PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA

  PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: YASINTA ARIATI NIM : 069114092 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010  

  PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: YASINTA ARIATI NIM : 069114092 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010  

DOA BUNDA ELISABETH

  iv

  O… Pencinta hatiku yang manis, berilah aku bagian dalam duka-Mu, semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta, buatlah aku cakap dalam pengabdian-Mu tetapi tidaklah bermanfaat bagiku saja, pun juga bagi keselamatan sesama manusia. Amin

   

  HATI YANG SUDAH MEMBATU PUN MASIH AKAN TERGERAK KALAU MERENUNGKAN CINTA KASIH YESUS KRISTUS (EG 94)

               

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Yesus Kristus Bunda Maria, Bunda Elisabeth, St. Carolus Borromeus, Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus

  Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta  

serta orang-orang yang telah turut mendukung panggilanku dengan tulus hati

  

PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA

YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA

  Yasinta Ariati

  

ABSTRAK

Studi deskriptif kuantitatif dan kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kaum

muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara. Subyek penelitian ini

adalah 100 kaum muda katolik dari paroki Kidul Loji, Pugeran, Jetis, Bintaran, Baciro, Kumetiran

dan Pringwulung. Pengujian validitas isi skala persepsi menggunakan professional judgement dan

uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach (0,919). Hasil penelitian menyatakan bahwa subyek

memiliki persepsi positif mengenai hidup membiara dengan mean empirik (154,19) yang lebih

daripada mean teoritik (120), dan dengan probabilitas (p) 0,000 (p < 0,05). Persepsi positif ini

lebih dominan pada aspek kaul keperawanan (mean = 55,63) daripada kaul kemiskinan (mean =

50,90) dan kaul ketaatan (mean = 47,66). Subyek penelitian kualitatif dengan kuesioner terbuka

mempunyai 75 subyek dan dengan kuesioner semi terbuka 87. Hasil penelitian kualitatif

memperlihatkan subyek memahami hidup membiara sebagai hidup yang wajar, menarik,

mengagumkan. Selain itu, mereka memandang hidup membiara sebagai hidup yang tidak bebas

(terikat pada aturan dan pemimpin), sehingga tidak tertarik untuk menjalaninya. Kata kunci: persepsi mengenai hidup membiara

  vii  

  

PERCEPTION OF THE CATHOLIC YOUTH IN YOGYAKARTA CITY

PARISHES ABOUT THE RELIGIOUS LIFE

  Yasinta Ariati

  

ABSTRACT

 

  The quantitative and qualitative descriptive study aims to know the perception of the

catholic youth in Yogyakarta city parishes about the religious life. The 100 subjects are of Kidul

Loji, Pugeran, Jetis, Bintaran, Baciro, Kumetiran and Pringwulung parishes. The validity testing

was done by the professional judgment and reliability by Alpha Cronbach (0.919). The results of

the research state that the subjects have positive perception of the religious life with emperical

mean (154.19) more than teoritical mean (120), and with the probability of 0.000 (p < 0.05). This

positive perception is more for the vow of chastity (mean = 55.63) than for both the vow of

poverty (mean = 50.90) and the vow of obedience (mean = 47.66). The qualitative research with

open questionnaire has 75 subjects and with semi open questionnaire has 87. The result show that

the religious life is understood as normal, interesting, and marvelous by the subjects. However

they have perception that there is no freedom the religious life, so that they are not interested to

join .

  Keywords: perception of the religious life    

  viii

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi hingga selesai tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Psi, selaku Kepala prodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Heri Widodo, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran, mengarahkan dan membimbing saya, sehingga skripsi ini dapat selesai.

  4. Bapak Mintono, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang turut memberi inspirasi dan dukungan akademik kepada penulis.

  5. Bapak Heri Widodo, M.Psi., Dr. A. Priyono Marwan, SJ dan ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberi berbagai masukkan yang sangat berarti bagi penulis.

  6. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas bimbingan dan segala bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga. x  

  7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mbak Nanik, Mas Gandung & Pak Gie di Sekretariat, Mas Muji di Laboratorium dan Mas Doni di Ruang Baca, terimakasih banyak atas segala bantuan dan kesabaran dalam membantu kelancaran penulis selama proses administrasi, kuliah dan skripsi.

