Optimasi CMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan pada formula sediaan gel antiacne perasan jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle) dengan desain faktorial - USD Repository

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI OPTIMA ASI CMC S SEBAGAI G GELLING A AGENT DA AN PROPI

ILEN GLIK KOL

  

SEBAG GAI HUME EKTAN PA ADA FORM MULA SED DIAAN GEL L ANTIAC CNE

PERA ASAN JER RUK NIPIS S

(Citr rus aurantiifolia Swin ngle) DEN NGAN DES SAIN FAK KTORIAL L

SKRIP PSI

  Di iajukan untu uk Memenu uhi Salah Sa atu Syarat Me emperoleh G Gelar Sarjan na Farmasi (S.Farm.)

  Progr ram Studi Il lmu Farmas si Oleh :

  Margareth ha Angela G Giovanny Bi intoro N NIM : 0581 114056

  

FAK KULTAS F FARMASI

  I U UNIVERSI

ITAS SAN NATA DHA ARMA

  

YOGYAK Y KARTA

2009

  9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI OPTIMA ASI CMC S SEBAGAI G GELLING A AGENT DA AN PROPI

ILEN GLIK KOL

  

SEBAG GAI HUME EKTAN PA ADA FORM MULA SED DIAAN GEL L ANTIAC CNE

PERA ASAN JER RUK NIPIS S

(Citr rus aurantiifolia Swin ngle) DEN NGAN DES SAIN FAK KTORIAL L

SKRIP PSI

  Di iajukan untu uk Memenu uhi Salah Sa atu Syarat Me emperoleh G Gelar Sarjan na Farmasi (S.Farm.)

  Progr ram Studi Il lmu Farmas si Oleh :

  Margareth ha Angela G Giovanny Bi intoro N NIM : 0581 114056

  

FAK KULTAS F FARMASI

  I UNIVERSI U

ITAS SAN NATA DHA ARMA

  

YOGYAK Y KARTA

2009

  9

  Skripsi OPTIMASI CMC SEBAGAI GELLING AGENT DAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI HUMEKTAN PADA FORMULA SEDIAAN GEL ANTIACNE PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN DESAIN FAKTORIAL

  Yang diajukan oleh: Margaretha Angela Giovanny Bintoro

  NIM : 058114056 telah disetujui oleh

  Pembimbing

  (Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.) tanggal 13 Agustus 2009

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

God make a way very beautiful when the time is right

remember and believe that doesn’t matter how difficult your life

just wait and He will make a way for you

  YESTERDAY is history, TOMORROW is a mistery, TODAY is a gift, that’s why it’s called the present!

  

When He prepare wonderful things

He begin with difficulties…

When He prepare very wonderful things

He begin with impossibility…

  Specially dedicated to : Everyone who I love, Jesus Christ my family (Dad, Mom, n my lovely sister Frisca) my friends and my almamater

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margaretha Angela Giovanny Bintoro Nomor Mahasiswa : 058114056 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : OPTIMASI CMC SEBAGAI GELLING AGENT DAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI HUMEKTAN PADA FORMULA SEDIAAN GEL ANTIACNE PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN DESAIN FAKTORIAL beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta P ada tanggal : 13 Agustus 2009

  Yang menyatakan (Margaretha Angela Giovanny Bintoro) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

  Segala puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih karunia, rahmat, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi CMC sebagai Gelling Agent dan Propilen glikol sebagai Humektan pada Formula Sediaan Gel Antiacne Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) dengan Desain Faktorial” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami permasalahan dan kesulitan. Semua kelancaran dan keberhasilan penulis menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Jesus Christ untuk semua berkat, kasih karunia, anugerah, dan rencana-Nya yang selalu indah pada waktunya.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan mendampingi penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  6. My family (Papi, Mami, and my lovely sister Frisca) atas segala doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungannya selama ini.

