PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR

  

PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA

DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB

KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Christina Sri Wahyuningsih NIM: 011124009

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada YESUS SANG GURU dan BUNDA MARIA RATU ROSARI yang membimbing dan memberi kekuatan kepadaku,

  Para Suster Konggregasi Puteri Reinha Rosari (PRR), Para penderita kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua,

  Orang tua, saudara-saudaraku, para pembimbingku dan almamaterku tercinta, Semua pemerhati pembinaan iman bagi para penderita kusta dimana saja berada.

  

MOTTO

  “Allah membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (PKH 3 : 11)

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul: “PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA

  

KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB

KEUSKUPAN ATAMBUA NTT”. Pemilihan judul ini, bertitik tolak dari

  keprihatinan penulis terhadap pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT. Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembinaan iman di rumah Rumah Sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT kurang berjalan dengan baik. Hal ini tampak dalam pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta di Rumah Sakit rehabilitasi kusta tanpa tujuan dan arah yang jelas. Para pembina tidak memiliki program pembinaan dan tidak membuat persiapan untuk setiap pertemuan sehingga tidak jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam setiap pelaksanaan pertemuan. Pelaksanaan pembinaan iman bagi para penderita kusta dirasakan kaku dan membosankan karena para pembina kurang kreatif dalam mengolah proses dan metode pertemuan agar lebih hidup dan menarik.

  Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana para pembina berusaha mengembangkan iman para penderita kusta terlebih agar mereka tetap percaya akan kasih dan kebaikan Tuhan, sehingga kegembiraan yang terpancar karena Tuhan yang mereka imani dan mereka tetap tabah dalam menghadapi penyakit kusta yang dideritanya. Penulis mengkaji masalah ini dengan menggunakan metode deskripsi analisis, artinya penulis menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan permasalahannya. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan wawancara semi terbuka dengan menggunakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada para penderita kusta sebagai responden. Selain itu penulis juga menggunakan refleksi pribadi dengan bantuan buku-buku pendukung.

  Pembinaan iman merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan iman para penderita kusta karena pembinaan iman bertujuan untuk membantu umat dalam proses kedewasaan iman dan juga membantu umat agar iman mereka mendalam, sehingga mereka mampu membangkitkan dan mengembangkan sikap hidup kristiani. Dengan pembinaan iman diharapkan para penderita kusta semakin mampu mengembangkan iman mereka sehingga mereka tetap percaya akan kasih dan kebaikan Tuhan kendati penyakit kustanya tidak kunjung sembuh

  

ABSTRACT

  The title of the text is “THE DEVELOPING OF FAITH FOR

  

LEPROSY VICTIMS IN LEPROSY REHABILITATION HOSPITAL IN

NAOB PARISH-ATAMBUA NTT.” The title has been chosen based on the

  writer’s concern toward the faith realizing for leprosy victims in the leprosy rehabilitation hospital in Naob Parish-Atambua NTT. According to the writer’s supervision, the realizing of the faith guidance in the leprosy rehabilitation hospital in Naob Parish-Atambua NTT has not worked well. This matter has shown the realizing of the faith guidance for the leprosy victims in the leprosy rehabilitation hospital has no aims and a direct way. The leaders have not had a corret guidance program and they haven’t made a good plan ini every meeting. The application of the guidance for leprosy victims has been felt stiff and boring because the leaders were not creative in combining the process and the methods in every meeting. Furthermore, the meeting can be more interesting.

  The main problem in the thesis is how far the leaders try to increase the faith of the leprosy victims in order they will believe and more confident toward God’s mercy and love. Furthermore, the happiness will show up because the God gives them faith. And they will have more courage to face leprosy in their life. The writer has discussed the problems by using analiysis descriptive methods. It means the writer has shown and analyzed the problems. So, there will be found the way out of the problem. Data needed has been analyzed by making semi opened interview with the leprosy victims as respondents. Moreover, the writer has built the data from the personal reflection from the comparable’s books.

  The faith guidance is one method which can be used for increasing the faith of leprosy victims because the faith guidance has purposed to help people in the process of faith mature and help Christian community to fulfill their faith. Faith guidance has been hoped for the leprosy victims which can increase their faith and they can believe to the God’s mercy and affection eventhough the disease hasn’t yet cured.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga dan Putera- Nya Yesus Kristus serta Bunda Maria Ratu Rosari atas segala karunia, berkat, kasih dan cinta-Nya yang dilimpahkan bagi penulis. Dalam penulisan skripsi ini, banyak pengalaman yang muncul yang penulis alami yakni; pengalaman gembira, sedih dan cemas. Meskipun demikian berkat perhatian dan dukungan doa-doa dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini bagi penulis, merupakan karya ilmiah dengan judul: “PEMBINAAN IMAN BAGI PARA

  

PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI

NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR”. Karya ilmiah

  ini dimaksudkan sebagai suatu sumbangan terhadap perkembangan pembinaan iman bagi para penderita kusta di rumah sakit rehabilitasi kusta di Naob Keuskupan Atambua-NTT, sekaligus salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USD.

