BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - BAB IV

  pengamatan pengelolaan pembelajaran Jigsaw dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, serta data tes formatif siswa pada setiap siklus. Hasil belajar siswa diperoleh melalui uji coba item butir soal demi mendapatkan tes yang mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis berdasarkan data yang ada.

  Data lembar observasi diambil dari pengamatan pengelolaan pembelajaran Jigsaw yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran model Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar.

  Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dan motivasi belajar setelah diterapkan pembelajaran model Jigsaw.

  Penelitian ini dilaksanakan di MAN Model Manado dengan obyek penelitian siswa kelas X MIPA. Pada prinsipnya, pada kelas ini dilaksanakan pembelajaran dan post test digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran.

  1) Pra Siklus Pra siklus ini dilaksankan pada minggu pertama bulan September 2015 di kelas X jurusan MIPA dengan jumlah keseluruhan 158 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pada tahapan awal, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Dalam pelaksanaan, peneliti langsung membagikan soal tes dan langsung dikerjakan oleh seluruh siswa dalam jangka waktu 2 jam pelajaran.

  1.08

  2.72

  2.80

  1.41

  2.84

  6

  2.57

  2.96

  2.68

  7

  1.52

  2.5

  1.68

  2.67

  1.72

  8

  2.52

  2.96

  2.67

  5

  2.33

  Tabel 4.1 Hasil Pretes Pada Ulangan Formatif

  2.20

  NO ABSEN MIPA 1 MIPA 2 MIPA 3 MIPA 4

  1

  2.7

  3.36

  2.73

  1.52

  2

  2.3

  2.53

  2.72

  1.6

  3

  2.5

  1.56

  1.77

  2

  4

  2.52

  1.8

  13

  3.24

  1.49

  1.64

  33

  2.7

  2.27

  1.61

  34

  2.31

  2.47

  2.22

  0.89

  3.2

  35

  2.41

  2.84

  2.50

  32

  2.7

  30

  2.5

  29

  2.1

  1.84

  2.67

  2.67

  1.55

  2.8

  1.44

  1

  1.8

  31

  1.9

  2.72

  2.33

  1.77

  36

  2.60

  38 Tuntas

  2.72

  42

  1.76 JUMLAH SISWA

  39

  42

  39

  18

  2.4

  17

  16

  12 Tidak Tuntas

  21

  25

  23

  26 Prosentase tuntas 46.1538 40.4762 41.0256 31.578947 Prosentase tidak tuntas

  41

  40

  2.7

  2.96

  2.84

  1.49

  2.96

  37

  2.7

  2.5

  2.67

  38

  2.72

  2.7

  2.8

  2.67

  2.68

  39

  2.67

  3.16

  2.33

  2.1

  2.67

  3.16

  2.76

  2.92

  2.67

  2.6

  18

  2.9

  1.53

  1.08

  1.12

  19

  2.9

  2.80

  1.49

  1.16

  20

  17

  1.77

  2.30

  1.69

  1.52

  1.01

  1.28

  14

  2.4

  1.56

  1.36

  1.60

  15

  2.74

  1.44

  0.77

  1.6

  16

  2.3

  0.72

  2.7

  28

  2.67

  25

  1.7

  1.36

  2.67

  2.4

  26

  2.80

  1.05

  2.7

  2.68

  27

  1.98

  1.76

  2.67

  2.67

  2.6

  3.00

  1.24

  3.20

  21

  2.7

  1.88

  1.77

  2.4

  22

  2.7

  1.73

  1.9

  1.08

  23

  2.67

  2.30

  1.65

  1.72

  24

  53.8462 59.5238 58.9744 68.421053 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Data di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan metode pembelajaran Jigsaw rata-rata mencapai

  40

  • – 46 % dari keseluruhan jumlah siswa dan ketidaktuntasan siswa dalam belajar mencapai 50 - 70 %.

  2) Siklus I

  a) Tahap Perencanaan Pada tahapan berikut, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

  b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada minggu kedua di bulan September 2015 di kelas X dengan jumlah siswa keseluruhan yaitu 158 siswa. Terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok pertama dengan metode pembelajaran Jigsaw terdapat 81 siswa dan kelompok kedua dengan menggunakan metode konvensional sebanyak 77 siswa.

