Peningkatan pemahaman konsep siswa tentang hukum newton menggunakan metode demonstrasi : studi kasus pada siswa SMP N 1 Pundong Kabupaten Bantul Kelas VIII F Semester II - USD Repository

  

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG HUKUM NEWTON

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

(Studi Kasus Pada Siswa SMP N I Pundong Kabupaten Bantul Kelas VIII F Semester II)

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Disusun oleh:

Ika Susanti Yuniarsih

NIM : 001424004

  

PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  S K R I P S I

  

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG HUKUM NEWTON

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

  Oleh: Ika Susanti Yuniarsih

  NIM : 001424004 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing I Drs. Domi Severinus, M.Si Tanggal 22 Agustus 2008.

  S K R I P S I PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

  Dipersiapkan dan ditulis oleh: Ika Susanti Yuniarsih

  NIM : 001424004 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

  Pada tanggal 5 September 2008 Dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Drs. Domi Severinus, M.Si ............................

  Sekretaris Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ............................ Anggota Drs. Domi Severinus, M.Si ............................ Anggota Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ............................ Anggota DR. Paul Suparno, S. J. M. S. T. ............................

  Yogyakarta, 5 September 2008 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan, Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph D

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada : Ibuku tercinta di surga, yang telah memelihara dan memcintaiku dengan 1. perjuangannya yang begitu besar. Bulek Yayuk yang tercinta atas kasih sayang dan support serta semua 2. bantuannya, Bulek Emi Sekeluarga dan semua bulek yang telah mencintaiku. Adikku Febri, Agung, Indri, Edo, Erik, Rei, Ellen, Kakakku Ahad, dan semua 3. saudara. Teman-temanku Mas Andi,Titin, Mbak Maya, Leo , Yosep ,Ndari, Dewi , Deni 4. dan lain-lain, terima kasih atas supportnya .

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 5 September 2008 Penulis Ika Susanti Yuniarsih

  

ABSTRAK

  Ika Susanti Yuniarsih ( 2008 ). Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Newton Kelas

  VIII F SMP N I Pundong Kabupaten Bantul Yogyakarta Tentang Hukum Newton menggunakan Metode Demonstrasi. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

  Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ( 2008).

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa mengenai Hukum Newton setelah mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi. Pembelajaran ini juga meunruk mengetahui seberapa besar petubahan konsep siswa.

  Penelitian ini dilaksanakan di SMP N I Pundong Kabupatan Bantul. Objek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP N I Pundong kelas VIIIF yang berjumlah 39 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2008.

  Instrumrn penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tnstrumen pembelajaran dan instrument intik mengumpulkan data. Pembelajaran diarahkan untuk membuat siswa semakin aktif terlibat dalam proses pembelajaran, pembentukan pengetahuan, melakukan demonstrasi, dan menjawab pertanyaan.

  Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pemahaman objek penelitian mengenai konsep-konsep Hukum Newton. Melalui metode demonstrasi ini ternyata pemahaman siswa mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Kemudian hasil ini dianalaisis secara kualitatf juga dan ternyata terjadi peningkatan pemahaman pada siswa kelas VIII F SMP N

  I Pundong Kabupaten Bantul.pada masing-masing konsep ada perubahan yang lebih baik yaitu pada konsep gaya, Hukum I Newton, Hukum II Newton dan hukum III Newton Berarti pembelajaran fisika tentang Hukum Newton menggunakan metode demonstrasi ini mampu meningkatkan pemahaman siswa.

  

ABSTARCT

  Ika Susanti Yuniarsih (2008). Increase of Newton Law concept understanding the student grade VIII F in Pundong Junior High School I, Bantul Regency of Yogyakarta about Newton Law using Demonstration method. Study program Physics Education, Mathematic and Science Education Vocational, Education and Knowledge Faculty of Sanata Dharma University, Yogyakarta (2008). This research is for knowing the increase of concept understanding of students about Newton Law, after they take the lesson by demonstration method. This lesson is for knowing how big the change of students concept too.

  This research was carried out in Junior High School I Pundong, Bantul Regency. The objects of this research are the students of Junior High School I Pundong, Bantul Regency, grade VIII F which consists of 39 students. This research has been hold in April, 2008. This research used the lesson instrument and data gathering instrument. This lesson has purpose to make the students be more active involve in lesson process, knowledge design, doing demonstration, and answer the questions. The output/result of this research showed the increase of object understanding about Newton Law Concept. By this demonstration method, the students got the variety increasing. The increase average is 26,9 %. Then this result would be analyzed qualitatively and it shows the increase of understanding the students grade VIII F in Junior High School I Pundong, Bantul Regency. It means, the physics lesson about Newton Law by using the demonstration method is able to increase the student’s concept understanding.