  8. Kongregasi CB melalui Sr. Sesilia, CB beserta staf DPP yang telah memberi saya kesempatan untuk menimba ilmu yang dapat menambah wawasan dan menjadi bekal dalam pelayanan. Terimakasih pula untuk dukungan dan doa-doanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  9. Sr. Justa, CB, yang banyak memberikan arahan dan dukungan selama saya tinggal di komunitas Stella Duce menjalani tugas studi.

  10. Sr. Hetty, CB dan para suster komunitas Postulat-Novisiat yang penuh pengertian dan selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

  11. Bapak dan Ibu dan kakak yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan doa yang tulus.

  12. Spy, Wulan, Ratri, yang sudah membantu dalam penyabaran kuesioner, teman-teman bimbingan bapak Heri Widodo, M.Psi dan semua teman- teman angkatan 2006 yang selalu memberi semangat di setiap kesempatan.

  13. Sahabat-sahabat, yang selalu setia mendoakan dan memberikan motivasi sehingga saya bersemangat mengerjakan skripsi ini.

  14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan konstribusi atas penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak xi  

  Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan kritik dan saran demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca

  Yogyakarta,

  17 Mei 2010 Penulis xii  

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  

ILMIAH ......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx

  

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

  6 BAB II. DASAR TEORI............................................................................... 7 A. Persepsi Terhadap hidup Membiara....................................................

  7

  1. Persepsi ......................................................................................... 7 1.1.Pengertian Persepsi .................................................................

  7 1.2.Aspek-aspek Persepsi..............................................................

  9 1.3.Faktor yang Mempengaruhi Persepsi......................................

  10 2. Hidup Membiara ...........................................................................

  12 3. Persepsi Hidup Membiara .............................................................

  15 B. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta ........................

  15 1. Pengertian dan Batasan Kaum Muda ............................................

  15 2. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta ..................

  17 C. Persepsi Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta Terhadap Hidup Membiara .................................................................

  18 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 19 A. Jenis Penelitian....................................................................................

  19 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian/Batasan Penelitian .............

  20 C. Subyek Penelitian................................................................................

  21 D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ..................................................

  22 1. Penelitian Kuantitatif ....................................................................

  22 1. 1. Instrumen Pengukuran Penelitian Kuantitatif .......................

  24 1.1.a Validitas dan Seleksi Item............................................

  24 1.1.b Reliabilitas ...................................................................

  25 1. 2. Paparan Hasil Uji Coba.........................................................

  26 1.2.1 Pelaksanaan Uji Coba ..................................................

  26 1.2.2 Hasil Uji Coba..............................................................

  26

  1.2.2.a Uji Validitas dan Seleksi Item.........................

  27 1.2.2.b Reliabilitas ......................................................

  28 2. Penelitian Kuantitatif ....................................................................

  28 2.1 Kuesioner Terbuka ................................................................

  28 2.2 Kuesioner Semi Terbuka.......................................................

  29 2.3 Instrumen Pengukuran penelitian Kuantitatif .......................

  31

  2.3.1 Kredibilitas.................................................................. 31

  2.3.2 Dependabilitas............................................................. 31 2.3.3 Keabsahan Data...........................................................

  32 E. Metode Analisis ..................................................................................

  32 1. Penelitian Kuantitatif ....................................................................

  32 2. Penelitian Kualitatif ......................................................................

  34 2.1 Organisasi Data .....................................................................

  34

  2.2 Pengkodean ........................................................................... 34

  2.3 Interpretasi ............................................................................ 35 2.4 Penarikan Kesimpulan ..........................................................

  35 F. Prosedur Penelitian .............................................................................

  35 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 37 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................

  37 B. Data Demografis Subyek Penelitian ...................................................

  37 C. Hasil Penelitian ...................................................................................

  37 1. Penelitian Kuantitatif ..........................................................................

  37 1.1 Uji Normalitas.............................................................................

  38

  1.2 Analisis Deskriptif ......................................................................

  38 2. Penelitian Kualitatif ............................................................................

  43 2. 1 Kuesioner Terbuka ......................................................................

  43 2. 2. Kuesioner Semi Terbuka.............................................................

  56 D. Pembahasan......................................................................................... 62

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 67

A. Kesimpulan ......................................................................................... 67 B. Keterbatasan Penelitian.......................................................................

  67 C. Saran.................................................................................................... 68

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69

LAMPIRAN................................................................................................... 73

  DAFTAR RABEL

  41 9. Kategorisasi Subyek Pada Skala Perse ...................................................

  49 17. Hal Negatif dalam Hidup Membiara.......................................................

