karena itu, sejak tahun 2016 Kementerian Pertanian melakukan upaya khusus pengembangan cabai untuk mengembangkan agribisnis cabai dalam bentuk kawasan, memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor terutama cabai olahan, meningkatkan daya saing untuk ekspor, dan menjaga stabilitas harga di dalam negeri.
Selain itu, Menteri Pertanian juga mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan lahan pekarangannya untuk menanam cabai melalui Gerakan Tanam Cabai (Gertam Cabai), dan pemerintah telah menyiapkan bibit cabai untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Untuk menyukseskan gerakan tersebut, Kementerian Pertanian melibatkan Tim Penggerak PKK (TP PKK) Pusat dan Daerah serta organisasi lainnya, seperti
IWAPI, Muslimat Nahdlatul Ulama (MNU), dan lain-lain. Gerakan tersebut mengajak masyarakat menanam cabai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri sehingga saat harga cabai naik, tidak ada kekhawatiran berlebih. Menteri Pertanian berharap setiap rumah tangga menanam cabai setidaknya 20 pohon di rumahnya. Terdapat sekitar 126 juta wanita dan 67 juta rumah tangga, serta 10 juta hektare lahan pekarangan di seluruh
BAB 3 Indonesia yang kebanyakan belum dimanfaatkan. Senada dengan Menteri Pertanian, Ibu Tjahjo Kumolo selaku ketua Tim Penggerak PKK Pusat mengajak para ibu untuk menyukseskan program ini. PKK juga memiliki program ‘Pemanfaatan Lahan Pekarangan’. Penanaman VARIETAS UNGGUL DAN
cabai di lahan pekarangan merupakan salah satu solusi untuk membantu penyediaan cabai secara berkelanjutan di tingkat rumah tangga sekaligus
BENIH BERMUTU
untuk mengurangi kemiskinan. Karena ditanam di pekarangan sendiri, setiap rumah tangga akan terjamin keamanan pangannya. Gerakan ini akan terus dilanjutkan supaya ibu-ibu bisa produktif. Sementara itu, para petani cabai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri dan mengurangi impor cabai olahan yang saat ini masih cukup besar. Selama ini cabai industri masih banyak disuplai oleh Jawa Timur, Lampung, dan Jawa Tengah.
Untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap benih cabai impor, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah merilis varietas-varietas cabai unggul dan diminati pasar. Sementara pengembangannya di masyarakat dilaksanakan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura dan didukung oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
Bawang merah merupakan tanaman yang telah lama dibudidayakan di Indonesia. Kemampuan adaptasi tanaman ini di Indonesia cukup luas sehingga banyak diusahakan petani mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun demikian, hal ini menyebabkan perbedaan yang cukup nyata dalam hal produktivitas, umur panen, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Umur panen bawang merah yang dibudidayakan di dataran rendah relatif pendek, bervariasi antara 55 sampai 70 hari, bergantung pada varietas dan musim tanamnya.
Varietas yang ditanam di tiap daerah dan musim yang berbeda juga beragam. Perbedaan satu varietas bawang merah dengan yang lain biasanya didasarkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi, umur panen, dan ketahanan terhadap penyakit dan hujan. Pemilihan varietas oleh petani dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain produktivitasnya tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kekhasan tertentu seperti rasa dan aromanya.
Perbaikan varietas bawang merah pada umumnya dilakukan melalui penggabungan sifat-sifat tanaman induk yang memiliki keunggulan tertentu. Sifat unggul yang dimiliki bawang merah seperti tahan penyakit, umur tanaman genjah, ukuran umbi besar, warna umbi merah tua, serta bentuk umbinya bulat sesuai preferensi konsumen, adalah tipe bawang merah yang ideal.
A. Varietas Unggul Bawang Merah
Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu kunci sukses dalam budi daya bawang merah. Dengan menggunakan varietas unggul, tanaman dapat terhindar dari hama dan penyakit serta menghasilkan umbi yang banyak. Beberapa varietas unggul bawang merah juga tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang optimal, misalnya tanah yang terlalu basah dan lingkungan yang lembap, sehingga dapat ditanam pada musim hujan. Bertanam bawang merah pada musim hujan disebut sebagai budi daya di luar musim (off season) karena umumnya petani menanam bawang merah pada musim kemarau.
Jumlah varietas unggul bawang merah cukup banyak, terutama varietas unggul lokal yang telah berkembang dengan baik di suatu wilayah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sendiri sejak tahun 1984 hingga 2015 telah menghasilkan 13 varietas unggul. Varietas- varietas tersebut dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi, beberapa di antaranya tahan terhadap hujan sehingga dapat ditanam di luar musim. Dengan tersedianya berbagai varietas tersebut, petani dapat BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lahan pertaniannya maupun permintaan pasar. Berikut adalah varietas-varietas bawang merah yang dihasilkan oleh Balitbangtan dan beberapa varietas unggul lokal yang banyak ditanam petani.
