FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECACATAN PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT Dr.TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECACATAN PADA PENDERITA KUSTA DI RUMAH SAKIT Dr.TADJUDDIN CHALID MAKASSAR Junaiddin STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  (Alamat Respondensi : Junaiddin92@gmail.com/ 085215509246)

  ABSTRAK

  Penyakit kusta atau Morbus Hansen adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan

  mukosa dari saluran napas atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak

  ditangani kusta sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata (Tosepu,R. 2016. Hal. 20). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecacatan pada penderita kusta di rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode dekriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kusta yang berada di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Yang berjumlah 132 pasien kusta.Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling, didapatkan 57 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil uji statistik Korelasi spearmen Rho diperoleh nilai ρ= 0,000 < α = 0,05 menunjukkan ada hubungan antara tipe kusta dengan kecacatan penderita kusta, nilai ρ= 0,064 > α = 0,05 dengan demikian nilai ρ= 0,130 >α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan kecacatan penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar.

  Kata kunci : Tipe Kusta dan Motivasi Berobat PENDAHULUAN

  Kusta merupakan suatu penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium leprae dan terutama menyerang kulit, membran mukosa (misalnya hidung), saraf perifer, mata, dan testis. Infeksi dari kusta tergantung dari sistem kekebalan seseorang. Penyakit kusta dapat disembuhkan, namun bila tidak diobati akan dapat menyebabkan cacat yang permanen (Susanto,T.Sahar j,permatasi H. 2013.).

  Penyakit kusta atau Morbus Hansen adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran napas atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani kusta sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata (Tosepu,R, 2016.).

  Kusta termasuk penyakit tertua. Kata kusta berasal dari bahasa India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum masehi. Kata lepra disebut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew Zaraath, yang sebenarnya mencakup beberapa penyakit kulit lainnya (Kosasih A ,wisnu M,Menaldi.L, 2011.).

  Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium

  leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu.

  Daya tahan hidup kuman kusta mencapai sembilan hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata (Dinkes Sulsel. 2014.).

  Penyakit ini sendiri merupakan salah satu gambaran nyata kemiskinan di masyarakat Indonesia, karena kenyataannya sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan sebagai salah satu bagian dari perilaku dengan proses penularan dan penyembuhan pada penderita kusta. Orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kusta tentunya akan berusaha menjauhkan dirinya dari faktor-faktor yang dapat menjadi sumber penularan penyakit ini (Manyullei,S. 2012).

  Beban akibat kecacatan kusta di Indonesia masih tinggi, bukan hanya fisik yang berdampak pada aktivitas sehari-hari dan partisipasi sosial, tetapi juga ekonomi dan Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  142

  komprehensif mulai dari kegiatan promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif Enhance

  Total 57 100,0

  Laki-laki 30 52,6 Perempuan 27 47,4

  Frekuensi Persentase %

  Jenis Kelamin

  1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Rumah Sakir Dr. Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2017

  korelasi spearmen Rho

  2. Analisis bivariat Analisis bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variable yaitu variable independen dan dependen.Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan terhadap objek penelitian adalah menggunakan uji

  1. Analisis univariat Digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian guna memperoleh gambaran atau karakteristik sebelum dilakukan analisis bivariat. Hasil dari penelitian ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

  Analisa data

  4. Pembersihan data atau Cleaning data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuikan dengan tujuan yang hendak dianalisis

  memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer.

   Entry data adalah kegiatan

  3. Entry data

  pemberian kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

   Koding merupakan kegiatan

  2. Koding ( Pemberian Kode).

BAHAN DAN METODE

  Lokasi, Populasi, dan Sampel

  Global Startegy WHO (World Health Organization) tahun 2011 – 2015 menyatakan

  bahwa rehabilitasi menjadi bagian dari program pengendalian penyakit kusta .

  Menurut WHO – SEARO jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar 219.075. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara (16.132) diikuti regional Amerika (36.832), regional Afrika (12.673) dan sisanya berada di regional lain di dunia. Pada awal tahun 2012 terdapat sekitar 20.023 jumlah kasus baru yang ditemukan di Indonesia dan yang terdaftar atau prevalensi sebanyak 23.169. (Kemenkes RI. 2012.).

  Untuk Sulawesi Selatan, situasi penderita kusta hampir sama dengan pola nasional, dimana jumlah penderita dan prevalensi rate per 10.000 penduduk mengalami penurunan yang tidak signifikan dari tahun ke tahun. Jumlah penderita kusta yang terdaftar di Sulawesi Selatan. Untuk tahun 2010 terdapat 682 kasus kusta, pada tahun 2011 terdapat sebanyak 1.258 kasus kusta, kemudian pada tahun 2012 terdapat 1.115 kasus kusta dan pada tahun 2013 terdapat 1.113 kasus kusta. Untuk tahun 2014 kasus baru kusta sebanyak 1.059 orang, 602 laki-laki dan 457perempuan. Penderita baru kusta Pausi Basiler (PB) sebanyak 153orang, 71 laki-laki dan 82 perempuan. (Dinkes Sulsel. 2014.).