  Atas kerjasama yang baik, penulis menyampaikan limpah terima kasih kepada semua pihak terkait yang berperan serta dalam penyelesaian skripsi ini, dan dalam proses pendidikan penulis selama studi pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan (FKIP), USD Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan

  1. Pimpinan Umum Konggregasi Puteri Reinha Rosari (PRR), mulai dari Sr. M.

  Gabriella, PRR, Sr. M. Simprosa, PRR, Sr. M. Benediktis, PRR dan Dewan Pimpinan Umum yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar dan mengembangkan diri di IPPAK-USD Yogyakarta.

  2. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dalam membimbing dengan penuh kesabaran, memberi saran dan kritikan pada penulis dalam menuangkan gagasan sehingga penulis dapat lebih termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.

  3. Y. Kristianto, SFK., selaku dosen penguji II yang telah bersedia mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dengan penuh kesabaran.

  4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, memberi saran dan kritikan kepada penulis.

  5. Segenap staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Pimpinan Komunitas Magnificat Yogyakarta mulai dari Sr. M. Valentine, PRR, Sr. M. Katrine, PRR, Sr. M. Gratiana, PRR, Sr. M. Felixia, PRR dan para suster PRR anggota Komunitas Magnificat Yogyakarta, serta karyawan/i yang telah mendukung penulis dengan doa, perhatian dan pelayanan.

  7. Pimpinan Rumah Sakit rehabilitasi kusta Naob-Atambua yakni Sr. M. Mikaelis, PRR dan para suster PRR komunitas Naob serta para penderita kusta yang dengan penuh cinta, keakraban dan kegembiraan telah meluangkan waktu, tenaga, perhatian, kerjasama, serta terlibat dalam mendukung kelancaran skripsi ini.

  8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2001/2002 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta kabar gembira di zaman yang penuh tantangan ini.

  9. Bapak Paulus Mulyono, Ibu Paula Srisurtiyah, Saudara-saudaraku, Romo Martin van Oij, SCJ yang telah mendoakan, mendukung dan memberikan semangat serta dukungan selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

  10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi semakin sempurnanya penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

  Yogyakarta, 12 Maret 2007 Penulis Christina Sri Wahyuningsih

  

DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………......

  4

  15

  14

  12

  12

  9

  5

  4

  PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………… PENGESAHAN……………………………………………………………… PERSEMBAHAN…………………………………………………………… MOTTO……………………………………………………………………… PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………..

  4

  3

  1

  1

  BAB I. PENDAHULUAN……………………………………….………….. A. Latar Belakang Penulisan.…………..…………………..……….… B. Rumusan Masalah……………………………………….………… C. Tujuan Penulisan……………………………………….………….. D. Manfaat Penulisan………..……………………………..…………. E. Metode Penulisan……….………………………………..………… F. Kajian Pustaka……..…………….………………………..……….. G. Sistematika Penulisan…………………………………………….. BAB II. PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILI- TASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT……… A. Latar Belakang Berdirinya Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta.….…. B. Pengertian Penyakit Kusta……………………………..…….……. C. Tentang Penyakit Kusta………………………………..………….. D. Penanganan Penyakit Kusta……………………………..………… i ii iii iv v vi vii viii ix xii xvi

  DAFTAR ISI…………………………………………………….…………... DAFTAR SINGKATAN………………………………………….………….

  ABSTRAK…………………………………………………………………... ABSTRACT……………………………………………………….………… KATA PENGANTAR………………………………………….…………….

  21 BAB III. PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA KUSTA……………………………………………………..……….

  29 A. GAMBARAN UMUM UMAT KATOLIK DI DESA NAOB……

  29 1. Letak dan Situasi Geografis………………………….………..

  30 2. Kondisi Ekonomi dan Sosial………………………..………….

  30 3. Jumlah dan Situasi Umat Katolik……………………..……….