KATA PENGANTAR

  Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa kelas VIIIF SMP N I Punding Kabupaten Bantul dengan menggunakan Metode Demonstrasi.

  Pada Kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada : Bapak Drs. Tarsisius Sarkim M.Ed, Ph.D selaku Dekan FKIP Uneversitas 1. Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dan kemudahan dalam menyusun skripsi ini.

  Bapak Drs. Domi Severinus M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Fisika dan dosen 2. pembimbing, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

  Bapak, Ibu Tim Penguji yang telah berkenan menguji peneliti 3. Bapak , Ibu Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah 4. membantu dalam penyelesaian administrasi dan penyelesaian skripsi. Bapak Kepala Sekolah SMP N I pundong yang telah mengijinkan penelitian 5. disana. Ibu Tri Rahayu Guru Fisika SPM N I Pundong yang telah berkenan 6. memberikan waktunya untuk penelitian ini. Siswa-siswi SMP N I Pendong kelas VIIIF yang telah membantu penelitian ini 7. dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

  Ibuku Anastasia Sri Hartati di surga,Bulek Yayuk yang telah membantu dan 8. memberi kasih sayang, dan semua Keluarga Besar Coktodiharjo yang selalu mencintaiku.

  Taman-temanku, Mas Andi, Febri, Ahad, Ndari, Titin, Ana, Leo, Yosep, Dewi, 9. Deni dan semua mahasiswa P. Fisika 2000 dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

  Yogyakarta, 5 September 2008 Peneliti Ika Susanti Yuniarsih

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………….. v ABSTRAK …………………………………………………………………... vi ABTRACT …………………………………………………………………... vii KATA PENGANTAR ………………………………………………………. viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix

  BAB I. PENDAHULUAN 1-2 A. Latar Belakang ………………………………………………………..

  3 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………

  3 C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….

  D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 3-4

  BAB II. DASAR TEORI 5-6 A. Hakekat Pembelajaran Fisika …………………………………………. 6-8

  B. Pemahaman Awal Siswa ……………………………………………… 8-11

  C. Konsep dan Konsepsi ………………………………………………… 11-15 D. Perubahan Konsep Siswa …………………………………………….. 15-16 E. Metode Demonstrasi ………………………………………………….. 17-18 F. Hukum Newton ……………………………………………………….

  BAB III. METODELOGI PENELITIAN

  19 A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………….

  19 B. Populasi Penelitian dan Sampel ………………………………………..

  19 C. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 20-21

  D. Ubahan …………………………………………………………………

  21 E. Instrumen Penelitian …………………………………………………... 21-23

  F. Desain Penelitian ………………………………………………………

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian dan Data ………………………………………

  29-32

B. Pembahasan 1.

  Pembahasan secara kuantitatif ………………………………… 32-44 2. Pembahasan secara kualitatif ………………………………….. 44-58

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………….

  59-65 B. Saran …………………………………………………………………... 65-66

  DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 76-68 LAMPIRAN 1. Silabus ………………………………………………………………….

  68-74

  2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) …………………………… 75-82 3. Desain Pembelajaran …………………………………………………..

  83-85 4. Desain Evaluasi ……………………………………………………….. 86-89 5. LKS ……………………………………………………………………. 90-94

  6. Soal Pre Tes …………………………………………………………… 95-96

  7. Soal Pos Tes …………………………………………………………… 97-98 8. Tabel data Pre Tes ……………………………………………………..

  99-100 9. Tabel data Pos Tes …………………………………………………….. 101-102

  10. Surat Keterangan ……………………………………………………… 103

  11. Hasil Pre tes dan Pos tes ……………………………………………… 104-116

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran fisika masih dienggani oleh sebagian

  besar siswa. Karena sebagian besar siswa sudah merasa malas untuk belajar sehingga hasil nilai dari pelajaran fisika selalu jelek. Masih banyak terjadi salah konsep dalam menerima mata pelajaran.

  Fisika bukan merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak sehingga dalam pembelajaran perlu dilakukan beberapa metode untuk menunjukkan materi dengan jelas agar pembelajaran fisika dapat dilihat siswa dengan nyata. Melalui pembelajaran seperti tersebut diharapkan dapat mengurangi miskonsepsi pada siswa. pengetahuan yang berupa konsep-konsep atau hukum harus diperoleh atau dibangun melalui serangkaian proses sains dan sikap sains.

  Kemampuan atau keterampilan melakukan proses dan sikap sains hanya dapat dibangun melalui pengalaman melakukan serangkaian proses yang berkesinambungan (Kartika Budi : 1998) itu berarti keterlibatan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

  Sebagian besar siswa telah sering mendengar, melihat bahkan mengalami peristiwa yang berhubungan dengan fisika, tapi mereka belum mengerti secara jelas tentang hal-hal tersebut. Bahkan banyak terjadi salah konsep pada ilmu fisika yang sering dilakukan masyarakat, tapi tidak pernah disadari oleh mereka.