1. Maja Cipanas Sumber: Bal itsa
Umur panen : 60 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 10,9 t/ha Susut bobot umbi (dari umbi basah menjadi umbi kering) : 24,9% Ketahanan terhadap OPT : tahan penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh Botrytis allii Wilayah adaptasi : dataran rendah hingga dataran tinggi
2. Kramat-1
Umur panen : 60 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 25,3 t/ha Susut bobot umbi : 21,3% Bentuk umbi : bulat dengan bagian leher umbi agak besar Warna umbi : merah tua Ketahanan terhadap OPT : agak tahan Fusarium, kurang tahan Alternaria
porii
Wilayah adaptasi : dataran rendah hingga dataran medium, pada musim kemarau
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
3. Kramat-2
Umur panen : 62 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 22,7 t/ha Susut bobot umbi : 20,7% Bentuk umbi : bulat dengan bagian leher umbi agak besar Warna umbi : merah pucat Ketahanan terhadap OPT : tahan Fusarium, tidak tahan Alternaria porii Wilayah adaptasi : dataran rendah hingga dataran medium
(maksimum 800 m dpl), dapat ditanam pada musim hujan maupun kemarau
4. Bima Brebes
Umur panen : 60 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 9,9 t/ha Susut bobot umbi : 21,5% Bentuk umbi : lonjong, bercincin kecil pada leher Warna umbi : merah muda Ketahanan terhadap OPT : cukup tahan penyakit busuk umbi (Botrytis
allii)
Wilayah adaptasi : dataran rendah
Sumber: Bal itsa
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
5. Kuning
Umur panen : 56–66 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 21,4 t/ha Susut bobot umbi : 22% Bentuk umbi : bulat dengan ujung meruncing Warna umbi : merah gelap Ketahanan terhadap OPT : tidak tahan Fusarium, agak tahan Alternaria
porii
Wilayah adaptasi : dataran rendah
6. Sembrani
Umur panen : 54–56 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 24,4 t/ha Susut bobot umbi : 25,4% Bentuk umbi : bulat Warna umbi : merah pucat Wilayah adaptasi : dataran rendah (6–80 m dpl), pada musim kemarau Sumber: Bal itsa
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
7. Katumi
Umur panen : 53–56 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 24,1 t/ha Susut bobot umbi : 31% Bentuk umbi : bulat Warna umbi : merah Wilayah adaptasi : dataran rendah (6–80 m dpl), pada musim kemarau Sumber: Bal itsa
Sumber: Bal itsa
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
8. Pikatan
Umur panen : 50–55 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 23,3 t/ha Susut bobot umbi : 42% Bentuk umbi : bulat keriput Warna umbi : merah Wilayah adaptasi : dataran rendah
9. Trisula
Umur panen : 50–55 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 23,2 t/ha Susut bobot umbi : 39% Bentuk umbi : bulat keriput Warna umbi : merah tua Wilayah adaptasi : dataran rendah Sumber: Bal itsa Sumber: Bal itsa
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
10. Pancasona
Umur panen : 50–57 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 23,7 t/ha Susut bobot umbi : 28,1% Bentuk umbi : bulat Warna umbi : merah keunguan Wilayah adaptasi : dataran rendah (6–85 m dpl)
11. Mentes
Umur panen : 50–58 hari setelah tanam Hasil umbi kering : 27,6 t/ha Susut bobot umbi : 32,2% Warna umbi : merah pucat Wilayah adaptasi : dataran rendah (6–85 m dpl) Sumber: Bal itsa Sumber: Bal itsa
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
12. TSS Agrihort 1 Sumber: Bal itsa
Umur panen : 66–68 hari setelah tanam Potensi hasil : 20,04 t/ha Susut bobot umbi : 18–19% o Daya simpan umbi : 4–6 bulan pada suhu 27 C Kebutuhan benih per hektare : 2–2,5 kg dengan daya berkecambah benih
80% Ketahanan terhadap OPT : toleran Alternaria porii Wilayah adaptasi : Tegal dan Brebes, pada ketinggian 4–600 m dpl Keunggulan lain : dapat ditanam di luar musim (Mei–Agustus)
13. TSS Agrihort 2 Sumber: Bal itsa
Umur panen : 67–70 hari setelah tanam Potensi hasil : 21,75 t/ha o Daya simpan umbi : 4 bulan pada suhu 27 C
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
Kebutuhan benih per hektare : 1–2 kg Wilayah adaptasi : Tegal dan Brebes, pada ketinggian 4–600 m dpl Keunggulan lain : dapat ditanam di luar musim (Mei-Agustus), di dataran rendah hingga dataran tinggi
(18–1.200 m dpl)
14. Violetta 1 Agrihorti
Umur panen : 68–74 hari setelah tanam Potensi hasil : umbi basah 17,3–24,7 t/ha, umbi kering 8,9–