  Dalam kesempatan ini peneliti bertindak sebagai guru. dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

  c) Pengamatan Adapun hasil observasi di kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran

  Jigsaw pada siklus 1 ditemukan data sebagai berikut: Tabel 4.2

  Motivasi Siswa MAN Model Manado dalam Siklus 1 dengan Model Jigsaw

  Motivasi siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)

  Perhatian

  25

  30.86 Bertanya/ingin tahu

  6

  7.41 Sikap positif terhadap

  15

  18.52 pelajaran Senang melakukan aktivitas

  8

  9.88 Percaya diri

  5

  6.17 Kepuasan

  10

  12.35 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa motivasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran Jigsaw sejawat terdapat 25 siswa atau sebanyak 29.76%. Siswa yang bertanya tentang pelajaran disajikan terdapat 7.14%. Mereka yang senang melakukan aktifitas pembelajaran terdapat 9.52% sehingga melahirkan kepuasan dan percaya diri siswa masing- masing ada 11.90 % siswa dan 5.95% siswa.

  Adapun hasil pengamatan di kelas yang menggunakan metode konvensional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3

  Motivasi Siswa MAN Model Manado dalam Siklus 1 dengan Model Konvensional

  Motivasi siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)

  Perhatian

  15

  19.48 Bertanya/ingin tahu

  2

  2.60 Sikap positif terhadap

  10

  12.99 pelajaran Senang melakukan aktivitas

  5

  6.49 Percaya diri

  3

  3.90 Kepuasan

  5

  6.49 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Dari tabel di atas nampak motivasi belajar siswa dengan oleh guru terdapat 19.48%. Siswa yang bertanya tentang pelajaran disajikan terdapat 2.60%. Untuk siswa yang senang melakukan aktifitas pembelajaran ada 6.49% sehingga melahirkan kepuasan dan percaya diri siswa yaitu ada 6.49 % dan 3.90% siswa.

  Motivasi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dan menggunakan metode pembelajaran konvensional ini berdampak pada hasil belajar masing-masing kelas sebagaimana pada tabel berikut.

  Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dengan Model Jigsaw

  Kelas MIPA 1 MIPA 2 JUMLAH

  Jumlah siswa

  42

  39

  81 Tuntas

  56

  28

  28 Tidak tuntas

  25

  11

  14 Tuntas (%) 71.79487 66.66667 69.23077

  Tidak tuntas (%) 28.20513 33.33333 30.76923

  Nilai rata-rata

  2.43

  2.36 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Dari data di atas nampak hasil pembelajaran setelah dilakukan metode pelajaran Jigsaw siswa yang tuntas masih banyak yakni 30.77% dari 84 siswa. Dengan jumlah nilai rata-rata 2.43 di kelas MIPA 1 dan 2.36 di kelas MIPA 2.

  Adapun pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional hasil pembelajaran dapat disajikan pada tabel berikut

  30 Tidak tuntas

  2.07

  57.22 Nilai rata-rata

  42.78 Tidak tuntas (%) 51.28205128 63.158

  47 Tuntas (%) 48.71794872 36.842

  24

  20

  14

  Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Dengan

  19

  77 Tuntas

  38

  39

  Jumlah siswa

  Kelas MIPA 3 MIPA 4 Jumlah

  Model Pembelajaran Konvensional

  2.03 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil belajar siswa yang tuntas setelah diterapkannya metode pembelajaran konvensional terdapat 42.78 % dan siswa yang belum berhasil d) Refleksi Untuk siklus ini, kegiatan belajar mengajar dengan metode

  Jigsaw sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana, meski peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa dan belum dipahami sepenuhnya oleh siswa. Sedangkan untuk model pembelajaran konvensional pada dasarnya siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran yang demikian.

  Hasil observasi sebelum diterapkannya model pembelajaran Jigsaw dalam kelas, secara umum siswa masih separuh menyukai pelajaran ini, nampak dalam pembelajaran masih banyak siswa yang kurang memperhatikan materi yang disajikan dan keinginan tahuan mereka masih minim. Penyebab utama adalah metode pembelajaran yang kurang variatif sehingga siswa kurang termotivasi untuk mempelajari Fiqh. Untuk itu motivasi siswa dalam mempelajari Fiqh memang perlu sekali ditingkatkan.

  Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa adalah dengan penggunaan metode pembelajaran yang variatif dan

  Adapun hasil observasi dengan metode konvensional siswa sudah terbiasa dengan metode seperti ini sehingga tanggapan terhadap materipun nampak statis. Siswa lebih banyak mendengar penjelasan guru sehingga banyak diantara mereka yang terkadang mengantuk berbicara dengan teman sebangku tanpa menghiraukan penjelasan guru.

