SKRIPSI PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

  SKRIPSI

PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP DAYA

TETAS TELUR Argulus japonicus

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

  

Oleh :

RATIH KUSUMI

KEDIRI- JAWA T

  

Oleh :

DEVY AGUSTIA PRATIWI

SURABAYA – JAWA TIMUR

  

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

  Skripsi

PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP DAYA

TETAS TELUR Argulus japonicus DEVY AGUSTIA PRATIWI

SKRIPSI PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP

  DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus Sebagai Salah Satu untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh :

DEVY AGUSTIA PRATIWI NIM. 141011066

  Menyetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing Utama, Pembimbing Serta, Dr. Kismiyati, Ir, M.Si

  Sudarno, Ir. M. Kes 19590808 198603 2 002

  NIP NIP 19550713 198601 1 001

SKRIPSI PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP DAYA TETAS TELUR

  Argulus japonicus Oleh :

DEVY AGUSTIA PRATIWI NIM. 141011066

  Telah diujikan pada Tanggal : 18 September 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA Anggota : Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.

  Abdul Manan, S. Pi. M. Si Dr. Kismiyati, Ir., M.Si. Sudarno, Ir. M. Kes Surabaya, 2 Oktober 2014

  Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan, Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA

  NIP. 19520517 197803 2 001

  RINGKASAN Devy Agustia Pratiwi. Pengaruh Perendam Insektisida Permetrin Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus. Dosen pembimbing Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Ir. Sudarno, M.Kes.

  Parasit adalah organisme yang bergantung pada inang sebagai habitatnya dan mengambil makanan dari inang tersebut. Infestasi parasit merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh pembudidaya ikan hias. Argulus japonicus merupakan ektoparasit yang menginfestasi ikan air tawar dibagian sirip, kulit, insang dan operkulum. Pengendalian Argulus japonicus yang efisien dapat dilakukan dengan memotong daur hidup terutama pada stadium telur dengan insektisida permetrin. Prinsip kerja insektisida pyretroid berfungsi sebagai racun axonik yang merusak serabut saraf. Tosisitas yang ditimbulkan oleh insektisida permetrin menyebabkan embrio tidak dapat berkembang dan mengalami kematian.

  Penelitian ini bertujuan untuk munurunkan daya tetas telur Argulus japonicus . Menurunnya daya tetas telur Argulus japonicus dapat terjadi akibat terikatnya sejenis protein di dalam saraf yang dikenal sebagai voltage-gated sodium channel sehingga menyebabkan embrio dalam telur tidak dapat berkembang. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan. Konsentrasi yang diberikan adalah Kontrol, 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, dan 1 ppm. Parameter utama yang diamati adalah menghitung daya tetas telur Argulus japonicus . Parameter pendukung meliputi DO, pH, suhu. Data dianalisis dengan ANOVA.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur Argulus japonicus pada perlakuan A sebagai kontrol didapatkan persentase daya tetas telur 44%, pada perlakuan B konsentrasi 0,70 ppm persentase yang didapat sebanyak 19,5%, perlakuan C dengan konsentrasi 0,80 ppm persentase sebanyak 12%, perlakuan D dengan konsentrasi 0,90 ppm persentase yang didapat sebanyak 8% dan perlakuan E dengan konsentrasi 1 ppm persentase yang didapat sebanyak 3%. Konsentrasi optimal dari pemberian insektisida permetrin pada daya tetas telur Argulus japonicus terdapat pada perlakuan E konsentrasi 1 ppm dengan daya tetas Argulus japonicus sebanyak 3%. v

  SUMARRY Devy Agustia Pratiwi. The influence diping insecticide permetrhin against hatching rate Argulus japonicas eggs. Supervising lecturer dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Ir. Sudarno, M.Kes.

  Parasite is an organism that depends on a host as their habitats and takes food from the host. Parasite’s infestation is the biggest problem facing the cultivator of the ornamental fish. Argulus japonicus is ectoparasite that infest freshwater fish fin, to the skin gills and operculum. Argulus japonicus efficient Control can be done by cutting life cycle especially on stage permetrin eggs with insecticide. The working principle of the insecticide pyretroid serves as the poison axonik that damage nerve fibers. Tosisitas inflicted by an insecticide permetrin cause embryo cannot have developed and experienced the death.

  This study aimed to decrease hatching rate of Argulus japonicus eggs. The decrease hatching rate of Argulus japonicus eggs it can result from a kind of protein in nervous known as voltage-gated sodium channel so as to cause an embryo in the egg cannot have developed. The study method was done by experiment with the experimental design was used Completely Randomized Design (CRD). Five treamental and four replicates. The treatment consists the addition solution insecticide permetrin with concentration control, 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm. The main parameter is counting of hatching rate of japonicus eggs. The supporting parameter on the research were temperature, pH and DO. Data analysis was by ANOVA.