  Salah satu tujuan dari pembelajaran fisika ini adalah meluruskan terjadinya salah konsep pada masyarakat umumnya. Pada pembelajaran fisika yang utama adalah pemahaman konsep terlebih dahulu, setelah tahu konsepnya maka siswa akan lebih mudah untuk melanjutkan ke pelajaran berikutnya.

  Maka ada baiknya kita sebagai guru fisika melihat terlebih dahulu sejauh mana pengetahuan siswa tentang mata pelajaran yang akan dipelajari. Setelah tahu seberapa pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan maka guru mempersiapkan strategi atau metode yang dirasa cocok dan mudah dilakukan misalnya demonstrasi, dan bila alatnya memenuhi untuk jumlah siswa yang ada, bisa juga dilakukan dengan metode eksperimen.

  Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah metode demonstrasi. Karena dalam pembelajaran ini siswa bisa melihat secara jelas apa yang terjadi. Siswa akan lebih mudah ingat pada suatu materi apabila melihat sendiri secara nyata. Untuk membantu siswa supaya aktif mengikuti pembelajaran maka sebaiknya disertai dengan lembar kegiatan siswa (LKS). LKS ini biasanya berisi tentang sedikit materi pokok, latihan soal, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa untuk mengikuti proses pembelajaran ini.

  Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin malaksanakan sebuah penelitian menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman konsep pada diri siswa khususnya pada siswa SMP I Pundong Kabupaten Bantul kelas VIIIF semester 2 pada pokok bahasan Hukum I Newton , Hukum II Newton dan Hukum III Newton.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti bagaimana pemahaman konsep siswa yang dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pemahaman awal siswa tentang konsep Hukum I Newton, Hukum 1.

  II Newton, Hukum III Newton? Apakah ada perubahan pemahaman siswa tentang konsep Hukum I Newton, 2. Hukum II Newton, Hukum III Newton setelah mengikuti pembelajaran menggunakan metode demonstrasi?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui pemahaman konsep awal siswa tentang pokok bahasan Hukum I 1. Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton. Mengetahui perubahan konsep tentang Hukum I Newton, Hukum II Newton, 2. Hukum III Newton setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

  3. Mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang Hukum I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton.

  D. Manfaat Penelitian

  Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: Penulis 1.

  Penulis dapat meningkatkan pengalaman dalam menghadapi siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep tentang Hukum Newton I, Hukum Newton

  II dan Hukum Newton III Guru dan Calon Guru 2.

  Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan, informasi atau perbandingan yang dapat digunakan oleh guru dan calon guru untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran tentang Hukum Newton.

  Siswa 3.

  Dengan model pembelajaran demonstrasi diharapkan dapat membantu siswa mempermudah memahami materi pelajaran dan dapat meningkatkan prestasi.

BAB II DASAR TEORI A. Hakekat Pembelajaran Fisika Ilmu fisika adalah suatu cabang ilmu pengetahuan alam yang didalamnya

  mempelajari tentang kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum ( Brochhaus dalam compendium didaktik fisika). Fisika dapat dilihat sebagai satu kesatuan dari proses, sikap dan hasil ( Kartika Budi ,1998: 162). Fisika merupakan cabang dari sains sehingga definisi sains juga bisa digunakan sebagai definisi fisika.

  Dari definisi diatas maka ada beberapa aspek penting dalam fisika yaiti : (1) aspek produk fisika (2) aspek proses fisika. Produk fisika berupa bangunan sistematis pengetahuan ( body of know ledge ) yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, model, hukum dan teori ( Dawson, 1994 dalam menuju pembelajaran aktif ). Sedangkan proses berupa metode ilmiah yang merancang dan melaksanakan eksperimen, menganalisis data dan menarik kesimpulan ( Sund, 1982 dalam menuju pembelajaran aktif).

  Dalam pembelajaran fisika atau sains, dewasa ini sangat dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Menurut filsafat konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri pengetahuaannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa melainkan kegiatan menciptakan kondisi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Maka pembelajaran fisika akan lebih baik jika dilaksanakan dengan sebuah metode yang melibatkan dua aspek yaitu aspek produk fisika dan aspek proses fisika. Ada beberapa metode dalam pembelajaran fisika, sebagai contoh metode demonstrasi, eksperimen, inquiri, dan banyak lagi.