  Untuk materi konsep Fiqh kepada sesama peneliti mencoba menggunakan metode Jigsaw sebagai alternatifnya. Dari hasil pengamatan pada saat pembelajaran di siklus I ditemukan fakta bahwa:

  1) Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran nampak pada sebagian siswa meskipun hanya beberapa siswa, selanjutnya kondisi ini perlu dipertahankan. 2) Siswa merasa terganggu ketika observer berada dalam ruangan, maka pada pembelajaran berikutnya diperlukan penjelasan kedudukan observer sebatas pengamat saja tanpa ada kaitan dengan tingkah laku siswa maupun penilaian.

  3) Ditemukan kelompok yang cukup aktif, namun ada juga yang pasif. Oleh karena itu, melalui diskusi antara peneliti dan

  Sedangkan anggota kelompok yang kurang aktif perlu diberi motivasi khusus, misalnya dengan memberi pertanyaan individu yang harus dijawab oleh siswa tersebut. 4) Nampak beberapa kelompok ahli kurang semangat atau agak kaku dalam memainkan peranannya maka pada siklus berikutnya perlu diadakan pergantian pemain. Adapun hasil pengamatan di kelas dengan menggunakan metode konvensional (ceramah, tanya jawab, tugas dan lain sebagainya), ditemukan fakta sebagai berikut: 1) Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran nampak pada sebagian siswa, ada yang mengikuti dengan taat namun ada juga yang masih belum fokus belajar. 2) Ditemukan beberapa anak yang ingin menanyakan materi yang disajikan guru namun agak kurang percaya diri. Sebagian besar siswa pasif atau lebih dari sekedar mengikuti apa yang dijelaskan guru.

  3) Beberapa siswa terlihat kurang memperhatikan penjelasan guru, ada yang mengantuk, kurang fokus dan ada juga sebagian yang berbicara dengan teman sebangku tanpa

  Temuan di lapangan lewat observasi ini diperoleh data bahwa jumlah siswa yang berhasil belajar sangat minim. Sebagai bahan pertimbangan, pada Kompetensi Dasar sebelumnya dengan menggunakan metode belajar konvensional (ceramah, tanya jawab, tugas), adanya perubahan metode pembelajaran yang variatif nampak terjadi perubahan meskipun belum terlalu besar.

  Namun jika dilihat dari kelas yang menggunakan metode Jigsaw diperoleh data adanya perubahan yang cukup sinifikan dalam pembelajaran. Hal ini nampak dari motivasi dan hasil belajar.

  Di samping itu secara rinci dikemukakan informasi dari hasil observasi yaitu sebagai berikut: (a) Terkait dengan guru:

  (1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran

  (2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu

  (b) Siswa (1) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung (2) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan

  Kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

  2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

  4) Guru harus terus menerus menerapkan metode pembelajaran ini kepada siswa agar lebih terbiasa.

  2. Siklus II

  a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pelajaran 2,

  LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang kepada seluruh kelompok dan kelompok yang akan memainkan peran sudah ditentukan jadwal kegiatannya.

  Berdasarkan temuan yang ada pada siklus I -untuk kelas dengan metode Jigsaw- peneliti mencoba untuk mengubah posisi tempat duduk berdasarkan kelompok dengan membagi rata siswa yang kelihatan aktif pada pelaksanaan pembelajaran di siklus I sedang untuk kelas dengan metode konvensional peneliti tidak merubah posisi tempat duduk.

  b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada minggu keempat bulan November 2015 di kelas X dengan jumlah siswa 158 siswa. Terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok pertama dengan metode pembelajaran Jigsaw terdapat 81 siswa dan kelompok kedua dengan menggunakan metode konvensional sebanyak 77 siswa.

  Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. c. Pengamatan Berdasarkan kegiatan pada siklus II baik pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dan metode pembelejaran Jigsaw diperoleh data dan temuan sebagai berikut:

  Tabel 4.6 Motivasi Siswa MAN Model Manado dalam Siklus II

  Dengan Model pembelajaran Jigsaw

  Motivasi siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)

  Perhatian

  50

  59.52 Bertanya/ingin tahu

  20

  23.81 Sikap positif terhadap pelajaran

  43

  51.19 Senang melakukan aktivitas

  30

  35.71 Percaya diri

  25

  29.76 Kepuasan

  40

  47.62 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa motivasi belajar siswa yang setelah diterapkannya metode pembelajaran Jigsaw terjadi peningkatan sebagian besar siswa menunjukkan Hal ini dapat dilihat dari tabel terdapat 23.81 % siswa bertanya karena keingintahuannya.

