KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

  

KETERLIBATAN KAUM AWAM

DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA

SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI

DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,

YOGYAKARTA

  

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  M. Triyono Yuliyanto NIM: 031124033

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) Propinsi Indonesia, pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, dan kampus IPPAK USD Yogyakarta.

  

MOTTO

  “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, dan menaruh harapan pada-Nya.” (Yer 17:7)

  

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis

  M. Triyono Yuliyanto

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : M. Triyono Yuliyanto Nomor Mahasiswa : 031124033 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN

GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA.

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Darma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 20 Desember 2008 Yang menyatakan, M. Triyono Yuliyanto

  

ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM

  

TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN

PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,

YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan hasil wawancara dan

  penyebaran kuesioner, penulis mempunyai keprihatinan bahwa masih sedikit umat yang bersedia untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, terutama keterlibatan dala m karya kerasulan. Salah satu wujud keterlibatan kaum awam diwujudkan dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki. Sebagai usaha melihat seberapa besar keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

  Kaum awam, berkat Sakramen Permandian dan Penguatan, dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Oleh sebab itu kaum awam turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah diwujudkan oleh Gereja kepada dunia yang mengarahkannya kepada Kristus. Kaum awam terlibat dalam karya keselamatan Allah dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus, yakni imamat (tugas menguduskan), nabi (tugas mewartakan), dan raja (tugas menggembalakan). Dalam melaksanakan karya kerasulan Gereja, kaum awam mewartakan karya keselamatan Allah kepada semua manusia melalui kenyataan hidup sehari- hari, baik dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja untuk membawa kesaksian akan misteri rencana karya keselamatan Allah bagi penebusan manusia. Salah satu perwujudan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan adalah keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat Allah, baik imam sebagai wakil Uskup maupun kaum awam sebagai wakil umat yang bersama- sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus.

  Sebagai usaha meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki penulis mengusulkan program katekese dengan model Shared

  

Christian Praxis (SCP). Model SCP mempunyai kekhasan bersifat dialogal dan

  partisipatif sarta menggarisbawahi peranan peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggung jawab. Program pendampingan ketekese model SCP ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran dan peranan pengurus Dewan Paroki dalam membangun jemaat, sehingga kaum awam semakin meningkatkan keterlibatan dalam karya kerasulan Gereja.

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is THE PARTICIPATION OF LAITY IN THE

  

CHRUCH MINISTRY AS THE OFFICIALS OF THE PARISH

COMMITTEE IN SAINT JOHN THE DISCIPLE PARISH OF

PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. The writer chose this title based on the

  result of interviews and questionnaires which show us that there are only a few number of lay persons who are available to engage actively in the Church; especially on her ministerial task. One of the realizations of the participation of the laity is their role as the members of the parish committee. The writer collected some data using qualitative research through interviews and random questionnaires in order to see the range of participation of the laity in the church ministry. The interviews and questionnaires were aimed to the officers of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta.

  Laity, for having accepted the Sacraments of Baptist and Confirmation, is called to proclaim God’s works of salvation. Therefore, the laity also participates in the saving action of the Lord. Church takes God’s work of salvation into its shape by directing the world to Christ. Laity is engaged to this work of salvation by taking part to the three- fold works of Christ, as a priest (to sanctify), a prophet (to proclaim), and a king (to shepherd). In accomplishing the ministerial works of the Church, lay persons proclaim the saving actions of the Lord through daily reality, both in the body of the Church herself and in the society. The laity ministerial service is a mission of the Church to wit nessing the God’s mystery of the works of salvation for the redemption of the mankind. One of the completions of the laity participation in the ministerial task is the involvement in the Parish Committee. Parish Committee is one model of unity of the God’s people ministers; with the priests as the vicars of the Bishops and laity as the representatives of all God’s people who together accomplish the task and vocation to partaking into the Christ’s three- fold works.