  Untuk mencapai hasil belajar yang baik maka seseorang harus menguasai kemampuan-kemampuan atau aturan-aturan yang sederhana dulu kemudian seseorang akan berkembang lagi ketahap yang lebih tinggi. Pembelajaran hendaknya dimulai dari tahap awal atau konsep awal yang dimiliki siswa kemudian dirangkaikan tujuannya dalam suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

  Dalam pembelajaran hendaknya jangan berlangsung satu arah saja melainkan harus terjadi secara timbal balik. Dimana kedua pihak berperan aktif dalam suatu karangka kerja yang telah disepakati bersama.

B. Pemahaman Awal Siswa

  Sebelum melakukan proses pembelajaran, seorang siswa telah mempunyai suatu bekal pemahaman yang didapatkan melalui pengalaman hidup sehari-hari.

  Jadi siswa telah mempunyai pemahaman awal sebelum di ajar di sekolah. Pemahaman awal siswa itu belum tentu benar bahkan bisa menyimpang dari konsep yang sebenarnya. Dari sini jelas bahwa siswa itu bukan suatu kertas kosong yang bersih, yang di dalam proses pembelajaran akan di tulisi oleh guru. Siswa telah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka. Biasanya konsep awal itu kurang lengkap atau kurang sempurna, maka perlu di kembangkan dan dibenahi melalui proses pembelajaran.

  Pemahaman awal siswa sering tidak cocok dengan konsep ilmiah dan sukar di perbaiki. Contohnya konsep tentang massa dan berat yang campur aduk, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan hal yang salah tetapi dianggap benar, dan dengan konsep awal mereka itu merasa lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini yang menyebabkan sulitnya merubah pemahaman awal siswa yang salah

  Salah konsep inilah yang akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Untuk mengetahui pemahaman awal siswa perlu dilakukan beberapa cara yaitu misalnya dengan pre test atau guru harus pandai membantu siswa untuk berani mengungkapkan pikiran atau gagasan mereka baik secara lisan maupun tulisan. Gagasan awal siswa juga dapat di bentuk seperti menuliskan deskripsi, gambaran ilustrasi, membuat model, desain, cerita, dan lain-lain ( Paul Suparno, 2005). Gagasan awal siswa juga bisa menunjukkan suatu tingkat pemahaman, sedangkan pemahaman menurut Mulyasa ( 2002 ) merupakan kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. Sejak lahir individu sudah banyak mengalami peristiwa yang berhubungan dengan fisika hanya kadang individu itu menganggap suatu peristiwa biasa tanpa dikaitkan dengan fisika. Pemahaman yang dimiliki anak sejak awal biasanya berawal dari rasa keingintahuannya, misalnya mengapa bisa begini, bagaimana terjadinya ini, siapa yang membuat ini, dan pertanyaan- pertanyaan lainnya. Untuk membangun pemahaman yang benar maka anak di sekolahkan oleh orangtuanya, sehingga anak bisa belajar dan berlatih di sekolah bersama guru dan teman-temannya. Dengan belajar disekolah diharapkan pemahan siswa semakin meningkat. Menurut Kartika Budi (1993) salah satu tujuan belajar mengajar disekolah adalah usaha agar siswa memahami konsep, dan tingkat keberhasilannya harus diukur, maka pertanyaan kapan seseorang itu memahami konsep sangat relevan untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu sudah memahami konsep. Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep antara lain:

  a. Menyatakan pengertian dari suatu konsep dalam bentuk definisi dengan menggunakan kata- kata sendiri.

  b. Dapat menjelaskan makna dan konsep kepada orang lain.

  c. Dapat menerapkan konsep sebagai berikut

  1. Menganalisis dan menjelaskan gejala- gajala alam

  2. Memecahkanmasalah yang berkaitan dengan konsep

  3. Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada suatu sistem, bila kondisi tertentu terpenuhi

  4. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan

  5. Dapat membedakan konsep yang benar dan yang salah 6. Dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada.

   C Konsep Dan Konsepsi

  Dalam pembelajaran fisika yang ditekankan adalah pemahaman konsep. Jika seseorang telah menguasai konsep yang diajarkan maka siswa tersebut lebih mudah dalam menyelesaikan masalahdan soal-soal yang diberikan guru. Konsep merupakan simbol berfikir, hal ini diperoleh dari hasil tafsiran terhadap fakta dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya tafsiran “ ibu” atau tafsiran “ cinta “ atau