  Dari data di atas juga dapat dilihat bahwa sikap positif siswa terhadap pelajaran nampak pada saat pembelajaran sedang berlangsung yaitu sebanyak 51.19% dan sikap senang dalam melakukan aktifitas pembelajaran terdapat 35.71% sehingga percaya diri dan kepuasan siswa lebih banyak dari sebelumnnya yaitu masing-masing 29.76% dan 47.62%

  Adapun motivasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7

  Motivasi Siswa MAN Model Manado dalam Siklus II Dengan Model Pembelajaran konvensional

  Jumlah Prosentase Motivasi siswa Siswa (%)

  Perhatian

  17

  22.08 Bertanya/ingin tahu

  2

  2.60 Sikap positif terhadap pelajaran

  15

  19.48 Senang melakukan aktivitas

  7

  9.09 Percaya diri

  7

  9.09 Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa motivasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran konvensional diperoleh data sebagai berikut: Siswa yang memberikan perhatikan terhadap materi saat penjelasan oleh guru terdapat 17 siswa atau sebanyak 22.08%. Siswa yang bertanya karena didorong rasa ingin tahu tentang pelajaran disajikan terdapat 2.60%. Bagi siswa yang nampak senang melakukan aktifitas pembelajaran terdapat sebanyak 9.09% dan ini seiring dengan sikap percaya diri dan kepuasan yaitu masing-masing 9.09 % siswa dan 12.99% siswa.

  Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pada pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dan konvensional pada siklus II diperoleh data dan temuan-temuan antara lain: 1) Semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran masih tinggi.

  2) Beberapa siswa yang sebelumnya kurang termotivasi dalam siklus I sudah mulai menunjukkan motivasinya, baik ketika menjawab pertanyaan maupun saat berdiskusi dengan siswa lain.

  4) Masih ada sebagian siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok.

  36

  2.88

  Nilai rata-rata

  Tidak tuntas (%) 12.8205 14.2857 13.55311

  11 Tuntas (%) 87.1795 85.7143 86.44689

  6

  5

  70 Tidak tuntas

  34

  5) Selesai kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa mengajukan permohonan kepada peneliti (guru pengajar) agar menggunakan metode Jigsaw pada pembelajaran berikutnya. Dari hasil observasi ditemukan data tentang hasil belajar Fiqh siswa kelas X MAN Model 1 Manado dapat dijelaskan sebagaimana tabel berikut:

  81 Tuntas

  42

  39

  Jumlah siswa

  Kelas MIPA 1 MIPA 2 JUMLAH

  Dengan Model Pembelajaran Jigsaw

  Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa MAN Model 1 Manado dalam Siklus II

  2.90 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Nampak hasil belajar pada siklus kedua ini setelah sekitar 13.55% dari 81 siswa. Dengan jumlah nilai rata-rata 2.88 di kelas MIPA 1 dan 2.90 di kelas MIPA 2.

  Adapun pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional dapat dilihat hasil pembelajarannya pada tabel berikut:

  Tabel 4.9 Hasil Belajar Siswa MAN Model 1 Manado dalam Siklus II

  Dengan Model Pembelajaran Konvensional

  Kelas MIPA 3 MIPA 4 Jumlah

  Jumlah siswa

  39

  38

  77 Tuntas

  22

  18

  40 Tidak tuntas

  17

  20

  37 Tuntas (%) 56.41025641 47.368 51.8893

  Tidak tuntas (%) 43.58974359 52.632 48.1107

  Nilai rata-rata

  2.57

  2.66 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Berdasarkan uraian tabel di atas nampak hasil belajar siswa yang tuntas setelah diterapkannya metode pembelajaran konvensional terdapat 51.89 % atau sebanyak 40 siswa yang tuntas sedang untuk siswa yang belum berhasil atau tidak tuntas d. Refleksi Pada kelas dengan menggunakan metode Jigsaw diperoleh data hasil pengamatan sebagaimana berikut: 1) Hasil pengamatan pada siklus II diperoleh gambaran bahwa secara umum siswa bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode Jigsaw. Untuk itu pada materi lain yang sesuai, metode ini bisa digunakan

  2) Dengan pemberian motivasi dan penghargaan pada diri siswa, akan menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karena itu hal ini perlu dilakukan dan ditingkatkan pada kegiatan pembelajaran yang berikutnya.

  3) Dengan adanya permintaan sebagian besar siswa untuk mengulang penggunaan metode Jigsaw pada pembelajaran berikutnya menunjukkan bahwa siswa termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

  4) Untuk sebagian siswa masih ada yang kurang termotivasi.