  The result showed that Argulus japonicas eggs on treatment A as a control acquired a percentage resources hatching rate eggs 44 %, on treatment B concentration 0,70 ppm percentage obtained as many as 19,5 %, treatment C with concentration by 0.80 ppm percentage some 12 %, treatment D by concentration 0,90 ppm percentage obtained by 8 % and treatment E by concentration 1 ppm percentage gained as much as 3 %. Optimal concentration of insecticide permetrin on resources Hatching rate eggs Argulus japonicus are on treatment E

concentration 1 ppm by its hatching rates Argulus japonicus as much as 3 %

vi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Pemrendaman Insektisida Permetrin Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium pendidikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Juli 2014.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

  Surabaya, Agustus 2014 Penulis vii

UCAPAN TERIMA KASIH

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak melibatkan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar. Tidak lupa rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada :

  1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  2. Dosen Wali Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.

  3. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Dosen Pembimbing pertama dan Bapak Ir.

  Sudarno, M.Kes Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingannya sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi.

  4. Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M. Si, Ibu Prof. Dr Subekti, drh., DEA., dan Bapak Abdul Manan S. Pi., M. Si. sebagai dosen penguji yang memberikan saran dan evaluasi demi perbaikan skripsi.

  5. Orang tua dan keluarga besar yang memberikan doa dan motivasi hingga selesainya skripsi

  6. Seluruh staf Pengajar dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan

  7. Mbak Anita, Mbak Dini, Mbak Is, Mbak Irma yang telah membantu dalam memberikan informasi selama penelitian dan pembuatan skripsi.

  8. Teman seperjuangan saat skripsi Deriva, Rahma, Sari, Ade. Sahabat saya Mega, Dhanik, Catur, Shasa, Shinta, Maya, Fifit, Amalia, Mentari. viii

10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

  ix 9. Keluarga besar Piranha 2010 dan KKN BBM 49.

  Surabaya, Agustus 2014 Penulis

  DAFTAR ISI Halaman Ringkasan ......................................................................................................... v Sumarry............................................................................................................ vi Kata Pengantar ................................................................................................. vii Ucapan Terima Kasih....................................................................................... viii Daftar Isi........................................................................................................... x Daftar Gambar.................................................................................................. xii Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv

  

I. Pendahuluan......... ...................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang .................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................

  3 1.3 Tujuan .......... ...................................................................................

  3

  1.4 Manfaat............................................................................................... 3

II. Tinjauan Pustaka .. ...................................................................................

  4 2.1 Argulus japonicus ............................................................................

  4 2.1.1 Klasifikasi Argulus japonicus................................................

  4 2.1.2 Morfologi Argulus japonicus.................................................

  4 2.1.3 Habitat dan Penyebaran ........................................................

  6 2.1.4 Reproduksi.............................................................................

  7 2.1.5 Daur Hidup Argulus japonicus ..............................................

  7 2.1.6 Telur Argulus japonicus ........................................................

  8 2.2 Insektisida Permetrin........................................................................

  9 2.3 Pengendalian Argulus japonicus dengan Insektisida Permetrin .....

  10 III. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ........................................................

  12 3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................

  12 3.2 Hipotesis....... ...................................................................................

  14 x

  

IV. Metodologi Penelitian ................................................................................

  15 4.1 Tempat dan Waktu ...........................................................................

  15 4.2 Materi Penelitian ..............................................................................

  15

  4.3 Metodologi Penelitian........................................................................ 15 4.3.1 Metodologi Penelitian............................................................

  15 4.3.2 Penelitian Pendahuluan..........................................................

  16 4.3.3 Rancangan Percobaan............................................................

  16 4.3.4 Prosedur Kerja .......................................................................

  17 V. Hasil dan Pembahasan.................................................................................

  22

  5.1 Hasil................................................................................................... 22

  5.1.1 Daya Tetas Telur Argulus japonicus...................................... 22

  5.1.2 Kualitas Air............................................................................. 25

  5.2 Pembahasan......................................................................................... 26

VI. Kesimpulan dan Saran ............................................................................

  30 6.1 Kesimpulan ......................................................................................

  30 6.2 Saran.................................................................................................

  30 Daftar Pustaka ..................................................................................................

  31 Lampiran ........................................................................................................

  35 xi

  DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Morfologi Argulus japonicus .......................................................

  6 2. Daur hidup Argulus japonicus .....................................................

  8 3. Struktur Senyawa Permetrin ........................................................

  10 4. Skema Kerangka Konseptual .......................................................

  14 5. Denah penempatan perlakuan ......................................................

  19 6. Prosedur Kerja Penelitian.............................................................

  21 7. Telur Argulus japonicus...............................................................

  23

  8. Grafik Daya Tetas Telur Argulus japonicus................................... 25 xii

  DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Data Penelitian Pendahuluan .....................................................