  “ keadilan “berbeda untuk setiap orang. Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi. Walaupun dalam fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, yang sudah disepakati oleh para tokoh fisika. konsep tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan setiap konsep saling berhubungan dengan konsep yang lain, misalnya konsep “ Meja “ berhubungan dengan semua ciri yang diperlukan misalnya bentuk, jenis bahan, warna, fungsi, dan ukurannya. Maka setiap konsep bersama membentuk semacam jaringan pengetahuan didalam kepala manusia. Semakin lengkap, terpadu, tepat dan kuat hubungan antara konsep-konsep keahlian seseorang semakin semakin pandai orang itu. Keahlian seseorang dalam suatu bidang studi tergantung lengkapnya jaringan konsep didalam kepalanya. Semakin dalam kita memasuki suatu bidang studi semakin komplek dan terpadu jaringan konsep dalam kepala kita. Seringkali para pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep dengan konsep lain. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah ada dalam kepala siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya. Maka konsep baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan konsep-konsep lain. Maka dari itu pengajar maupun pelajar harus memperhatikan hubungan antara konsep. Ada suatu alat yang dapat membentuk untuk membuat hubungan antara konsep lebih nyata yaitu peta konsep. Peta konsep adalah suatu alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antar konsep. Konsepsi siswa selalu berbeda dengan konsep para ahli, konsepsi para ahli umumnya lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antara konsep dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama dengan konsepsi para ahli maka konsepsi siswa tidak disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para ahli maka konsepsi siswa yang semacam ini disebut miskonsepsi. Biasanya miskonsepsi menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep. Miskonsepsi sering disebut juga dengan istilah konsep alternativ dalam Paul Suparno. Dalam proses pembelajaran fisika miskonsepsi-miskonsepsi sering terjadi karena pembelajaran fisika sering diajarkan secara abstrak. Pada umumnya siswa telah mempunyai konsepsi tantang konsep-konsep fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika disekolah. Misalnya sebelum siswa mempelajari mekanika, mereka sudah banyak berpengalaman dengan peristiwa mekanika ( benda jatuh, benda benda yang bergarak, gaya dan seterusnya), dan karena itu mereka sudah mengembangkan banyak konsepsi ( kecepatan, gaya ) yang belum tentu sama dengan konsepsi fisikawan. Konsepsi seperti itu disebut prakonsepsi.

  Menurut Boplton ( 1977) dalam Kartika Budi ( 1998 ), ada dua teori dasar pembentukan konsep, yaitu sebagai berikut :

  1. Teori abstrak Konsepsi dibentuk dengan menggeneralisasikan fakta-fakta, contoh- contohdengan mencari ciri-ciri yang ada setiap contoh dan mengabaikan cirri-ciri yang tidak esensial sehingga terbentuk kesimpulan umum.

  2. Teori Hipotesis Konsepsi mula-mula diajukan sebagai hipotesis. Proses selanjutnya adalah mencari bukti – bukti yang mendukung. Dalam proses membangun konsepsi seharusnya anak didukung dengan situasi, kondisi, serta fasilitas yang cukup, yang dapat mengantarkan siswa melakukan sederetan proses secara berkesinambungan untuk membangun sendiri konsepsi dan mendefinisikannya. Dalam penanaman suatu konsep dibedakan menjadi dua :

  a. Keterampilan yang bersifat jasmani

  b. Ketrampilan yang bersifat jasmani adalah ketrampilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitikberatkan pada ketrampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah teknik dan pengulangan.

  c. Katrampilan yang bersifat rohani

  d. Keterampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat secara lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

D. Perubahan Konsep Siswa

  Dalam pembelajaran fisika yang sangat diharapkan adalah terjadinya perubahan konsep dari yang belum tepat manjadi lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat jelas diungkapkan oleh Kuhn bahwa perkembangan sains oleh paradigma para ilmuwan. Yang dimaksud paradigma adalah suatu skema konseptual dengan mana para ilmuwan dalam suatu disiplin tertentu memandang persoalan dalam bidang mereka.Menurut Kuhn perubahan itu sering terjadi secara drastic karena paradigma lama tidak dapat digunakan untuk menghadapi persoalan baru. Maka perlu ditemukan lagi suatu paradigma baru, paradigma baru inilah yang menimbulkan suatu revolusi pengetahuan dalam sains (Kuhn,1970; Novak 1970 dalam Suparno, 2005 84-85). Menurut Toulmin( Suparno,2005:85),bagian terpenting dalam pengertian manusia adalah perkembangan konsepnya yang evolutif, terus berubah pelan-pelan; dan bukan konsep-konsep yang telah baku, prosedur yang steretip, atau konsep yang tidak dapat diubah. Jadi perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu (1) pengembangan konsep seseorang dari belum sempurna atau belum lemgkap menjadi lebih lengkap, (2) pembetulan konsep dari konsep ynag tidak tepat atau salah menjadi konsep yang benar atau sesuai dengan konsep yang disepakati oleh para ahli. Menurut Postner, Strike, Hewson, dan Gertzog (1982)(dalam Suparno, 2005:85), menjelaskan adanya dua fase yang dapat dibadakan dari perubahan konsep dalam filsafat sains; yaitu central commitments dan the central commitments in need modification. Dalam central commitments, para ilmuwan mendefinisikan persoalan, sratategi menghadapi persoalan itu, dan menentukan kriteria untuk penyelesaian. Dalam fase kedua, ilmuwan harus mengubah central commitments bila itu bertentangan dengan asumsi dasar mereka. Secara filosofi manusia sering dikatakan sebagai animal rasionale yaitu binatang yang mempunyai akal atau pikiran. Pikiran itulah yang membedakan manusia dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan, oleh karena pikiran itulah manusia selalu bertanya dan mencari jawaban. Usaha mencari jawaban itulah yang menyebabkan pengetahuan manusia bertambah, berkembang dan maju.Menurut Postner dkk dalam (Suparno ,2005 86) dalam proses pembelajaran ada dua proses yang analog dengan dua fase perubahan konsep diatas. Dalam