  30

  4. Kegiatan-Kegiatan Yang Ada……………………….…………

  31

  5. Kendala-Kendala Yang Dihadapi……………………..….……

  31 B. SITUASI KONKRET PENGHAYATAN IMAN PARA PENDE- RITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT………………………...

  32

  1. Variabel Penelitian……………………………………..………

  32 2. Metodologi Penelitian……………….………………..………..

  33 C. LAPORAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABI- LITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT.…

  37

  1. Motivasi Hidup Penderita Kusta……………..…………………

  38

  2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua- NTT……………………………………………………...……..

  38

  3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta……………

  41

  4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembinaan Iman………………………………………..……...

  44 D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGHAYATAN

  IMAN PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA-NTT…………………………………..……………..

  45

  1. Motivasi Hidup Penderita Kusta…………………………………

  45

  2. Pelaksanaan Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua-

  3. Usaha Pembinaan Iman Bagi Para Penderita Kusta……..………

  53

  4. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pembi- naan Iman…………………………………..………..…………

  55 BAB IV. UPAYA PENINGKATAN PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA……………………………………..……….

  57 A. GAMBARAN UMUM TENTANG PEMBINAAN IMAN…..…….

  58 1. Pengertian Pembinaan Iman……………………..………..……..

  58 2. Tujuan Pembinaan Iman………………………………..………..

  63 B. METODE DAN SARANA PEMBINAAN IMAN DI RUMAH SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB……………………..

  65 C. PROSES DAN ISI PEMBINAAN IMAN…………………..………

  70

  1. Proses Pembinaan Iman…………….…..………………..………

  70

  2. Isi Pembinaan Iman…………………………………….…..……

  75 D. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN IMAN………….……….

  76

  1. Merencanakan Program Pembinaan Iman…………….…………

  76

  2. Sasaran Program Pembinan Iman………………….……………

  77 3. Isi Program……………………………………….………….......

  81 4. Pemilihan Model Pembinaan Iman……………….……………..

  83 BAB V. PRAKSIS PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA……………………………………….…………………………

  87 A.

  87 PROGRAM KATEKESE…………………..….…………………….

  B.

  90 PENJABARAN PROGRAM KATEKESE…….…………………… C.

  94 CONTOH PERSIAPAN KATEKESE………….……………………

  BAB VI. PENUTUP………………………………………………………… 120 A. KESIMPULAN………………………………….………………….. 120 B. SARAN………………………………………….…………………... 123 DAFTAR PUSTAKA……………………………………….………………. 125

  LAMPIRAN Lampiran 1: Panduan Wawancara………………………….……………….. (1) Lampiran 2: Identitas Responden……………………………….…………… (3) Lampiran 3: Hasil Wawancara…………………….………………………… (5) Lampiran 4: Teks Cerita…………………………………….………………. (15)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan nama-nama Kitab dalam Skripsi ini diambil dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), IKAPI, Jakarta, Edisi 5, Tahun 2004.

  B. Singkatan Dokumen-Dokumen Resmi Gereja CT: Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini,

  16 Oktober 1979

  C. Singkatan Lain Art. : Artikel BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional Dra : Doktoranda Dr : Doktor Drs : Doktorandus EKT : Eliminasi Kusta Tahun FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Komkep KWI : Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia

  MB : Multibaciliary M.Pd : Magister Pendidikan N. : Nilai No. : Nomor NTT : Nusa Tenggara Timur OHP : Over Head Projektor PB : Paucibaciliary PRR : Puteri Reinha Rosari Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat RS : Rumah Sakit SCJ : Sacred Heart Jesus SFK : Sarjana Filsafat Kateketik SJ : Serikat Jesus SKB : Surat Keputusan Bersama STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik SVD : Societas Verbi Divini TV : Televisi UPK : Unit Perawatan Kesehatan USD : Universitas Sanata Dharma

  VCD : Video Compact Disc WHO : World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN Bab pertama skripsi ini menguraikan tentang latar belakang penulisan,

  rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. LATAR BELAKANG PENULISAN

  Desa Naob adalah sebuah tempat terpencil berpenduduk 125 Kepala Keluarga. Geografisnya tidak rata, berbukit-bukit dan tandus tidak ada gunung dan aliran sungai. Desa ini berada dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Kecamatan Noemuti Keuskupan Atambua. Jalan menuju desa ini belum diaspal masih berbatu-batu, dilalui oleh 1 (satu) unit Truk angkut yang mengangkut hasil bumi dari desa ke kota yang dilewati ketika musim kering dan musim hujan praktis sulit dilalui. Listrik dan air minum bersih yang menjadi kebutuhan penduduk tidak ada. Pada malam hari penduduk mendapat terang dari lampu pelita kaleng. Untuk keperluan sehari-hari penduduk mendapat air dari sumur yang memadai ketika musim hujan dan jika musim kering volume airnya berkurang.