  16 2 Rata-rata Daya Tetas Telur Argulus japonicus...........................

  24

  3 Data Kualitas Air Saat Penelitian............................................... 26 xiii

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Tabel daya tetas telur Argulus japonicus .....................................

  35 2 Perhitungan statistik daya tetas telur Argulus japonicus..............

  36 3 Kunci identifikasi Argulus japonicus...........................................

  38 xiv

  1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Parasit merupakan organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain dan mengambil makanan dari organisme yang ditumpanginya (Subekti dan Mahasri, 2010). Berdasarkan predileksi parasit dibagi menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit (Kabata, 1985). Menurut Levine (1978), ektoparasit merupakan parasit yang habitatnya atau hidup pada permukaan tubuh inangnya sedangkan endoparasit merupakan parasit yang habitatnya pada bagian dalam organ tubuh inangnya.

  Argulus japonicus merupakan salah satu ektoparasit yang sering ditemukan

  pada budidaya ikan hias air tawar di Indonesia khususnya di Jawa Timur (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Argulus ditemukan menginfestasi ikan koi di Tulungangung dengan prevalensi sebesar 14% (Azmi dkk, 2013). Argulus

  japonicus ditemukan menginfestasi ikan hias Platy Koral (Xyphophorus maculatus ) dengan prevalensi sebesar 50% (Nurfatimah, 2001). Menurut Taylor et al (2006) Argulus ditemukan di Inggris dengan prevalensi 29% yang menyebabkan kerugian ekonomi melalui penurunan jumlah peminat.

  Predileksi Argulus japonicus adalah pada sirip, kulit, insang dan operkulum. Infestasi Argulus japonicus pada inang ditandai dengan luka pada permukaan tubuh, pendarahan, berenang tidak teratur dan kehilangan keseimbangan (Menezes et al, 1990). Selain itu, ikan yang terinfestasi juga menunjukkan produksi lendir yang meningkat (Pasca, 1967 dalam Taylor et al, 2005). Luka bekas stylet dari Argulus japonicus dapat menyebabkan infeksi

  2 sekunder yang disebabkan oleh bakteri dan jamur, dan membuat inang menjadi lemah (Yildiz and Kumantas, 2002). Argulus japonicus memiliki ukuran tubuh 4 sampai 8 mm sehingga dapat dilihat dengan kasat mata. Argulus japonicus betina memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan yang jantan (Alas et al, 2010).

  Argulus japonicus memiliki daur hidup secara langsung yang hanya membutuhkan satu inang untuk berkembang dari nimfa sampai dengan dewasa.

  Menurut Steckler and Yanong (2012), telur Argulus japonicus menetas dalam waktu 10 hari pada suhu 35 C tetapi memerlukan waktu 61 hari pada suhu 15 C.

  Argulus japonicus memiliki tingkat reproduksi yang tinggi, sehingga mudah

  sekali bertelur. Pemutusan rantai daur hidup Argulus japonicus dapat dimulai dari stadium telur, sehingga populasinya dapat dihentikan sebelum menetas menjadi individu baru.

  Pengendalian Argulus japonicus dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida yaitu organophosphates, potassium permanganat 2-5 mg/l (Oge, 2002) ; pyrethrum (20-100 ppm selama 10-20 menit), dipterex (100 ppm selama 1 jam), malathion (0,25 ppm selama 6 jam), trichlorfon 0,25 ppm (Kabata, 1985).

  Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilakukan dengan pemberian NaCl (Fatiza dkk., 2011).

  Penggunaan insektisida sintetis dalam mengatasi permasalahan akibat parasit pada ikan terutama yang disebabkan oleh Argulus japonicus masih banyak digunakan. Berdasarkan keputusan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 445/Kpts/SR. 140/9/2003 tentang pendaftaran dan pemberian izin tetap bahan

  3 teknik pestisida mentri pertanian pasal 2 menyatakan bahwa bahan teknis permetrin mengandung kadar bahan aktif minimum dan diperbolehkan di Indonesia. Permetrin merupakan salah satu insektisida pyretroid, berfungsi sebagai racun axonik yang beracun terhadap serabut saraf. Pyretroid digunakan karena memiliki efek melumpuhkan yang cepat, terdegradasi di lingkungan cepat membutuhkan waktu 6-10 hari (Sastroutomo, 1992). Pada penelitian ini digunakan insektisida permetrin sebagai pengendali daya tetas telur Argulus japonicus yang diharapkan dapat memotong daur hidupnya.

  1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah permetrin mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus?

  2. Berapa konsentrasi optimal permetrin untuk mengendalikan daya tetas

  Argulus japonicus ?