  7. Teman-teman penelitianku Omega, Ong, Ade, Berto, Made atas kerja sama dan kebersamaannya selama menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  8. Kiki Aditya atas segala doa, semangat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

  9. Nia, Diana, Yokhe, Lina Chang, Rias, Ong, Omega, Paulina, Aya, Nia Deta, Eva, Lussy, Jovan, Rosye, Widia, Linna, Yuyun, Lisa Pus, dan teman-teman FST serta FKK angkatan 2005 atas kebersamaan, suka duka selama kuliah dan praktikum serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

  10. Ci Cipi, Ci Dian K. yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  11. Mas Wagiran, Mas Sigit, Pak Musrifin, Mas Agung, Pak Iswandi, Mas Bimo, Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Ottok, Mas Kunto, Pak Parlan, dan laboran-laboran lain yang telah banyak membantu selama penelitian.

  12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 13 Agustus 2009 Penulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 13 Agustus 2009 Penulis

  (Margaretha Angela Giovanny Bintoro) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Jerawat merupakan salah satu masalah kulit yang pernah dialami oleh sebagian besar orang. Jeruk nipis merupakan salah satu bahan alam yang sudah terbukti khasiatnya secara empiris dapat mengobati masalah jerawat. Pada penelitian ini akan digunakan perasan jeruk nipis sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan gel antiacne. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek yang dominan dari CMC, propilen glikol, dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas gel antiacne perasan jeruk nipis. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan area komposisi optimum CMC dan propilen glikol pada formula gel antiacne perasan jeruk nipis.

  Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni yang bersifat eksploratif menggunakan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level. CMC dan propilen glikol digunakan sebagai faktor, masing-masing dalam level rendah dan level tinggi. Optimasi dilakukan terhadap parameter sifat fisik dan stabilitas gel yang meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas setelah gel disimpan selama 1 bulan. Analisis statistiknya menggunakan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CMC dominan dalam menentukan respon daya sebar dan viskositas gel. Interaksi antara CMC dengan propilen glikol dominan dalam menentukan respon pergeseran viskositas gel. Pada superimposed contour plot ditemukan area komposisi optimum CMC dan propilen glikol yang diprediksikan sebagai formula optimum gel antiacne perasan jeruk nipis. Kata kunci : perasan jeruk nipis, CMC, propilen glikol, desain faktorial, gel

  antiacne PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

  Acne is one of skin problem which has been experienced by most of people. Lime is one of nature substance which has been empirically virtue evidenced can heal acne problem. At this research will be used distillation of lime as active substance in making antiacne gel. The purposes of this research were to know the dominant effect among CMC, propylene glycol, and interaction between CMC and propylene glycol in order to determine physical properties and stability from distillation of lime antiacne gel. The other purpose was to get optimum composition area of CMC and propylene glycol on distillation of lime antiacne gel formula.

  This research was a pure experimental study with explorative characteristic based on factorial design with 2 factors and 2 levels. CMC and propylene glycol were used as factors, each on low level and high level. Optimization were done at parameter of physical properties and gel stability which include spreadability, viscocity, and viscocity shift after gel was storage during 1 month. Statistic analysis used Yate’s treatment with 95% level of confidence.

  The result of this research showed that CMC dominant in determining spreadability and viscocity gel response. Interaction between CMC with propylene glycol dominant in determining viscocity shift gel response. At superimposed contour plot was found optimum composition area of CMC and propylene glycol which was predicted as optimum formula of lime’s distillation antiacne gel.

  Keywords : distillation of lime, CMC, propylene glycol, factorial design, antiacne gel

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

   HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

      PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

  

  

  

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

  

  

  

  

  

  

      

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Jerawat merupakan salah satu masalah kulit yang pernah dialami oleh

  sebagian besar orang. Jerawat merupakan kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang secara spontan pada usia sekitar 20-30 tahun. Tetapi banyak orang yang sudah mencapai usia baya tetapi masih timbul jerawat (Price dan Wilson, 1985).

  Jerawat akan timbul pada wajah, leher terutama bagian belakang, punggung bagian atas, dada bagian depan, bahu dan telinga (Brown dan Burns, 2005). Timbulnya jerawat terutama pada remaja disebabkan karena beberapa faktor seperti keseimbangan hormonal, infeksi bakteri, stress, makanan atau penggunaan kosmetik (Chomnawang, Surassmo, Nukoolkarn, Gritsanapan, 2005).

  Salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan timbulnya jerawat adalah meningkatnya produksi hormon testosteron yang dimiliki oleh tubuh pria dan wanita. Dengan meningkatnya produksi hormon testosteron ini dapat memicu timbulnya jerawat dengan merangsang kelenjar minyak untuk memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar minyak dan pembentukan komedo. Hal ini dapat mengakibatkan peradangan pada kulit. Jika penyumbatan yang terjadi

  2

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  semakin besar, komedo terbuka muncul sehingga terjadi interaksi dengan bakteri jerawat (Anonim, 2006). Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan jerawat antara lain Propionibacterium acne yang bersifat anaerob fakultatif, Staphylococcus

  

aureus yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif, dan Staphylococcus epidermidis

yang bersifat aerob dan anaerob (Holt, Krieg, Sneath, Staley, Williams, 2000).

  Sediaan antiacne yang beredar di pasaran umumnya berupa lotion, sabun,

  

cream , emulsi, dan suspensi. Namun karena keterbatasan dari masing-masing

  bentuk sediaan tersebut, maka perlu dibuat bentuk sediaan lain yang memiliki sifat fisik dan estetika yang lebih baik yaitu gel. Meskipun sediaan gel antiacne sudah ada di pasaran tetapi masih jarang ditemui. Sediaan gel juga memiliki konsistensi yang lembut, mampu melekat dalam waktu yang lama, serta dapat memberikan sensasi dingin, dan tidak meninggalkan bekas saat digunakan sehingga akan meningkatkan kenyamanan pada pengguna.

  Sediaan gel antiacne yang dibuat pada penelitian ini termasuk golongan hidrogel. Hidrogel ini dipilih sebagai sediaan antiacne karena komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan obatnya memiliki kompatibilitas yang relatif baik dengan jaringan biologis (Zatz dan Kushla, 1996). Selain itu hidrogel cocok sebagai salap tidak berlemak untuk penerapan pada kulit dengan fungsi berlebihan kelenjar sebaseus (seboroiker) (Voigt, 1994). Hidrogel akan memberi efek mendinginkan karena evaporasi pelarut. Hidrogel mudah diaplikasikan dan memberi kelembaban secara instan, tetapi pada penggunaan jangka panjang akan membuat kulit kering. Dengan demikian, diperlukan humektan seperti gliserol (Buchmann, 2001). Hidrogel lebih disukai oleh konsumen karena tidak

  3

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  meninggalkan rasa berminyak, dan tidak lengket tetapi kering membentuk suatu lapisan tipis yang dapat dicuci dengan air (Nairn, 1997).

  Pada penelitian ini digunakan bahan alam sebagai bahan aktif dari sediaan gel antiacne karena lebih aman dibandingkan bahan kimia yang sintesis maupun semisintesis. Banyak bahan alam yang dapat berkhasiat sebagai antiacne, salah satunya adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle). Hal ini sudah terbukti secara empiris di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang sudah menggunakan jeruk nipis untuk mengobati masalah jerawat, misalnya dengan memotong buah jeruk nipis masak tipis-tipis, kemudian menggosokkan potongan tersebut pada bagian muka yang berjerawat dan berminyak (Dalimartha, 2000).

  Penggunaan jeruk nipis di atas membutuhkan persiapan yang tidak praktis. Untuk mengatasi masalah tidak praktis tersebut maka ada baiknya jika jeruk nipis tersebut diformulasikan menjadi bentuk sediaan yang lebih praktis saat akan menggunakannya, oleh karena itu pada penelitian ini akan digunakan perasan jeruk nipis sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan gel antiacne. Selain itu jeruk nipis juga dapat membantu mengurangi produksi minyak kulit yang ada di wajah sehingga akan menambah khasiat dari gel antiacne yang dibuat. Bagian jeruk nipis yang digunakan dalam pembuatan gel antiacne ini adalah perasan buahnya.

  Pembuatan formula gel antiacne perasan jeruk nipis ini menggunakan CMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan. Gelling agent untuk kebutuhan farmasi dan sediaan kosmetik harus bersifat inert, aman, dan tidak reaktif dengan komponen yang lain (Zatz dan Kushla, 1996). Bahan aktif

  4

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang digunakan dalam sediaan gel antiacne perasan jeruk nipis ini stabil pada suasana asam. Untuk menjaga kestabilan perasan jeruk nipis dibutuhkan kondisi yang asam, sehingga sediaan gel antiacne perasan jeruk nipis harus berada pada suasana asam. CMC dapat digunakan sebagai gelling agent dalam sediaan gel dengan bahan aktif perasan jeruk nipis karena CMC memiliki stabilitas yang baik pada suasana asam maupun basa (pH 2-10). Propilen glikol memiliki stabilitas yang baik pada pH 3-6 (Allen, 2002). Oleh karena itu propilen glikol dapat digunakan sebagai humektan dalam pembuatan gel antiacne perasan jeruk nipis.