  Mata pencaharian penduduk adalah bercocok tanam, berternak dan kerajinan tangan. Para petani sawah akan bekerja kalau musim hujan tiba (sawah tadahan).

  Apabila sepanjang tahun tidak ada hujan maka kelaparan akan datang. Tiap kampung tidak ada air bersih tetapi mendapat air sumur yang mengandung kapur, sehingga tak jarang mereka baru mandi 2-3 hari. Kondisi seperti ini rentan dengan pelbagai penyakit termasuk Penyakit Kusta.

  Di daerah ini penderita Kusta relatif masih banyak, mereka tersebar di desa terpencil. Terkadang ditemukan pada pondok atau gubuk-gubuk di tengah ladangnya yang berada di hutan. Mereka tidak lagi disapa oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh saudara kandungnya sekalipun, apalagi ingin merawatnya. Selain itu keluarga dengan sengaja membatasi ruang geraknya dan terkadang memindahkannya ke tempat terisolasi. Mereka tidak lagi sebagai warga masyarakat karena kusta itu dianggap kutukan Tuhan. Kondisi seperti ini menyapa para Biarawati Suster Konggregasi Puteri Reinha Rosari untuk memberi diri melayani para Penderita Kusta tersebut. Nampaknya kehadiran Yesus secara nyata dan konkret berada dalam wajah-wajah Penderita Kusta tersebut.

  Dengan usaha yang tidak mudah dan mengalami banyak tantangan dari berbagai pihak, akhirnya dengan bantuan Rahmat Tuhan dan kebaikan hati para donatur di mana saja, para Suster PRR dapat mendirikan Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta. Dengan adanya tempat perawatan, para penderita Kusta mulai tertolong dari segi medis. Mereka dirawat dengan sangat baik sehingga ada beberapa penderita Kusta mengalami putus asa karena tetap saja tidak diterima oleh masyarakat sekitar. Mereka merasa tidak berarti untuk hidup dimasyarakat dan bahkan menjadi kurang percaya dengan kebaikan Tuhan yang mereka alami selama ini. Para penderita Kusta merasa dijauhkan dari masyarakat karena penyakit ini bagi masyarakat sekitar sangat menjijikkan.

  Melihat situasi dan kondisi para penderita kusta ini, maka sangatlah penting dengan adanya pembinaan iman. Karena dengan pembinaan iman akan sangat membantu para penderita kusta untuk menghayati sakit yang dideritanya sebagai anugerah dari Tuhan dan menyatukannya dengan penderitaan Kristus disalib.

  Dengan pembinaan iman pula, para penderita kusta dibantu untuk semakin memiliki iman yang dalam akan Tuhan, sehingga mereka tetap meyakini bahwa sehat dan sakit adalah anugerah Allah yang sangat istimewa.

  Terdorong oleh situasi dan kerinduan yang dalam agar para penderita kusta merasa berarti dan berharga dimasyarakat, maka penulis menyusun skripsi dengan judul: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH

SAKIT REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR.

B. RUMUSAN MASALAH

  Memperhatikan latar belakang di atas maka permasalahan-permasalahan yang muncul dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah pembinaan iman bagi para penderita kusta sungguh-sungguh sudah diperhatikan ?

  2. Sejauh manakah usaha pembinaan iman bagi para penderita kusta diusahakan selama ini, agar para penderita kusta memiliki iman yang kuat?

  3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman bagi para penderita kusta ?

C. TUJUAN PENULISAN

  Skripsi ini ditulis dengan tujuan: 1.

  Meningkatkan pembinaan iman bagi para penderita kusta.

  2. Menemukan model pembinaan iman yang dapat membantu para penderita kusta dalam menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari- hari.

  3. Mencoba menemukan faktor pendukung dan penghambat pembinaan iman bagi para penderita kusta.

  4. Memenuhi persyaratan kelulusan Sarjana Strata Satu (S1) IPPAK-JIP-FKIP- USD-Yogyakarta.

D. MANFAAT PENULISAN 1.

  Menambah wawasan para pembina iman yang membantu para penderita kusta untuk mengembangkan imannya.

2. Membantu para penderita kusta untuk menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka tidak mudah putus asa.

  3. Meyakinkan para penderita kusta bahwa dengan memiliki iman yang kuat mereka dimampukan untuk menerima penderitaan yang dialami sebagai anugerah Allah.

