UPAYA MENINGKATKAN KEBERANIAN BERTANYA DAN KEAKTIFAN BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI PADA SISWA KELAS X 4 MAN PURWOKERTO 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - repository perp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan dan Keberanian Bertanya 1. Belajar a. Pengertian belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

  pengetahuan,meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience) (Suyono,2014).

  Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

  “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungana

  ” (Slameto,2010). Menurut Hilgard dalam Suyono (2014) belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul/berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama

  • – sama dengan Marquis, Hilgard memperbaharui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan pembelajaran dan lain
  • – lain sebagai perubahan dalam diri.

  8 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan pengokohan kepribadian sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

b. Tujuan belajar

  • – Tujuan belajar menurut Dimyati (2010) merupakan peristiwa sehari hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar.

  Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. (Aunurrahman, 2010).

  Mengenai tujuan

  • – tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan – tujuan belajar yang sangat banyak dan bervariasi. Tujuan – tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan instruksional effects, yang bisa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan
  • – tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu : tercapai karena siswa menghidupi

  (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah instructional effects. (Sardiman, 2003)

  Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai

  • – nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

c. Macam – macam jenis belajar

  Menurut Slameto (2010) ada bermacam

  • – macam jenis belajar yang dapat dilakukan seseorang yaitu :

  a) Belajar bagian (part learning, fractioned learning) Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas dan ekstensif, misalnya, mempelajari sajak ataupun mempelajari gerak – gerakan seperti bermain silat.

  b) Belajar dengan wawasan (learning by insight) Wawasan merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola

  • – pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian atau persoalan.

  c) Belajar diskriminatif ( discriminative learning) Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Subjek yang belajar diminta untuk berespon secara berbeda

  • – beda terhadap stimulant yang berlaianan.

  d) Belajar global/keseluruhan (global whole learning) Belajar global adalah mempelajari bahan secara keseluruhan berulang

  • – ulang sampai pelajaran menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari belajar bagian.

  e) Belajar incidental (insidental learning) Belajar insidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan, karena dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi untuk belajar yang diperhatikan tidak memegang peranan penting.

  f) Belajar instrumental (instrumental learning) Reaksi

  • – reaksi seseorang siswa yang diperhatiakan dalam belajar instrumental ini diikuti oleh tanda
  • – tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, sehingga akan terbentuk oleh tingkah laku tertentu.

  g) Belajar intensional (intensional learning) Belajar instensional adalah dalam arah tujuan. Belajar intensional merupakan lawan dari belajar insidental.

  h) Belajar laten (latent learning) Perubahan

  • – perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan segera sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar incidental.
i) Belajar mental (mental learning) Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain. j) Belajar produktif (Produktif learning)

  Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum yaitu mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat menstranfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi lain. k) Belajar verbal (verbal learning)

  Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperhatikan dalam eksperimen klasik. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai menyelesaikan persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar

  Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010), sebagai berikut: 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Faktor ini terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis (rohaniah) dan kelelahan.

  2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu misalnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

  Belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajaran sendiri atau bentuk aktivitas. Aktivitas ini menunjukan pada

  • – keaktifan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, baik aspek aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Jadi aktivitas belajar dilakukan dengan melakukan aktivitas, apabila aktivitas jasmani maupun mental rendah berarti pembelajaran tidak dilakukan secara intensif. Selain itu belajar menunjukan interaksi individu dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek
  • – objek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengal
  • – pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau ditemukan pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. (Aunurrahan, 2010) 2.

   Keberanian Bertanya a. Pengertian Keberanian Bertanya

  Menurut KBBI, berani adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya, tidak takut (gentar, kecut). Keberanian adalah keadaan berani, kegagahan. Menurut Contesa Diane dalam jurnal Bk Unesa (2013) berpendapat bahwa keberanian adalah kemenangan dan kemauan yang akan dihadapi rasa takut dan untuk diubah menjadi berani.

  Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008) bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta responden dari seseorang yang dikenai.Responden yang memberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal

  • – hal yang merupakan hasil pertimbangan.Jadi bertanya merupakan stimulasi efektif yang mendorong kemauan berfikir.

  Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keberanian bertanya adalah kemauan dalam ucapan verbal untuk meminta respon dari seseorang yang dikenai dengan percaya diri.

b. Indikator Keberanian Bertanya

  Menurut King dalam jurnal Bk Unesa (2013) indikator yang mempengaruhi keberanian untuk bertanya adalah : a). Berani untuk menatap wajah orang yang ditanyai.

  b). Memiliki rasa percaya diri untuk memulai bertanya pada orang lain (mendahului dengan beberapa tindakan tangan, misalnya mengacungkan tangan).

  c). Memiliki keberanian untuk mencoba meminta keterangan dan memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti (mencoba menanyakan secara langsung, misalnya maju ke depan langsung untuk menanyakan kepada guru) d). Memiliki kemampuan untuk meminta keterangan dan memperoleh jawaban yang lebih jelas atas sesuatu yang belum dimengerti (memiliki kemampuan dari pengetahuan dan pengalaman secara nyata, misalnya sudah mengetahui tata cara/ etika akan bertanya).

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan indikator keberanian bertanya siswa yaitu berani menatap wajah orang yang ditanyai dan memiliki rasa percaya diri untuk memulai bertanya pada orang lain.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberanian Bertanya

  Menurut Masrur dalam jurnal Bk Unesa (2013) hal

  • – hal yang mempengaruhi keberanian adalah :

  a) Memiliki tekad dan kemauan untuk mengambil resiko (dicela, mendapat ejekan, penolakan) b) Tidak memiliki perasaan gemetar, gantung berdebar, malu dan cemas.

  c) Tidak membesar

  • – besarkan masalah yang kecil

  d) Memiliki pikiran yang positif

  e) Menghargai diri sendiri

  f) Memiliki rasa keyakinan yang kuat

  g) Memiliki kemauan untuk bertindak dan berbuat

  h) Memiliki sikap percaya diri sendiri i) Memiliki kemauan untuk mencoba.

3. Keaktifan a. Pengertian Keaktifan

  Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru didalam proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan (Aunurrahman,2011).

  Kecenderungan psikologis dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri (Dimyati,2010).

  Kegiatan fisik siswa adalah peserta didik giat

  • – aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika dia jiwanya bekerja sebanyak
  • – banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran (proses perolehan hasil pengajaran) secara aktif: ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya (Rohani, 2004).

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa merupakan suatu proses dalam kegitan belajar mengajar, dimana anak ikut serta secara fisik selama proses pembelajaran.

b. Indikator Keaktifan

  Menurut Usman (2010) aktivitas belajar siswa digolongankan kedalam beberapa hal, yaitu : a) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, eksperimen dan demontrasi. b) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

  c) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

  d) Akvivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis.

  e) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

  Menurut Sudjana (2011) Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah dengan melihat sejauhmana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal, antara lain :

  a) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

  b) Terlibat dalam pemecahan masalah,

  c) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, d) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, e) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,

  f) Menilai kemampuan dirinya dari hasil

  • – hasil yang diperolehnya,

  g) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis,

  h) Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas / persoalan yang dihadapinya.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, indikator keaktifan siswa meliputi siswa menyampaikan pertanyaan, menyampaikan pendapat dan menyampaikan sanggahan.

c. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Siswa

  Gagne dan Briggs Martinis dalam Mulyaningsih (2014) menyebutkan faktor

  • – faktor yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yaitu:

  a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

  b) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

  c) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

  d) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

  e) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

  f) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

  g) Memberikan umpan balik.

  h) Melakukan tagihan

  • – tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa terpantau dan terukur.

  i) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Group Investigation 1. Pengertian

  Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan ini juga mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar. Dalam implementasi investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota

  5-6 orang yang sifatnya heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat yang sama dalam topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih. Kemudian, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporan kelompoknya kepada seluruh kelas (Uno,2011).

  Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan group investigasi yaitu model pembelajaran yang dalam implementasinya guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5

  • – 6 orang yang sifatnya heterogen untuk melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih.

2. Langkah – langakah metode pembelajaran Group Investigation

  Sharan dalam Majid (2013) telah menetapkan 6 (enam) tahap Investigasi kelompok.

  a. Pemilihan topik Siswa memilih subtopik khusus didalam suatu daerah masalah umum yang biasanya diterapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi 2 sampai 6 anggota kelompok, dan menjadi kelompok

  • – kelompok yang berorientasi pada tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis.

  b. Perencanaan kooperatif Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. c. Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan mengarahkan siswa kepada jenis – jenis sumber belajar yang berbeda, baik di dalam atau diluar sekolah.

  Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

  d. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

  e. Presentasi hasil final Beberapa/semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas dengan tujuan agar siswa yang lain ikut terlibat dalam pekerjaan mereka, dan memperoleh perspektif yang luas pada topik yang dipresentasikan. Presentasi tersebut harus dikoordinasi oleh guru.

  f. Evaluasi Dalam hal kelompok

  • – kelompok mengenai aspek yang berbeda dan topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.
Didalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group

  

investigation , setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di

  depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

  g. Keunggulan dan kelemahan metode Group Investigation.

  Keunggulan dan kelemahan metode investigasi kelompok dalam pembelajaran kooperatif (Suharyono dalam Pramita 2012).

  a. Keunggulan 1) Mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi berpikir dan analisis siswa secara optimal.

  2) Melatih siswa aktif dan kreatif dalam menghadapi setiap masalah. 3) Mendorong tumbuhnya sikap tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

  4) Mendorong tumbuhnya sikap demokratis dikalangan siswa. 5) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka.

  6) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat, dan pengalaman di antara mereka.

  b. Kelemahan 1) Waktu yang digunakan dalam pembelajaran ini terlalu banyak.

  2) Tidak semua siswa berani mengungkapkan pendapat. 3) Dituntut kecakapan guru dan perhatian guru yang penuh, menyiapkan tugas siswa yang beragam, sehingga tidak semua guru mampu mampu melaksanakan tuntutan demikian.

  4) Tidak semua siswa akan memperhatikan objek yang sama sehingga pengetahuan mereka tidak sama.

  5) Sukar untuk mempertahankan disiplin dan ketertiban.

C. Media Animasi 1. Pengertian

  Animasi merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan. Animasi mewujudkan ilusi (Ilusion) bagi pergerakan dengan memaparkan atau menampilkan satu urutan gambar yang berubah sedikit demisedikit (progressively) pada kecepatan yang tinggi.

  Animasi digunakan untuk memberi gambaran pergerakan bagi sesuatu objek. Ia membolehkan gerak dari berbagai media atau statik dapat bergerak dan kelihatan seolah

  • – olah hidup Sheri (2006). Berkaitan dengan media animasi, maka Mayer dan Moreno dalam Sukoco (2013) mengemukakan bahwa animasi merupakan satu bentuk presentrasi gambar yang menarik, yang berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu objek.

  Berdasarkan definisi di atas dapat disimpilkan, animasi adalah kumpulan gambar atau suatu bentuk presentasi gambar yang menarik, yang berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan atau gerakan suatu objek.

2. Kelebihan Media Animasi

  Penggunaan animasi dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pengajaran, serta hasil pembelajaran yang meningkat. Selain itu penggunaan media pembelajaran khususnya animasi dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran (Mayer dan Moreno dalam Sukoco,2013) Animasi menjadi pilihan untuk menunjang proses belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi, dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan. Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan yang memiliki keunggulan dibandingkan media lain seperti gambar statis atau teks (Utami dalam Sakti,2013).