  48 16. Hal Positif dalam Hidup Membiara ........................................................

  47 15. Alasan Hidup Membiara Relevan di Jaman ini.......................................

  47 14. Relevansi Hidup Membiara Di Jaman Ini...............................................

  46 13. Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan Di Jaman ini...................

  45 12. Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini .....................................

  43 11. Pemahaman Mengenai Hidup Membiara................................................

  42 10. Kesan Terhadap Hidup Membiara ..........................................................

  41 8. Ringkasan Post Hoc Test ........................................................................

  Tabel Halaman

  6. Hasil Uji T-test One Sample.................................................................... 40 7. Hasil Uji Anova ......................................................................................

  39

  38 5. Distribusi Frekuensi Data........................................................................

  27 4. Hasil Penelitian .......................................................................................

  3. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara Bentuk Final Skala.................................................................

  27

  2. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara yang Valid dan Gugur Setelah Uji Coba ...............................

  23

  1. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara Sebelum Uji Coba..................................................................

  51

  18. Daya Tarik Hidup Membiara ..................................................................

  52 19. Alasan Hidup Membiara Menarik...........................................................

  52 20. Ketertarikan untuk Hidup Membiara ......................................................

  53 21. Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara.......................................

  54 22. Usulan untuk Hidup Membiara...............................................................

  55 23. Tokoh Idola .............................................................................................

  56 24. Alasan Memilih Ibu Teresa dari Kalkuta ................................................

  57 25. Perilaku yang Paling Disukai dalam Hidup Membiara...........................

  58 26. Alasan Perilaku Sederhana yang Paling Disukai ....................................

  59 27. Perilaku yang Paling Tidak Disukai dalam Hidup Membiara ................

  60

  28. Alasan Perilaku Taat Pada Aturan dan Pemimpin yang Paling Tidak Disukai .................................................................................................... 60

  DAFTAR GRAFIK

  52 11. Ketertarikan untuk Hidup Membiara ......................................................

  60

  59 18. Perilaku yang Paling Tidak Disukai dalam Hidup Membiara ................

  58 17. Alasan Perilaku Sederhana yang Paling Disukai ....................................

  57 16. Perilaku yang Paling Disukai dalam Hidup Membiara...........................

  56 15. Alasan Memilih Ibu Teresa dari Kalkuta ................................................

  55 14. Tokoh Idola .............................................................................................

  54 13. Usulan untuk Hidup Membiara...............................................................

  53 12. Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara.......................................

  52 10. Alasan Hidup Membiara Menarik...........................................................

  Grafik Halaman 1. Kesan Terhadap Hidup Membiara ..........................................................

  51 9. Daya Tarik Hidup Membiara ..................................................................

  49 8. Hal Negatif dalam Hidup Membiara.......................................................

  48 7. Hal Positif dalam Hidup Membiara ........................................................

  47 6. Alasan Hidup Membiara Relevan di Jaman ini.......................................

  47 5. Relevansi Hidup Membiara Di Jaman Ini...............................................

  46 4. Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan Di Jaman ini...................

  45 3. Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini .....................................

  43 2. Pemahaman Mengenai Hidup Membiara................................................

  19. Alasan Perilaku Taat Pada Aturan dan Pemimpin yang Paling Tidak Disukai .................................................................................................... 60

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Halaman 1. Skala Persepsi Uji Coba ..........................................................................

  73 2. Reliabilitas Skala Uji Coba .....................................................................

  80 3. Skala Persepsi Setelah Uji Coba .............................................................

  82 4. Reliabilitas Skala Persepsi Setelah Uji Coba ..........................................

  88 5. Uji Normalitas.........................................................................................

  90 6. Data Statistik ...........................................................................................

  91 7. Kuesioner Terbuka ..................................................................................

  92 8. Hasil Kuesioner Terbuka ........................................................................

  95

  9. Kuesioner Semi Terbuka......................................................................... 129

  10. Hasil Kuesioner Semi Terbuka ............................................................... 131

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan kemajuan yang terjadi di dunia modern saat ini, terjadi

  begitu cepat dengan segala kecanggihan di bidang teknologinya. Globalisasi dan modernisasi banyak membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat. Kecanggihan teknologi menawarkan berbagai macam kemudahan hidup. Perkembangan yang pesat di bidang informasi, komunikasi, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membantu manusia untuk semakin efektif dalam menjalankan profesi masing-masing.