  As an effort to increase the participation of the laity in Parish Committee, the writer suggests the catechetical program modeled in the Shared Christian Praxis (SCP). This SCP Model has the dialogical and participative character and it underlines as well the roles of the participants as free and responsible subjects. This SCP model of program as catecheses is aimed to the offials/members of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta . It is meant to help them increase the consciousness and the role of the Parish Committee officers in building Church community, so that the laity will also increase their participation in the ministerial tasks of the Church.

  

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN

GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Skripsi

  ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan masih sedikitnya kaum awam yang terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan dalam meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja.

  Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak, yang dengan sepenuh hati, setia, meluangkan waktu, mendampingi, memberikan semangat, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan melalui doa, motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan semangat, dorongan, dan memberikan masukan serta koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  2. Rm. Dr. C. Putranta, S.J., selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing akademik yang selalu mendampingi, mendukung, menguatkan, membimbing, dan memberikan semangat kepada penulis selama menempuh studi di IPPAK USD ini, dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

  3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah memberikan dukungan dan evaluasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

  4. Segenap staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi hingga selesainya skripsi ini.

  5. Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr., Rm. Adolpus Suratmo, Pr., selaku Pastor paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dan segenap pengurus Dewan Paroki Pringwulung, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner untuk membantu penulis sehingga penulis memperoleh data yang dibutuhkan.

  6. Rm. Alexander Sapta Dwi Handoko, S.C.J., sebagai Pater Propinsial Kongregasi S.C.J. Indonesia yang telah memberikan tugas perutusan kepada penulis untuk studi di IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  7. Rm. Yohanes Juliwan Maslim, S.C.J., selaku Rektor Skolastikat S.C.J. dan Rm. Agustinus Riyanto, S.C.J., Rm. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J, Rm. Dr.

  F.A. Purwanto, S.C.J., dan Rm. P. Sugiarto, S.C.J. selaku staf Skolastikat S.C.J., konfrater S.C.J. II komunitas Visma Vijaya Praya (Fr. Rudiyanto, S.C.J., Fr. Mardani S.C.J., Fr. Marianus, S.C.J., Fr. Oki, S.C.J., Fr. Louis, S.C.J., Fr. Guntoro, S.C.J., Fr. Sriyanto, S.C.J., Fr. Alfonsus, S.C.J., dan Fr.

  Indri, S.C.J.), dan para konfrater yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, bantuan, usulan, sarana dan prasarana selama penulis menempuh studi dan proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabatku yang baik (Sr. Oktaviana K.S.F.L., Sr. Gratiana S.F.D., Fr.

  Irenius B.H.K., Marina Yulita, Br. Eduardus B.M., Sr. Angelina F.C.J.M., Sr. Yulia H.K., Hendi Kurniawan, dan Citra Kania Rahmawati Intan Putri).

  9. Teman-teman angkatan 2004 yang telah memberikan dukungan, perhatian kepada penulis selama penulis menempuh studi dan atas kerjasama yang baik selama perjalanan studi di kampus IPPAK USD.

  10. Kedua orang tua, kakak dan adik yang senantiasa memberi dukungan, semangat, perhatian, cinta, dan doa selama penulis menjalankan tugas perutusan untuk studi di Yogyakarta.

  11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan dukungan kepada penulis selama studi dan dalam penyusunan skripsi ini.

  Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik mereka semua dengan berkat dan rahmat yang melimpah. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi kaum awam yang peduli tehadap perkembangan Gereja.

  Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis M. Triyono Yuliyanto

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vii ABSTRAK .................................................................................................... viii

  

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

  KATA PENGANTAR.................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Permasalahan.................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6 D. Manfaat Penulisan............................................................................ 7 E. Metode Penulisan.............................................................................. 7 F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 8 BAB II. GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA ............................................. 10 A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta ..................................................................................... 10

  1. Sejarah dan Perkembangan Paroki............................................. 11

  2. Visi dan Misi Paroki................................................................... 16

  3. Situasi Goegrafis Paroki............................................................. 17

  4. Situasi Umat Paroki.................................................................... 18 B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja sebagai

  Pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 23

  1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Primngwulung ............................................................................ 23

  2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 27

  3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan Paroki .................................................... 29

  4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki ................................................ 33 C.