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecacatan Pada Penderita Kusta Di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

  Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional yaitu dengan metode dekriptif dengan pendekatan cross sectional Hidayat,A.A. 2014.).

  memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

  Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Di jalan Paccerakkang No. 67 Makassar, Sulawesi Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien kusta yang berada di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Yang berjumlah 132 pasien kusta. Jumlah sampel 57 responden.

  Pengumpulan data.

  1. Data Primer Yaitu dengan cara membagikan kuesioner kepada pasien kusta.

  Data diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Tadjuddin Chalik Makassar

  Pengolahan data 1. Editing ( Perbaikan ).

   Editing adalah upaya untuk

HASIL PENELITIAN

  Umur Responden di Rumah Sakir Dr. yang mederita kusta PB dengan tingkat Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2017 kecacatan 1 ada 9 orang(15,8), responden dan penderita kusta PB dengan tingkat

  Umur Frekuensi Persentase (%) kecacatan 2 ada 11 orang (19,3)

  Dewasa muda sedangkan kecacatan kusta MB dengan tingkat kecacatan 0 tidak ada, kecacatan < 30 5 8,8 kusta MB dengan tingkat kecacatan 1 ada

  Tua > 30 52 91,2 4 orang (7,0) dan kecacatan kusta MB JUMLAH 57 100,0 dengan tingkat kecacatan 2 ada 27 orang

  (47,4) Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan

  Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Tingkat Pendidikan di Rumah Sakir Dr.

  spearmen Rho diperoleh nilai ρ= 0,000

  Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2017 dengan demikian nilai ρ= 0,000 < α = 0,05 Tingkat

  Frekuensi Persentase hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan Pendidikan % antara tipe kusta dengan kecacatan

  Tidak 15 26,33 penderita kusta pada penderita kusta di

  Sekolah rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid SD 30 52,63 Makassar. SMP 9 15,78

  SMA/SMK 2 3,51 Tabel 7 Hubungan Motivasi Dengan

  • Diploma 0,0

  Kecacatan Penderita Kusta Kusta Di Sarjana 1 1,76

  Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Jumlah 57 100,0 makassar

  Kecacatan Penderita

  Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan

  Kusta Total Moti Pekerjaan Responden di Rumah Sakir Dr.

  Keca Keca Keca vasi

  Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2017

  catan 0 catan 1 catan 2

  Pekerjaan Frekuensi Persentase

  n % n % n % n %

  %

  Re 8,8 12 21,1

  PNS 3 5,3 ndah 0 0,0 7 12,3 5 Wiraswasta 20 35,1 Tin

  ggi 6 10,5 6 10,5 33 56,14 45 78,9

  Tidak 34 59,6

  Tot

  Bekerja

  al 6 10,5 13 22,8 38 66,7 57 100,0

  Total 57 100,0

  p= 0,130

  Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pada tabel 7 responden yang

  Pendapatan Responden di Rumah Sakir motivasi rendah dengan tingkat kecacatan Dr. TadjuddinChalid Makassar Tahun 2017 0 ada tidak ada, responden yang motivasi

  Pendapatan Frekuensi Persentase % rendah dengan tingkat kecacatan 1 ada 7 < Rp 500.000,- 42 73,68 orang(12,3) dan responden motivasi

  /bulan rendah dengan tingkat kecacatan 2 ada 5 > Rp 500.000,- 15 26,32 orang (8,8) sedangkan motivasi tinggi

  /bulan dengan tingkat kecacatan 0 ada 6 orang, Total 57 100,0 motivasi tinggi dengan tingkat kecacatan 1 ada 6 orang (10,5) dan motivasi tinggi

  2. Analisis Bivariat dengan tingkat kecacatan 2 ada 33 orang Tabel 6 Hubungan Tipe Kusta Dengan

  (56,14) Kecacatan Penderita Kusta Di Rumah Sakit

  Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Dr. Tadjuddin Chalid makassar

  spearmen Rho diperoleh nilai ρ= 0,130 Tingkat Tingkat Tingkat

  dengan demikian nilai ρ= 0,130 < α = 0,05

  Kusta Kecacata Kecaca Kecaca Total

  hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

  n 0 tan 1 tan 2

  hubungan antara motivasi dengan

  n % n % n % n %

  kecacatan penderita kusta pada penderita

  PB 6 10,5 9 15,8 11 19.3 26 45,6

  kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid

  MB 0 0 4 7,0 27 47.4 31 54,4 Makassar. Total 6 10,5 13 22,8 38 66,7 57 100,0 p= 0,000

  PEMBAHASAN

  Pada tabel 6 responden yang

  1. Hubungan Tipe Kusta Dengan Kecacatan Penderita Kusta menderita kusta PB dengan tingkat

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  144 korelasi spearmen Rho diperoleh nilai ρ=

  Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan melihat kondisi penderita kusta yang ada di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar dan hasil penelitian tidak ada hubungan antara motivasi berobat dengan tingkat kecacatan pada penderita kusta.