  1.3 Tujuan

  1. Untuk mengetahui pengaruh insektisida permetrin terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.

  2. Untuk mengetahui konsentrasi insektisida permetrin yang tepat untuk mengendalikan daya tetas telur Argulus japonicus.

  1.4 Manfaat

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persentase daya tetas telur Argulus japonicus yang direndam dalam insektisida permetrin untuk mengurangi populasi Argulus japonicus yang dimulai pada stadia telur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Argulus japonicus

  2.1.1 Klasifikasi

  Menurut Kabata (1985) klasifikasi Argulus japonicus adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda Subphylum : Crustacea Classis : Maxillopoda Subclassis : Branchiura Ordo : Arguloida Familia : Argulidae Genus : Argulus Spesies : Argulus japonicus

  2.1.2 Morfologi

  Morfologi Argulus berbeda pada setiap spesies. Organ tubuh yang digunakan sebagai kunci identifikasi antara lain adalah bentuk carapace, abdomen, antena, maksila II, kaki dan respiratori area (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Tubuh dari parasit ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen (Walker, 2008). Bagian dorsal tertutup carapace mulai chepal hingga thorax. Sedangkan Argulus foliaceus carapace berbentuk subobicular dari anterior sampai pangkal uropoda yang ke empat.

  Thorax Argulus japonicus terdiri dari empat segmen yang masing-masing dilengkapi dengan sepasang kaki renang. Argulus japonicus memiliki dua maxilla, Anterior maxilla terdapar sucker yang dikelilingi oleh supporting rod terdiri dari enam sampai tujuh bagian. Sucker berfungsi sebagai penempel utama pada parasit

  Argulus japonicus (Philip, 2004). Probocis digunakan untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang dan Stylet berada di anterior mulut. Respirasi area ada dua pasang kecil dan besar, yang kecil jauh di anterior yang besar (Kismiyati, 2009). Argulus japonicus memiliki antena pertama terdiri dari dua segmen yang dilengkapi dengan spina posterior serta prosesus pada bagian basal spina, antena kedua terdiri dari empat segmen dimana segmen basal berukuran paling besar (Seng, 1986).

  Pada bagian abdomen berbentuk pipih dan terbelah menjadi dua bagian. Belahan abdomen Argulus japonicus mencapai pertengahan, sedangkan Argulus

  foliaceus belahan abdomennya tidak mencapai pertengahan hanya seperempat dari

  panjang abdomen. Menurut Yildiz and Kumantas (2002), abdomen Argulus

  japonicus lebih runcing daripada Argulus foliaceus. Pada Argulus japonicus

  jantan dipangkal abdomen terdapat testis, tidak memiliki kantung telur selain itu juga terdapat peg dan socket di kaki ke empat (Everst, 2010). Menurut Wadeh and Yang (2007), Socket dan peg digunakan untuk membawa sel sperma yang ditujukan untuk fertilisasi. Argulus japonicus betina memiliki ovary dan sepasang seminal receptakel yang terletak di bagian thorax. Morfologi Argulus japonicus dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Morfologi Argulus japonicus (Everts, 2010)

  Keterangan: 1. an : Antennae 7. bp : Basal plate 2. ar : Anterior respirator area 8. ms : Maxillules 3. as : Antennule 9. mt : Probocis 4. pr : Posterior respirator area 10. mx : Maxillae 5. si : Biramous swimming legs 11. ps : Stylet 6. sp : Spermatheca

2.1.3 Habitat dan Penyebaran

  Argulus japonicus memiliki distribusi luas di seluruh dunia. Menurut

  McLaughlin et al (2005), parasit ini juga ditemukan di sebelah tenggara Amerika Serikat, California, Hawaii, Washington dan Wisconsin. Seiring berkembangnya waktu dan didukung transportasi atau distribusi ikan maka di indonesia juga ditemukan. Bahkan di Jawa Timur, hampir semua yang menyerang ikan budidaya air tawar adalah Argulus japonicus (Kabata, 1984 dalam Kismiyati dan Mahasri, 2012). Predileksi Argulus japonicus pada permukaan tubuh, sirip atau insang (Kismiyati dan Mahasri, 2012).

  2.1.4 Reproduksi Argulus japonicus

  Reproduksi Argulus japonicus adalah secara seksual. Sistem reproduksi jantan lebih kompleks (Everts, 2010). Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium yang terletak di bagian tengah dan spermathecae di bagian anterior abdomen (Debaisieux dalam Everts, 2010). Kopulasi Argulus japonicus terjadi pada saat menempel pada inang, tetapi ada pula kopulasi yang terlepas dari tubuh inangnya atau berenang bebas di air (Pasternak et al, 2004). Proses kopulasi dapat terjadi melalui transfer sperma jantan langsung ke betina, sel sperma kemudian disimpan dalam spermathecae betina sampai terjadi pembuahan (Walker, 2008), kemudian betina melakukan oviposisi. Telur Argulus japonicus diletakkan pada subtrat keras (batu) (Kearn, 2004). Setelah Argulus japonicus bertelur terdapat tiga tahap perkembangan yaitu pertama adalah perkembangan bintik mata, kedua perkembangan pelengkap thorax, tahap ketiga meliputi pergerakan embrio biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menetas (Taylor et al, 2005).

  2.1.5 Daur Hidup Argulus japonicus

  Telur Argulus japonicus menetas dalam waktu 17 hari pada suhu 23 C dan 30 hari pada suhu 20 C (Kearn, 2004). Menurut Kismiyati dan Mahasri (2012), telur Argulus japonicus dapat menetas setelah 10 hari pada 35 C dan setelah 61 hari pada suhu 15

  C. Menurut Mikheev (2001), telur Argulus japonicus dapat hidup pada suhu ekstrim yaitu 10 C. Keseluruhan daur hidup berlangsung selama

  40-100 hari bergantung pada suhu air dan spesiesnya. Menurut Iskhaq (2010), Argulus japonicus betina meletakkan telur-telurnya pada subtrat (batu).

  Selanjutnya, proses penetasan yang disebut dengan eklosi dimana permukaan telur mengalami retakan secara tidak teratur, setelah menetas langsung menjadi nimfa. Nimfa Argulus japonicus mencari inang untuk diinfestasi agar dapat bertahan hidup sampai dewasa (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Stadium nimfa memiliki ukuran 0,6 mm, kemudian akan moulting selama delapan kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3-3,5 mm, berlangsung dalam waktu lima minggu (Rusthon-Mellor, 1994 dalam Walker et al, 2011). Daur hidup Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 2.2.

  Inang Argulus

  Nimfa japonicus betina Telur

Gambar 2.2. Daur Hidup Argulus japonicus (Walker, 2004)

2.1.6 Telur Argulus japonicus

  Telur Argulus japonicus berbentuk oval dan dilapisi oleh kapsul gelatin sehingga mampu menempel dengan kuat pada subtrat dan sangat keras (Hoffman, 1997). Telur Argulus japonicus yang terbuahi akan mengalami tiga tahap perkembangan yaitu pertama adalah perkembangan bintik mata, kedua perkembangan pelengkap thorax, tahap ketiga meliputi pergerakan embrio biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menetas (Taylor et al, 2005). Menurut Fatiza dkk (2011), telur Argulus japonicus yang rusak dapat dilihat dengan hilangnya lendir yang menyelimuti lapisan luar telur serta kerapatan dinding sel telur semakin berkurang.

2.2 Insektisida Permetrin

  Insektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia dapat digunakan untuk mematikan semua jenis serangga (Wudianto, 2010). Pyretroid merupakan racun saraf yang mempengaruhi sistem saraf (Sastroutomo, 1992). Menurut Djojosumarto (2008), dinyatakan bahwa golongan pyretroid memiliki beberapa keunggulan, spektrum pengendaliannya luas, tidak resisten, memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik, dan masa terdegradasi di lingkungan singkat. Salah satu insektisida yang temasuk dalam golongan pyretroid adalah permetrin. Permetrin merupakan senyawa insektisida pyretroid pertama yang digunakan di lahan pertanian. Berfungsi sebagai rancun saraf pada serangga. Di

  ® ® ® indonesia diperdagangkan dengan nama Pounce , Corsair dan Perigen .

  Nama Umum : Permetrin Nama IUPAC : 3-Phenoxybenzyl (1RS)-cis,trans-3-(2,2-dichlorovinyl) -2,2- dimethylcyclopropanecarboxylate Rumus molekul : C

  21 H

  20 Cl

  2 O

  3 Berat molekul : 391,28 g/mol

  Titik didih : 200 C (Sastroutomo, 1992)

2.3 Pengendalian Argulus japonicus dengan Insektisida Permetrin

  Pengendalian Argulus japonicus dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida golongan pyretroid yaitu permetrin. Permetrin memiliki empat isomer yaitu cis-permetrin dan trans-permetrin. Isomer cis-permetrin adalah isomer paling beracun. Struktur senyawa permetrin dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Struktur senyawa permetrin (Zilfa, 2007)

  Insektisida pyretroid adalah racun axonik, yaitu beracun terhadap serabut saraf. Proses penghambat daya tetas telur terjadi karena masuknya cairan permetrin ke dalam membran plasma dari telur dan merusak sistem saraf. Sifat saraf Arthropoda adalah tangga tali yang saraf pusat otaknya berhubungan dengan alat indera (Chapman, 1997 dalam Puspitasari dkk, 2012). Cara kerja pyretroid yang terikat pada suatu protein di dalam saraf yang dikenal sebagai voltage-gated sodium channel. Pada keadaan normal protein ini membuka untuk memberikan rangsangan pada saraf dan menutup untuk menghentikan sinyal saraf. Pyretroid terikat pada sodium channel (saluran natrium) ini mencegah penutupan secara normal yang menghasilkan rangsangan saraf berkelanjutan sehingga mengakibatkan kelumpuhan dan berakhir dengan kematian (Dadang, 2007). Penggunaan permetrin ini diharapkan dapat menurunkan daya tetas telur Argulus japonicus sehingga tidak dapat berkembang menjadi individu baru.

III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

  Inang yang terinfestasi oleh Argulus japonicus menunjukkan gejala klinis ikan berenang tidak menentu, lesu, nafsu makan hilang, sisik terkelupas, luka berdarah yang berkembang menjadi hiperplasia dan nekrosis. Infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri dan jamur pada Argulus japonicus akibat dari penempelan stylet yang menimbulkan bekas luka. Infeksi sekunder inilah yang dapat menjadikan ikan mati secara massal. Menurut Poulin and Fitzgerald, 1998

  dalam Taylor et al (2005), ikan yang telah terinfestasi oleh Argulus japonicus

  lebih rentan terinfestasi kembali dari pada ikan yang tidak pernah terinfestasi sama sekali.

  Argulus japonicus merupakan ektoparasit yang menyerang pada

  permukaan tubuh inang yang hidup di air tawar. Argulus japonicus memiliki daur hidup secara langsung yang hanya membutuhkan satu inang untuk berkembang dari nimfa sampai dengan dewasa. Menurut Steckler and Yanong (2012), telur

  Argulus japonicus menetas dalam 10 hari pada 35 C tetapi memerlukan 61 hari

  pada suhu 15

  C. Menurut Kismiyati dan Mahasri, (2012) bahwa semakin dingin suhu perairan telur parasit semakin lama menetas sebaliknya semakin panas suhu perairan telur parasit menetas cepat. Argulus japonicus pada stadium nimfa mampu bertahan hidup 2-3 hari tanpa inang. Telur Argulus japonicus berbentuk oval dan dilapisi oleh kapsul gelatin. Menurut Gault et al., (2002), tindakan pengendalian Argulus japonicus yang efisien dapat dilakukan dengan memotong daur hidup terutama pada saat stadium telur. Pengendalian terhadap parasit ini dimulai dari stadia telur dengan menggunakan insektisida golongan pyretroid yaitu permetrin. Permetrin bekerja melumpuhkan sel saraf (Sigit dkk, 2006), yang berhubungan dengan inervating membran yang terletak di lateral carapace (Wilson, 1902). Fungsi dari inervating membran adalah mempengaruhi saraf untuk bekerja. Akibat dari inervating membran yang lumpuh menyebabkan embrio tidak berkembang dan telur tidak menetas. Adapun skema kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 3.1.

  Inang Penyakit

  Virus Bakteri

  Jamur Parasit Argulus japonicus

  Pengendalian Merusak Telur

  Insektisida Deterjen

  Permetrin pengeringan Racun axonik (beracun pada serabut saraf)

  Melumpuhkan sel saraf yang berhubungan dengan inervating membran

  Terhambatnya daya tetas telur Argulus japonicus

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep

  Keterangan : : yang diteliti

  : yang tidak diteliti

3.2 Hipotesis

  H1 : Terdapat perbedaan pengaruh perendaman insektisida permetrin terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.

IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Tempat dan Waktu

  Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Juli 2014.

  4.2 Meteri Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan komet (Carassius auratus) sebagai inang, insektisida permetrin dan Argulus japonicus jantan dan betina, batu sebagai substrat penempelan telur. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah

  3

  akuarium (15 x 15 x 30 cm ) sebanyak 20 buah, selang aerasi, termometer, pH meter, DO meter, mikroskop, object glass, cover glass, handcounter.

  4.3 Metodologi Penelitian

4.3.1 Metodologi Penelitian

  Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan kontrol yang tidak diberikan perlakuan (Narbuko dan Achmadi, 2004). Penelitian ini dilakukan di dalam ruangan terkontrol. Penelitian dilakukan dengan akuarium yang telah diberi batu sebagai substrat diisi air, kemudian dimasukkan inang dan Argulus japonicus jantan dan betina sampai bertelur. Tahap selanjutnya adalah merendam telur dalam larutan insektisida permetrin 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm; 1 ppm, kemudian diamati di bawah mikroskop terhadap terjadinya penurunan daya tetas telur Argulus japonicus.

4.3.2 Penelitian Pendahuluan

  3

  50

  50

  50

  20

  18

  16

  14

  9

  9

  8

  5

  2

  50

  40

  36

  32

  28

  18

  18

  16

  10

  6

  4 Hasil penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi insektisida permetrin tertinggi yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus adalah 1 ppm.

  Pada penelitian digunakan konsentrasi 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm dan kontrol yang diharapkan dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus sehingga tidak menetas.