E. METODE PENULISAN

  Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi diperoleh melalui penelitian maupun studi pustaka. Namun demikian penulis juga akan terjun langsung ke Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan Atambua yang menjadi sasaran penelitian, sebab hal ini sangat penting guna mencari data-data yang valid dan ilmiah.

F. KAJIAN PUSTAKA 1.

  Pembinaan Mangunhardjana A, dalam bukunya Pembinaan, Arti dan Metodenya, menuliskan sebagai berikut; pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari kata

  Inggris training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan sejauh berhubungan dengan pengembangan manusia. Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan. Namun karena tekanan pengembangan dalam pembinaan berbeda dari pengembangan dalam penididikan, pembinaan dibedakan dari pendidikan. Sebagaimana dipraktekkan dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia pada segi praktis: pengembangan sikap, kemampuan dan kecekatan. Sedangkan pendidikan menekankan pengembangan manusia pada segi teoretis, pengembangan pengetahuan dan ilmu.

  Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang dipraktekkan. Orang tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan demi pengetahuan tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam pembinaan, orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang menerima kenyataan yang ada dalam dirinya sehingga dapat hidup dengan bebas dan apa adanya tanpa tekanan yang berarti. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap yang mandiri dan terutama semakin percaya diri.

  Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki,

  

delearning , berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan

  menghambat hidup dan kerja, dan mempelajari, learning, pengetahuan dan praktek baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya.

  Pembinaan, jika dirumuskan dalam bentuk definisi berarti; suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani secara lebih efektif.

  Apabila pembinaan berjalan baik, pembinaan tersebut dapat membantu orang yang menjalani untuk:

  1. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya.

  2. Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dan segala segi positif dan negatifnya.

  3. Menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya.

  4. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah atau diperbaiki.

  5. Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya, sesudah mengikuti pembinaan.

  Pada dasarnya pembinaan mempunyai fungsi yang mencakup tiga hal yaitu; penyampaian informasi dan pengetahuan, perubahan dan pengembangan sikap, latihan dan pengembangan kecakapan serta ketrampilan. Pembinaan yang terus menerus dilakukan dapat membantu orang lain untuk berkembang dan merubah pola hidup yang lama kepada yang baru atau yang lebih baik.

2. Iman

  Iman adalah pertemuan pribadi dan mendalam dengan Allah yang hidup, suatu penerimaan menyeluruh akan pribadi yang mewahyukan diri dan memberikan diri oleh manusia yang menyerahkan diri dengan penuh cinta, suatu penyerahan tanpa batas untuk hidup bagi Allah dan mengatur hidup sesuai dengan perintah- Nya. Bila sabda Allah adalah wahyu, maka sabda manusia adalah iman. Bila insiatif berasal dari Allah maka jawaban adalah dari manusia.

  Sabda Allah mengundang kesediaan manusia, kesediaan Allah mengundang kesediaan manusia untuk membuka diri, tindakan Allah mendesak tindakan manusia dan pemberian diri Allah mengharapkan penyerahan diri manusia. Maka wahyu itu menuntut iman. Oleh sebab itu hubungan antara pribadi kita adalah sebuah dialog, sebuah perjanjian dan persekutuan. Proses penerimaan wahyu, dalam yang diwartakan. Pada umumnya berkembangnya iman melalui tahap-tahap yang teratur dan makin mendalam. Proses itu merupakan dinamika antar pewartaan dan penerimaan wahyu dalam iman yang sekaligus merupakan perubahan yang terus menerus. (Amalorpavadass, D.S. Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja.

  Yogyakarta: STKAT Pradnyawidya, tahun 1972, hal 11).

3. Para Penderita Kusta di RS Rehabilitasi Kusta di Naob NTT

  Di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob-NTT yang dikelola oleh para Suster Puteri Reinha Rosari kurang lebih menampung 32 pasien yang mengidap penyakit Kusta. Namun yang menjadi perhatian dari penulis adalah 20 penderita kusta yang rata-rata orang dewasa dan yang sudah bekeluarga. Situasi dan kondisi tempat yang sangat miskin dan kekurangan air bersih karena mereka menggunakan air sumur yang mengandung kapur menyebabkan mereka terserang penyakit khususnya penyakit kusta yang bagi mereka sangat menjijikkan.

  Berdasarkan hasil observasi, penyakit kusta ini juga disebabkan oleh kuman Lepra (Mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi dengan tanda di kulit.

  Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara yang mengandung kuman leprae yang dihirup oleh manusia atau bersentuhan langsung dengan luka penderita Leprae tipe basah (Departemen Kesehatan. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, tahun 1998: hal 20-21). Ada dua (2) jenis penyakit Lepra: a.

  Tipe MB (Tipe Basah), merupakan tipe yang dapat menularkan kepada

  • Bercak keputihan atau kemerahan tersebar merata diseluruh badan.
  • Dengan atau tanpa penebalan pada bercak
  • Pada permukaan bercak, sering masih ada rasa bila disentuh dengan kapas.
  • Tanda-tanda permulaan sering berupa penebalan kulit kemerahan pada kuping telinga dan muka.

  b.

  Tipe PB (Tipe Kering) Tipe ini tidak menular tetapi dapat menimbulkan cacat bila tidak segera diobati, dengan tanda-tanda:

  • Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak tersebut disentuh dengan kapas tidak terasa atau kurang terasa.

  Para penderita kusta di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta ini, rata-rata mengidap penyakit kusta tipe kering tetapi ada beberapa yang juga mengidap penyakit kusta tipe basah. Penyakit kusta ini dapat diobati dan bukan penyakit keturunan/kutukan. Tipe MB basah; lama pengobatan 12-18 bulan. Tipe PB kering; lama pengobatan 6-9 bulan Pengobatan kusta dapat dilakukan pada Puskesmas/Rumah Sakit/UPK yang melakukan pengobatan Kusta. Semua pengobatan kusta di Puskesmas/UPK/Rumah Sakit Kusta di dapat secara gratis.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

  Judul yang dipilih untuk skripsi adalah “Pembinaan Iman Bagi Para

  

Penderita Kusta Di Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob Keuskupan

Atambua Nusa Tenggara Timur” judul ini akan diuraikan menjadi enam bab

  Bab I: PENDAHULUAN Bab ini akan memaparkan tentang latar belakang penulisan, perumusan

  masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

  

Bab II: PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT REHABILITASI

KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN ATAMBUA Bab ini memberi gambaran tentang RS Rehabilitasi Kusta, situasi dan

  keadaan para penderita kusta. Bagian ini meliputi Latar belakang berdirinya RS Rehabilitasi Kusta, pengertian kusta, latar belakang penderita kusta dan perawatan kusta.

  Bab III: PENGHAYATAN IMAN PARA PENDERITA KUSTA Dalam bab ini diuraikan gambaran tentang penghayatan iman para

  penderita kusta yang didahului dengan gambaran umum umat katolik di desa Naob, penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian.

  Bab IV: PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENDERITA KUSTA Bab ini memberi gambaran tentang pembinaan iman bagi para penderita

  kusta. Bagian ini meliputi: Arti pembinaan iman, tujuan pembinaan iman, sarana-sarana pembinaan iman yang ada di Rumah Sakit tersebut, proses pembinaan iman yang diuraikan diatas dapat ditawarkan dengan manfaat yang besar sebagai salah satu sarana dalam pembinaan iman d Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta di Naob-NTT.

  Bab V: PRAKSIS PEMBINAAN IMAN BAGI PARA PENERITA KUSTA Dalam bab ini disajikan uraian mengenai tiga contoh pelaksanaan

  pembinaan iman bagi para penderita kusta. Bagian ini meliputi; materi, tujuan, metode serta langkah-langkah pengembangannya. Dalam contoh- contoh tersebut tidak secara eksplisit diperlihatkan segi kateketisnya, tetapi unsur-unsur manusia yang ada dalam proses pelaksanaan pembinaan iman, memberi gambaran bahwa pembinaan iman merupakan salah satu bentuk dari katekese.

  Bab VI: PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran

  12 BAB II PARA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT

REHABILITASI KUSTA DI NAOB KEUSKUPAN

ATAMBUA-NTT A.

   Latar Belakang Berdirinya Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta

  NAOB terletak di kecamatan Noemuti, kabupaten Timor Tengah Utara di Pulau Timor, propinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di jalur Kupang- Kefamenanu, sekitar 28 km sebelum Kefamenanu (180 km dari Kupang). NAOB merupakan suatu desa yang cukup dikenal karena daerah miskin dan banyak penderita kusta. Semula daerah NAOB merupakan wilayah sengketa antara tiga desa tetangga, di mana penduduknya sebenarnya masih satu keluarga besar. Masing-masing pihak merasa diperlakukan tidak adil sehingga mau menuntut kembali haknya.