  Sebaiknya diberikan perlakuan khusus setelah melihat latar belakangnya. Guru atau peneliti hendaknya memberikan perhatian khusus bagi beberapa siswa yang belum

  5) Melalui lintas mata pelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia dapat mendukung ter hadap “Acting” peran seorang pemain dalam metode Jigsaw. Penguasaan komunikasi dan gerak akting seorang siswa dalam menjalankan perannya dapat ditingkatkan melalui kegiatan “Teater” pada pelajaran Bahasa Indonesia maupun kegiatan Ekstrakurikuler.

  6) Perlu adanya keterlibatan siswa dalam menyusun skenario permainan yang akan diperankan dalam metode Jigsaw.

Kontribusi siswa dalam pembuatan skenario dapat menambah penguasaan seseorang untuk menguasai isi maupun ” acting ”

  yang harus diperagakan dalam suatu konsep pembelajaran kimia, lebih lebih menyangkut konsep yang baru dimana siswa belum menguasai. 7) Jika skenario dapat berjalan dengan baik dan siswa menjalankan perannya dengan sempurna berimbas pada efisiensi waktu dan penguasaan materi kimianya. Adapun pada kelas dengan menggunakan metode konvensional ditemukan fakta sebagai berikut:

  1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

  2) Pada kelas ini dapat digambarkan bahwa secara umum siswa sebagaimana layaknya belajar seperti biasa nampak sebagian bersemangat sebagian lagi seperti biasa saja. 3) Motivasi dan penghargaan pada diri siswa, menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi namun hal ini terjadi pada siswa yang sama. Artinya bahwa tidak semua siswa cenderung berani untuk bertanya dan aktivitas belajar lainnya namun hanya didominasi oleh siswa yang sejak awal sudah termotivasi.

  4) Sebagian siswa nampak berbincang dengan teman sebangkunya sehingga beberapa kali guru memperingatkan siswa untuk tidak berbincang saat guru sedang berceramah. Begitupun saat mengerjakan tugas nampak siswa sebagian antusias namun sebagian agak kurang.

  5) Sebagian siswa masih ada yang kurang termotivasi. Guru seharusnya memberikan perlakuan khusus dengan melihat kondisi dan latar belakangnya dan metode mengajarnya.

  Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.

  3) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

  Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran model Jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran model Jigsaw dapat

  1. Motivasi Siswa MAN Model Manado Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional dan metode Jigsaw maka diperoleh data yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi. Peningkatan motivasi siswa itu dapat dilihat sebelum pembelajaran atau (pra siklus) dan dilanjutkan pada siklus pertama dan seterusnya hingga siklus kedua. Secara tabulasi dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 4.10 Rekapitulasi Motivasi belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh dengan

  Pembelajaran Jigsaw dan Konvensional

  JIGSAW KONVENSIONAL Motivasi siswa Siklus 1 siklus II

  siklus 1 siklus II

  Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %

  Perhatian

  25

  30.86

  50

  61.73

  15

  19.48

  17

  22.08 ingin tahu

  6

  7.41

  20

  24.69

  2

  2.60

  2

  2.60 Sikap positif

  15

  18.52

  43

  53.09

  10

  12.99

  15

  19.48 terhadap pelajaran Senang melakukan

  8

  9.88

  30

  37.04

  5

  6.49

  7

  9.09 aktivitas Percaya diri

  5

  6.17

  25

  30.86

  3

  3.90

  7

  9.09 Melalui metode Jigsaw ditemukan informasi tentang motivasi belajar siswa pada siklus I sebanyak 30.86% siswa yang fokus memperhatikan sajian materi. Faktor yang sangat mendasar kurangnya perhatian ini disebabkan karena pelajaran Fiqh selama ini hanya disampaikan lewat metode ceramah sehingga cenderung siswa agak kurang berminat. Namun pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 30.86% sehingga tercatat ada 61.73% siswa memperhatikan sajian materi dari pada siklus berikutnya.

  Grafik 4.1 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016

  Gambar : Motivasi Belajar Siswa Dalam Bentuk Perhatian Dalam Pembelajaran

  Salah satu faktor yang menjadi alat pemicu dalam meningkatkan hasil dalam pembelajaran siswa sehingga mereka mulai memusatkan perhatiannya pada sajian yang disampaikan guru maupun rekan sekelasnya.

  Adapun dengan menggunakan metode konvensional diperoleh data dimana pada siklus I siswa yang memberikan perhatiannya pada materi yang disajikan terdapat 19.48% siswa dan pada siklus berikutnya terjadi kenaikan sebesar 2.60% atau sebesar 22.08% siswa memperhatikan.

