6.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah - DOCRPIJM c54d6eb92c BAB VIBAB 6 Profil Kabupaten
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
B
BA
AB
B 66
PROFIL KABUPATEN/KOTA
Profil kabupaten/kota merupakan bagian yang penting dalam penyusunan
RPI2-JM
Bidang
Cipta
Karya,
sebagai
dasar
perencanaan
pembangunan
infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil kabupaten/kota pada RPI2JM Bidang Cipta Karya menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek, yaitu
gambaran kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi,
geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi.
6.1
Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Kabupaten Berau dengan luas wilayah 34.127,17 km2 terletak antara 116
o
Bujur Timur sampai dengan 119 o Bujur Timur dan 1 o Lintang Utara sampai dengan
2
o
33’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah,
Kabupaten Berau merupakan kabupaten terluas kelima setelah Kabupaten Kutai
Kartanegara
serta
dibagi
menjadi
13
(tiga
belas)
kecamatan
dan
110
desa/kelurahan.
Tiga belas kecamatan itu adalah Kelay dengan ibukota Sido Bangen,
Talisayan dengan ibukota Talisayan, Tabalar dengan ibukota Tubaan, Biduk‐ Biduk
dengan Ibukota Biduk‐Biduk, Pulau Derawan dengan ibukota Tanjung Batu, Maratua
dengan ibukota Maratua Teluk Harapan, Sambaliung dengan ibukota Sambaliung,
Tanjung Redeb dengan ibukota Tanjung Redeb, Gunung Tabur dengan ibukota
Gunung Tabur, Segah dengan ibukota Tepian Buah, Teluk Bayur dengan ibukota
Teluk Bayur, Batu Putih dengan ibukota Batu Putih, dan Biatan dengan ibukota
Biatan Lempake.
VI - 1
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.1.2
Presentase Luas Dartan Menurut Kecamatan
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Kabupaten Berau merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah
Kalimantan Timur bagian Utara. Daratan Kabupaten Berau terdiri dari gugusan bukit
yang sebagian besar tidak berpenghuni, sehingga Kabupaten Berau memiliki potensi
sumber daya alam, seperti batubara dan kayu. Daerah ini juga mempunyai ratusan
sungai yang tersebar pada hampir semua kecamatan dan merupakan sarana
angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang adalah
Sungai Berau.
Adapun Kabupaten Berau berbatasan langsung dengan :
- Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara) di sebelah Utara;
- Kabupaten Kutai Timur di sebelah Selatan;
- Kabupaten Malinau di sebelah Barat ; dan
- Selat Makassar di sebelah Timur.
VI - 2
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Peta Wilayah Administratif Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
6.2
Gambaran Demografi
Gambaran demografi wilayah kabupaten/kota diperlukan sebagai dasar
proyeksi demand infrastruktur Bidang Cipta Karya dan proyeksi kebutuhan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa yang akan datang.
JUMLAH, PERTUMBUHAN, PERSEBARAN, KEPADATAN, DAN KOMPOSISI
PENDUDUK
Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang
cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010.
Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 117.769 jiwa, meningkat menjadi
179.079 jiwa pada periode 2010. Berarti dalam periode tersebut, penduduk
Kabupaten Berau telah bertambah sekitar 6 ribu jiwa setiap tahunnya.
Pada periode 2010‐2013 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Berau
sebesar 12,56 persen. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah
Kecamatan Teluk Bayur sebesar 15,56 persen, sedangkan kecamatan yang
mengalami pertumbuhan terendah adalah Kecamatan Biduk‐Biduk sebesar 1,97
VI - 3
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
persen.
Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Kabupaten
Berau juga tidak merata. Pada tahun 2013 porsi terbesar penduduk Kabupaten
Berau berada di Kecamatan Tanjung Redeb (35,45 persen), yang merupakan
ibukota Kabupaten Berau. Selebihnya berada di Kecamatan Sambaliung (13,19
persen), Kecamatan Teluk Bayur (11,81 persen) dan tersebar di kecamatan lain
berkisar 1,64 ‐ 8,28 persen.
Pola persebaran penduduk Kabupaten Berau menurut luas wilayah sangat
timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk
yang mencolok antar daerah. Wilayah kecamatan dengan luas 86,21 persen dari
wilayah Kabupaten Berau dihuni oleh sekitar 31,27 persen dari total penduduk
Kabupaten Berau. Sedangkan selebihnya, yaitu 68,73 persen menetap di kota yang
luasnya hanya 13,79 persen dari luas wilayah Kabupaten Berau. Akibatnya
kepadatan penduduk di Kabupaten Berau hanya berkisar 6,05 jiwa/km2, sementara
kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Redeb sebanyak 3.007,53 jiwa/km2,
Kecamatan Teluk Bayur 135,20 jiwa/km2, dan Kecamatan Sambaliung 11,06
jiwa/km2.
Tabel 6.2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
menurut kecamatan
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk
Kepadatan Penduduk
Km 2
%
Jumlah
%
Penduduk/Km 2
1
Kelay
6.134,60
17,98
4.636
2,30
0,76
2
Talisayan
1.798,00
5,27
11.236
5,57
6,25
3
Tabalar
2.373,45
6,95
5.446
2,70
2,29
4
Biduk-Biduk
3.002,99
8,80
5.447
2,70
1,81
5
Pulau Derawan
3.858,96
11,31
9.710
4,82
2,52
6
Maratua
4.118,80
12,07
3.190
1,58
0,77
7
Sambaliung
2.403,86
7,04
26.277
13,04
10,93
8
Tanjung Redeb
23,76
0,07
71.729
35,59
3.018,90
9
Gunung Tabur
1.987,49
5,82
16.584
8,23
8,34
10
Segah
5.166,40
15,14
9.746
4,84
1,89
11
Teluk Bayur
175,40
0,51
24.148
11,98
137,67
12
Batu Putih
1.651,42
4,84
7.662
3,80
4,64
13
Biatan
1.432,04
4,20
5.754
2,85
4,02
Kab. Berau
34.127,17
100,00
201.565
100,00
5,91
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
VI - 4
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Tabel 6.2.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan 2010 dan 2013
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk
2010
2013
2010-2013
1
Kelay
4.493
4.636
3,18
2
Talisayan
10.061
11.236
11,68
3
Tabalar
5.151
5.446
5,73
4
Biduk-Biduk
5.342
5.447
1,97
5
Pulau Derawan
8.372
9.71
15,98
6
Maratua
3.076
3.19
3,71
7
Sambaliung
24.174
26.277
8,70
8
Tanjung Redeb
62.725
71.729
14,35
9
Gunung Tabur
14.938
16.584
11,02
10
Segah
8.396
9.746
16,08
11
Teluk Bayur
20.596
24.148
17,25
12
Batu Putih
6.691
7.662
14,51
13
Biatan
5.064
5.754
13,63
179.079
201.565
12,56
Kab. Berau
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 6.2.3. Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Kecamatan
Penduduk
Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Kelay
2.571
2.065
4.636
124,50
2
Talisayan
6.257
4.979
11.236
125,67
3
Tabalar
2.956
2.49
5.446
118,71
4
Biduk-Biduk
2.796
2.651
5.447
105,47
5
Pulau Derawan
5.283
4.427
9.710
119,34
6
Maratua
1.654
1.536
3.190
107,68
7
Sambaliung
13.956
12.321
26.277
113,27
8
Tanjung Redeb
37.958
33.771
71.729
112,40
9
Gunung Tabur
8.726
7.858
16.584
111,05
10
Segah
5.576
4.17
9.746
133,72
11
Teluk Bayur
13.18
10.968
24.148
120,17
12
Batu Putih
4.172
3.49
7.662
119,54
13
Biatan
3.157
2.597
5.754
121,56
108.242
93.323
201.565
115,99
Kab. Berau
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
VI - 5
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Tabel 6.2.4. Angka Kemiskinan Kabupaten Berau Menurut Hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011-2013
Rincian
2011
2012
2013
1
Jumlah Penduduk Miskin (000)
10,30
10,20
9,70
2
Persentase Penduduk Miskin (%)
5,46
5,25
4,83
3
P1
0,64
0,87
0,58
4
P2
0,10
0,21
0,12
5
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/bulan)
341.533
368.08
396.593
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Keterangan :
• Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1) merupakan ukuran
rata‐rata kesenjangan pengeluaran masing‐masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan (GK). Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata‐rata
pengeluaran penduduk dari GK.
• Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks – P2) merupakan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.
• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan jumlah nilai pengeluaran dari 52
komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita/hari.
• Garis Kemiskinan Non Makanan (GKMN) merupakan penjumlahan nilai
kebutuhan minimum dari komoditi‐komoditi non‐makanan terpilih yang meliputi
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
• Garis Kemiskinan (Poverty Line) merupakan jumlah dari GKM dan GKMN.
Penduduk yang memiliki rata‐rata pengeluaran perkapita/bulan di bawah GK
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
6.3
Gambaran Topografi
VI - 6
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambaran
topografi
diperlukan
sebagai
salah
satu
dasar
pertimbangan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, termasuk keputusan pemilihan inovasi
teknologi yang tepat untuk diterapkan.
Peta Topografi / Kemiringan Lahan Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Keadaan
topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan
bentuk
relief,
kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari
gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe
hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau.
Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai
Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas
dan hutan kapur dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut)
hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi
gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan. Lansekap daratan
Kabupaten Berau dicirikan oleh dataran rendah (38%) dan menengah (42%), dengan
tofografi datar hingga bergelombang. 37,1% wilayahnya (terutama wilayah pedalaman)
memiliki ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 23,2% wilayahnya (terutama
di daerah pesisir0 pada ketinggian 25 – 100 m. Sementara curah hujan terbesar adalah
klasifikasi 2000 – 2500 mm merata pada seluruh daerah Kabupaten Berau, kecuali Tanjung
Redeb.
VI - 7
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
6.4 Gambaran Geohidrologi
Gambaran geohidrologi diperlukan untuk mengetahui kondisi sumber air baku,
kondisi penggunaan air tanah di kabupaten/kota sebagai dasar pertimbangan pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Peta Daerah Aliran Sungai/DAS Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Beberapa sungai besar yang membelah kabupaten Berau, seperti Sungai berau,
Sungai Kelay, Sungai Segah dll. Berfungsi sebagai sarana transportasi dan sumber
penghidupan penduduk lokal. Tingkat kesulitan alam ini merupakan salah satu faktor
pembatas dalam menyediakan infrastruktur dasar yang sistematis dan memadai. Sungai
Kelay merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Berau. Mengalir dari pegunungan sekitar
Gunung Mantan, sepanjang 254 kilometer sampai pada pertemuan dengan Sungai Segah
membentuk Sungai Berau di Tanjung Redeb. Sungai Segah sendiri panjangnya sekitar 152
kilometer. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hulu-hulu Sungai Kelay terdapat hutan primer
dataran rendah yang luas, dan yang masih tersisa di Kalimantan. Disamping dikenal sebagai
pusat keragaman hayati, hutan kapur merupakan daerah tangkapan air yang penting bagi
Kabupaten Berau. Sejumlah 7 danau dengan berbagai ukuran, berada di wilayah Kabupaten
Berau dengan luas keseluruhan mencapai 15 Ha.
VI - 8
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
6.5 Gambaran Geologi
Gambaran geologi diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kerawanan bencana
suatu wilayah dan untuk menentukan pilihan teknologi yang tepat guna bagi pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Peta Geologi Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Peta Jenis Tanah Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
VI - 9
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Keadaan permukaan tanah di kabupaten Berau umumnya didominasi oleh jenis
tanah podsolik, yaitu sekitar 38,68% dari luas wilayah daratan, pada umumnya tekstur tanah
yang mendominasi adalah tekstur tanah sedang (79,8% dari luas wilayah daratan).
Sedangkan jenis batuan yang terkandung di dalam tanah terluas adalah batuan pretertiari
dan yang terkecil adalah batuan ancau mandul beds.
6.6 Gambaran Klimatologi
Gambaran
klimatologi
diperlukan
sebagai
pertimbangan
perencanaan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, baik dari segi pertimbangan waktu
serta pertimbangan penerapan teknologi tepat guna.
IKLIM
Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kabupaten Berau beriklim
tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober,
sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan
April.
Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi peralihan pada
bulan‐ bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa, maka iklim
VI - 10
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
di Kabupaten Berau juga dipengaruhi oleh angin Muson Barat pada Nopember ‐
April dan Angin Muson Timur pada Mei – Oktober.
Namun dalam tahun‐tahun terakhir ini, keadaan musim di Kabupaten Berau
kadang tidak menentu. Pada bulan‐bulan yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang
seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan waktu yang jauh lebih panjang.
Tabel 6.6.1
Rata-Rata Suhu Udara Setiap Bulan
VI - 11
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
SUHU DAN KELEMBABAN
Suhu udara suatu tempat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya daerah
tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, Kabupaten
Berau beriklim panas dengan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 20,8 oC pada
bulan Juni sampai 35,6 oC pada bulan September. Rata‐rata suhu terendah adalah
26,2 oC dan tertinggi 27,6 oC. Selain sebagai daerah tropis dengan hutan yang luas,
di tahun 2013 rata‐rata
kelembaban udara di Kabupaten Berau antara 48 ‐ 100 persen.
Tabel 6.6.2
Rata-Rata Kelembaban dan Kecepatan Angin Selama Sebulan
VI - 12
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
CURAH HUJAN DAN KEADAAN ANGIN
Curah hujan di Kabupaten Berau sangat bervariasi menurut bulan. Catatan
curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan sepanjang tahun 2013 disajikan pada
Tabel 1.2.3. Rata‐rata curah hujan tertinggi pada bulan mei sebesar 456,4 mm dan
terendah selama tahun 2013 pada bulan maret yaitu 60,7 mm.
Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 4 knot.
Kecepatan angina tertinggi adalah 4 knot, sementara yang terendah adalah 3 knot.
Tabel 6.6.3
VI - 13
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Rata-Rata Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan, dan Rata-Rata Penyinaran Matahari
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Aspek kesejahteraan masyarakat memberikan gambaran dan hasil
analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat,
mencakup
fokus
kesejahteraan dan pemerataan perekonomian, kesejahteraan masyarakat,
serta seni budaya dan olahraga.
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Indikator yang umum dipakai untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
daerah yang bersangkutan. Kabupaten Berau merupakan daerah yang
memiliki ketergantungan sumber daya alam tak terbaharui cukup tinggi
sehingga analisis pada PDRB baik secara total (dengan migas+batubara)
maupun partial tanpa adanya migas maupun batubara (non migas dan non
VI - 14
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
migas+batubara)
akan
memberikan
gambaran
lebih
proporsional
jika
dihubungkan dengan analisis mikro kesejahteraan masyarakat.
a. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan masyarakat
dari sisi makro ekonomi. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang
timbul akibat adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang
tercipta di suatu daerah atau region dalam suatu periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki daerah tersebut atau bukan.
Gambar 6.7.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Berau, 2010-2014
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014
Terjadi peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten
Berau pada tahun 2014 yakni mencapai 29.298.153,02 juta rupiah, jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 28.028.425,51 juta
rupiah dan hanya sebesar 24.907.139,21 juta rupiah pada tahun 2012. Pada
tahun 2014, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor
andalan di Kabupaten Berau, walaupun nilai tambah sektor ini sedikit
mengalami penurunan. Andil sektor pertambangan dan penggalian terhadap
PDRB
Kabupaten
Berau
merupakan
yang
terbesar
dalam
struktur
VI - 15
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
perekonomian daerah yaitu mencapai 63,15 persen. Penyumbang terbesar
kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 10,35 persen dan ketiga
adalah sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 6,07 persen.
Sedangkan sektor yang paling sedikit berkontribusi dalam pembentukan
perekonomian Kabupaten Berau adalah sektor pengadaan listrik dan gas
yaitu 0,02 persen serta sektor pengadaan air sebesar 0,04 persen,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.7.1
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2014
LAPANGAN USAHA
(1)
2014
(2)
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
10,35
B
Pertambangan dan Penggalian
63,15
C
Industri Pengolahan
3,88
D
Pengadaan Listrik dan Gas
0,02
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
0,04
4,99
H
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan Pergudangan
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0,95
J
Informasi dan Komunikasi
0,82
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
0,53
L
Real Estate
1,02
Jasa Perusahaan
0,14
1,38
P
Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,70
Jasa Lainnya
0,56
F
G
M,N
O
R,S,T,U
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2,88
6,07
2,54
100,00
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau menunjukkan
trend menurun dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mencapai
15,47 persen, menurun menjadi 10,19 persen tahun 2013 dan kembali
menurun di tahun 2014 menjadi 7,92 persen. Meski mengalami perlambatan,
namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Berau ini berada jauh di atas
VI - 16
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur yang hanya tumbuh sebesar
2,02 persen.