  Rangkuman Permasalahan-Permasalahan Pokok dalam Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 34

  1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja ....... 35

  2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki ......................................................................................... 36

  3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas- tugasnya ...................................................................................... 37

  4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja........................................................................ 39

  BAB III. KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN GEREJA SEBAGAI DEWAN PAROKI.............. 40 A. Identitas Kaum Awam.................................................................... 40

  1. Pengertian Awam secara Umum ................................................ 41

  2. Pengertian Awam dalam Gereja................................................. 41

  B. Kerasulan Gereja ............................................................................ 42

  1. Tritugas Kerasulan Gereja.......................................................... 44

  a. Kerasulan imamat ................................................................... 45

  b. Kerasulan kenabian................................................................ 47

  c. Kerasulan rajawi..................................................................... 49

  2. Peranan Kerasulan dalam Gereja ............................................... 51

  C. Kerasulan Awam dalam Gereja ...................................................... 52

  1. Kerasulan Awam........................................................................ 53

  a. Pengertian kerasulan awam.................................................... 53

  b. Dasar kerasulan awam............................................................ 56

  c. Arah dan tujuan kerasulan awam ........................................... 61

  d. Spiritualitas kerasulan awam.................................................. 65

  2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam .......................................... 67

  a. Pembinaan manusiawi ............................................................ 69

  b. Pembinaan rohani................................................................... 70

  c. Pembinaan pengetahuan teologis ........................................... 71

  3. Bidang-Bidang Kerasulan Awam............................................... 71

  D. Dewan Paroki ................................................................................. 73

  1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki.................................. 74

  a. Sejarah Dewan Paroki ............................................................ 74

  b. Pengertian Dewan Paroki....................................................... 76

  c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki ........................................... 77

  2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki........................................ 79

  a. Dewan Paroki sebagai persekutuan umat............................... 80

  b. Pedoman dasar Dewan Paroki................................................ 82

  3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja ........................ 96

  BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI DI PAROKI ST. YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA........................................................................... 100 A. Latar Belakang Pemilihan Program ............................................... 101 B. Alasan Pemilihan Tema.................................................................. 102 C. Rumusan Tema dan Tujuan............................................................ 103 D. Penjabaran Program ....................................................................... 105 E. Petunjuk Pelaksanaan Program....................................................... 108 F. Contoh Satuan Persiapan ................................................................ 109

  BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 124 A. Kesimpulan..................................................................................... 124 B. Saran............................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130 LAMPIRAN .................................................................................................. 133

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjamjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas

  Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 13.

  B. Singkatan Dokumen Gereja

  AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

  AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kagiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

  CFL : Christi Fideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret 1989.

  KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

  LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

C. Singkatan lain

  Art : Artikel Bdk : Bandingkan HAK : Hubungan antar Agama dan Kepercayaan Kan : Kanon KAS : Keuskupan Agung Semarang Litbang : Penelitian dan Pengembangan PANKAT : Panitia Katekese PD : Persekutuan Doa PDDP : Pedoman Dasar Dewan Paroki PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin PIA : Pendampingan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja PIU : Pendampingan Iman Umat PKL : Paguyuban Ketua Lingkungan PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki RAPB : Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja SCP : Shared Christian Praxis Sosek : Sosial ekonomi St : Santo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang

  berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis 2:1-13) untuk menerima Pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman mereka. Karena keterbatasan jumlah para rasul, maka mereka memilih dan mengangkat murid-murid untuk menjamin iman umat pada saat itu. Bahkan para rasul secara khusus memilih tujuh orang untuk melayani orang miskin dan para janda (Kis 6:3-6).