  Meskipun terjadi peningkatan perhatian dari siklus I ke siklus berikutnya dengan menggunakan metode konvensional namun tidak sebanding dengan peningkatan perhatian yang terjadi dengan metode Jigsaw. Penyebab utama yang menjadi pemicunya adalah karena metode Jigsaw dirasakan para siswa jarang dilakukan oleh guru atau bahkan pelajaran yang lain.

  Bahan pembelajaran yang diambil dari pusat-pusat minat anak maka akan menumbuhkan perhatian secara spontanitas sehingga belajar akan berlangsung dengan baik. Hal ini diperkuat dengan pendapat Crow and Crow bahwa kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang sesuatu atau pada aktivitas-aktivitas tertentu

  

1

  sehingga melahirkan adanya minat. Minat dan perhatian mempunyai hubungan yang sangat erat. melalui dua hal: yaitu yang timbul secara instrinsik dan yang kedua melalui bahan pelajaran (content). Peranan perhatian dalam proses pembelajaran diungkapkan dalam alquran antara lain: Al A’raf 204

          

  Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

  Ayat diatas menunjukkan bahwa perhatian menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran agar siswa dapat memahami pesan yang disampaikan baik itu ayat-ayat yang tersurat dalam Alquran maupun yang tersirat.

  Demikian juga dengan firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 24-25

  

             

             

 

  Artinya : Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

  Perhatian dalam konteks ayat ini juga menjadi lebih penting bagi semua orang terlebih bagi para siswa agar pesan-pesan moril yang disampaikan dapat diingat

  Selanjutnya, terkait dengan metode Jigsaw menuntut anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan

  2 yang diberikan guru kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya.

  Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

  Tuntutan untuk setiap anggota kelompok bertanggungjawab selaras dengan konsep Alquran sebagaimana tertera dalam quran surah al-baqarah ayat 30:

  

              

              

  3 

  Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

  Khalifah di muka bumi terkait dengan tanggungjawab manusia dihadapan Allah swt. Sebagai khalifah manusia harus bertanggungjawab segala perbuatannya di akherat kelak. Oleh karena itu didalam hidupnya dia harus berusaha agar apa yang dilakukannya di atas dunia ini hanya semata karena Allah swt dan menurut kehadirat Allah sehingga semua amal dan perbuatanya bernilai ibadah.

  Selanjutnya motivasi siswa dalam bentuk rasa ingin tahu yang lebih terhadap materi yang disajikan dapat diuraikan melalui diagram berikut: Grafik 4.2

  Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Gambar : Motivasi Belajar Siswa Dalam Bentuk Rasa Ingin Tahu Dan

  Rasa ingin bertanya atau keingintahuan siswa terhadap pelajaran tercatat sebesar 7.41% siswa melakukannya pada siklus I. Pada siklus berikutnya terjadi peningkatan sebesar 17.28% sehingga siswa yang bertanya dan ingin tahu lebih tentang materi diajarkan tercatat ada 24.69% siswa melakukannya. Peningkatan aktifitas bertanya dan ingin tahu ini berawal dari keraguan dan kekhawatiran siswa jika mereka bertanya akan terjadi kesalahan dalam penyusunan kata-kata atau pertanyaan sehingga

  4

  banyak yang tidak melakukannya. Selain itu rasa tidak percaya diri atau

  5

  bahkan malu menjadikan siswa enggan bertanya. Hadirnya observer dalam kelas membuat kekhawatiran mereka semakin besar sehingga gagasan dan ide masih terpendam belum tersampaikan. Namun pada siklus selanjutnya terjadi peningkatan aktifitas diskusi karena guru sering memotivasi siswa dalam segala hal dalam rangka untuk lebih fokus belajar sekaligus memotivasi siswa untuk berani mengungkapkan gagasan mereka meskipun salah baik dalam perkataan atau pertanyaan.

  Untuk kelompok siswa lainnya nampak termotivasi untuk bertanya tentang hal-hal yang kelompok lain sajikan. Penyebab utamanya mereka merasa bahwa yang ditanya hanya temannya sendiri. Rasa ingin bertanya semakin marak hal ini nampak saat pembelajaran berlangsung sebagian besar dari mereka mengancungkan tangannya untuk dapat dipersilahkan bertanya. Dari segi kualitas pertanyaannya tidak sedikit dari mereka bertanya tentang hal-hal yang kritis yang membutuhkan nalar yang lebih untuk menjawabnya.