Gambar 6.7.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau (Persen)
Tahun 2011-2014
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015
Adapun laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha yang
tertinggi selama setahun terakhir ditempati oleh sektor transportasi dan
pergudangan, sektor administrasi pemerintahan serta sektor jasa pendidikan
dengan kisaran pertumbuhan sebesar 19 persen, sebagaimana terlihat dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 6.7.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Berau, Tahun 2013-2014
LAPANGAN USAHA
2013
2014
(1)
(2)
(3)
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
3,32
9,82
B
Pertambangan dan Penggalian
13,69
7,11
C
Industri Pengolahan
-12,49
-1,00
D
Pengadaan Listrik dan Gas
5,01
13,79
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
11,49
3,68
F
Konstruksi
3,69
9,22
G
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
6,89
4,57
VI - 17
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
H
Transportasi dan Pergudangan
8,70
19,77
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
11,53
1,78
J
Informasi dan Komunikasi
6,87
10,64
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
2,32
0,87
L
Real Estate
20,86
6,68
Jasa Perusahaan
27,55
18,86
8,40
19,64
20,44
19,57
M,N
O
P
Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
9,66
11,14
Jasa Lainnya
6,35
5,69
10,19
7,92
R,S,T,U
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015
Tabel 6.7.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
Berdasarkan 9 Sektor Ekonomi
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 – 2013 (%)
Kabupaten/Kota
(1)
1. Paser
2. Kutai Barat +
Mahakam Ulu
3. Kutai Kartanegara
2009
(2)
7,74
2010
(3)
17,31
2011
(4)
9,78
2012
(5)
7,53
2013
(6)
8,79
6,89
6,10
7,85
7,04
6,20
2,08
4,19
0,87
3,44
4. Kutai Timur
5,60
9,33
11,43
12,68
0,71
3,43
5. Berau
6. Penajam Pasir
Utara
7. Balikpapan
8. Samarinda
5,98
8,04
7,93
7,99
7,40
3,51
7,28
11,68
3,61
1,70
4,49
5,19
6,16
7,44
15,26
2,53
3,47
5,20
5,59
9. Bontang
-3,03
-3,44
-8,36
-7,19
-6,40
Kalimantan Timur
2,28
5,10
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2013
4,09
3,98
1,59
3,75
b. Indeks Gini
Pembangunan daerah di segala bidang merupakan proses menuju
tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan.
Namun seringkali hasil dari pembangunan tidak sepenuhnya dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat sehingga kesenjangan penghidupan antarindividu
semakin terasa. Meskipun secara makro terlihat hasil positif pembangunan
daerah, namun jika ditelaah secara mikro masih terdapat masyarakat rentan
memiliki masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, hingga kesehatan
dan
pendidikan.
Kerentanan
tersebut
diakibatkan
tidak
meratanya
VI - 18
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari kurang optimalnya pelaksanaan
pembangunan daerah.
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat kesenjangan
pendapatan penduduk dalam suatu wilayah adalah “rasio gini” dengan
menganalisis nilai dengan interpretasi semakin mendekati nilai 1 maka
semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu wilayah. Kabupaten Berau
memiliki gini ratio yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada gambar di
bawah yakni 0,3204 dan angka ini menurun dari tahun sebelumnya yang
mencapai 0,3305 sehingga dapat dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk Kabupaten Berau termasuk dalam kategori sedang yang berarti
bahwa tingkat pemerataan sedang, karena terletak diantara nilai 0,3 dan 0,4
atau dibawah angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketimpangan pengeluaran antar kelompok pendapatan tergolong sedang.
Gambar 6.7.3
Gini Ratio Kabupaten Berau, Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Berau, 2015
c. Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan suatu wilayah akan menjadi salah satu indikator
penting dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari sisi sosial
maupun ekonomi. Tingkat kemiskinan disini merupakan persentase penduduk
VI - 19
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
yang memiliki pengeluaran baik makanan maupun non makanan di bawah
garis kemiskinan. Selama lima tahun terakhir yakni tahun 2010-2014, secara
absolut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Berau tidak jauh berbeda,
namun secara persentase mengalami penurunan. Hal ini karena disamping
jumlah penduduk miskin yang berkurang, jumlah penduduk sebagai pembagi
juga mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Berau mencapai 4,75 persen yang turun dari tahun sebelumnya
yang mencapai 4,84 persen. Tingkat kemiskinan yang menurun dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.7.4
Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
Fokus kesejahteraan masyarakat menguraikan gambaran umum
bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Fokus ini akan melihat
sejauh mana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau selama ini.
a. Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara vertikal
(menyeluruh di semua lapisan masyarakat dan horizontal (kehidupan lebih
VI - 20
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
baik dari segala bidang). Pembangunan suatu daerah sendiri akan
tercapai apabila setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk
hidup sehat, berpendidikan dan berketerampilan serta mampu mencukupi
kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier. Untuk melihat
keberhasilan pembangunan manusia salah satunya dilakukan dengan
menggunakan IPM sebagai indeks komposit yang dapat diperbandingkan
di seluruh wilayah Indonesia.
Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index
(HDI) yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programes
(UNDP) sejak tahun 1990 adalah sebuah indeks komposit untuk
mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara/wilayah dalam bidang
pembangunan manusia. Dengan IPM, kita bisa melakukan analisis
pembandingan
pencapaian
pembangunan
manusia
antar
wilayah.
Berdasarkan metode penghitungan terbaru, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup Angka Harapan Hidup
(kesehatan), harapan lama sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
(pendidikan) dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita (standar hidup
layak/ekonomi). IPM Kabupaten Berau selama lima tahun terakhir
mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini
Gambar 6.7.5
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau, Tahun 2008-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau mengalami
VI - 21
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
kenaikan dari tahun ke tahun hingga mencapai 72,02 pada tahun 2013
dan terus meningkat menjadi 72,26 pada tahun 2014. Angka ini secara
nasional tergolong cukup tinggi, namun angka ini masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Timur yang sebesar
73,82. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Berau
selalu menduduki peringkat keempat diantara kabupaten/kota seKalimantan Timur.
b. Pendidikan
Pendidikan
merupakan
salah
satu
indikator
untuk
melihat
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat suatu wilayah. Melalui
tingkat pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia
yang ada. Oleh karena itu, sebagai salah indikator dalam melihat kualitas
sumber daya manusia, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) salah satunya dipengaruhi oleh indikator pendidikan yakni harapan
lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
Harapan Lama Sekolah dapat didefinisikan sebagai lamanya
sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.
Nilai HLS yang semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata
lamanya sekolah seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin
tinggi pendidikan yang ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke
atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.
Adapun peningkatan nilai HLS Kabupaten Berau dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.7.6
VI - 22
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Harapan Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai HLS Kabupaten Berau tahun
2014 adalah 12,96 tahun. Hal ini bearti bahwa seseorang yang berumur 7
tahun ke atas diharapkan dapat bersekolah selama 12 tahun. Dengan kata
lain, dalam kondisi normal, seseorang berumur 7 tahun ke atas diharapkan
dapat bersekolah sampai dengan tamat SMA. Nilai HLS tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni 12,86 pada tahun 2013,
12,06 pada 2012 dan 12,02 tahun 2011.
Selain harapan lama sekolah, indikator lain yang memperlihatkan
kualitas pendidikan suatu wilayah adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang
telah ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal.
Dalam penghitungan RLS, diasumsikan bahwa dalam kondisi normal, rata-rata
lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Adapun cakupan penduduk yang
dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan asumsi
pada umur 25 tahun, proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan ini
mengikuti standar inetrnasional yang digunakan oleh UNDP.