  D. Model Pembelajaran dan Media

  Model pembelajaran Group Investigation dalam implementasi investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5

  • – 6 orang yang sifatnya heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat yang sama dalam topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih. Kemudian, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporan kelompoknya kepada seluruh kelas (Uno,2011).

  Penggunaan animasi dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pengajaran, serta hasil pembelajaran yang meningkat. Selain itu penggunaan media pembelajaran khususnya animasi dapat meningkatkan daya tarik, serta motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran (Mayer dan Moreno dalam Sukoco,2013).

  E. Hakikat Pengajaran Geografi

  Secara sederhana, pengajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingakat sekolah dasar dan sekolah menengah. Karena itu, penjabaran konsep

  • – konsep, pokok bahasan, dan subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang – jenjang pendidikan yang bersangkutan (Sumaatmadja,1997).

  Pakar

  • – pakar geografi pada Seminar dan Lokarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut: Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan. (Sumaatmadja,1997)

  Geografi mengandung relasi sebab akibat yang khas;ia mengembangkan konsep teoritis dan ia berusaha pula mendorong suatu permasalahan untuk masa depan. Di dalam geografi konsep tentang tempat memiliki makna yang istimewa. Tempat secara lokal atau regional janganlah diartikan sebagai hasil interaksi berbagai kekuatan alam, tetapi harus dilengkapi dengan warisan pengalaman dari masa lampau. Adanya kondisi sebagaimana yang nampak sekarang disebabkan karena dulu

  • – dulunya ada ini dan itu. (Daldjoeni,1982)

  Geografi dan studi geografi berkenaan dengan (1). permukaan bumi (geosfer), (2). alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer), (3).

  Umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), (4). penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta (5). analisis hubungan keruangan gejala – gejala geografi di permukaan bumi. Dengan demikian, pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek

  • – aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. (Sumaatmadja,1997).

F. Atmosfer

  Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi bumi. Atmosfer itu sendiri berasal dari kata atmos dan sphaira yang berarti bola bumi. Atmosfer sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari

  • – hari. Manfaat atmosfer antara lain menahan sinar ultraviolet dari matahari, menstabilkan suhu udara di bumi, dan melindungi bumi dari hujan meteor. Atmosfer yang menyelubungi bumi ternyata tidak hanya terdiri dari satu jenis gas yang terkandung dalam meteor.

  Berikut manfaat – manfaat gas yang terkandung dalam atmosfer.

  1. Nitrogen merupakan gas yang jumlahnya banyak di dalam atmosfer.

  Nitrogen tidak bergabung dengan gas yang lain, tetapi merupakan bagian dari senyawa organik.

  2. Oksigen merupakan gas yang sangat penting bagi kehidupan, salah satunya sumber pernapasan bagi manusia.

  3. Ozon merupakan gas yang sangat aktif dan merupakan bentuk lain dari oksigen. Gas ini berada pada ketinggian antara 20 hingga 30 km. Ozon berfungsi menyerap radiasi ultraviolet yang mempunyai energy besar dan berbahaya bagi tubuh manusia.

  4. Karbon dioksida merupakan gas yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di bumi.

  Atmosfer terdiri dari beberapa lapisan.Berikut diuraikan dengenai lapisan

  • – lapisan yang ada di atmosfer beserta cirri – cirinya.

  1. Troposfer

  a. Lapisan troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer, terdapat pada ketinggian antara 0

  • – 8 km di daerah kutub dan antara 0 – 16 km di daerah ekuator atau khatulistiwa.

  b. Kandungan unsurnya didominasi unsur nitrogen dan oksigen.

  c. Merupakan satu

  • – satunya lapisan atmofer yang mengandung air ( cair, uap, dan es), sehingga di lapisan ini berlangsung evaporasi dan kondensasi.

  d. Terjadinya pembentukan dan perubahan cuaca, seperti angin, awan, presipitasi, badai, kilat, dan guntur.