pembelajaran ada dua proses yang disebut asimilasi dan akomodasi. Dalam asmilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala-gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian.dalam akomodasi siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep pokok mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan baru. Disini ada perubahan drastis dan siswa sungguh-sungguh mengubah konsep yang telah mereka punya.

  Hal ini terjadi bila siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah. Gagasan Postner dkk ini diambil dari teori piaget ( Suparno,2005).Menurut piaget, pengertian adalah suatu proses adaptasi intelektual dimana pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui oleh seorang untuk membentuk struktur pengertian yang baru. Dari proses adaptasi dengan menggunakan asimilasi dan akomodasi diatas, tampak jalas bagi Piaget, bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh seseorang secara terus menerus dengan setiap kali mengembangkan atau mengubah skema yang dimilikinya. Dengan asimilasi, seseorang menyesuaikan rangsangan dengan skema pemikiran yang ada, sehingga skemanya tidak dirombak tetapi hanya diperluas; sedangkan dengan akomodasi seseorang mengubah skema yang ada untuk dicocokkan dengan rangsangan yang dihadapi.

  Postnert dkk menjelaskan bahwa proses akomodasi memerlukan keadaan tertentu untuk dapat terjadi :

  1. Adanya ketidakpuasan terhadap konsep yang ada

  2. Konsep yang baru harus intelligible ( dapat dimengerti )

  3. Konsep yang baru harus masuk akal

  4. Maksudnya mempunyai kemampuan untuk memecahkan persoalan- persoalan yang dimunculkan oleh para pendahulu, dan konsisten dengan teori dan pengetahuan lain atau dengan pengalaman yang lama.

5. Konsep baru harus berguna untuk program riset dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.

  Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap dari proses yang belum sempurna menjadi sempurna.Kedua perubahan dalam proses pembelajaran fisika adalah :

1. Proses perluasan konsep

  Proses yang pertama adalah memperluas konsep yang sudah ada dengan cara : a.. Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa.

  b. Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya bertambah c. Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan bahan-bahan baru sendiri yang sudah disediakan.

  2. Pembetulan Konsep Yang Salah Dalam proses ini guru tidak cukup hanya dengan menambah bahan fisika dalam pembelajaran. Tetapi harus memikirkan strategi yang tepat untuk membetulkan miskonsepsi yang dialami siswa. Sebaiknya pembelajaran fisika dilakukan menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman langsung bagi siswa. Untuk dapat membantu mengubah kerangka berfikir awal siswa, guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu meliputi. (1), pengetahuan awal siswa. (2), Relasi antara konsep-konsep tersebut dalam pikiran siswa, (3), pengetahuan baru tentang konsep-konsep alternativ yang dipunyai siswa (4), keyakinan epistemologis, yaitu keyakinan siswa yang membuat siswa percaya diri bahwa pengetahuannya benar. Keyakinan ini sangat penting agar guru dapat membantu siswa mengubah keyakinan.

E. Metode Demonstrasi

  Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran denagn penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa. Dalam metode demonstrasi guru atau siswa melakukan penjalasan secara lisan. Setelah guru atau siswa memperagakan suatu demonstrasi tersebut, sebaiknya para siswa memiukirkan apa yang dilihat dan terjadi dari demonstrasi tersebut.

  Tujuan dan manfaat demonstrasi 1) Demonstrasi memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan, 2) Demonstrasi memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara cermat.

  3) Menghindari adanya verbalisme karena dalam metode ini setelah anak melihat peragaan kemudian siswa sendiri bisa mencoba melakukannya, 4) Dalam metode ini anak lebih dapat berfikir karena dengan melihat sesuatu maka siswa akan memikirkan apa yang telah mereka lihat. Langkah-langkah pelaksanaan : 1) Mempersiapkan langkah-langkah yang akan didemonstrasikan sehingga dapat dikuasai sepenuhnya .