  Gelling agent dan humektan merupakan bagian yang sangat berpengaruh

  terhadap kualitas fisik dari sediaan gel. Gelling agent akan membentuk jaringan struktural yang merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem gel (Zatz dan Kushla, 1996). Humektan akan menjaga kestabilan sediaan gel dengan cara mengabsorpsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan. Selain menjaga kestabilan sediaan, secara tidak langsung humektan juga dapat mempertahankan kelembaban kulit sehingga kulit tidak kering (Harry, 1982). Oleh karena itu penggunaan gelling agent dan humektan perlu diperhatikan komposisinya.

  Untuk menentukan komposisi gelling agent dan humektan yang optimum dapat digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor yaitu CMC dan propilen glikol, serta dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Selain itu metode desain faktorial dapat digunakan untuk mengetahui efek yang dominan antara CMC, propilen glikol, dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik (daya sebar, viskositas) dan stabilitas (persen pergeseran viskositas) gel

  5

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antiacne (Voigt, 1994). Dari uraian di atas, diharapkan dari penelitian ini dapat

  diperoleh area komposisi optimum gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus

  

aurantifolia Swingle) dengan sifat fisik dan stabilitas gel antiacne perasan jeruk

nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang dikehendaki.

  1. Permasalahan

  a. Berapakah konsentrasi perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang dapat berpotensi sebagai antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan gel antiacne pada penelitian ini?

  b. Manakah yang dominan antara CMC, propilen glikol, dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)?

  c. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum CMC dengan propilen glikol pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)? 2.

   Keaslian penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang optimasi formula gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) menggunakan CMC sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dengan menggunakan metode desain faktorial belum pernah dilakukan.

  3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian

  6

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mengenai aplikasi desain faktorial tentang bentuk sediaan gel antiacne yang menggunakan bahan aktif yang berasal dari alam.

  b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui efek dominan dari CMC, propilen glikol, atau interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas gel antiacne. Selain itu juga bermanfaat untuk mengetahui komposisi formula optimum berdasarkan superimposed

  contour plot sifat fisik dan stabilitas gel antiacne yang menggunakan bahan aktif yang berasal dari alam.

  B.

  

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

  Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan gel antiacne dengan bahan aktif perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang memenuhi sifat fisik dan stabilitas tertentu dan mempunyai aktivitas sebagai antiacne.

2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui konsentrasi perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang dapat berpotensi sebagai antibakteri sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan gel antiacne pada penelitian ini.

  b. Mengetahui yang dominan antara CMC, propilen glikol, dan interaksi keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

  7

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c. Mengetahui apakah dapat ditemukan area komposisi optimum CMC dengan propilen glikol pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum gel antiacne perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

  Jeruk nipis ditanam di pekarangan atau di kebun, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, mudah mendapatkan air dan mendapat sinar matahari penuh. Jeruk nipis berasal dari kepulauan Hindia Timur. Di Indonesia tanaman ini dapat ditemukan pada ketinggian 1-1000 m di atas permukaan laut. Pohon kecil bercabang lebat, tetapi tidak beraturan, tinggi 1,5-3,5 m, batang bulat, berduri pendek, kaku, dan tajam. Daun tunggal, tangkai daun bersayap sempit. Bunga majemuk, bunga berbentuk bintang, diameter 1,5-2,5 cm, berwarna putih, baunya harum. Buahnya buah buni, berbentuk bulat telur, diameter 2,5-5 cm, berkulit tipis

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) 1. Klasifikasi tanaman Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rutales Suku : Rutaceae Marga : Citrus Jenis : Citrus aurantifolia Swingle (Dalimartha, 2000).