  A.Kosasih., Menaldi. SW,Linuwih,indriatmi 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. FKUI. Jakarta Amiruddin,D ,M. 2012. Penyakit Kusta Sebuah Pendekatan Klinis. Brilian Internasional. Sidoarjo. Hidayat A. A , 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta.

  Tadjuddin Chalid Makassar mempertahankan dan meningkatkan lagi pelayanannya yang diberikan sehingga para pasien penderita kusta akan tetap merasa nyaman,Rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar perlu secara rutin mengamati pelayanannya agar dapat mempertahankan kelebihan-kelebihan yang ada dan selalu meningkatkan kualitas pelayanan,Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan jumlah sampel yang lebih besar, serta desain penelitian observasi langsung seperti prospektif study agar dapat memperoleh hasil yang seoptimal mungkin.

  SARAN Sebaiknya pihak rumah sakit Dr.

  Ada hubungan antara tipe kusta dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar,Tidak Ada hubungan antara pengetahuan dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar ,Tidak Ada hubungan antara motivasi dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar, ada hubungan antara umur dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar.

  KESIMPULAN

  Motivasi tidak dapat diamati, yang dapat diamati adalah kegiatan. Lamanya waktu pengobatan pada pasien kusta yang harus dilakukan selama 6 – 12 bulan dapat saja menjadi beban oleh penderita sehingga mereka malas untuk melanjutkan proses pengobatan yang diajurkan , tetapii bagi penderita yang memiliki keinginan atau motivasi yang tinggi akan mencegah terjadinya tingkat kecacatan yang lebih lanjut.

  Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tilis.W.M. (2013) dengan judul hubungan motivasi keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita kusta di rumah sakit khusus kusta Kota Kediri dengan hasil penelitian diketahui responden yang memiliki motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta dengan kategori rendah yaitu sebanyak 14 responden (45,2%), hampir setengah responden memiliki motivasi kepada penderita kusta untuk minum obat kusta dengan kategori rendah.

  0,000 dengan demikian nilai ρ= 0,000 < α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tipe kusta dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar.

  0,130 dengan demikian nilai ρ= 0,130> α = 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi dengan kecacatan penderita kusta pada penderita kusta di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar

  korelasi spearmen Rho diperoleh nilai ρ=

  Berdasarkan hasil uji statistik

  2. Hubungan Motivasi Berobat Dengan Kecacatan Penderita Kusta

  Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan melihat kondisi penderita kusta yang ada di rumah sakit Dr.Tadjuddin Chalid Makassar dan hasil penelitia ada hubungan antara tipe kusta dengan tingkat kecacatan pada penderita kusta.

  Hasil penelitian ini sesuai dengan tulisan Amiruddin,D,Muh tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya kecacatan pada penderita kusta antara lain adalah yang berhubungan dengan penyakitnya sendiri dimana salah satunya adalah tipe penyakitnya.

  Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto,H. (2013) dengan judul cara penemuan penderita kusta baru dan tingkat kecacatan di Provinsi Lampung, dengan hasil penelitian yaitu diantara 399 penderita kusta baru, 356 penderita (89,22 %) merupakan penderita kusta tipe MB, dari jumlah tipe MB tersebut 33 penderita (09,27%) yang mengalami cacat tingkat 1- 2.

DAFTAR PUSTAKA

  Heri Purwanto, 2013. Cara Penemuan Penderita Kusta Baru Dan Tingkat Kecacatan Di Provinsi Lampung.

  Diakses pada tanggal 10/07/2017 pukul 19:34. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012 tentang Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta.Diakses pada tanggal 20/03/2017 pukul 22:06.

  Manyullei, S. 2012. Gambaran Faktor Yang Berhubungan Dengan Penderita Kusta Di Kecamatan Tamalate Kota Makassar. FKM UNHAS. Makassar. Diakses pada tanggal 18/03/2017 pukul 18:23. Nalasari, A. 2013. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Tingkat Kecacatan Pada Penderita

  Kusta Di Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2013. Diakses pada tanggal 10/07/2017 pukul 20:00 SusantoT., Sahar J,Permatasari H.,2013. Perawatan Klien Kusta Di Komunitas. CV. Trans Info Media. Jakarta.

  Suyanto, 2011. Metodologi Aplikasi Penelitian Keperawatan. Nuha Medika. Jakarta. Tilis I,W Maria, 2013. Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Kusta Di Rumah Sakit Khusus Kusta Kota Kediri. Diakses pada tanggal 10/07/2017 pukul 20:14.

  Tosepu,R. 2016. Epidemiologi Lingkungan. Bumi Medika. Jakarta.

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531