15,2 t/ha Ukuran umbi : besar Daya simpan umbi : 2–3 bulan pada suhu 25–30 o C Ketahanan terhadap OPT : tahan terhadap Alternaria porii Wilayah adaptasi : dataran tinggi Keunggulan lain : berbunga banyak untuk produksi biji (TSS)
15. Medan
Asal : Samosir, Sumatera Utara Umur panen : 70 hari setelah tanam Hasil rata-rata : 7 t/ha Susut umbi : 25% Bentuk umbi : bulat dengan ujung meruncing Warna umbi : merah Ketahanan terhadap OPT : tahan terhadap busuk umbi, peka terhadap busuk ujung daun Sumber: Bal itsa
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
Wilayah adaptasi : dataran rendah hingga dataran tinggi Keuanggulan lain : mudah berbunga untuk produksi biji (TSS)
16. Keling
Umur panen : 70 hari setelah tanam Hasil umbi : 8 t/ha Susut umbi : 15% Bentuk umbi : bulat gepeng dan berkeriput Warna umbi : merah muda Wilayah adaptasi : dataran rendah Ketahanan terhadap OPT : tahan penyakit busuk umbi, peka penyakit busuk ujung daun
17. Sumenep
Asal : Sumenep, Madura Umur panen : 90 hari setelah tanam Hasil umbi : 12 t/ha Bentuk umbi : bulat panjang Warna umbi : kuning pucat atau merah muda dengan garis memanjang Ketahanan terhadap OPT : tahan penyakit bercak ungu, fusarium, dan antraknose Wilayah adaptasi : dataran rendah hingga dataran tinggi Keunggulan lain : kadar air umbi rendah, tekstur renyah, cocok untuk bawang goreng
Sumber: bawanggor eng.com
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
18. Batu Ijo
Asal : Batu, Jawa Timur Umur panen : 55–60 hari di dataran rendah, 65–70 hari di dataran tinggi Hasil umbi : 16,5 t/ha Susut umbi : 25% Bentuk umbi : bulat gepeng, berukuran besar (10–22 g/ umbi) Warna umbi : merah kekuningan Ketahanan terhadap OPT : rentan Alternaria porii dan ulat grayak
(Spodoptera litura) Wilayah adaptasi : dataran rendah sampai dataran tinggi (50–
1.000 m dpl)
B. Benih Bawang Merah Bermutu
Penanaman bawang merah hendaknya menggunakan benih bermutu agar hasil umbinya banyak. Benih bermutu adalah benih yang berasal dari varietas yang sudah terdaftar untuk diedarkan dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, serta status kesehatan yang sesuai dengan standar mutu atau persyaratan teknis minimal.
Benih bawang merah ada dua jenis, yakni benih umbi dan benih biji. Benih tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas sebagai berikut.
1. Benih sumber, yaitu tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk perbanyakan benih bermutu.
2. Benih penjenis (BS), yaitu benih generasi awal yang berasal dari benih inti hasil perakitan varietas untuk perbanyakan yang memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal BS.
3. Benih dasar (BD), yaitu keturunan pertama dari benih penjenis yang memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal BD.
4. Benih pokok (BP), yaitu keturunan benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal BP.
5. Benih sebar (BR), yaitu keturunan benih pokok, benih dasar, atau benih penjenis.
6. Benih bawang merah biji atau true seed of shallot (TSS), yaitu benih hasil perbanyakan generatif.
BERTANAM BAWANG MERAH TAK KENAL MUSIM
Setiap kelas benih tersebut memiliki persyaratan teknis minimal, yakni spesifikasi teknis benih yang mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis, dan/atau status kesehatan benih yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Hortikultura atas nama Menteri Pertanian. Persyaratan teknis minimal benih bawang merah umbi dan biji disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Persyaratan teknis minimal benih bawang merah biji Kelas benih Parameter Satuan BS BD BP BR Mutu lapang
a. Campuran varietas dan tipe simpang, maks % 0,0 0,0 1,0 1,0
b. Kesehatan tanaman Jumlah tanaman yang terserang OPT, maks Virus % 0,0 0,2 1,0 1,0
- Onion Yellow Dwarf Virus (OYDV)
- Shallot Laten Virus (SLV)
- Leek Yellow Stripe Virus (LYSV) Jamur - Bercak ungu (Alternaria porii) % 0,2 0,5 0,5 0,5
- Embun buluk (Peronospora destructor) % 0,0 1,0 1,0 1,0 Mutu laboratorium
a. Kadar air, maks % 8,0 8,0 8,0 8,0
b. Kemurnian fisik, min % 99,9 99,5 99,0 99,0
c. Daya berkecambah % 70,0 70,0 70,0 70,0 BS = benih penjenis; BD = benih dasar; BP = benih pokok; BR = benih sebar Sumber: Kementerian Pertanian (2015)
VARIETAS UNGGUL DAN BENIH BERMUTU
Tabel 5. Persyaratan teknis minimal benih bawang merah umbi Kelas benih Parameter Satuan BS BD BP BR Lapang