  Umat kristiani, seiring perkembangan zaman, mengalami perkembangan di berbagai penjuru dunia. Dengan bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut, maka dibutuhkan pelayan-pelayan bagi mereka dalam bidang rohani. Pada awalnya umat kristiani senantiasa mendapatkan pelayanan dari kaum klerus atau imam dan biarawan/biarawati. Menyadari akan kebutuhan pelayanan umat yang semakin berkembang memunculkan kesadaran kaum awam. Kebutuhan kaum awam turut serta dalam karya pelayanan (kerasulan) umat untuk mengambil bagian dan terlibat dalam karya pelayanan umat semakin besar dan mendesak

  (CFL, art. 3). Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan dan karya kerasulan diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem: Adapun zaman sekarang kita menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas. Sebab semakin bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah- masalah baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan. Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak bidang kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah, adakalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani. Selain itu dibanyak daerah, jumlah imamnya sangat sedikit (AA, art. 1). Menanggapi perkembangan umat beriman yang semakin pesat Paus

  Celasius (492-496) membagi daerah-daerah pedesaan menjadi paroki-paroki (Gitowiratmo, 2003: 21). Status pembentukan paroki semakin diperjelas terutama dalam Konsili Trente tahun 1563 dan lebih dipertegas lagi pada tahun 1917 dengan adanya ketentuan Hukum Gereja (Gitowiratmo, 2003: 21-26). Imam, dalam tugas penggembalaannya, menggembalakan umat lebih kurang 1.000-10.000 jiwa. Melihat kenyataan tersebut mau tidak mau para gembala/imam membutuhkan peran serta kaum awam dalam tugas penggembalaan.

  Konsili Vatikan II mengadakan perubahan besar dalam Gereja. Salah satu perubahan yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II antara lain mengenai paroki yaitu mengikutsertakan seluruh umat dalam persekutuan orang beriman Kristiani (KHK, kan. 581). Hal tersebut dipertegas oleh Gitowiratmo (2003: 29) yang mengatakan, “sejak tahun 1965, suasana hidup menggereja lambat laun yang saling bersekutu karena sama-sama menerima panggilan Allah dalam Kristus”. Melalui ungkapan tersebut, semakin jelas bahwa kaum awam juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan menggereja. Konsili Vatikan II menegaskan:

  Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah mejadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art.

  31). Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk berpartisipasi dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (CFL, art. 23). Peran serta kaum awam dalam karya kerasula n Gereja meliputi berbagai bidang kerasulan antara lain kerasulan jemaat-jemaat kristiani, kerasulan keluarga, kerasulan kaum muda, kerasulan lingkungan sosial, dan kerasulan bidang-bidang nasional dan internasional (AA, art. 10-14). Salah satu wujud nyata dari peranan umat dalam karya kerasulan Gereja yakni terlibat di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki, kaum awam turut terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Kaum awam, selain terlibat dalam tritugas Kristus, juga turut serta menampakkan persekutuan Allah Tritunggal yang melandasi segala kehidupan Gereja (KAS, 2004: 15).

  Peran serta kaum awam sangat dibutuhkan dalam usaha pendampingan hidup rohani umat beriman saat ini. Panggilan kaum awam untuk merasul merupakan panggilan kristiani. Melalui Sakramen Permandian kaum awam secara langsung menerima panggilan untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Dengan menerima Sakramen Penguatan panggilan unt uk merasul bagi orang kristiani semakin dipertegas. Hal senada juga diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem art. 3 yang mengungkapkan bahwa kewajiban dan hak kaum awam untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus sebagai kepalanya. Sebab, Sakramen Permandian meleburkan mereka ke dalam tubuh mistik Kristus, dan Sakramen Penguatan mengukuhkan mereka dengan daya Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri menetapkan tugas kerasulan. Panggilan khusus para awam ialah mengikhtiarkan Kerajaan Allah dengan menyelenggarakan urusan-urusan duniawi dan mengaturnya menurut kehendak Tuhan (Heuken, 1967: 5). Kaum awam, dalam tugas perutusannya, mempunyai kekhasan yakni bersifat khas duniawi. Hal tersebut dipertegas oleh Tondowidjojo (1990: 32) yang mengatakan:

  Kaum awam itu hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan setiap jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup berkeluarga dan hidup kemasyarakatan yang biasa, yang merajut seluruh keberadaan mereka. Di sana mereka dipanggil Allah agar - dalam menjalankan tugas khususnya, dibimbing oleh semangat Injil - mereka menyumbang pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Jadi tugas mereka secara khusus ialah: menerangi dan menata semua hal ikhwal dunia, yang erat behubungan dengan mereka sehingga selalu terjadi dan berkembang sesuai dengan Kristus, dan merupakan pujian bagi Pencipta dan Penyelamat.

  Peran serta kaum awam dalam kehidupan menggereja sangat dibutuhkan dan menjadi partner kerja para imam dalam pelayanan dan penggembalaan umat (Tondowidjojo, 1990: 59). Kaum awam seringkali masih kurang menyadari dan kurang memahami betapa pentingnya kehadiran mereka dalam kehidupam menggereja terutama dalam karya kerasulan. Salah satu bentuk karya kerasulan yang membutuhkan peranan kaum awam antara lain keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam beranggapan bahwa karya kerasulan merupakan tugas para imam, religius, dan kaum biarawan/biarawati (tanggung jawab kaum berjubah). Sebagai akibat dari anggapan tersebut kaum awam kurang melibatkan diri dalam karya kerasulan baik di paroki, lingkungan masing- masing, maupun di dalam masyarakat.

  Dewan Paroki merupakan le mbaga Gereja yang kehadirannya sangat dibutuhkan di dalam suatu paroki. Dewan Paroki mempunyai peranan sentral di dalam paroki karena Dewan Paroki merupakan suatu bentuk persekutuan umat yang didalamnya orang-orang beriman tertentu (kaum awam) menerima tanggung jawab pelayanan pastoral bersama dengan gembala mereka sebagai pemersatunya. Hidup matinya Dewan Paroki sebagai lembaga pelayanan umat sungguh-sungguh tergantung dari dukungan, keterlibatan, dan peran serta umat setempat.

  Kekurang-terlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki dapat disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti merasa tidak pantas, kurang mampu, mempunyai kesibukan kerja atau masih aktif di dunia kerja, dan sebagainya. Keterlibatan kaum awam juga sangat dibutuhkan, antara lain dalam hal pendampingan, membutuhkan pemimpin atau orang yang dituakan (pemuka umat) untuk menjamin kehidupan iman mereka.

  Penulis mengalami keprihatinan ketika melihat bahwa kaum awam masih kurang terlibat aktif untuk mengambil bagian dalam tugas kerasulan Gereja salah satunya keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Sebagai wujud keprihatinan penulis, maka dalam penulisan ini, penulis mencoba

  

awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di

Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta”.

  B. Rumusan Permasalahan

  Permasalahan pokok yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Sejauh mana kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, terlibat di dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

  2. Sejauh mana Gereja memahami keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

  3. Sejauh mana peranan katekese dalam meningkatkan peranan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung?

  C. Tujuan Penulisan

  Untuk lebih jelasnya tujuan penulisan “Keterlibatan kaum awam

  

dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki

Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” adalah:

  1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum awam di paroki St.

  Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam tugas perutusan Gereja terutama dalam keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki.

  2. Untuk memberikan sumbangan kepada Gereja tentang pemahaman Dewan Paroki sebagai salah satu perwujudan tugas kerasulan Gereja.

  3. Untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1

  (S1) Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  D. Manfaat Penulisan 1.

  Melalui penulisan, wawancara, dan penyebaran kuesioner ini penulis memperoleh wawasan yang luas tentang teori keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

  2. Melalui penulisan ini, dapat dijadikan oleh penulis sebagai dasar untuk semakin mendalami peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.