Rata-rata lama sekolah Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun hingga mencapai 8,53 tahun pada tahun 2014. Angka ini
VI - 23
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
berarti bahwa penduduk Kabupaten Berau rata-rata mengenyam jenjang
pendidikan sekolah selama 8,53 tahun atau Kelas 2 SMP semester kedua,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Meskipun begitu,
rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau masih berada di bawah rata-rata
lama sekolah Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 9,04 tahun.
Gambar 6.7.7
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Salah satu indikator pendidikan lain untuk melihat kualitas pendidikan
adalah Angka Melek Huruf (AMH). Angka ini merupakan persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta
mengerti sebuah kalimat sederhana. Angka ini merupakan indikator penting
terutama dalam melihat tingkat buta huruf yang ada di suatu wilayah dan juga
menunjukkan kualitas sumber daya manusia dalam menyerap informasi.
Angka melek huruf di Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dimana pada tahun 2014 mencapai 99,09 persen sehingga persentase
buta huruf di Kabupaten Berau hanya sebesar 0,91 persen. Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini :
VI - 24
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.8
Angka Melek Huruf Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
c. Kesehatan
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator penyusun Indeks
Pembangunan Manusia dalam bidang kesehatan dimana angka tersebut
mengindikasikan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat. Angka harapan hidup Kabupaten Berau semakin lama semakin
meningkat yang mengindikasikan keberhasilan program dan kegiatan di
bidang kesehatan.
Angka harapan hidup Kabupaten Berau pada tahun 2014 lebih tinggi
dari tahun sebelumnya yakni mencapai 71,21 tahun yang berarti setiap bayi
yang baru lahir hidup pada tahun 2014 memiliki harapan hidup hingga
mencapai usia 71-72 tahun. Perkembangan nilai AHH dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini. Meskipun angka ini
cukup tinggi, namun AHH Kabupaten Berau masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Timur yang
mencapai 73,62 tahun.
VI - 25
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.9
Angka Harapan Hidup Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Selain Angka Harapan Hidup, Derajat Kesehatan masyarakat dinilai
dengan menggunakan beberapa Indikator yang mencerminkan kondisi
Mortalitas (Kematian), Status Gizi, dan Morbiditas (Kesakitan). Angka
kematian bayi ( IMR) adalah Jumlah Penduduk yang meninggal sebelum
mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usi Bayi merupakan kondisi yang rentang terhadap Kesakitan
maupun kematian. Angka kematian bayi ( IMR) Kabupaten Berau Pada
tahun 2010 adalah 39,04 per 1000 kelahiran hidup, Pada tahun 2011 adalah
34,36 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2012, IMR adalah 20,67 per 1.000
kelahiran hidup sedangkan pada Tahun 2011 IMR adalah 21.80 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (MMR) menggambarkan jurnlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000 kelahiran hidup.
Namun bagi wilayah yang jumlah kelahiran hidupnya tidak sampai dengan
angka 100.000 tidak di:wajibkan menggunakan angka tersebut tetapi
diwajibkan menggunakan angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi
VI - 26
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
rumus diatas tetap dipedomani sebagai standar dan merupakan target setiap
wilayah. Pada Tahun 2010 terdapat 7 kematian dari 4226 kelahiran hidup,
Pada 2011 terdapat 8 kematian dari 4.453 Kelahiran hidup, Tahun 2012
terdapat 10 kematian dari 4.644 Kelahiran hidup, sedangkan pada tahun
2013 terdapat 15 kematian dari 4.678 kelahiran hidup dan pada tahun 2014
terdapat 11 kematian dari 5.324 kelahiran hidup. Jika Dibandingkan dengan
standar Nasional MDGs Tahun 2015 angka Kematian Ibu adalah 225 per
100.000 kelahiran hidup maka di:kabupaten beran dengan Jumlah Kelahiran
hidup 4.687 maka paling tinggi 11 kematian .
Gambar 6.7.10
Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Berau, Tahun 2014
Sumber : Laporan Kasie Kesehatan Keluarga Tahun 2014
Angka kematian Balita untuk tahun 2006 sebesar 32,10/1000
penduduk Balita (data lap dari program Kesga dan BPS 2006), tahun 2007
sebesar 32,84 per 1000 penduduk Balita, dan pada tahun 2008 kematian
Balita turun menjadi 31,82 per 1000.
Jika dilihat dari Sarana Pelayanan Kesehatan maka sampai dengan
akhir tahun 2014 sarana pelayanan kesehatan yang ada yaitu:
1. Rumah Sakit umum Daerah Abdul Rivai Tipe C 1 unit, Rumah Sakit
Pratama Talisayan yang dibangun pada tahun 2014 serta 1 unit
Klinik Bersalin KIA yang terletak di Tanjung Redeb.
2. Pelayanan Kesehatan masyararakat di berikan oleh puskesmas induk
19 unit dibantu Puskesmas Pembantu 111 unit dan Pos kesehatan
VI - 27
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
desa 44 unit . Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas melaksanakan Program pelayanan 24 jam, Puskesmas
UGD dan Puskesmas Biasa. Dan dalam rangka meningkatkan
akses pelayanan Puskesmas induk melakukan Operasioaal luar
gedung rutin setiap bulan ke kampung-kampung.
3. Disamping itu ada terdapat UPTD yaitu Instalasi Farmasi Kabupaten
(IFK), Laboratoriun Kesehatan Daerah (Labkesda), dan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang terletak di Tanjung Redeb.
d. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan bidang yang penting dalam peningkatan
kesejahteraan
menunjukkan
masyarakat
hat
kualitas
karena
sumber
dalam
daya
bidang
manusia
ini
akan
sekaligus
terlidapat
income
rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bahasan
ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator
yang relevan dalam melihat pencapaian tujuan pembangunan di bidang
ketenagakerjaan dimana semakin menurun tingkat pengangguran akan
mengindikasikan peningkatan kesejahteraan manusia karena diasumsikan
pendapatan rumahtangga yang meningkat.
TPT Kabupaten Berau memiliki tren fluktuatif naik turun dalam setiap
periodenya. Setelah sempat mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai
2012, pada tahun 2013 tingkat pengangguran meningkat menjadi 5,85
persen. Kenaikan kembali berlanjut pada tahun 2014 yang bahkan mencapai
angka 10,05 persen. Jika dilihat perbandingan dengan TPT Provinsi
Kalimantan Timur yang sebesar 7,38 persen, TPT Kabupaten Berau masih
berada diatas TPT Provinsi Kalimantan Timur.
VI - 28
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.11
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Secara umum tingkat pengangguran di Kabupaten Berau mengalami
peningkatan dalam jangka waktu lima tahun terakhir sebagaimana terlihat
pada grafik di bawah ini. Jika dilihat perbandingan dengan Provinsi
Kalimantan Timur, tingkat pengangguran Kabupaten Berau jauh lebih rendah
jika dibandingkan angka provinsi yang mencapai 7,94 persen dimana memiliki
tingkat pengangguran paling rendah diantara 9 kabupaten/kota lain di Provinsi
Kalimantan Timur.
VI - 29
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
B
BA
AB
B 66
PROFIL KABUPATEN/KOTA
Profil kabupaten/kota merupakan bagian yang penting dalam penyusunan
RPI2-JM
Bidang
Cipta
Karya,
sebagai
dasar
perencanaan
pembangunan
infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil kabupaten/kota pada RPI2JM Bidang Cipta Karya menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek, yaitu
gambaran kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi,
geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi.
6.1
Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Kabupaten Berau dengan luas wilayah 34.127,17 km2 terletak antara 116
o
Bujur Timur sampai dengan 119 o Bujur Timur dan 1 o Lintang Utara sampai dengan
2
o
33’ Lintang Selatan. Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah,
Kabupaten Berau merupakan kabupaten terluas kelima setelah Kabupaten Kutai
Kartanegara
serta
dibagi
menjadi
13
(tiga
belas)
kecamatan
dan
110
desa/kelurahan.