  Di sisi lain, globalisasi juga membawa dampak negatif yang dapat menghancurkan kehidupan bangsa kita. Beberapa hal negatif antara lain merebaknya budaya instan, hedonisme, konsumerisme, tindakan main kuasa, korupsi untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok serta ketidakpekaan terhadap penderitaan orang lain (Suparno, 2006). Dampak negatif lain yang ditimbulkan adalah gaya hidup yang mudah sekali berubah. Orang mudah merasa jenuh. Hal ini menjadikan seseorang sulit membuat komitmen terutama komitmen dalam jangka waktu yang panjang (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2009). Situasi ini didukung dengan berita-berita yang terdapat di media. Orang begitu mudah untuk kawin cerai dan banyak perselingkuhan yang terjadi karena mereka sulit setia dengan pasangannya (IN, 2009).

  1

   

  2 Zaman telah berubah, nilai-nilai sudah bergeser dan pandangan- pandangan mengenai hidup juga berubah. Hadir suatu fenomena gaya hidup yang mengedepankan “multi gaya”, artinya manusia tidak hanya melihat satu gaya hidup namun banyak gaya hidup yang menjanjikan kesuksesan duniawi yang langsung dilihat, diraba, digunakan dan dijadikan kekuatan. Terjadi suatu perubahan dalam memaknai hidup, di mana perioritas hidup kebanyakan orang saat ini adalah mengejar kesenangan, kenikmatan dan dorongan untuk mencari kesenangan sendiri (Sujasan, 2005).

  Situasi ini juga sangat berpengaruh pada kehidupan kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Kaum muda mengalami kemerosotan moral dengan merusak diri melalui minuman keras, narkoba atau pelampiasan nafsu seksual yang menghancurkan. Hal ini didukung dengan maraknya berita-berita di media mengenai kaum muda yang minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang dan melakukan pemerkosaan (AP, 2009). Tawaran hidup yang dihadapi kaum muda jauh lebih kompleks, memikat, menggiurkan dan mengedepankan kenikmatan. Kaum muda jaman ini adalah kaum muda yang tidak dapat dilepaskan dari musik dan tokohnya, internet, film, mall, games,

  dugem dan kebebasan (Emilia, 2005)

  Di tengah situasi jaman yang menawarkan berbagai kenikmatan, hadir hidup membiara yang berbanding terbalik dengan gaya hidup yang ditawarkan oleh dunia saat ini. Hidup membiara merupakan panggilan hidup untuk hidup sendiri secara sukarela. Istilah hidup membiara tidak hanya

   

  3 terdapat dalam agama katolik, namun juga pada agama lain yaitu agama buddha. Menurut Bihkku Uttamo (2003), hidup membiara pada agama buddha berarti hidup sendiri dengan menjadi pertapa di vihara sebagai bhikkhu, samanera, anagarini dan silacarini. Tujuan mereka menjadi pertapa dan tingal dalam biara yang disebut vihara adalah untuk pemurnian hati.

  Sementara itu, hidup membiara dalam agama katolik adalah panggilan untuk hidup sendiri secara sukarela dengan menjadi imam, bruder dan suster. Mereka merupakan tokoh dalam gereja katolik yang memilih untuk melayani Tuhan melalui berbagai macam karya yaitu pastoral, sosial, pendidikan dan kesehatan. Seseorang yang memilih untuk hidup menjadi imam, bruder, dan suster harus menjalankan tiga perintah injili yaitu menyerahkan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan (Kaha, 2004).

  Menurut Pidyarto (2003) adanya ikatan ketiga kaul menjadikan hidup membiara sangat berbeda dengan gaya hidup yang menawarkan kenikmatan- kenikmatan yang bersifat duniawi. Mereka ingin meneladan Yesus Kristus sehingga mencapai kesempurnaan cinta dan mempersembahkan diri secara total kepada Tuhan dan sesama. Hubungan dengan Tuhan sangat penting sehingga mereka menjadi insan pendoa. Cara hidup mereka menjadi kesaksian bagi dunia bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup kekal yang jauh mengatasi hidup fana di dunia ini.

  Semangat kemurnian mengajak untuk menghargai tubuh dan pribadi manusia dengan tidak menyalahgunakan tubuh lewat seks bebas, narkoba dan

   

  4 pemuasan nafsu yang akhirnya merusak diri sendiri. Menghayati semangat kemiskinan, mengajak kaum biarawan-biarawati lepas bebas terhadap barang dunia termasuk kesenangan, kenikmatan, bermurah hati pada orang lain terlebih orang yang kecil. Semangat ketaatan berarti mewartakan nilai kerendahan hati dan ketaatan pada Allah sehingga bebas dari kecenderungan untuk menindas hidup orang lain (Suparno, 2006).