  3. Melalui penulisan ini, dapat semakin memperluas wawasan, sebagai bahan refleksi, dan untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam tugas kerasulan sebagai kepengurusan Dewan Paroki.

  E. Metode Penulisan

  Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif yaitu mendalami tentang keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes melakukan pengedaran angket dan melakukan wawancara kepada anggota dan pengurus Dewan Paroki serta kepada romo paroki. Selain itu penulis juga berusaha menge mbangkan refleksi pribadi melalui studi pustaka menggunakan buku-buku pendukung dari para ahli yang berkompeten di bidangnya selama penulisan skripsi ini. Akhirnya menjadi sebuah bahan refleksi bagi kaum awam dan pengurus Dewan Paroki untuk terlibat di dalam mengambil bagian dalam tugas kerasulan Gereja. Semoga melalui refleksi tersebut semakin banyak kaum awam yang terlibat di dalam karya kerasulan Gereja terutama keterlibatan kaum awam di dalam kepengurusan Dewan Paroki.

F. Sistematika Penulisan

  Penulisan skripsi ini yang berjudul “Keterlibatan kaum awam dalam

  

tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” terdiri dari beberapa bab, yakni

  sebagai berikut:

  Bab I berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini, penulis menuliskan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II memberikan gambaran umum keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Bertolak dari judul bab tersebut penulis pertama-tama mengangkat tentang sejarah paroki, situasi umat paroki, dan keterlibatan kaum awam dalam kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.

  Bab III menjelaskan kerasulan awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai Dewan Paroki. Dari judul besar tersebut penulis mencoba menjelaskan tentang identitas kaum awam, kerasulan awam dalam Gereja, kerasulan Gereja, dan membahas tentang Dewan Paroki yang berisi Dewan Paroki dalam Konsili Vatikan II, struktur kelembagaan Dewan Paroki, dan Dewan Paroki Sebagai tugas kerasulan Gereja.

  Bab IV menjabarkan usulan program katekese untuk meningkatkan keterlibatan kaum awam kepengurusan Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Penulis dalam penulisan ini menjabarkan tentang latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran program, rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh satuan persiapan.

  Bab V sebagai bagian penutup untuk mengakhiri rangkaian penulisan skripsi ini. Pada bagian ini penulis memberikan kesimpulan dari karya tulis ini serta memberikan beberapa saran untuk meningkatkan peranan kaum awan dalam tugas kerasulan Gereja terutama sebagai pengurus Dewan Paroki.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM

DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

Perkembangan Gereja yang semakin pesat menumbuhkan kesadaran

  umat untuk terlibat dalam karya penggembalaan. Kesadaran Gereja dalam turut mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat dapat diwujudkan melalui berbagai macam bentuk keterlibatan sesuai kemampuan masing- masing. Santo Paulus mengatakan: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor 12:4-5). Setiap orang mendapatkan anugerah dan talenta yang berbeda-beda (Mat 25:14-30) untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk pelayanan. Kehidupan menggereja mempunyai banyak bentuk pelayanan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan yang bertujuan agar semua manusia me mperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan lain- lain.

  A.

  

Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

  Gereja, yang merupakan paguyuban umat yang beriman kepada Yesus Kristus, dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik, sehingga kehidupan dan perkembangannya menjadi tanggung jawab bersama. Sebagai salah satu usaha mengembangkan kehidupan umat dan mempermudah pengkoordinasian umat dibentuklah paroki- paroki. Paroki, dalam PDDP Keuskupan Agung Semarang 2004, sebagai bentuk keuskupan dalam batas-batas teritorial tertentu. Dengan adanya persekutuan umat yang memiliki batas-batas teritorial tertentu maka pengkoordinasian dan pelayanan umat dapat semakin dipermudah dan lebih maksimal. Salah satu wujud paguyuban umat Allah berdasarkan batas teritorial tertentu yakni Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Untuk mengenal lebih jauh Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, maka pada bagian ini membicarakan tentang sejarah dan perkembangan, Visi dan misi, letak geografis, dan situasi umat Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

1. Sejarah dan Perkembangan Paroki

  Sejak didirikannya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 1955, ternyata membawa perkembangan baru dalam Gereja terutama gereja Paroki Baciro. Pada tahun 1964, saat itu romo Paroki Baciro yakni Romo J.