Tiga belas kecamatan itu adalah Kelay dengan ibukota Sido Bangen,
Talisayan dengan ibukota Talisayan, Tabalar dengan ibukota Tubaan, Biduk‐ Biduk
dengan Ibukota Biduk‐Biduk, Pulau Derawan dengan ibukota Tanjung Batu, Maratua
dengan ibukota Maratua Teluk Harapan, Sambaliung dengan ibukota Sambaliung,
Tanjung Redeb dengan ibukota Tanjung Redeb, Gunung Tabur dengan ibukota
Gunung Tabur, Segah dengan ibukota Tepian Buah, Teluk Bayur dengan ibukota
Teluk Bayur, Batu Putih dengan ibukota Batu Putih, dan Biatan dengan ibukota
Biatan Lempake.
VI - 1
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.1.2
Presentase Luas Dartan Menurut Kecamatan
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Kabupaten Berau merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah
Kalimantan Timur bagian Utara. Daratan Kabupaten Berau terdiri dari gugusan bukit
yang sebagian besar tidak berpenghuni, sehingga Kabupaten Berau memiliki potensi
sumber daya alam, seperti batubara dan kayu. Daerah ini juga mempunyai ratusan
sungai yang tersebar pada hampir semua kecamatan dan merupakan sarana
angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang adalah
Sungai Berau.
Adapun Kabupaten Berau berbatasan langsung dengan :
- Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara) di sebelah Utara;
- Kabupaten Kutai Timur di sebelah Selatan;
- Kabupaten Malinau di sebelah Barat ; dan
- Selat Makassar di sebelah Timur.
VI - 2
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Peta Wilayah Administratif Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
6.2
Gambaran Demografi
Gambaran demografi wilayah kabupaten/kota diperlukan sebagai dasar
proyeksi demand infrastruktur Bidang Cipta Karya dan proyeksi kebutuhan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada masa yang akan datang.
JUMLAH, PERTUMBUHAN, PERSEBARAN, KEPADATAN, DAN KOMPOSISI
PENDUDUK
Penduduk Kabupaten Berau dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang
cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010.
Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 117.769 jiwa, meningkat menjadi
179.079 jiwa pada periode 2010. Berarti dalam periode tersebut, penduduk
Kabupaten Berau telah bertambah sekitar 6 ribu jiwa setiap tahunnya.
Pada periode 2010‐2013 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Berau
sebesar 12,56 persen. Kecamatan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah
Kecamatan Teluk Bayur sebesar 15,56 persen, sedangkan kecamatan yang
mengalami pertumbuhan terendah adalah Kecamatan Biduk‐Biduk sebesar 1,97
VI - 3
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
persen.
Sebagaimana pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Kabupaten
Berau juga tidak merata. Pada tahun 2013 porsi terbesar penduduk Kabupaten
Berau berada di Kecamatan Tanjung Redeb (35,45 persen), yang merupakan
ibukota Kabupaten Berau. Selebihnya berada di Kecamatan Sambaliung (13,19
persen), Kecamatan Teluk Bayur (11,81 persen) dan tersebar di kecamatan lain
berkisar 1,64 ‐ 8,28 persen.
Pola persebaran penduduk Kabupaten Berau menurut luas wilayah sangat
timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk
yang mencolok antar daerah. Wilayah kecamatan dengan luas 86,21 persen dari
wilayah Kabupaten Berau dihuni oleh sekitar 31,27 persen dari total penduduk
Kabupaten Berau. Sedangkan selebihnya, yaitu 68,73 persen menetap di kota yang
luasnya hanya 13,79 persen dari luas wilayah Kabupaten Berau. Akibatnya
kepadatan penduduk di Kabupaten Berau hanya berkisar 6,05 jiwa/km2, sementara
kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung Redeb sebanyak 3.007,53 jiwa/km2,
Kecamatan Teluk Bayur 135,20 jiwa/km2, dan Kecamatan Sambaliung 11,06
jiwa/km2.
Tabel 6.2.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
menurut kecamatan
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk
Kepadatan Penduduk
Km 2
%
Jumlah
%
Penduduk/Km 2
1
Kelay
6.134,60
17,98
4.636
2,30
0,76
2
Talisayan
1.798,00
5,27
11.236
5,57
6,25
3
Tabalar
2.373,45
6,95
5.446
2,70
2,29
4
Biduk-Biduk
3.002,99
8,80
5.447
2,70
1,81
5
Pulau Derawan
3.858,96
11,31
9.710
4,82
2,52
6
Maratua
4.118,80
12,07
3.190
1,58
0,77
7
Sambaliung
2.403,86
7,04
26.277
13,04
10,93
8
Tanjung Redeb
23,76
0,07
71.729
35,59
3.018,90
9
Gunung Tabur
1.987,49
5,82
16.584
8,23
8,34
10
Segah
5.166,40
15,14
9.746
4,84
1,89
11
Teluk Bayur
175,40
0,51
24.148
11,98
137,67
12
Batu Putih
1.651,42
4,84
7.662
3,80
4,64
13
Biatan
1.432,04
4,20
5.754
2,85
4,02
Kab. Berau
34.127,17
100,00
201.565
100,00
5,91
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
VI - 4
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Tabel 6.2.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan 2010 dan 2013
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk
2010
2013
2010-2013
1
Kelay
4.493
4.636
3,18
2
Talisayan
10.061
11.236
11,68
3
Tabalar
5.151
5.446
5,73
4
Biduk-Biduk
5.342
5.447
1,97
5
Pulau Derawan
8.372
9.71
15,98
6
Maratua
3.076
3.19
3,71
7
Sambaliung
24.174
26.277
8,70
8
Tanjung Redeb
62.725
71.729
14,35
9
Gunung Tabur
14.938
16.584
11,02
10
Segah
8.396
9.746
16,08
11
Teluk Bayur
20.596
24.148
17,25
12
Batu Putih
6.691
7.662
14,51
13
Biatan
5.064
5.754
13,63
179.079
201.565
12,56
Kab. Berau
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 6.2.3. Banyaknya Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Kecamatan
Penduduk
Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Kelay
2.571
2.065
4.636
124,50
2
Talisayan
6.257
4.979
11.236
125,67
3
Tabalar
2.956
2.49
5.446
118,71
4
Biduk-Biduk
2.796
2.651
5.447
105,47
5
Pulau Derawan
5.283
4.427
9.710
119,34
6
Maratua
1.654
1.536
3.190
107,68
7
Sambaliung
13.956
12.321
26.277
113,27
8
Tanjung Redeb
37.958
33.771
71.729
112,40
9
Gunung Tabur
8.726
7.858
16.584
111,05
10
Segah
5.576
4.17
9.746
133,72
11
Teluk Bayur
13.18
10.968
24.148
120,17
12
Batu Putih
4.172
3.49
7.662
119,54
13
Biatan
3.157
2.597
5.754
121,56
108.242
93.323
201.565
115,99
Kab. Berau
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
VI - 5
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Tabel 6.2.4. Angka Kemiskinan Kabupaten Berau Menurut Hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011-2013
Rincian
2011
2012
2013
1
Jumlah Penduduk Miskin (000)
10,30
10,20
9,70
2
Persentase Penduduk Miskin (%)
5,46
5,25
4,83
3
P1
0,64
0,87
0,58
4
P2
0,10
0,21
0,12
5
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/bulan)
341.533
368.08
396.593
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
Keterangan :
• Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1) merupakan ukuran
rata‐rata kesenjangan pengeluaran masing‐masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan (GK). Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata‐rata
pengeluaran penduduk dari GK.
• Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks – P2) merupakan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.
• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan jumlah nilai pengeluaran dari 52
komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang
disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita/hari.
• Garis Kemiskinan Non Makanan (GKMN) merupakan penjumlahan nilai
kebutuhan minimum dari komoditi‐komoditi non‐makanan terpilih yang meliputi
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
• Garis Kemiskinan (Poverty Line) merupakan jumlah dari GKM dan GKMN.
Penduduk yang memiliki rata‐rata pengeluaran perkapita/bulan di bawah GK
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
6.3
Gambaran Topografi
VI - 6
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambaran
topografi
diperlukan
sebagai
salah
satu
dasar
pertimbangan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, termasuk keputusan pemilihan inovasi
teknologi yang tepat untuk diterapkan.
Peta Topografi / Kemiringan Lahan Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Keadaan
topografi Kabupaten Berau bervariasi berdasarkan
bentuk
relief,
kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan laut. Wilayah daratan tidak terlepas dari
gugusan bukit dan perbukitan yang terhampar di seluruh wilayah kecamatan. Berbagai tipe
hutan utama yang biasanya terdapat di Pulau Kalimantan, terdapat di Kabupaten Berau.