  e. Suhu udara pada lapisan ini turun dengan bertambahnya ketinggian, yaitu setiap naik 100 m suhu turun sebesar C (disebut lapse rate)

  2. Stratosfer

  a. Statosfer mempunyai dua lapisan molekul

  • – molekul gas tipis yang tidak ada troposter.

  b. Lapisan bawah yang mengandung bahan sulfat yang mempengaruhi terjadinya hujan.

  c. Stratosfer adalah lapisan inverse, yaitu semakin tinggi dari permukaan bumi, suhu udara akan semakin meningkat. Kenaikan suhu ini disebabkan oleh lapisan ozon yang mnyerap radiasi ultraviolet dari matahari. d. Suhu di lapisan stratosfer paling bawah relative stabil dan sangat dingin.

  e. Tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini.

  f. Merupakan satu

  • – satunya lapisan yang mengandung ozon. Volume gas ozon ini relative kecil, tetapi berperan besar untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang berlebihan. Radiasi ultraviolet yang tinggi berbahaya bagi makhluk hidup, misalnya dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia.

  g. Batas anatara lapisan stratosfer dan lapisan di atasnya disebut stratopause.

  3. Mesosfer a. Berada pada ketinggian 50 hingga 85 km.

  b. Semakin tinggi tempat, suhu semakin rendah.

  c. Pada lapisan mesosfer, sebagian meteor terbakar dan terurai sehingga melindungi bumi dari hujan meteor.

  d. Batas antara lapisan mesosfer dan lapisan diatasnya disebut mesospause.

  4. Ionosfer

  a. Merupakan lapisan yang panas sehingga disebut pula lapisan termosfer.

  b. Merupakan lapisan tempat terjadinya ionisasi atom

  • – atom udara oleh radiasi sinar x dan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh radiasi sinar matahari.
c. Berperan dalam hubungan komunikasi manusia. Lapisan ini memantulkan gelombang radio yang dipancarkan dari bumi sehingga diterima kembali pada bagian bumi yang jauh.

  d. Batas antara lapisan termosfer dan lapisan di atasnya disebut termospause.

  e. Pada lapisan ionosfer ini terdapat pula sinar kutub (aurora) yang muncul di kala fajar atau petang.

  5. Eksosfer a. Merupakan lapisan terluar dari atmosfer.

  b. Kandungan gas utama adalah hydrogen dengan kerapatan semakin berkurang sampai hamper habis di ambang angkasa luar.

  Unsur

  • – unsur cuaca dan iklim

  Hakekatnya, cuaca dan iklim mempelajara hal yang sama yaitu keadaan atmosfer. Kondisi cuaca dan iklim pada permukaan bumi ditentukan melalui parameter

  • – parameter atmosfer yang dapat diukur, dan disebut unsur – unsur cuaca.Berikut unsur – unsure cuaca.

  a. Suhu udara

  b. Tekanan udara

  c. Angin

  d. Kelembapan udara

  e. Awan

  f. Hujan

G. Penelitian yang Relevan

  Observasi, tes tertulis, wawancara dan dokumen tasi.

  Menunjukan adanya peningkatan nilai rata

  Tabel 2. 1 Penelitian yang relevan

  No Nama Tujuan Teknik Pengum pulan data

  Hasil

  1 Ladzia Laras Intani Upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran IPS kelas VII di SMP Muhammadiyah Cilongok melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. 2012 Meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pelajaran IPS kelas VII di SMP Muhammadi yah Cilongok melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.

  • – rata kelas dari siklus I sebesar 71,25 menjadi 80,17 pada siklus dua

  2 Giras Arif Prasetyo Upaya meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS materi masalah

  • – masalah sosial di lingkungan setempat malalui model pembelajaran group investigation di kelas IV SD Negeri Kalikembang 2013 Meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS materi masalah
  • – masalah

    sosial di lingkungan setempat melalui model pembelajaran group

  investigation di kelas

  Hasil belajar meningkat pada siklus I 63,15 % meningkat menjadi 94,75%

  3 Gusriana Tri Rukmawati Upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran

  IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Wanayasa tahun pelajaran 2013/2014. 2014 Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) pada siswa kelas

  • – rata secara klasikal yaitu 63,78 dengan kriteria motivasi tinggi dan pada siklus II rata - rata klasikalnya 75,91 dengan motivasi tinggi. Prestasi belajar juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan kenaikan rata
  • – rata kelas sebesar 3,12 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 12,05%

  VII SMP Negeri 4 Wanayasa tahun

  pelajaran 2013/2014 Observasi, tes, dan angket Terdapat peningkatan motivasi belajar siswadari siklus I ke siklus II pada siklus I rata

  4 Gustin Farida Rohmah Upaya meningkatkan keberanian bertanya dan keaktifan belajar geografi pada kompetensi dasar atmosfer memlalui model pembelajaran group investigation menggunakan media animasi pada siswa kelas x 4 MAN Purwokerto 2 tahun pelajaran 2014/ 2015.

  Meningkatkan keberanian bertanya dan keaktifan belajar geografi pada kompetensi dasar atmosfer melalui model pembelajaran group investigation menggunakan media animasi pada siswa kelas X 4 MAN Purwokerto 2 tahun

  pelajaran 2014/2015 Observasi, , dokumen Tasi Menunjukan adanya peningkatan keberanian bertanya pada siklus I sebanyak 26,24 % dan meningkat pada siklus II menjadi 45,24 %.

  Keaktifan belajar pada siklus I sebanyak 21,84 % meningkat pada siklus II menjadi 33,61 %.

  IV SD Negeri Kalikembang Teknik tes dan non tes (Observasi, wawancara dan skala sikap)

H. Kerangka Pikir

  Kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas, telah diperoleh gambaran awal bahwa keberanian bertanya dan keaktifan belajar siswa terhadap pembelajaran Geografi masih rendah. Rendahnya keberanian bertanya dan keaktifan belajar pada siswa mengakibatkan prestasi siswa rendah dalam pembelajaran karena adanya kekurangan pada penerapkan model maupun media pembelajaran dikelas. Agar keberanian bertanya dan keaktifan belajar Geografi di kelas X 4 meningkat, maka perlu dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation menggunakan media Animasi.

  Siswa Guru belum menrapakan Keberanian bertanya dan Kondisi awal model pembelajaran keaktifan belajar masih dan group investigation rendah media animasi Siklus I Menerapkan model pembelajaran group Guru menerapkan model investigation dan media pembelajaran group animasi investigation dan media

  Tindakan animasi Siklus II Menerapkan model pembelajaran group investigation dan media

  Melalui model animasi pembelajaran dan group investigation dan media

  Kondisi akhir

animasi terjadi peningkatan

keberanian bertanya dan Siklus BerikutnyaMenyempurna keaktifan belajar siswa kan kembali dari siklus I dan II jika belum mendapatkan hasil yang memuaskan dengan menerapkan model pembelajaran group dan media investigation animasi

Gambar 2.1 Diagram Alur Penelitian

I. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, peneliti mempunyai hipotesis tindakan dengan menerapkan model pembelajaran group

  

investigation menggunakanmedia animasi dapat meningkatkan keberanian

  bertanya dan keaktifan belajar pada mata pelajaran Geografi kelas X 4 MAN Purwokerto 2

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION MELALUI MEDIA BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 3 SD PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN TLEKUNG 02

3 47 19

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LEMATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 36

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 54

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DI KELAS VII.D SMP NEGERI 2 SIDOMULYO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 55

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VII SMP ISLAM KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013

0 8 70

KREATIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X IIS 4 DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 53

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA KELAS IV SD 1 GONDOHARUM KABUPATEN KUDUS

0 0 24

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FIQH MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS X MAN MODEL MANADO

0 1 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS XI ICT SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2016/2017 - U

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN MENGELOLA PERALATAN KANTOR DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - UNS In

0 0 19