  Berbeda halnya dengan kondisi ketika menggunakan metode konvensional. Pada siklus I tercatat ada 2.60% siswa bertanya tentang materi yang disajikan. Pada siklus II tidak terjadi peningkatan siswa bertanya namun tetap bertahan pada angka 2.60%. Penyebab utamanya adalah adanya rasa sungkan bertanya pada guru dan takut salah dalam mengucapkan pertanyaan. Mereka yang bertanya didominasi oleh anak yang pada dasarnya kritis sejak awal. Selain itu kurangnya membaca karena fasilitas yang disediakan sekolah dan keluarga sangat minim merupakan salah satu

  6 juga faktor penghambat siswa bertanya.

  Adapun motivasi belajar dalam bentuk bersikap positif terhadap pelajaran nampak pada siklus I diperoleh data sebanyak 18.52% siswa melakukannya. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran Jigsaw. Namun pada siklus selanjutnya sikap positif terhadap pelajaran mengalami peningkatan sebesar 34.57% dari siklus ini terjadi salah satunya penyebabnya adalah karena mereka terinsipirasi dan tergugah dengan penampilan kelompok lain yang mampu mempresentasikan hasil karyanya dengan percaya diri ataupun saat dalam hal mempertahankan pendapat kelompoknya masing-masing.

  Pada situasi yang berbeda dengan metode konvensional sikap positif siswa mencapai 12.99% pada siklus I dan terjadi peningkatan 6.49% pada siklus berikutnya. Minimnya peningkatan angka sikap positif siswa pada mata pelajaran Fiqh salah satu penyebabnya metode yang kurang variatif cenderung membuat anak merespon materi pun sebagaimana biasanya. Disisi lain metode ini juga nampak ada peningkatan meskipun hanya beberapa persen saja. Motivasi eksternal dari guru sangat mempengaruhi minatnya belajar siswa disamping faktor kedekatan guru dengan siswa. Artinya semakin guru memperhatikan dan memahami kondisi psikologi siswa maka mereka pun akan merasa senang dalam menerima pelajaran.

  Selanjutnya Motivasi siswa dalam bentuk senang melakukan aktifitas pembelajaran sebagaimana gambar berikut:

  Grafik 4.3 Sumber Data: Hasil Penelitian 2016 Gambar: Motivasi Belajar Siswa Dalam Bentuk Senang Melakukan

  Aktifitas Pembelajaran Sikap siswa yaitu senang melakukan aktifitas pembelajaran Fiqh pada siklus I belum nampak signifikan yaitu sebesar 9.88%. Model pembelajaran yang baru diperkenalkan kepada siswa membuat hal ini menjadi aktivitas pembelajaran belum disenangi siswa. Selain itu penghargaan (reward) dan

  

punishment (hukuman) terhadap tugas yang dibebankan tersebut belum

  diketahui anak. Peningkatan motivasi dengan melakukan aktifitas pembelajaran terjadi pada siklus berikutnya terjadi setelah ada pemberitahuan dari guru bahwa ada reward bagi mereka yang rajin

  Adanya informasi reward dan punishment pada siswa sehingga pada siklus II terjadi peningkatan dalam melaksanakan tugas. Tercatat sebanyak 37.04% siswa melakukan pekerjaan dengan senang karena diberikan penghargaan dalam bentuk nilai. Pada pertemuan selanjutnya kesadaran untuk mengerjakan tugas sudah maksimal karena kekhawatiran mereka tidak akan mendapatkan nilai jika tidak mengerjakan tugas. Disamping itu siswa semakin faham terdapat materi yang disajikan.

  Hukuman memang perlu dilaksanakan terutama bagi anak-anak yang tidak berhasil dididik dengan lemah lembut. Karena dalam kenyataan memang ada anak-anak yang setiap diberi nasehat dengan lemah lembut dan dengan perasaan halus, ia tetap melakukan kesalahan. Anak yang seperti itu perlu diberi sedikit hukuman untuk memperbaiki perilakunya. Dalam hadis nabi saw memerintahkan untuk memberikan hukuman pada anak yang tidak bisa dinasehati sebagaimana hadis berikut:

  ”Perintahkanlah anak-anakmu mendirikan shalat sewaktu mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka (bila tidak mengerjakannya) sewaktu mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidur

  ” (HR. Turmudzi) Namun berbeda halnya dengan al-Ghazali sebagai tokoh pendidikan lebih baik diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahnya sendiri yang dapat mengarahkan dia untuk memperoleh hara diri dan bertanggung jawab terhadap perbuatanannya. Sikap ini menurutnya akan mendorong munculnya sifat percaya diri yang kuat dan dapat mengisi jiwa anak-anak dengan kegembiraan yang akhirnya dapat mengantarkan si anak

  7 kepada kemajuan.