Hutan bakau, hutan rawa dan rawa gambut dijumpai di sepanjang pesisir dan muara sungai
Berau. Hutan dipterokarpa dataran rendah tersebar dan bercampur dengan hutan kerangas
dan hutan kapur dataran rendah. Di atas ketinggian 1000 m dpl (diatas permukaan laut)
hutan dipterokarpa digantikan oleh hutan pegunungan rendah dan pada puncak tertinggi
gunung Mantan (2457 m dpl) terdapat hutan yang selalu diliputi awan. Lansekap daratan
Kabupaten Berau dicirikan oleh dataran rendah (38%) dan menengah (42%), dengan
tofografi datar hingga bergelombang. 37,1% wilayahnya (terutama wilayah pedalaman)
memiliki ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 23,2% wilayahnya (terutama
di daerah pesisir0 pada ketinggian 25 – 100 m. Sementara curah hujan terbesar adalah
klasifikasi 2000 – 2500 mm merata pada seluruh daerah Kabupaten Berau, kecuali Tanjung
Redeb.
VI - 7
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
6.4 Gambaran Geohidrologi
Gambaran geohidrologi diperlukan untuk mengetahui kondisi sumber air baku,
kondisi penggunaan air tanah di kabupaten/kota sebagai dasar pertimbangan pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Peta Daerah Aliran Sungai/DAS Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Beberapa sungai besar yang membelah kabupaten Berau, seperti Sungai berau,
Sungai Kelay, Sungai Segah dll. Berfungsi sebagai sarana transportasi dan sumber
penghidupan penduduk lokal. Tingkat kesulitan alam ini merupakan salah satu faktor
pembatas dalam menyediakan infrastruktur dasar yang sistematis dan memadai. Sungai
Kelay merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Berau. Mengalir dari pegunungan sekitar
Gunung Mantan, sepanjang 254 kilometer sampai pada pertemuan dengan Sungai Segah
membentuk Sungai Berau di Tanjung Redeb. Sungai Segah sendiri panjangnya sekitar 152
kilometer. Di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hulu-hulu Sungai Kelay terdapat hutan primer
dataran rendah yang luas, dan yang masih tersisa di Kalimantan. Disamping dikenal sebagai
pusat keragaman hayati, hutan kapur merupakan daerah tangkapan air yang penting bagi
Kabupaten Berau. Sejumlah 7 danau dengan berbagai ukuran, berada di wilayah Kabupaten
Berau dengan luas keseluruhan mencapai 15 Ha.
VI - 8
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
6.5 Gambaran Geologi
Gambaran geologi diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kerawanan bencana
suatu wilayah dan untuk menentukan pilihan teknologi yang tepat guna bagi pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Peta Geologi Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
Peta Jenis Tanah Sekala 1:50.000 Kabupaten Berau
VI - 9
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Keadaan permukaan tanah di kabupaten Berau umumnya didominasi oleh jenis
tanah podsolik, yaitu sekitar 38,68% dari luas wilayah daratan, pada umumnya tekstur tanah
yang mendominasi adalah tekstur tanah sedang (79,8% dari luas wilayah daratan).
Sedangkan jenis batuan yang terkandung di dalam tanah terluas adalah batuan pretertiari
dan yang terkecil adalah batuan ancau mandul beds.
6.6 Gambaran Klimatologi
Gambaran
klimatologi
diperlukan
sebagai
pertimbangan
perencanaan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, baik dari segi pertimbangan waktu
serta pertimbangan penerapan teknologi tepat guna.
IKLIM
Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kabupaten Berau beriklim
tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober,
sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan
April.
Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi peralihan pada
bulan‐ bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa, maka iklim
VI - 10
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
di Kabupaten Berau juga dipengaruhi oleh angin Muson Barat pada Nopember ‐
April dan Angin Muson Timur pada Mei – Oktober.
Namun dalam tahun‐tahun terakhir ini, keadaan musim di Kabupaten Berau
kadang tidak menentu. Pada bulan‐bulan yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang
seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan waktu yang jauh lebih panjang.
Tabel 6.6.1
Rata-Rata Suhu Udara Setiap Bulan
VI - 11
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
SUHU DAN KELEMBABAN
Suhu udara suatu tempat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya daerah
tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, Kabupaten
Berau beriklim panas dengan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 20,8 oC pada
bulan Juni sampai 35,6 oC pada bulan September. Rata‐rata suhu terendah adalah
26,2 oC dan tertinggi 27,6 oC. Selain sebagai daerah tropis dengan hutan yang luas,
di tahun 2013 rata‐rata
kelembaban udara di Kabupaten Berau antara 48 ‐ 100 persen.
Tabel 6.6.2
Rata-Rata Kelembaban dan Kecepatan Angin Selama Sebulan
VI - 12
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
CURAH HUJAN DAN KEADAAN ANGIN
Curah hujan di Kabupaten Berau sangat bervariasi menurut bulan. Catatan
curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan sepanjang tahun 2013 disajikan pada
Tabel 1.2.3. Rata‐rata curah hujan tertinggi pada bulan mei sebesar 456,4 mm dan
terendah selama tahun 2013 pada bulan maret yaitu 60,7 mm.
Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 4 knot.
Kecepatan angina tertinggi adalah 4 knot, sementara yang terendah adalah 3 knot.
Tabel 6.6.3
VI - 13
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Rata-Rata Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan, dan Rata-Rata Penyinaran Matahari
Sumber : Kabupaten Berau Dalam Angka Tahun 2014
6.7
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Aspek kesejahteraan masyarakat memberikan gambaran dan hasil
analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat,
mencakup
fokus
kesejahteraan dan pemerataan perekonomian, kesejahteraan masyarakat,
serta seni budaya dan olahraga.
1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Indikator yang umum dipakai untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
daerah yang bersangkutan. Kabupaten Berau merupakan daerah yang
memiliki ketergantungan sumber daya alam tak terbaharui cukup tinggi
sehingga analisis pada PDRB baik secara total (dengan migas+batubara)
maupun partial tanpa adanya migas maupun batubara (non migas dan non
VI - 14
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
migas+batubara)
akan
memberikan
gambaran
lebih
proporsional
jika
dihubungkan dengan analisis mikro kesejahteraan masyarakat.
a. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan dan tingkat kesejahteraan masyarakat
dari sisi makro ekonomi. PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang
timbul akibat adanya berbagai kegiatan ekonomi atau proses produksi yang
tercipta di suatu daerah atau region dalam suatu periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki daerah tersebut atau bukan.
Gambar 6.7.1
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Berau, 2010-2014
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014
Terjadi peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten
Berau pada tahun 2014 yakni mencapai 29.298.153,02 juta rupiah, jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 28.028.425,51 juta
rupiah dan hanya sebesar 24.907.139,21 juta rupiah pada tahun 2012. Pada
tahun 2014, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor
andalan di Kabupaten Berau, walaupun nilai tambah sektor ini sedikit
mengalami penurunan. Andil sektor pertambangan dan penggalian terhadap
PDRB
Kabupaten
Berau
merupakan
yang
terbesar
dalam
struktur
VI - 15
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
perekonomian daerah yaitu mencapai 63,15 persen. Penyumbang terbesar
kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 10,35 persen dan ketiga
adalah sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 6,07 persen.
Sedangkan sektor yang paling sedikit berkontribusi dalam pembentukan
perekonomian Kabupaten Berau adalah sektor pengadaan listrik dan gas
yaitu 0,02 persen serta sektor pengadaan air sebesar 0,04 persen,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6.7.1
Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2014
LAPANGAN USAHA
(1)
2014
(2)
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
10,35
B
Pertambangan dan Penggalian
63,15
C
Industri Pengolahan
3,88
D
Pengadaan Listrik dan Gas
0,02
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
0,04
4,99
H
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan Pergudangan
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0,95
J
Informasi dan Komunikasi
0,82
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
0,53
L
Real Estate
1,02
Jasa Perusahaan
0,14
1,38
P
Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,70
Jasa Lainnya
0,56
F
G
M,N
O
R,S,T,U
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2,88
6,07
2,54
100,00
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2014
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau menunjukkan
trend menurun dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mencapai
15,47 persen, menurun menjadi 10,19 persen tahun 2013 dan kembali
menurun di tahun 2014 menjadi 7,92 persen. Meski mengalami perlambatan,
namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Berau ini berada jauh di atas
VI - 16
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Timur yang hanya tumbuh sebesar
2,02 persen.