  Stormmesand, S.J. Setelah Universitas Sanata Dharma didirikan, umat kring Mrican dan kring Kolombo tidak perlu jauh-jauh pergi ke Paroki Baciro untuk merayakan Perayaan Ekaristi harian maupun hari Minggu, melainkan di kapel Sanata Dharma (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 15).

  Pada tahun 1967 terjadi pergantian romo Paroki Baciro, dari Romo J. Stormmesand, S.J. digantikan oleh Romo A. Prodjosuto, S.J. Pergantian romo paroki ternyata juga membawa perubahan kebijakan yang berbeda yakni bahwa seluruh kegiatan umat di wilayah Baciro dipusatkan di paroki. Setelah pergantian pastor paroki yang baru yaitu Romo F.X. Tan Soe Ie, S.J. pada tahun berkembang di lingkungan- lingkungan. Kebijakan ini juga diteruskan oleh romo paroki yang menggantikannya pada tahun 1977 yaitu Romo Al. Utoyo, Pr. Ia memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan- lingkungan yang berada di bagian utara Paroki Baciro. Umat lingkungan Mrican dan lingkungan Kolombo mengalami perkembangan, maka dua lingkungan tersebut dimekarkan menjadi 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Mrican, Pringgodani, Karangasem, dan Deresan, pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1978. Pada tahun-tahun berikutnya Lingkungan Kolombo dimekarkan menjadi 5 (lima) lingkungan yaitu lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan, Ambarukmo, dan Janti (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 15).

  Pada saat Romo F.A. Susilo, S.J. ditunjuk untuk membantu romo paroki, beliau mendapat tugas secara khusus untuk memimpin umat yang kegiatannya berpusat di kapel Sanata Dharma. Pada tahun itu pula Romo Susilo, S.J. membentuk “Dewan Stasi” yang diketuai oleh Bapak G.A. Karyono. Pada saat itulah dianggap sebagai “Berdirinya stasi Mrican”. Dengan berdirinya stasi Mrican, sejak 1 Juli 1981 keuangan stasi dipisahkan dari keuangan pastoran Sanata Dharma dan dikelola oleh umat sendiri (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

  Pada tahun 1982 Romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka penerimaan Sakramen Krisma.

  Kesempatan ini dimanfaatkan umat stasi Mrican untuk mengungkapkan keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat dapat menjadi paroki dan

  (PGPM) di wilayah gereja St. Ignatius Mrican. Pada tahun yang sama, wakil umat bertemu Provinsial S.J., Romo J. Darmaatmaja, S.J., kepada beliau dikemukakan permohonan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

  Berdasarkan surat keputusan No. 002/II/1983, tanggal 1 Februaru 1983, PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican, yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Sementara itu permohonan penggunaan kapel Sanata Dharma sebaga i gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan surat keputusan No.

  042/ AK/84, tanggal 25 Juni 1984. Pada tahun tersebut stasi Mrican untuk pertama kalinya menyelenggarakan Sakramen Krisma (Tim Penyusun Buk u Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