  Terkait dengan rasa senang, pada kelas yang menggunakan metode konvensional ditemukan data yang sebanyak 6.49% siswa senang melakukan pembelajaran dan tugas pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup yakni sebesar 9.09% siswa senang melakukan pekerjaan. Minimnya angka ini penyebab utamanya adalah dominasi guru yang begitu besar membuat peran siswa menjadi kecil. Kesenangan melakukan pekerjaan bergantung cara mengajar guru. Jika guru dapat menjelaskan dengan baik dan tidak terlalu tegang siswa agak senang melakukan aktivitas pembelajaran. Sebaliknya jika siswa tidak senang dengan karakter guru atau model mengajarnya biasanya siswa agak kurang merespon pembelajaran tersebut.

  Membuat rasa senang juga merupakan salah satu metode dalam alquran sebagaimana firman Allah swt dalam quran surat Thaha: 130

  

             

8        

  Artinya: Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang,

  Motivasi lainnya terkait dengan rasa percaya diri siswa ditemukan data pada kelas Jigsaw di siklus I ditemukan data bahwa siswa yang percaya diri sebanyak 6.17% dan kepuasan mereka terhadap materi ada 12.35% siswa. Rasa percaya diri dan tingkat kepuasan terhadap materi pelajaran ini mengalami peningkatan yang tajam pada siklus II yakni masing-masing sebesar 24.69% dan 37.04%. Sehingga pada item ini rasa percaya diri siswa tercatat pada angka 30.68% dan rasa puas terhadap materi yang disajikan terdata hampir mendekati 50% atau 49.38%.

  Berbeda halnya dengan kelas yang menggunakan metode konvensional. Peningkatan angka kepuasan dan rasa percaya diri sangat minim yakni berkisar pada angka 5% - 6.49%. Hal ini dapat dilihat pada sajian tabel di atas dimana pada siklus I siswa yang percaya diri sebanyak 3.09% dan pada siklus II menjadi 9.09%. Dan tingkat kepuasan terhadap materi yang disajikan diperoleh data sebanyak 6.49% siswa puas pada siklus I dan meningkat sedikit pada siklus II yakni sebanyak 12.99%.

  Rasa percaya diri siswa muncul saat mereka diberikan tanggungjawab dan kepercayaan oleh guru untuk menjadi utusan dalam kelompoknya masing-masing dalam menerima materi dari guru dan kemudian menyampaikan lagi kepada kelompoknya sehingga kelompok tersebut menjadi paham dan mampu menyampaikan kembali kepada rekan-rekannya yang ada di kelompok lain.

  Selain itu dengan dibukanya kesempatan untuk bertanya, memberi dampak yang cukup besar terhadap tumbuhnya rasa percaya diri sehingga dengan demikian akan memunculkan kepuasan dalam diri.

  Dengan demikian melalui hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pembelajaran model Jigsaw memiliki dampak positif yang lebih dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dibanding pembelajaran dengan model konnvesional. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar terhadap pelajaran Fiqh dalam bentuk perhatian, bertanya/ingin tahu, senang melakukan aktifitas pembelajaran, rasa percaya diri dan tingkat kepuasan siswa mengalami peningkatan yang signifikan dalam setiap siklusnya dibanding motivasi belajar konvensional.

  2. Hasil Belajar Siswa Man Model Manado Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan dalam kelas. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam penelitian ini dimana model pembelajaran yang kreatif dan inovatif berdampak lebih baik dibanding pembelajaran yang monoton dan cenderung mendikte. Artinya bahwa dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw mempunyai dampak lebih besar dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibanding model konvensional (seperti ceramah).

  Berikut disajikan tabel hasil penelitian tentang model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran konvensional pada beberapa siswa di MAN Model Manado:

  Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar siswa MAN Model Manado dengan model pembelajaran Jigsaw dan Konvensional

  MODEL JIGSAW KONVENSIONAL PEMBELAJARAN Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak tuntas pra siklus

  43.32

  56.68

  36.30

  63.70 siklus i

  69.23

  30.77

  42.78

  57.22 siklus ii

  86.45

  13.55

  51.89

  48.11 Dari tabel di atas dapat dilihat dengan jelas peningkatan hasil belajar setiap siklus. Pada tahapan pra siklus nampak prosentasi ketuntasan siswa mencapai 36.30 % pada kelas konvensional dan 43.32% pada kelas Jigsaw. Sedang untuk ketidaktuntasan mencapai 50% lebih baik pada kelas Jigsaw maupun konvensional.