Gambar 6.7.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Berau (Persen)
Tahun 2011-2014
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015
Adapun laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha yang
tertinggi selama setahun terakhir ditempati oleh sektor transportasi dan
pergudangan, sektor administrasi pemerintahan serta sektor jasa pendidikan
dengan kisaran pertumbuhan sebesar 19 persen, sebagaimana terlihat dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 6.7.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Berau, Tahun 2013-2014
LAPANGAN USAHA
2013
2014
(1)
(2)
(3)
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
3,32
9,82
B
Pertambangan dan Penggalian
13,69
7,11
C
Industri Pengolahan
-12,49
-1,00
D
Pengadaan Listrik dan Gas
5,01
13,79
E
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
11,49
3,68
F
Konstruksi
3,69
9,22
G
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
6,89
4,57
VI - 17
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
H
Transportasi dan Pergudangan
8,70
19,77
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
11,53
1,78
J
Informasi dan Komunikasi
6,87
10,64
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
2,32
0,87
L
Real Estate
20,86
6,68
Jasa Perusahaan
27,55
18,86
8,40
19,64
20,44
19,57
M,N
O
P
Adiministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
9,66
11,14
Jasa Lainnya
6,35
5,69
10,19
7,92
R,S,T,U
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber: Kabupaten Berau Dalam Angka, 2015
Tabel 6.7.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
Berdasarkan 9 Sektor Ekonomi
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 – 2013 (%)
Kabupaten/Kota
(1)
1. Paser
2. Kutai Barat +
Mahakam Ulu
3. Kutai Kartanegara
2009
(2)
7,74
2010
(3)
17,31
2011
(4)
9,78
2012
(5)
7,53
2013
(6)
8,79
6,89
6,10
7,85
7,04
6,20
2,08
4,19
0,87
3,44
4. Kutai Timur
5,60
9,33
11,43
12,68
0,71
3,43
5. Berau
6. Penajam Pasir
Utara
7. Balikpapan
8. Samarinda
5,98
8,04
7,93
7,99
7,40
3,51
7,28
11,68
3,61
1,70
4,49
5,19
6,16
7,44
15,26
2,53
3,47
5,20
5,59
9. Bontang
-3,03
-3,44
-8,36
-7,19
-6,40
Kalimantan Timur
2,28
5,10
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2013
4,09
3,98
1,59
3,75
b. Indeks Gini
Pembangunan daerah di segala bidang merupakan proses menuju
tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan.
Namun seringkali hasil dari pembangunan tidak sepenuhnya dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat sehingga kesenjangan penghidupan antarindividu
semakin terasa. Meskipun secara makro terlihat hasil positif pembangunan
daerah, namun jika ditelaah secara mikro masih terdapat masyarakat rentan
memiliki masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, hingga kesehatan
dan
pendidikan.
Kerentanan
tersebut
diakibatkan
tidak
meratanya
VI - 18
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
kesejahteraan masyarakat sebagai hasil dari kurang optimalnya pelaksanaan
pembangunan daerah.
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk melihat kesenjangan
pendapatan penduduk dalam suatu wilayah adalah “rasio gini” dengan
menganalisis nilai dengan interpretasi semakin mendekati nilai 1 maka
semakin tidak merata pendapatan penduduk suatu wilayah. Kabupaten Berau
memiliki gini ratio yang cukup tinggi, seperti yang terlihat pada gambar di
bawah yakni 0,3204 dan angka ini menurun dari tahun sebelumnya yang
mencapai 0,3305 sehingga dapat dikatakan tingkat ketimpangan pendapatan
penduduk Kabupaten Berau termasuk dalam kategori sedang yang berarti
bahwa tingkat pemerataan sedang, karena terletak diantara nilai 0,3 dan 0,4
atau dibawah angka 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
ketimpangan pengeluaran antar kelompok pendapatan tergolong sedang.
Gambar 6.7.3
Gini Ratio Kabupaten Berau, Tahun 2013
Sumber: BPS Kabupaten Berau, 2015
c. Angka Kemiskinan
Angka kemiskinan suatu wilayah akan menjadi salah satu indikator
penting dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari sisi sosial
maupun ekonomi. Tingkat kemiskinan disini merupakan persentase penduduk
VI - 19
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
yang memiliki pengeluaran baik makanan maupun non makanan di bawah
garis kemiskinan. Selama lima tahun terakhir yakni tahun 2010-2014, secara
absolut jumlah penduduk miskin di Kabupaten Berau tidak jauh berbeda,
namun secara persentase mengalami penurunan. Hal ini karena disamping
jumlah penduduk miskin yang berkurang, jumlah penduduk sebagai pembagi
juga mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2014, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Berau mencapai 4,75 persen yang turun dari tahun sebelumnya
yang mencapai 4,84 persen. Tingkat kemiskinan yang menurun dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 6.7.4
Tingkat Kemiskinan Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat
Fokus kesejahteraan masyarakat menguraikan gambaran umum
bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Fokus ini akan melihat
sejauh mana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Berau selama ini.
a. Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik secara vertikal
(menyeluruh di semua lapisan masyarakat dan horizontal (kehidupan lebih
VI - 20
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
baik dari segala bidang). Pembangunan suatu daerah sendiri akan
tercapai apabila setiap orang memperoleh peluang seluas-luasnya untuk
hidup sehat, berpendidikan dan berketerampilan serta mampu mencukupi
kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier. Untuk melihat
keberhasilan pembangunan manusia salah satunya dilakukan dengan
menggunakan IPM sebagai indeks komposit yang dapat diperbandingkan
di seluruh wilayah Indonesia.
Indeks pembangunan manusia atau Human Development Index
(HDI) yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programes
(UNDP) sejak tahun 1990 adalah sebuah indeks komposit untuk
mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara/wilayah dalam bidang
pembangunan manusia. Dengan IPM, kita bisa melakukan analisis
pembandingan
pencapaian
pembangunan
manusia
antar
wilayah.
Berdasarkan metode penghitungan terbaru, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup Angka Harapan Hidup
(kesehatan), harapan lama sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah
(pendidikan) dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita (standar hidup
layak/ekonomi). IPM Kabupaten Berau selama lima tahun terakhir
mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini
Gambar 6.7.5
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau, Tahun 2008-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Berau mengalami
VI - 21
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
kenaikan dari tahun ke tahun hingga mencapai 72,02 pada tahun 2013
dan terus meningkat menjadi 72,26 pada tahun 2014. Angka ini secara
nasional tergolong cukup tinggi, namun angka ini masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Timur yang sebesar
73,82. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Berau
selalu menduduki peringkat keempat diantara kabupaten/kota seKalimantan Timur.
b. Pendidikan
Pendidikan
merupakan
salah
satu
indikator
untuk
melihat
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat suatu wilayah. Melalui
tingkat pendidikan dapat menggambarkan kualitas sumber daya manusia
yang ada. Oleh karena itu, sebagai salah indikator dalam melihat kualitas
sumber daya manusia, penghitungan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) salah satunya dipengaruhi oleh indikator pendidikan yakni harapan
lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.
Harapan Lama Sekolah dapat didefinisikan sebagai lamanya
sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.
Nilai HLS yang semakin tinggi, dapat menggambarkan bahwa rata-rata
lamanya sekolah seseorang diharapkan akan semakin besar (semakin
tinggi pendidikan yang ditempuh). HLS ini dihitung pada usia 7 tahun ke
atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.
Adapun peningkatan nilai HLS Kabupaten Berau dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6.7.6
VI - 22
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Harapan Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Berdasarkan gambar terlihat bahwa nilai HLS Kabupaten Berau tahun
2014 adalah 12,96 tahun. Hal ini bearti bahwa seseorang yang berumur 7
tahun ke atas diharapkan dapat bersekolah selama 12 tahun. Dengan kata
lain, dalam kondisi normal, seseorang berumur 7 tahun ke atas diharapkan
dapat bersekolah sampai dengan tamat SMA. Nilai HLS tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni 12,86 pada tahun 2013,
12,06 pada 2012 dan 12,02 tahun 2011.