2. Morfologi tanaman

  9

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tanpa benjolan, berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya asam. Bijinya banyak, kecil-kecil, licin, bulat telur sungsang (Dalimartha, 2000).

3. Nama daerah

  Menurut Dalimartha (2000), di Indonesia tanaman jeruk nipis mempunyai nama yang berlainan, antara lain : Sumatera : kelangsa (Aceh) Jawa : jeruk nipis (Sunda), jeruk pecel (Jawa) Nusa Tenggara : jeruk alit, kaputungan, lemo (Bali), dongaceta (Bima), mudutelong (Flores), jeru (Sawu), mudakenelo (Solor), delomakii (Roti)

  Kalimantan : lemau nepis Sulawesi : lomo ape, lemo kapasa (Bugis), lemo kadasa (Makasar) Maluku : puhat em nepi (Buru), ahusi hinsi, aupsifis (Seram), inta, lemoneis, ausinepis, usinepese (Ambon), wanabeudu

  (Halmahera) 4.

   Kandungan kimia

  Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool. Selain itu, juga mengandung flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, choifolin, dan naringin. Buah masak mengandung synephrine dan N-methyltyramine. Di samping itu, juga mengandung asam sitrat, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin (A, B 1 , dan C) (Dalimartha, 2000).

  10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B.

  

Gel

  Gel merupakan sistem semisolid yang terdiri dari dispersi molekul- molekul kecil atau besar di dalam pembawa cairan berair yang membentuk seperti jeli dengan penambahan gelling agent. Di antara gelling agent yang digunakan berupa makromolekul sintetik, seperti carbomer 934, derivat selulosa (karboksimetilselulosa atau hidroksipropil metilselulosa), dan natural gum (tragacanth) (Allen, Popovich, Ansel, 2005).

  Gel dapat diklasifikasikan menjadi dua sistem. Sistem pertama membagi gel menjadi inorganik dan organik. Sistem kedua membagi gel menjadi hidrogel dan organogel dengan penambahan beberapa subkategori (Allen et al., 2005).

  Menurut Buchmann (2001), hidrogel adalah sistem hidrofilik yang utamanya terdiri dari 85-95% air atau campuran aqueous-alcoholic dan gelling

  

agent . Polimer organik yang biasa digunakan adalah asam poliakrilat (carbopol),

natrium karboksimetilselulosa, atau selulosa non ionik lainnya.

  Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air dalam strukturnya. Hidrogel merupakan sistem yang menyebabkan air tidak bisa bergerak karena adanya polimer tidak larut. Salah satu alasan disukainya hidrogel sebagai komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan obat adalah kompatibilitasnya yang relatif baik dengan jaringan biologis (Zatz dan Kushla, 1996).

  Hidrogel akan memberi efek mendinginkan karena evaporasi pelarut. Hidrogel mudah diaplikasikan dan memberi kelembaban secara instan, tetapi pada

  11

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penggunaan jangka panjang akan membuat kulit kering. Dengan demikian, diperlukan humektan seperti gliserol (Buchmann, 2001).

  Hidrogel lebih disukai oleh konsumen karena tidak meninggalkan rasa berminyak, dan tidak lengket tetapi kering membentuk suatu lapisan tipis yang dapat dicuci dengan air (Nairn, 1997).

  Gel pada penggunaan topikal sebaiknya tidak terlalu lengket. Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang terlalu tinggi atau penggunaan

  

gelling agent dengan bobot molekul yang terlalu besar akan menghasilkan gel

  yang susah diaplikasikan. Gelling agent dapat membentuk jaringan struktur yang merupakan faktor yang penting dalam sistem gel. Peningkatan jumlah gelling

  

agent dapat memperkuat jaringan struktur gel sehingga terjadi kenaikan viskositas

(Zatz dan Kushla, 1996).

  C.

  

CMC (carboxymethyl cellulose)

  CMC merupakan salah satu derivat selulosa, CMC merupakan senyawa anionik yang dapat digunakan sebagai thickening agent atau stabilizing agent (Osol, 1980). CMC dengan konsentrasi 4-6% dapat digunakan sebagai basis gel. Presipitasi dapat terjadi pada pH kurang dari 2; stabil pada pH antara 2-10, dengan stabilitas maksimum pada pH 7-8 (Allen, 2002).

  CMC memiliki sifat alir pseudoplastik di mana adanya tekanan akan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. CMC memiliki sifat yang mudah larut dalam air panas atau air dingin tapi sukar larut dalam pelarut organik. CMC merupakan polimer anion dengan berbagai tingkatan yang dibedakan berdasarkan

  12

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berat molekul dan derajat substitusi. Karakteristik gel yang dihasilkan seperti konsistensi dan viskositas tergantung pada konsentrasi polimer dan berat molekulnya (Zatz dan Kushla, 1996).

  D.

  

Propilen glikol

  Propilen glikol merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab. Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

  Rumus molekul propilenglikol adalah C

  

3 H

  8 O 2 (Anonim, 1995).

  OH OH H C C CH

  2

  3 H

Gambar 1. Struktur propilen glikol (Anonim, 1995)

Propilen glikol digunakan sebagai humektan, pelarut, dan plasticizer.

  Dapat pula sebagai desinfektan, penstabil vitamin, dan kosolven larut air (Boyland, Cooper, Chowhan, 1986). Pada konsentrasi 15-30% propilen glikol berfungsi sebagai pengawet (Rowe, Shesky, Owen, 2006). Propilen glikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1-5%, stabil pada pH 3-6 dan harus mengandung pengawet (Allen, 2002). Propilen glikol digunakan sebagai

  humectant pada konsentrasi 10% sampai 20% (Voigt, 1994).

  Propilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50%. Propilen glikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran mukosa,

  13

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  subkutan atau injeksi intramuskular, dan telah dilaporkan tidak terjadi reaksi hipersensitivitas pada 38% pemakai propilen glikol secara topikal (Loden, 2001).

  E.

  

Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Gel

1. Daya sebar

  Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak tiap tetes cairan atau preparasi semisolid yang berhubungan langsung dengan koefisien friksi. Faktor yang mempengaruhi daya sebar adalah formulanya kaku atau tidak, kecepatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan, serta temperatur pada tempat aksi.

  Kecepatan penyebaran bergantung pada viskositas formula, kecepatan evaporasi pelarut dan kecepatan peningkatan viskositas karena evaporasi (Garg, Aggarwal, Garg, Singla, 2002).

2. Viskositas

  Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; semakin tinggi viskositas maka semakin besar pula tahanannya (Martin dan Bustamante, 1993). Viskositas, elastisitas dan rheologi merupakan karakteristik formulasi yang penting dalam produk akhir sediaan semisolid.

  Peningkatan viskositas akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002).

  Dalam penyimpanannya, gel dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan (Anonim, 1995).

  Tiksotropik merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropik hanya

  14

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dapat diterapkan untuk bahan-bahan dengan tipe aliran plastis dan pseudoplastis (Martin dan Bustamante, 1993).

3. Pergeseran viskositas

  Beberapa faktor yang bertanggungjawab terhadap pergeseran viskositas adalah perubahan agen pembentuk viskositas atau interaksi dengan sistem pada kondisi istirahat. Hasil depolimerisasi akan menurunkan rata-rata berat molekul sehingga akan menurunkan viskositas. Pada umumnya, viskositas akan mencapai nilai plateau setelah satu atau dua minggu. Gel akan menunjukkan pergeseran viskositas yang kecil pada variasi temperatur penyimpanan yang normal. (Zatz dan Kushla, 1996).

  F.

  

Jerawat

  Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar pilosebasea (Price dan Wilson, 1985). Jerawat merupakan penyakit yang disebabkan oleh aktivitas hormon dan substansi lain pada kelenjar minyak yang ada di kulit (sebaceous glands) dan folikel-folikel rambut. Faktor-faktor ini berperan pada penyumbatan pori-pori dan pecahnya luka yang biasa disebut jerawat atau zits (Anonim, 2006). Penyumbatan disebabkan oleh pembentukan mikrokomedo yang berkembang menjadi komedo atau luka inflamasi (Leyden, 1997).