  50

  Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi perendaman insektisida permetrin untuk mengendalikan daya tetas telur Argulus

  

japonicus . Pada penelitian pendahuluan penetasan telur Argulus japonicus dilakukan

  2

  dengan perbandingan Argulus japonicus jantan dan betina 15:15. Konsentrasi yang digunakan adalah kontrol, 0,10 ppm, 0,20 ppm, 0,30 ppm 0,40 ppm, 0,50 ppm, 0,60 ppm, 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Penelitian Pendahuluan Penetasan Telur Argulus japonicus

  No Konsentrasi insektisida permetrin

  (ppm) Jumlah Awal

  Telur Argulus

  japonicus

  (butir) Jumlah Telur

  Argulus japonicus

  menetas (butir) Persentase telur yang menetas

  (%)

  1

  3

  50

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90

  1

  50

  50

  50

  50

  4.3.3 Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL digunakan bila media atau bahan percobaan seragam (Kusriningrum, 2008).

  Penelitian ini dilakukan dari lima perlakuan, yaitu insektisida permetrin dan kontrol, sedangkan ulangan dilakukan sebanyak empat kali untuk setiap perlakuan.

  Prosedur kerja dapat dilihat pada gambar 4.1.

  4.3.4 Prosedur Kerja

a. Tahap Penelitian

  1. Sterilisasi Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan harus dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel dengan cara dicuci dengan sabun hingga bersih, kemudian dikeringkan.

  2. Pemilihan Argulus japonicus Jantan dan Betina Jenis kelamin dapat di amati melalui mikroskop. Dilihat melalui bagian

  

posterior dari tubuh Argulus japonicus. Jenis kelamin Argulus japonicus dapat dilihat

  dari ukuran tubuhnya. Ukuran tubuh Argulus japonicus jantan lebih kecil yaitu 6 mm dan betina lebih besar 8-9 mm (Kimura, 1970). Selain itu, dapat juga dibedakan dengan melihat adanya bulatan telur berwarna putih pada ovarium di sepanjang garis tengah tubuhnya (Walker, 2008).

  3. Persiapan Telur Argulus japonicus Menyiapkan akuarium dan diberi batu sebagai tempat perlekatan telur kemudian diisi dengan air, 15 Argulus japonicus betina dan jantan serta seekor ikan komet ukuran

  5 cm sebagai inangnya. Biarkan sampai Argulus japonicus bertelur. Telur-telur tersebut akan menempel pada batu. Setelah itu, batu yang tertempeli telur Argulus japonicus diambil dan dimasukkan dalam media perlakuan.

  4. Perendaman Telur Argulus japonicus dalam Larutan Insektisida permetrin Telur-telur Argulus japonicus yang menempel pada batu di pindahkan dalam konsentrasi larutan insektisida permetrin dan direndam sesuai konsentrasi dan waktu yang telah ditetapkan. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian Pendahuluan. Pembuatan larutan stok insektisida dengan konsentrasi 10 ppm dari insektisida permetrin dengan cara mencampurkan 10 ml permetrin ke dalam 1 liter air tawar. Larutan insektisida permetrin yang digunakan untuk perlakuan adalah 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm dan kontrol. Pemberian stok insektisida permetrin pada masing-masing perlakuan dengan cara pengenceran. Prosedur kerja penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 Perlakuan dilakukan sebagai berikut.

  Penyediaan Telur: ikan komet + sepasang Argulus japonicus + objek batu. Telur-telur yang dihasilkan setelah itu dipindahkan ke dalam setiap perlakuan. Perlakuan A (Kontrol) : 1 liter Air + 50 butir telur Perlakuan B : 50 butir telur + insektisida permetrin 0,70 ppm Perlakuan C : 50 butir telur + insektisida permetrin 0,80 ppm Perlakuan D : 50 butir telur + insektisida permetrin 0,90 ppm Perlakuan E : 50 butir telur + insektisida permetrin 1 ppm

  Penempatan perlakuan-perlakuan penelitian ke dalam tempat percobaan setelah dilakukan pengacakan sebagaimana tergambar pada gambar 4.2. A1 K4 C4 A4 C1 D2 C3 K3 B3 D4 B1 D3 A2 C2 K1 D1 B2 K2 B4 A3

Gambar 4.2. Denah Penempatan Perlakuan pada (RAL)

  5. Daya Tetas Telur Argulus japonicus Daya tetas telur Argulus japonicus berkurang disebabkan telur parasit tersebut rusak sehingga tidak menetas. Telur tersebut tidak menetas karena pengaruh dari permetrin yang berkerja sebagai racun axonik, yang menyebabkan rangsangan saraf pada embrio tidak normal singga terjadi penghambatan penetasan telur. Sesuai dengan pernyataan Sigit dkk (2006), bahwa pyretroid bersifat racun axonik menyebabkan kelumpuhan pada makhluk hidup dan akirnya menimbulkan kematian.

  Rumus yang digunakan untuk menghitung daya tetas dari telur Argulus

  japonicus adalah:

  Daya tetas telur = Argulus japonicus stadia Metanauplius X 100% Jumlah Telur

  6. Parameter Parameter utama dalam penelitian ini adalah menentukan persentase daya tetas

Argulus japonicus setelah direndam insektisida permetrin dan sebelum direndam.

  Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah kualitas air, pH, pengukuran suhu, dan DO.

  7. Analisis Data Data yang diperoleh berupa telur Argulus japonicus yang telah direndam pada larutan insektisida permetrin. Menentukan telur yang menetas maupun yang tidak kemudian melakukan perhitungan untuk mengetahui persentase daya tetas telur Argulus

  

japonicus dan dianalisis data menggunakan ANOVA, jika terdapat perbedaan maka

dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.

  Sterilisasi Alat Persiapan telur Argulus Japonicus

  Telur direndam dalam insektisda permetrin

  Kontrol(tanpa 0,80 ppm 0,90 ppm 1 ppm

  0,70 ppm insektisida permetrin)

  Daya tetas telur Argulus japonicus

  Analisis Data

Gambar 4.1. Prosedur Kerja Penelitian

  22

  V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

  Hasil penelitian yang diperoleh adalah daya tetas telur Argulus japonicus yang direndam dalam larutan insektisida permetrin 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm dan kontrol (tanpa insektisida permetrin). Perlakuan tersebut dilakukan selama 18 hari. Masing-masing ulangan terdapat 50 butir telur Argulus japonicus. Kondisi telur Argulus japonicus diamati di mikroskop sebelum dilakukan perlakuan. Daya tetas telur dapat diketahui dari struktur terluar telur apabila selaput dari telur tersebut rusak atau yang disebut dengan eclosi. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1.

  Daya tetas telur Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan E (3%), D (8%), C (12%) , B (19,5%)dan A kontrol (44%). Dari data diatas menunjukkan bahwa konsentrasi 1ppm pada perlakuan E merupakan konsentrasi optimal untuk dapat mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus.

5.1.1 Daya Tetas Telur Argulus japonicus

  Hasil dari penelitian menunjukkan daya tetas telur Argulus japonicus yang berbeda-beda. Pengamatan terhadap daya tetas Argulus japonicus pertama yang dilakukan adalah memastikan apakah didalam telur tersebut terdapat embrio sebelum dilakukan perlakuan. Telur Argulus japonicus rusak berwarna putih pucat. Terdapatnya embrio di dalam telur ditandai dengan adanya bintik hitam di dalam telur, sedangkan telur yang menetas ditandai dengan sobeknya selaput telur yang disebut eclosi dan telur yang tidak menetas dapat ditandai dengan perubahan warna telur dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Telur Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 5.1.

  23

  a b c

Gambar 5.1. Telur Argulus japonicus

  Keterangan a. Telur Argulus japonicus rusak (tanda panah)

b. Telur Argulus japonicus berembrio (tandah panah)

  c.Telur Argulus japonicus menetas (tanda panah) Pengendalian daya tetas telur Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan E (3%), D (8%), C (12%), B (19,5%) dan kemudian pada perlakuan A sebagai kontrol (44%). Hasil statistik menggunakan ANOVA menunjukkan F hitung > F tabel (p<0,01) dan hasil tersebut terdapat perbedaan sangat nyata antara perlakuan

  24

  dengan pemberiaan insektisida permetrin terhadap hasil pengamatan yaitu penetasan daya tetas telur Argulus japonicus. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Rata-rata Daya Tetas Telur Argulus japonicus dengan berbagai perlakuan

  Daya Tetas Telur (%) + SD Perlakuan

  a

  A 44 + 17,07

  b

  B 19,5 + 10,7

  c

  C 12 + 9,04

  d

  D 8 + 6,7

  e

  E 3 + 2,9 Keterangan :

A, B, C, D, E : Konsentrasi larutan insektisida permetrin (Kontrol (tanpa perlakuan), 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm, 1 ppm).

  Superscript : Superscript menunjukkan adanya perbedaan (p<0,01) sangat nyata antar perlakuan. SD : Standart deviasi

  Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pemberian insektisida permetrin berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. Terlihat pada tabel 5.1 bahwa dari kelima perlakuan kontrol(tanpa insektisida permetrin), 0,70 ppm, 0,80 ppm, 0,90 ppm dan 1 ppm terdapat perbedaan sangat nyata. Daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan A sementara daya tetas terendah terdapat pada perlakuan E, hal ini disebabkan konsentrasi pemberian insektisida permetrin pada perlakuan E lebih besar dari pada perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan A tanpa dipengaruhi oleh pemberian insektisida permetrin. Grafik persentase daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 5.2

  25

Gambar 5.2 Grafik Daya Tetas Telur Argulus japonicus

  50 cus

  45

  40 japoni

  35 us

  30 rgul )

25 A

  (%

  20 ur el

  15 s T

  10 ta