  2) Lakukan sendiri langkah tersebut sebelum didemonstrasikan dimuka kelas 3) Catatlah kerangka garis besar yang akan didemonstrasikan sehingga siswa lebih mudah mengikuti jalannya peragaan 4) Pelaksanaan demonstrasi dengan mengusahakan agar semua siswa dapat mengikutinya dengan baik 5) Suruh salah satu atau berapa orang siswa untuk mencoba melakukannya. 6) Siswa disuruh merumuskan hasil pengamatan secara lisan atau tertulis 7) Melakukan Tanya jawab mengenai hasil demonstrasi, kesimpulan dan penjelasannya secara tertulis boleh dalam LKS 8) Kemudian melakukan diskusi dan penjelasan secara lengkap 9) Siswa diberi evaluasi berupa pertanyaan atau mengisi LKS yang telah disediakan.

  Seringkali demonstrasi menghasilkan pertanyaan dari siswa yang kadang-kadang sudah terjawab melalui demonstrasi tadi,kunci berhasilnya demonstrasi adalah interakdi guru dan siswa. Dengan melihat dan mendengarkan saja belum tentu siswa belajar. Melalui interksi antara guru dan siswa dapat mengenal pikiran siswa dan mengoreksi pikiran siswa yang salah. Waktu demonstrasi siswa dipaksakan untuk berpikir, misalnya dalam beberapa percobaan guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawabnya..

E. Hukum Newton

  Gaya dalam kehidupan sehari-hari sering kita lakukan tapi kadang masih banyak orang yang belum mengetahui secara jelas apa itu gaya. Gaya didefinisikan sebagai dorongan atau tarikan. Bila pada benda diterapakan dorongan atau tarikan akibatnya benda itu akan mengalami perubahan gerak atau yang semula diam menjadi bergerak dan yang sudah bergerak bisa bergerak lebih cepat lagi. Hubungan gerak dan gaya bisa kita pelajari dalam Hukum Newton. Gaya merupakan syarat untuk mempelajari Hukum Newton. Pengalaman kita sehari-hari mengajarkan bahwa benda yang bergerak cenderung berhenti. Misalnya sebuah buku yang terletak diatas meja kita dorong dengan kuat kemudian dilepaskan, buku itu hanya bergerak beberapa saa, lalu berhenti. Demikian halnya dengan benda-benda lain yang ada dipermukaan bumi ini.

  Dari pengalaman sehari-hari kita mendapatkan kesan bahwa benda yang bergerak itu pada umumnya akan berhenti bergerak, kecuali kalau ada dorongan terus. Contoh lain yaitu pertunjukkan skat es, orang yang main skat dapat meluncur dengan laju tanpa ada dorongan kecuali dorongan awal. Contoh ini membantah kesan bahwa gerak suatu benda cenderung berhaenti. Selam tidak ada yang menghambat atu menghalangi gerak benda cenderung berlanjut. Hal ini dipelajari oleh Isaac Newton dengan Hukumnya yaitu Hukum I Newton yang sering disebut Hukum Kelembaman yang berbunyi: “ Bila resultan gaya yang bekerja pada benda nol, atau tidak ada gaya yang bekerja pada benda, benda itu diam (tak bergerak) atau akan bergerak lurus beraturan”

  Sedangkan pada Hukum II Nweton mempelajari tentang pengaruh gaya pada perubahan kecepatan. Perubahan kecepatan per satuam waktu ini disebut dengan percepatan. Percepatan yang ditinbulkan oleh sebuah gaya ini berbanding terbalik dengan massa benda itu. Sehingga Hukum II Newton berbunyi : “ Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda, dan berbanding terbalik dengan massa benda”

  F

  secara matematis tertulis : a = atau F=m.a

  m

  Satuan gaya =Newton Satuan massa =kilogram 2 Satuan percepatan =m/s 2 Gaya satu Newton adalah gaya yang dapat memberi percepatan sebesar 1 m/s kepada benda yang massanya I Kg.

  Sedangkan Hukum III Newton mengemukakan hubungan dua benda yang saling berinteraksi. Dua benda dikatakan berinteraksi jika tindakan benda yang satu disertai dengan tindakan benda yang lain terhadap yang satu. Misalnya jika benda A mengadakan interaksi dengan benda B, pada saat yang sama B juga mengadakan gaya kepada A dengan gaya yang arahnya berlawanan dengan arah gaya yang diadkan oleh A disebut aksi, sedangkan gaya yang diadakan oleh B disebut reaksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23, 24 dan 30 April 2008 di SLTPN 1 Pundong B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

  1. Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SLTPN 1 Pundong, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

  2. Sampel penelitian Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SLTPN 1 Pundong dengan jumlah 39 siswa. Seluruh siswa dijadikan sampel.

C. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitian studi kasus eksperimen kualitatif dan kuantitatif. Termasuk studi kasus karena meneliti tentang suatu masalah pada pembelajaran dan hanya berlaku pada objek penelitian ini saja. Termasuk eksperimen kualitatf karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara kualitatif mengenai perubahan pemahaman konsep siswa mengenai Hukum

  I Newton, Hukum II Newton dan Hukum III Newton dengan melakukan penelitian ini ingin mengetahui dengan perhitungan statistik tentang perubahan konsep siswa mengenai Hukum I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton menggunakan metode demonstrasi. Penelitian ini hanya berlaku pada partisipant penelitian.

D. Ubahan

  Ubahan dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa mengenai konsep Hukum I Newton , Hukum II Newton , dan Hukum III Newton .

  Yang terdiri atas :

a. Konsep awal siswa tentang Hukum I Newton , Hukum II Newton , dan Hukum

  III Newton sebelum mengikuti pembelajaran

  b. Konsep akhir siswa tentang Hukum I, II, III Newton setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi

2. Definisi ubahan

  a. Konsep awal siswa adalah pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan Hukum I Newton. Hukum II Newton, Hukum III Newton sebelum mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan metode demonstrasi. Data tentang konsep awal siswa ini diperoleh dari pretest yang dilaksanakan sebelum pembelajaran dan dari peta konsep yang mereka buat.

  b. Konsep akhir siswa siswa adalah pemahaman siswa mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan Hukum I,II,III Newton setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan metode demonstrasi. terjadi pada siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan metode demonstrasi. Untuk memperoleh seberapa dan konsep akhir setelah pembelajaran, lihat dari hasil pretest dan pos tes. Pemahaman siswa tentang konsep dilihat dari skor yang diperoleh dari pre tes, LKS, pembuatan peta konsep dan pos tes pembelajaran fisika dengan metode demonstrasi.

E. Instrumen Penelitian

  Instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran meliputi, silabus, rancanan pembelajaran. Instrumen untuk mengumpulkan data antara lain: 1) Pre test, 2) Post test.

1. Rancanan Pembelajaran

  Rancananan pembelajaran berisi modul pembelajaran yang digunakan. Buku petunjuk ini juga berisi silabus, RPP, dan ringkasan materi pelajaran dan LKS.

  Pre test dan Post test 2. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai Hukum I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton sebelum dan sesudah pembelajaran. Dari jawaban siswa dalam pre tes dan pos tes ini dapat diketahui perubahan pemahaman siswa.

F. Desain Pembelajaran

  Desain dari penelitian ini adalah:

  1. Peneliti memberikan informasi tentang topik yang akan dibahas, menjelaskan panduan pelaksanaan kegiatan supaya siswa dapat mengikuti kegiatan

2. Pelakasanaan kegiatan.

  a. Guru membagikan soal pretest yang berfungai untuk mengetahui konsep awal siswa.

  b. Siswa diminta membuat peta konsep tentang hukum Newton.

  c. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan demonstrasi dan anak diberi lembar kegiatan siswa untuk diisi dengan seksama selama mengikuti proses pembelajaran.

d. Pembelajaran dilakukan dalam tiga kali pertemuan, 6 jam pelajaran.

  e. Pada akhir pembelajaran siswa diberi soal postest untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dan diminta membuat peta konsep lagi. Demikian desain penelitian dapat dilihat dalam diagram alur dibawah ini.

  Diagram Alur Desain penelitian

  Penyusunan Instumen

  Instrumen Instrumen pembelajaran pengambilan data Gambar Peta Konsep

  Pelaksanaan Pre Tes Data Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Analisis Data

  Pelaksanaan Post Tes Data Keterangan Pembuatan instrumen terdiri dari dua bagian :

  Instrumen untuk pembelajaran, yaitu terdiri dari LKS dan Silabus 1. Instrumen untuk pengambilan data, terdiri dari soal-soal pretest dan postest 2.

  Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, ada beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :

  1. Siswa memperhatikan dengan seksama apa yang akan didemonstrasikan didepan kelas

  2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran terbagi dalam beberapa pertemuan dan menggunakan LKS yang telah tersedia.

  3. Peneliti mengajukan permasalahan baik melalui LKS atau lisan.

  4. Siswa diminta mengisi LKS dengan urut sesuai langkah yang ada dalam LKS

  5. Setelah selesai demonstrasi, siswa diminta membuat peta konsep, dan mengisi soal-soal pos tes.