  Setelah terjadi perang sampai beberapa kali, maka pihak pemerintah daerah memutuskan untuk memperuntukkan wilayah tersebut sebagai fasilitas umum. Akhirnya pemerintah daerah mengarahkan pengelolaan wilayah tersebut kepada pihak keuskupan, yang selanjutnya memberi kepercayaan kepada para Suster PRR (Puteri Reinha Rosari). Untuk tahap pertama disediakan lahan seluas sepuluh hektar. Apabila nantinya lahan tersebut sudah bisa dikelola dengan baik, maka akan ditambah seluas sepuluh hektar lagi. Lahan yang diberikan kepada para Suster PRR ini berupa semak belukar dan nampak seperti hutan.

  13 Dari hasil kunjungan para Suster PRR ternyata dibalik semak belukar itu

  ada pondok-pondok kecil yang jauh dari pandangan masyarakat karena hanya bisa dilihat apabila berada di tengah semak belukar tersebut. Pondok-pondok itu ternyata dihuni oleh orang yang tak berdaya. Setelah diselidiki oleh para Suster PRR ternyata orang-orang itu adalah para penderita kusta yang dijauhkan dari masyarakat dan bahkan dari keluarga kandungnya.

  Melihat situasi nyata ini dan sesuai dengan visi pendiri Mgr. Gabriel Manek, SVD yakni pelayanan karya kerasulan pertama-tama ditujukan untuk orang-orang kecil, miskin dan tertindas terlebih para penderita kusta, menghendaki agar Konggregasi PRR memberi perhatian khusus kepada orang-orang yang miskin, lemah dan tersingkir dan terutama para penderita kusta yang dijauhkan dari masyarakat (Musyawarah Umum I PRR. Konstitusi

  

Tarekat PRR , Larantuka: tahun 1987, Art. 104). Berdasarkan visi pendiri

  inilah dan tergerak oleh belas kasihan akan penderitaan mereka yang mengidap penyakit kusta, maka dengan berbagai cara para Suster PRR merencanakan segala sesuatu untuk menyelamatkan para penderita kusta.

  Dengan bekerja keras dan tanpa mengenal lelah para Suster PRR terus berjuang agar tanah seluas sepuluh hektar itu dapat didirikan sebuah rumah sakit rehabilitasi khusus untuk para penderita kusta. Maka atas kemurahan hati Tuhan melalui para donatur dan berbagai pihak yang mendukung didirikanlah Rumah Sakit Rehabilitasi Kusta pada tanggal 7 Oktober 1996. Lahan yang semula berupa semak belukar dan gersang telah diubah menjadi lahan yang subur, peternakan dan tempat perawatan penderita kusta. Tempat perawatan

  14 September 1998 tim dari RS Kusta Sitanala Tangerang datang meninjau dan

  selanjutnya menjalin kerjasama. Pada tahun 2001 tim dari RS Sitanala melakukan operasi kecil untuk menutup luka yang terdapat pada tangan/kaki penderita kusta. Saat itu pula para suster sedang membangun gedung permanen untuk poliklinik sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh ijin operasional dari Dinas Kesehatan. Atas saran dari tim RS Sitanala dilakukan beberapa modifikasi agar areal poliklinik dapat berfungsi optimal.

  Para penderita kusta ternyata relatif banyak dan masyarakat sekitar sangat mendukung berdirinya RS Rehabilitasi Kusta ini, juga didukung pihak pemerintah dan gereja setempat. Banyaknya para penderita kusta dengan pelayanan apa adanya dan bertahap, maka pada Juli 2002 dilakukan operasi amputasi pada penderita kusta. Dan seterusnya sampai dengan saat ini para penderita kusta yang rawat nginap sebanyak 32 pasien dan masih diusahakan untuk membangun gedung-gedung perawatan yang baru agar para penderita kusta yang masih tinggal di pondok-pondok dapat dirawat dengan sebaik- baiknya.

B. Pengertian Penyakit Kusta

  Kusta merupakan penyakit yang ditakuti, karena informasi yang benar mengenai penyakit kusta masih belum dapat menjangkau masyarakat luas, termasuk sebagian petugas kesehatan. Oleh karena itu penderita kusta seringkali dijauhi oleh anggota keluarganya yang menderita kusta. Keadaan

  15

  ini sebenarnya sangat merugikan masyarakat, sebab para penderita kusta yang tidak mendapat pengobatan yang memadai, akan menjadi sumber penularan.

  Pengertian penyakit kusta yang sebenarnya adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis kuman yang diberi nama

  Mycobacterium Leprae yang ditemukan oleh Gerhard Armaver Hansen pada

  tahun 1873 dan terutama menyerang syaraf tepi yang dapat menyebar ke kulit dan juga jaringan lainnya, seperti mata, selaput lendir saluran pernafasan bagian atas, otot, tulang dan kelenjar kelamin (Harijanto, H, Dr. Penyakit Kusta.

  Tangerang: RS Sitanala tahun 1998, hal. 1).

C. Tentang Penyakit Kusta 1. Latar Belakang Penyakit Kusta

  Harijanto H, dalam artikelnya Penyakit Kusta, menuliskan sebagai berikut; pada mulanya penyakit kusta diyakini oleh masyarakat sebagai penyakit keturunan, terutama karena adanya anak-anak dari penderita kusta yang juga sakit kusta. Namun Dr. G. A. Hansen telah membuktikan bahwa penyebab kusta adalah Mycobacterium Leprae. Karena pendapat ini masih melekat erat di masyarakat, maka ada seorang ibu yang pernah menderita kusta, namun saat itu sudah sembuh.

  Ketika anaknya hendak menikah, ia berkata: “Anakku, katakan saja pada calon isteri dan calon mertuamu bahwa ibumu sudah meninggal”.

  Hal ini dilakukan untuk menghindari penolakan atas keyakinan masyarakat bahwa penyakit kusta adalah penyakit keturunan.

  16 1.1.

  Macam Penyakit Kusta Jenis Manifestasinya tergantung dari derajat kekebalan tubuh penderita (Cell mediated immunity) yaitu dari Kusta yang terbatas

  (Jenis Tuberculoid) sampai yang menyebar (Jenis Lepromatosa) dan jenis pertengahan yang disebut Kusta Borderline. Secara umum atau secara awam dikenal sebagai kusta kering dan kusta basah. Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat berupa: mati rasa (tidak dapat merasakan panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut “reaksi mata”.

  1.2. Tanda-Tanda Penyakit Kusta Tanda yang paling dini dari penyakit kusta adalah adanya bercak berwarna putih (pada orang kulit putih, justru warnanya kemerahan seperti tembaga), mirip dengan penyakit panu namun tidak gatal. Pada perkembangan selanjutnya, bercak tersebut dapat melebar dan dapat bertambah banyak dan dapat pula mati rasa. Keadaan ini dikenal sebagai kusta kering. Penyakit ini dapat berkembang menjadi benjol-benjol dikulit yang berwarna kemerahan, yang pada beberapa penderita berair dan dapat timbul luka; sehingga dikenal sebagai kusta basah.

  1.3. Beberapa Pendapat Yang Salah Sampai saat ini, dikalangan masyarakat masih tersebar berbagai pendapat tentang penyakit kusta, yang sebenarnya salah:

  17 Dalam film BENHUR, kita dapat melihat bahwa penderita

  kusta segera sembuh dari penyakitnya setelah menyentuh jubah dari Yesus dan kisah tersebut memang tertulis didalam Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci, kita bisa mendapatkan berbagai macam penyakit yang disembuhkan oleh Yesus; bahkan yang meninggalpun ada yang dihidupkan kembali. Jadi jelas bahwa penyakit kusta itu bukan penyakit akibat kutukan Tuhan.

  b.

  Kusta menyebabkan lepasnya jari tangan dan kaki tanpa terasa Memang benar bahwa ada beberapa penderita kusta yang kehilangan beberapa ruas jari tangan dan kaki; namun keadaan ini bukan disebabkan oleh Mycobacterium leprae secara langsung. Hal ini disebabkan oleh mati rasa pada daerah tersebut, sehingga mudah timbul luka karena mungkin memegang benda panas, tertusuk atau teriris benda tajam yang selanjutnya mengalami infeksi. Kalau infeksi tersebut berkembang terus sampai merusak jaringan penahan sendi, maka sendi tersebut akan lepas. Jadi pada dasarnya lepasnya jari tersebut diakibatkan oleh kuman lain.

  c.

  Penyakit Kusta Tidak Dapat Sembuh Pada jaman dahulu, penderita kusta harus minum obat seumur hidupnya. Dengan obat-obatan yang ada sekarang, maka masa pengobatan menjadi jauh lebih singkat: 6 bulan untuk penderita kusta kering dan 1 tahun untuk penderita kusta basah.

  18

  berobat tidak otomatis sembuh; bahkan mungkin harus diderita seumur hidupnya, walaupun penyakit kustanya sendiri sudah sembuh. Dengan berbagai upaya rehabilitasi medik, cacad dapat dikurangi.