  Penyebaran jerawat ini sesuai dengan daerah kelenjar pilosebasea dan terjadi meliputi wajah, leher, dada, punggung dan bahu. Etiologi jerawat ini adalah multifaktor. Seringkali terdapat riwayat keluarga yang merupakan

  15

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penderita jerawat, terutama jerawat kistik. Berbagai jenis make-up dasar yang mengandung minyak sering memperberat jerawat, juga jenis minyak eksterna dan krim pelembab. Kecuali itu, kortikosteroid sistemik, yodida dan atau dilantin juga dapat memperberat jerawat. Hormon androgen memperberat jerawat, sedangkan pil keluarga berencana yang mengandung estrogen dapat menghilangkan jerawat (Price dan Wilson, 1985).

  Mikroorganisme seperti Propionibacterium acnes, Staphylococcus

  

aureus , dan Staphylococcus epidermidis berkembang biak dalam kondisi

  lingkungan yang dihasilkan dari perpaduan sebum yang berlebihan dan sel folikel sehingga menghasilkan mediator proinflammatory penyebab inflamasi (Kumar, Jayaveera, Kumar, Swamy, Sanjay, Kumar, 2007). Propionibacterium acnes termasuk bakteri gram positif dan bersifat anaerob fakultatif tetapi memiliki

  o

  variabel aerotolerance, pertumbuhan optimalnya pada temperatur 30-37 C (Holt

  

et al ., 2000). Jumlah bakteri Propionibacterium jerawat meningkat pada unit-unit

  pilosebasea pasien penderita jerawat. Penderita jerawat juga membentuk lebih banyak sebum (Price dan Wilson, 1985).

  Tujuan utama dari pengobatan jerawat adalah mengurangi proses peradangan kelenjar pilosebasea sampai terjadinya penghentian spontan gejala- gejala (Price dan Wilson, 1985).

  G.

  

Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase-positif, hal ini

  membedakannya dari spesies lain. Staphylococcus aureus merupakan patogen

  16

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  utama bagi manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi

  

Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya, bervariasi mulai dari keracunan

  makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996).

  o Staphylococcus aureus tumbuh paling cepat pada suhu 37

  C, tetapi

  o

  membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25

  C). Staphylococcus

aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua.

  Metabolisme dapat dilakukan secara aerob dan anaerob. Bakteri ini menyebabkan penyakit pada hampir semua jaringan tubuh yang terutama adalah abses.

  

Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada rongga hidung bagian

depan, perineum, saluran pencernaan, atau kulit (Jawetz et al., 1996).

  Pada jerawat, lipase Staphylococcus aureus melepaskan asam-asam lemak dari lipid dan menyebabkan iritasi jaringan. Staphylococcus aureus bersifat patogen dan invasif (Jawetz et al., 1996).

  H.

  

Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus epidermidis adalah organisme anaerobik yang

  menyebabkan infeksi superficial pada sebasea dan menyebabkan timbulnya nanah sehingga menimbulkan inflamasi pada jerawat (Kumar et.al., 2007). merupakan Staphylococcus koagulase-

  Staphylococcus epidermidis

  negatif. Koloni Staphylococcus epidermidis berwarna abu-abu sampai putih pada isolasi pertama. Stafilokokus koagulase-negatif merupakan flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi (Jawetz et al., 1996).

  17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI I.

   Uji Potensi Antibakteri

  Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Anonim, 1995).

  Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibakteri bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bacteriostatic) dan membunuh bakteri (bacteriocide). Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic menjadi bacteriocide bila kadar antibakterinya ditingkatkan (Anonim, 1995).

  Pengukuran aktivitas antibakteri secara in vitro dapat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi (Jawetz et al., 1996).

1. Metode difusi

  Prinsip pemeriksaan antibakteri dengan metode difusi ini adalah dengan pengukuran diameter hambatan obat, berdasarkan kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam media tempat bakteri uji. Cakram kertas atau paper disk yang mengandung antibiotika atau zat uji diletakkan di atas atau apabila dengan cara sumuran zat tersebut dimasukkan ke dalam sumuran. Besarnya daerah difusi sesuai dengan hambatan bakteri uji dan sebanding dengan kadar yang diberikan (Jawetz et al., 1996).

  18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2.

   Metode dilusi

  Prinsipnya adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi bakteri dalam media. Untuk dilusi padat, tiap konsentrasi larutan uji dicampurkan ke dalam media agar (Hugo dan Russel, 1987).

  J.

  

Iritasi Primer

  Iritasi adalah suatu reaksi pada kulit oleh zat kimia, misalnya alkali kuat, asam kuat, pelarut dan detergen. Beratnya bermacam-macam dari hyperemia, edema dan vesikulasi sampai pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan pertama (Lu, 1995).

  Iritasi primer kulit diukur dengan suatu teknik uji tempel pada kulit lecet atau kulit utuh kelinci yang rambutnya dicukur. Minimum digunakan enam subyek untuk tiap preparat yang diuji (masing-masing tiga ekor). Metode ini dilakukan dengan memasukkan di bawah tempelan satu inci 0,5 ml (bila cair) atau 0,5 g (bila padat dan semipadat) bahan uji. Untuk zat kimia yang padat, sebaiknya zat ini dicoba dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan larutan itu dioleskan.

  Seluruh badan hewan kemudian dibungkus dengan kain berlapis selama 24, 48, dan 72 jam periode pajanan. Prosedur terakhir ini membantu dalam mempertahankan tempelan uji pada posisinya, dan selain itu, mencegah penguapan zat-zat yang mudah menguap. Setelah 24 jam pertama pajanan, tempelan dibuang dan reaksi yang timbul dievaluasikan berdasarkan skor dalam tabel berikut ini (Lu, 1995).

  19

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel I. Evaluasi reaksi iritasi kulit (Lu, 1995)

  Jenis iritasi Skor Eritema Tanpa eritema

  Eritema hampir tidak nampak

  1 Eritema berbatas jelas

  2 Eritema moderat sampai berat

  3 Eritema berat (merah bit) sampai sedikit

  4 membentuk kerak Edema Tanpa edema

  Edema hampir tidak nampak

  1 Edema tepi berbatas jelas

  2 Edema moderat (tepi naik ± 1 mm)

  3 Edema berat (tepi naik lebih dari 1 mm dan

  4 meluas ke luar daerah pajanan) Setelah pengamatan selesai dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan indeks iritasi primer berdasarkan jumlah eritema dan jumlah edema yang mungkin terdapat pada kulit hewan uji dengan rumus di bawah ini :

  , , , ,

  Berdasarkan indeks iritasi primer yang diperoleh dapat diketahui kriteria iritasi dari masing-masing formula yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  

Tabel II. Indeks iritasi (Hayes, 2001)

  Indeks iritasi Kriteria iritasi senyawa kimia

  0 Tidak mengiritasi < 2 Kurang merangsang 2-5 Iritan moderat

  >5 Iritan berat K.

  

Desain Faktorial

  Desain faktorial adalah metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap

  20

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kualitas produk. Metode desain faktorial memungkinkan kita mengetahui faktor dominan yang berpengaruh terhadap kualitas produk atau mengetahui interaksi di antara faktor-faktor tersebut (Voigt, 1994).

  Desain faktorial adalah desain optimasi yang dipilih untuk menentukan pengaruh secara simultan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1990).

  Dalam desain faktorial terdapat beberapa istilah yaitu faktor, level, efek, dan respon. Faktor merupakan setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt, 1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan desain faktorial, perlu ditetapkan level yang diteliti, meliputi level rendah dan level tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Interaksi atau efek faktor merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Dokumen yang terkait

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan humektan gliserin dan gelling agent carbopol.

0 1 80

Optimasi sodium carboxymethyl cellulose sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan gel anti-aging ekstrak spirulina platensis menggunakan aplikasi desain faktorial.

2 13 114

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi formula sediaan gel hand sanitizer minyak atsiri jeruk bergamot dengan gelling agent carbopol dan humektan propilen glikol.

3 18 106

Optimasi gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol dalam sediaan gel anti-inflamasi ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata (Lam.)) dengan aplikasi desain faktorial.

7 60 112

Optimasi formula gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan CMC [Carboxymethyl cellulose] sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dengan metode desain faktorial.

0 1 110

Optimasi proses pencampuran gel repelan citronella oil dengan carbopol@6403%b/v sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan - USD Repository

0 1 105

Optimasi formula gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan CMC [Carboxymethyl cellulose] sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 108

Optimasi formula gel sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan carbopol sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humektan dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 1 107

Optimasi formula gel antiacne ekstrak daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi, l) dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 95