  Setelah menjabat romo stasi selama 6 (enam) tahun, pada tahun 1986 Romo F.A. Susilo, S.J. digantikan oleh Romo J. Madyasusanta, S.J. dan romo Paroki Baciro digantikan oleh Romo Al. Wahyosudibya, Pr yang dibantu oleh Romo P. Supriyanto, Pr. Pada tuhun tersebut terjadi pembagian wilayah yaitu lingkungan Ambarukmo dimekarkan menjadi 2 (dua), wilayah di sisi selatan Jalan Solo masuk Paroki Baciro dan wilayah utara Jalan Solo masuk stasi Mrican, lalu berganti nama menjadi lingkungan Nologaten. Pada tahun 1987, lingkungan Pringwulung yang semua menjadi bagian dari Paroki Banteng bergabung menjadi warga umat stasi Mrican. Dengan penggabungan tersebut stasi Mrican memiliki 11 lingkungan (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang

  Pada 15 Mei 1989 dikeluarkan surat keputusan romo Paroki Baciro, Romo Al. Wahyosudibya, Pr, No. 001/Rm.P/SK.P/DPGKRB/89, tentang pengangkatan Panitian Pembangunan Gereja Mrican kedua, masa bakti 1989 sampai 1992.

  Pada saat itu tanah yang akan digunakan untuk pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran sudah tersedia di Pandean, Gandok, Condongcatur seluas 3.165 m2 (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17).

  Pada 15 Mei 1992, kepanitiaan Pembangunan Gereja Mrican berakhir, akan tetapi tugas belum selesai. Maka pada 25 Juni 1993 dilakukan pembentukan panitia dan pengurus yang baru dan dilantik pada 1 Juli 1993 dengan masa bakti sampai dengan 31 Desember 1996. Panitia pembangunan yang baru ini kembali diketuai oleh Bapak J.B. Daliyo SH. Saat Bupati Dati II Sleman dijabat oleh Bapak Drs. H. Arifin Ilyas, beliau menyarankan memindahkan lokasi pembangunan gedung gereja. Maka lokasi pembangunan gereja yang semula berlokasi di sebelah barat Sungai Gajah Wong, Pandean, Gandok, Condongcatur ditukar dengan tanah kas desa Condongcatur yang terletak di tepi Sungai Gajah Wong Pringwulung dengan pertimbangan bahwa tanah tersebut lebih sesuai. Pada tanggal 23 Februari 1993 sertifikat tanah pengganti diterima (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17).

  Pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran dimulai pada tanggal 10 April 1994. Pada saat itu penggembalaan umat stasi Mrican dilaksanakan langsung di bawah koordinasi romo Paroki Baciro, Romo J.M. Harjoyo, Pr, S. Atas Wahyudi, Pr. Sejak 27 Desember 1996 status Stasi Mrican ditingkatkan menjadi Paroki Administratif dengan pelindung St. Yohanes Rasul dan Romo S.

  Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif. Nama Mrican pun bergeser sesuai dengan nama dusun tempat gereja dibangun yaitu Pringwulung.

  Pada tanggal 27 Desember 1997 gereja Paroki Administratif St. Yohanes Pringwulung diresmikan, sekaligus penetapan dari paroki Administratif menjadi paroki mandiri, dengan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17-18).

  Pada tahun 1997 Paroki Pringwulung telah terbentuk, ada 11 lingkungan yang termasuk dalam paroki ini yaitu Deresan, Karangasem, Kepuh, Kolombo, Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgodani, Pringwulung I, Pringwulung II, dan Samirono. Pada tahun 1998, Lingkungan Ngropoh yang semula bagian dari Paroki Banteng bergabung dengan Paroki Pringwulung. Pada tahun 2000, Romo Paulus Susanto, Pr ditugaskan oleh keuskupan untuk membantu pelayanan umat di paroki tersebut. Sejak berdirinya Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta sampai tahun 2008 ini ada beberapa romo yang bertugas di paroki tersebut dan beberapa kali pergantian pastor paroki antara lain Romo Bonifasius Benny Bambang Sumintarto, Pr., Romo FX. Sumantoro, Pr., Romo Yohanes Iswahyudi, Pr., dan pada tahun 2007 sampai sekarang Paroki St.

  Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta digembalakan oleh Romo Ignatius Sukawalyana, Pr selaku romo kepala dan Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya, Pr (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).