  Kaum biarawan-biarawati yang menghayati hidup religius secara otentik dapat menjadi saksi-saksi hidup bahwa kerajaan Allah jauh lebih penting dan berharga bagi dunia. Kehadiran mereka di tengah dunia ini dapat menjadi teladan untuk hidup lebih baik (Olla, 2008). Salah satu biarawati yang sangat dikagumi oleh kebanyakan orang di jaman ini adalah Bunda Teresa dari Kalkuta. Di tengah dunia yang menawarkan berbagai macam kenikmatan, ketidakpedulian terhadap orang lain, Bunda Teresa hadir dengan semangat berani menentang arus jaman. Bunda Teresa, memberikan seluruh hidupnya bagi orang-orang kusta yang tersingkir dari masyarakat, sehingga mereka mengalami kedamaian hati (Maalouf, 2001).

  Pada jaman misionaris abad ke-XVI, panggilan hidup membiara dengan meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus Kristus begitu mempesona sehingga jumlah kaum muda yang membiara berlimpah ruah. Pada jaman ini jumlah kaum muda yang tertarik untuk menjadi biarawan- biarawati semakin sedikit (Sujasan, 2005). Di Indonesia aneka tarekat/kongregasi, antara lain Suster Putri Bunda Hati Kudus (PBHK), Bruder Karitas (FC), Suster Putri Maria dan Yosef (PMY), Kongregasi

   

  5 Suster-suster Amal kasih Darah Mulia (ADM), Ordo Suster-suster Santo Dominikus (OP), SP Maria Dikandung Tanpa Dosa (OMI), Kongregasi Bruder-bruder Santo Aloisius (CSA), Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda (MTB), Suster-suster Carolus Borromeus (CB), Suster-suster Abdi Kristus (AK), Ordo Suster-suster Santo Fransiskus (OSF) dan Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ), mempunyai pengalaman yang sama bahwa jumlah calon yang masuk semakin sedikit. Calon yang masuk pada setiap tarekat untuk setiap tahunnya terutama lima tahun terakhir rata-rata berjumlah 3 hingga 5 orang. Tarekat AK dan OSF, dua tahun terakhir ini bahkan tidak memiliki calon (Ariati, 2009)

  Berdasarkan pengalaman seorang biarawati yang berkarya di dunia pendidikan, setiap awal tahun ajaran ia bertanya pada siswa baru tentang cita- cita atau tujuan hidup di masa mendatang. Jawaban mereka bermacam- macam, namun dari sekian ratus siswa hanya satu atau dua orang yang berpikir dan tertarik untuk hidup membiara (Moekti, 2005). Hasil wawancara penulis dengan beberapa kaum muda, memberi gambaran yang sama. Mereka mengatakan mengenai hidup membiara ”ah, enggaklah, kayaknya berat deh”, ”menjadi orang baik kan tidak harus jadi romo, bruder, suster”, dan ”nanti dululah, pikir dulu”. Fenomena ini menimbulkan suatu keprihatinan bagi gereja: mengapa jumlah kaum muda yang berminat untuk menjadi biarawan- biarawati sangat sedikit, apakah hidup membiara sudah tidak menarik lagi di jaman ini?

   

  6 Menurut Peter dan Olson (1999), persepsi turut menentukan individu dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini menyangkut proses informasi di dalam diri individu berkaitan dengan objek atau kejadian objektif yang ada di sekitarnya. Persepsi mengenai hidup membiara turut berperan dalam menentukan ketertarikan seseorang untuk hidup membiara. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi kaum muda katolik mengenai hidup membiara di jaman ini.

  Penelitian ini memusatkan perhatian pada kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta karena mereka turut memberikan sumbangan yang besar kepada keberlanjutan dan perkembangan hidup membiara.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara

  C. Tujuan

  Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat Praktis Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang persepsi kaum muda mengenai hidup membiara.

  Manfaat teoritis Hasil penelitian ini merupakan pengetahuan bidang Psikologi Sosial.

BAB II DASAR TEORI Bab dasar teori membahas persepsi hidup membiara dan kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta. A. Persepsi Hidup Membiara Bagian ini menjelaskan persepsi, hidup membiara dan persepsi mengenai hidup membiara.

1. Persepsi

  Sub bagian ini menjelaskan pengertian persepsi, aspek-aspek persepsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.1. Pengertian Persepsi

  Matlin (1994) dan Walgito (1994) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris. Kesan sensoris adalah proses mengetahui dan mengenali objek atau kejadian objektif untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungannya. Kesan sensoris ini diterima secara sadar melalui alat reseptor atau alat indera. Stimulus yang diterima tersebut diteruskan ke otak sehingga individu menyadari apa yang diperoleh melalui penginderaannya tersebut. Selama proses persepsi, terjadi penambahan arti yang berasal dari pengalaman masa lalu dan merupakan kesadaran intuitif mengenai keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

  7

   

  8 Menurut Gibson (1997), persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Setiap individu memberikan arti terhadap stimulus dengan cara yang berbeda-beda karena setiap individu menanggapainya secara berbeda pula. Cara seseorang menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasi informasi dalam kehidupan mempengaruhi cara mempersepsi terhadap sesuatu.

  Peter dan Olson (1999) menjelaskan bahwa persepsi merupakan cara individu mengartikan dan meyakini berbagai objek ataupun kejadian objektif yang terjadi di lingkungan sekitar melalui indera-indera yang dimiliki. Persepsi menjadi faktor penting bagi individu dalam pengambilan sebuah keputusan. Hal ini menyangkut proses informasi di dalam diri individu berkaitan dengan objek atau kejadian objektif yang ada di sekitarnya. Meskipun pada akhirnya persepsi turut menentukan individu dalam bersikap dan bertingkah laku, namun pesepsi dalam penelitian ini berbeda dengan sikap.

  Sikap lebih mengarah pada kesiapan individu dalam merespon objek atau situasi secara konsisten dan dilakukan secara sadar, disertai kecenderungan untuk bertindak atau berperilaku. Azwar (2005) menjelaskan bahwa menurut kerangka pemikiran yang didasarkan pada skema triadik, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif atau berprilaku terhadap suatu objek.

   

  9 Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) learnability, dapat dipelajari baik secara sengaja ataupun tidak disengaja; (2)

  stability , konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama; (3) personal-societal significance, melibatkan hubungan seseorang

  dangan orang lain maupun dengan objek atau situasi baik tunggal maupun jamak; (4) approach-avoidance directionality, bersifat mendukung ketika objek atau orang lain seperti yang diinginkan dan bersifat menghindari ketika objek atau orang lain tidak seperti yang diharapkan; (5) melibatkan kognisi, afeksi maupun konasi (Ahmadi, 1991; Gerungan, 1986; Soetarno, 1994; Taylor, 2000)

  Berdasarkan uraian di atas, persepsi dapat diartikan sebagai cara individu mengartikan dan meyakini berbagai objek ataupun kejadian objektif yang terjadi di lingkungan sekitar melalui indera- indera yang dimiliki. Suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang mengenai objek itu.

1.2. Aspek-aspek Persepsi

  Menurut Peter & Olson (1999), proses persepsi melibatkan dua aspek penting. Aspek pertama adalah cipta (kognisi) yang mengacu pada tanggapan mental atau pemikiran. Fungsi utama dari kognisi adalah menginterpretasikan, memberi makna dan memahami pengalaman pribadi individu. Selain itu, kognisi berfungsi untuk menetapkan bagaimana pemecahan terhadap suatu permasalahan

   

  10 serta membandingkan alternatif pemecahan masalah dari sudut pandangan yang relevan kemudian mencari alternatif yang terbaik. Jadi, aktivitas kognisi yang terjadi dalam proses persepsi membantu seseorang menginterpretasi dan memberi makna suatu objek atau kejadian objektif

  Aspek yang kedua adalah rasa (afeksi). Afeksi mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan yang ada dalam diri seseorang turut menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu objek maka kemungkinan ia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan negatif terhadap suatu objek maka kemungkinan ia akan memiliki persepsi yang negatif (Peter & olson, 1999).

  Ada empat jenis tanggapan afektif sebagai wujud dari aspek afeksi dalam persepsi, yaitu (1) emosi, misalnya gembira, cinta, marah; (2) perasaan tertentu, misalnya rasa hangat, rasa berharga, rasa puas; (3) suasana hati, misalnya santai tenang, sedih, bosan; (4) evaluasi, misalnya rasa suka, rasa tidak suka, rasa nikmat (Peter & Olson, 1999).

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

  Persepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu keadaan individu sebagai perseptor berupa faktor-faktor dari dalam diri perseptor itu sendiri, misalnya cara belajar, keadaan jiwa atau suasana hati dan faktor motivasional. Selain itu, persepsi dipengaruhi

   

  11 oleh keadaan objek yang dipersepsi, yaitu kerakteristik-karakteristik yang ditampilkan oleh objek baik yang bersifat fisik, psikis maupun suasana ( Walgito, 1994).

  Menurut Walgito (1994), faktor yang berpengaruh dalam persepsi adalah: a) Perhatian, merupakan langkah pertama sebagi persiapan untuk mempersepsi. Walaupun banyak stimulus mengenai individu, tetapi tidak semua mendapat tanggapan dari individu yang bersangkutan.

  b) Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam individu yang langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari luar yang langsung mengenai alat indera.

  c) Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap objek atau situasi tertentu, ia mempunyai persepsi yang baik.

  Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, ia mempunyai persepsi yang buruk.

  d) Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia untuk bersikap dan berprilaku. Biasanya seorang individu menggunakan sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.

  e) Tingkat pendidikan, membantu mengembangkan pikiran logis dan rasional yang menentukan hubungan antara variabel-variabel secara tepat. Pendidikan mempengaruhi persepsi yang diberikan

   

  12 oleh seseorang, karena dengan pendidikan yang semakin tinggi, seseorang semakin mengembangkan pikiran yang logis dan rasional serta mempengaruhinya untuk memberikan pendapat yang matang.

  f) Usia, individu semakin jelas dan cermat dalam mempersepsi sesuatu sesuai dengan bertambahnya usia. Pada masa remaja akhir, seseorang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sikap-sikap, keinginan-keinginan, dan nilai-nilai baru.

2. Hidup Membiara

  Istilah hidup membiara dalam gereja katolik sering pula disebut hidup bakti atau hidup religius. Menurut Kitab Hukum Kanonik, Kanon 573-1 (2006), hidup membiara adalah bentuk hidup yang tetap yang dihayati kaum beriman atas dorongan Roh Kudus untuk mengikuti Kritus melalui pengikraran nasihat-nasihat injili. Hidup membiara merupakan hidup yang mempersembahkan diri secara total kepada Allah, demi kehormatan bagi-Nya dan pembangunan gereja serta keselamatan dunia. Hidup membiara mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pengabdian kerajaan Allah dan menjadi tanda cemerlang dalam gereja, mewartakan kemuliaan surgawi.

  Menurut Maslim (2004), hidup membiara adalah sebuah peristiwa Ilahi yang hadir dalam peristiwa manusiawi. Peristiwa ini terjadi melalui orang-orang yang secara khusus memberikan tanggapan aktif kepada panggilan Tuhan untuk menjadi biarawan-biarawati. Ajaran gereja katolik,

   

  13 dalam dokumen konsili Vatikan II Lumen Gentium artikel 44 (Hardawiryana, 1993), menyatakan bahwa hidup membiara adalah cara hidup untuk mempersembahkan diri secara total kepada Allah menurut tiga nasehat Injil. Ketiga nasehat Injil tersebut adalah kaul keperawanan atau kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan.

  Keperawanan merupakan inti atau hakikat hidup membiara, sebab dengan kaul itu, orang membaktikan diri secara total dan menyeluruh kapada Tuhan. Penyerahan total kepada Kristus dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan dengan terus-menerus semakin mengarahkan diri kepada Kristus khususnya dalam hidup doa. Kaul keperawanan merupakan intisari hidup membiara yang menjadi dasar kaul kemiskinan serta sumber kekuatannya (Jacobs, 1987).

  Kaul kemiskinan bukan berarti tidak memiliki apa-apa, tetapi segala miliknya termasuk waktu, kecakapan dan kepribadian dan segala apa yang dimiliki tersedia bagi orang lain (Jacobs, 1987). Dalam Kitab Hukum Kanonik, Kanon 710 (2006), dijelaskan bahwa kaul kemiskinan mempunyai dua aspek yaitu lebih asketis, berarti gaya hidup yang sederhana dan lebih apostolik, berarti kerelaan menyumbangkan apa saja demi kerasulan, tidak hanya menyangkut harta benda, melainkan tenaga, waktu, keahlian dan ketrampilan.

  Kesediaan yang dinyatakan dalam kaul kemiskinan mendapat bentuk yang konkrit dalam kaul ketaatan. Menurut Jacobs (1987), ketaatan tidak berarti mengikat diri kepada satu orang atau kepada peraturan

   

  14 tertentu, namun ketatan berarti kerelaan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan menurut tujuan suatu kumpulan religius tertentu. Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik kanon 710 (2006), kaul ketaatan dibedakan antara aspek asketis dan apostolik. Dalam kerangka askese atau latihan hidup rohani, ketaatan berarti kepatuhan kepada guru rohani. Berhubungan dengan kerasulan, kaul ketaatan berarti kerelaan membaktikan diri kepada hidup dan terutama kerasulan bersama.

  Demikian pula menurut Maslim (2004) dan Piet Go (1996), menyatakan bahwa pokok hidup membiara adalah kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Kaul keperawanan berarti hidup murni dan tidak kawin demi kerajaan surga, mencintai dan menerima setiap pribadi dengan tulus, perhatian dan banyak waktu untuk mencari Tuhan yang diwujudkan dengan doa.

  Kaul kemiskinan berarti sederhana dalam sikap, tindakan dan tutur kata, serta dalam hal milik dan kesenangan, tidak memiliki harta benda pribadi, rela berbagi segala yang dimiliki. Kesederhanaan juga meliputi kerendahan hati dan matiraga (Maslim, 2004).

  Kaul ketaatan berarti taat kepada pedoman dasar sebagai pegangan untuk berkembang dalam persatuan dengan Tuhan. Pedoman itu diterapkan oleh pembesar atau pemimpin untuk situasi konkret sehingga pembesar pun ditaati, taat pada bentuk hidup atau peraturan-peraturan dalam hidup bersama sesuai dengan corak hidup membiara yang dipilih (Maslim, 2004)

   

  15 Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa hidup membiara adalah cara hidup untuk mempersembahkan diri secara total kepada Allah dengan mengikrarkan ketiga nasihat injili yaitu kaul keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan.

3. Persepsi Hidup Membiara

  Persepsi hidup membiara adalah cara individu mengartikan dan meyakini hidup membiara yang merupakan cara hidup untuk mempersembahakn diri secara total kepada Tuhan menurut tiga nasihat Injil yaitu kaul keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan. Proses pengartian hidup membiara, dipengaruhi oleh kognisi dan afeksi individu.

B. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta

  Bagian ini menjelaskan pengertian dan batasan kaum muda serta kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta.

1. Pengertian dan Batasan Kaum Muda Kaum muda adalah mereka yang tergolong dalam periode remaja.

  Hurlock (1999) menyatakan bahwa istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh menjadi dewasa”. Istilah Adolescence yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas mencakup tumbuh ke arah kematangan fisik, mental, emosional, sosial, moral serta religius.

   

  16 Para ahli mempunyai pendapat yang beragam mengenai batas-batas masa remaja. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1981), usia remaja dibatasi antara usia 12-22 tahun. Sementara itu, menurut Hurlock (1999) masa remaja adalah saat anak menjadi matang secara seksual dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja terbagi dua yaitu remaja awal dan akhir. Batasan remaja menurut Sarwono (1994) adalah antara usia 11-24 tahun dan belum menikah yang merupakan masa perlalihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

  Piaget (1967) menyatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Piaget (1967) juga menjelaskan bahwa remaja memiliki pemikiran yang lebih abstrak dan idealistis. Remaja mulai berpikir tentang hal-hal yang ideal bagi diri sendiri dan orang lain. Remaja dapat berpikir secara logis yaitu mampu menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan melakukan pengujian secara sistematis. Masa remaja merupakan masa transisi yang penting dari anak menjadi dewasa, dari tergantung menjadi saling tergantung (inter-

  ), dari terkungkung menjadi bebas dari keterkungkungan. Masa

  dependence

  ini termasuk masa seseorang selalu ingin tahu, belajar dan mencari pengalaman. Remaja dituntut untuk memiliki keterampilan khusus yang bermanfaat untuk mengahadapi tantangan kehidupan (Santrock, 2002).

   

  17 Monks (2002) menyatakan masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang memberikan kesempatan seseorang untuk mencoba gaya hidup baru. Pada masa remaja, orang mulai menyadari perilaku, nilai dan sifatnya di masa kanak-kanak untuk mencari otonomi atas dirinya sendiri. Inilah masa pencarian identitas diri. Erikson (1968) menjelaskan bahwa pencarian identitas diri remaja disertai dengan penempatan sosok idola yang sifat dan perilakunya dikagumi dan disenangi.