Selain harapan lama sekolah, indikator lain yang memperlihatkan
kualitas pendidikan suatu wilayah adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS).
Angka RLS merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang
pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki, dan pendidikan yang
telah ditamatkan. Angka ini mengindikasikan jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk suatu wilayah dalam mengenyam pendidikan sekolah formal.
Dalam penghitungan RLS, diasumsikan bahwa dalam kondisi normal, rata-rata
lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Adapun cakupan penduduk yang
dihitung dalam RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas dengan asumsi
pada umur 25 tahun, proses pendidikan sudah berakhir. Penghitungan ini
mengikuti standar inetrnasional yang digunakan oleh UNDP.
Rata-rata lama sekolah Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun hingga mencapai 8,53 tahun pada tahun 2014. Angka ini
VI - 23
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
berarti bahwa penduduk Kabupaten Berau rata-rata mengenyam jenjang
pendidikan sekolah selama 8,53 tahun atau Kelas 2 SMP semester kedua,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Meskipun begitu,
rata-rata lama sekolah di Kabupaten Berau masih berada di bawah rata-rata
lama sekolah Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 9,04 tahun.
Gambar 6.7.7
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Salah satu indikator pendidikan lain untuk melihat kualitas pendidikan
adalah Angka Melek Huruf (AMH). Angka ini merupakan persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta
mengerti sebuah kalimat sederhana. Angka ini merupakan indikator penting
terutama dalam melihat tingkat buta huruf yang ada di suatu wilayah dan juga
menunjukkan kualitas sumber daya manusia dalam menyerap informasi.
Angka melek huruf di Kabupaten Berau mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dimana pada tahun 2014 mencapai 99,09 persen sehingga persentase
buta huruf di Kabupaten Berau hanya sebesar 0,91 persen. Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar dibawah ini :
VI - 24
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.8
Angka Melek Huruf Kabupaten Berau (Persen) Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
c. Kesehatan
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator penyusun Indeks
Pembangunan Manusia dalam bidang kesehatan dimana angka tersebut
mengindikasikan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh
seseorang sejak lahir. AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu
masyarakat. Angka harapan hidup Kabupaten Berau semakin lama semakin
meningkat yang mengindikasikan keberhasilan program dan kegiatan di
bidang kesehatan.
Angka harapan hidup Kabupaten Berau pada tahun 2014 lebih tinggi
dari tahun sebelumnya yakni mencapai 71,21 tahun yang berarti setiap bayi
yang baru lahir hidup pada tahun 2014 memiliki harapan hidup hingga
mencapai usia 71-72 tahun. Perkembangan nilai AHH dari tahun 2010 sampai
dengan 2014 dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini. Meskipun angka ini
cukup tinggi, namun AHH Kabupaten Berau masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Timur yang
mencapai 73,62 tahun.
VI - 25
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.9
Angka Harapan Hidup Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Selain Angka Harapan Hidup, Derajat Kesehatan masyarakat dinilai
dengan menggunakan beberapa Indikator yang mencerminkan kondisi
Mortalitas (Kematian), Status Gizi, dan Morbiditas (Kesakitan). Angka
kematian bayi ( IMR) adalah Jumlah Penduduk yang meninggal sebelum
mencapai 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Usi Bayi merupakan kondisi yang rentang terhadap Kesakitan
maupun kematian. Angka kematian bayi ( IMR) Kabupaten Berau Pada
tahun 2010 adalah 39,04 per 1000 kelahiran hidup, Pada tahun 2011 adalah
34,36 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2012, IMR adalah 20,67 per 1.000
kelahiran hidup sedangkan pada Tahun 2011 IMR adalah 21.80 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (MMR) menggambarkan jurnlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000 kelahiran hidup.
Namun bagi wilayah yang jumlah kelahiran hidupnya tidak sampai dengan
angka 100.000 tidak di:wajibkan menggunakan angka tersebut tetapi
diwajibkan menggunakan angka absolut atau jumlah sebenarnya, tetapi
VI - 26
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
rumus diatas tetap dipedomani sebagai standar dan merupakan target setiap
wilayah. Pada Tahun 2010 terdapat 7 kematian dari 4226 kelahiran hidup,
Pada 2011 terdapat 8 kematian dari 4.453 Kelahiran hidup, Tahun 2012
terdapat 10 kematian dari 4.644 Kelahiran hidup, sedangkan pada tahun
2013 terdapat 15 kematian dari 4.678 kelahiran hidup dan pada tahun 2014
terdapat 11 kematian dari 5.324 kelahiran hidup. Jika Dibandingkan dengan
standar Nasional MDGs Tahun 2015 angka Kematian Ibu adalah 225 per
100.000 kelahiran hidup maka di:kabupaten beran dengan Jumlah Kelahiran
hidup 4.687 maka paling tinggi 11 kematian .
Gambar 6.7.10
Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Berau, Tahun 2014
Sumber : Laporan Kasie Kesehatan Keluarga Tahun 2014
Angka kematian Balita untuk tahun 2006 sebesar 32,10/1000
penduduk Balita (data lap dari program Kesga dan BPS 2006), tahun 2007
sebesar 32,84 per 1000 penduduk Balita, dan pada tahun 2008 kematian
Balita turun menjadi 31,82 per 1000.
Jika dilihat dari Sarana Pelayanan Kesehatan maka sampai dengan
akhir tahun 2014 sarana pelayanan kesehatan yang ada yaitu:
1. Rumah Sakit umum Daerah Abdul Rivai Tipe C 1 unit, Rumah Sakit
Pratama Talisayan yang dibangun pada tahun 2014 serta 1 unit
Klinik Bersalin KIA yang terletak di Tanjung Redeb.
2. Pelayanan Kesehatan masyararakat di berikan oleh puskesmas induk
19 unit dibantu Puskesmas Pembantu 111 unit dan Pos kesehatan
VI - 27
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
desa 44 unit . Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maka
Puskesmas melaksanakan Program pelayanan 24 jam, Puskesmas
UGD dan Puskesmas Biasa. Dan dalam rangka meningkatkan
akses pelayanan Puskesmas induk melakukan Operasioaal luar
gedung rutin setiap bulan ke kampung-kampung.
3. Disamping itu ada terdapat UPTD yaitu Instalasi Farmasi Kabupaten
(IFK), Laboratoriun Kesehatan Daerah (Labkesda), dan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang terletak di Tanjung Redeb.
d. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan bidang yang penting dalam peningkatan
kesejahteraan
menunjukkan
masyarakat
hat
kualitas
karena
sumber
dalam
daya
bidang
manusia
ini
akan
sekaligus
terlidapat
income
rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bahasan
ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator
yang relevan dalam melihat pencapaian tujuan pembangunan di bidang
ketenagakerjaan dimana semakin menurun tingkat pengangguran akan
mengindikasikan peningkatan kesejahteraan manusia karena diasumsikan
pendapatan rumahtangga yang meningkat.
TPT Kabupaten Berau memiliki tren fluktuatif naik turun dalam setiap
periodenya. Setelah sempat mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai
2012, pada tahun 2013 tingkat pengangguran meningkat menjadi 5,85
persen. Kenaikan kembali berlanjut pada tahun 2014 yang bahkan mencapai
angka 10,05 persen. Jika dilihat perbandingan dengan TPT Provinsi
Kalimantan Timur yang sebesar 7,38 persen, TPT Kabupaten Berau masih
berada diatas TPT Provinsi Kalimantan Timur.
VI - 28
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM
PEMERINTAH KABUPATEN BERAU
Gambar 6.7.11
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Berau, Tahun 2010-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, 2015
Secara umum tingkat pengangguran di Kabupaten Berau mengalami
peningkatan dalam jangka waktu lima tahun terakhir sebagaimana terlihat
pada grafik di bawah ini. Jika dilihat perbandingan dengan Provinsi
Kalimantan Timur, tingkat pengangguran Kabupaten Berau jauh lebih rendah
jika dibandingkan angka provinsi yang mencapai 7,94 persen dimana memiliki
tingkat pengangguran paling rendah diantara 9 kabupaten/kota lain di Provinsi
Kalimantan Timur.
VI - 29
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM