BAB VI PROFIL KABUPATEN PINRANG 6.1 Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah - DOCRPIJM 1508992396BAB 6 Pinrang

RPI2-JM 2015-2019
Kabupaten Pinrang

BAB VI
PROFIL KABUPATEN PINRANG
6.1

Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah

1.967 km persegi, memiliki

daerah administratif 12 kecamatan, dan terdiri 36 Kelurahan dan 72 Desa yang
meliputi 81 Lingkungan dan 168 Dusun.
Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :


Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja




Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap



Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12

Tabel 6.1
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan
Kabupaten Pinrang Tahun 2013
LUAS AREA
KECAMATAN
KELURAHAN
DESA
LINGKUNGAN
(km2)
Suppa
74.2
2
8
5
Mattiro Sompe
96.99

2
7
4
Lanrisang
73.01
1
6
3
Mattiro Bulu
132.49
2
7
6
Watang sawitto
58.97
8
17
Paleteang
37.29
6

14
Tiroang
77.73
5
13
Patampanua
136.85
4
7
13
Cempa
90.3
1
6
2
Duampanua
291.86
5
10
10

Batulappa
158.99
1
4
4
Lembang
733.09
2
14
5
TOTAL
1961.77
39
69
96

DUSUN
22
19
16

19

19
15
27
11
41
189

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2014

VI-1

Kabupaten Pinrang Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar
terletak pada koordinat antara

4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan

dan


119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada
perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari
dua jalur utama, baik antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan,
yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan
dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan
menuju Propinsi Sulawesi Barat.

6.2

Gambaran Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 353.367 jiwa pada Tahun 2010 (Data

BPS 2010), terdiri dari laki-laki sebanyak 171.272 jiwa (48,47 %) dan perempuan
sebanyak 182.095 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 3,29 % dibandingkan Tahun
2009, di mana pada Tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang mencapai lk
342.118 jiwa, terdiri atas : laki-laki 164.959 jiwa (48,22 %) dan perempuan 177 159
jiwa (51,78 %).Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur
pada Tahun 2011,jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun)
mencapai 58,88 %,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai
39,14 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai

8,74 %.Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami
penurunan sebesar 0,84%, demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur
tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 5,84, sedangkan jumlah penduduk
kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 5 %.

Tabel 6.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang
Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010-2011

No

1

2

2010

Kelompok
Umur(thn)

Muda (014)
Produktif
(15-64)

Jenis Kelamin

2011
Jumlah

%

65.018

132.052

111.586

211.035

Laki-laki


Perempuan

67.034

99.449

Jenis Kelamin

Jumlah

%

55.981

114.811

32,37

104.779


217.996

61,47

Laki-Laki

Perempuan

37,37

58.830

59,72

104.055

VI-2

3

Tua (65+)
Jumlah

4.789

5.491

10.280

2,9

9.162

21.845

21.845

6,16

171.272

182.095

353.367

100

172.047

182.605

354.652

100

%
LPP (%)

3,24

0,36

Dependency Ratio (%)

67,4

69,82

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

180

181

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2010 – 2011

Dari

jumlah

penduduk

tersebut

di

atas,

terdapat

angka

beban

ketergantungan (dependency ratio) sebesar 69,82 %, ini artinya pada setiap 100
penduduk produktif harus menanggung lk. 69 orang penduduk tidak produktif. Jika
dibandingkan dengan tahun 2010, dependency ratio pada tahun 2011 mengalami
peningkatan sebesar 2,42 poin, sedangkan dependency ratio pada tahun 2010
sebesar 67,4 %. Angka Ketergantungan (dependency ratio) diharapkan dapat
diturunkan pada tahun-tahun mendatang, dengan meningkatkan Daya saing dan
Sumber Daya Manusia Masyarakat Kabupaten Pinrang.
Secara perbandingan wilayah, Kabupaten Pinrang memiliki potensi wilayah
yang luas mencapai 196.177 ha atau 1961,77 km2, sehingga rata-rata kepadatan
penduduknya adalah 181 jiwa/km2. Artinya secara rata-rata terdapat 181 orang
yang menghuni 1 km2 daerah. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
kepadatan penduduk Tahun 2010 meningkat sebesar 1 jiwa/km2, sedangkan
kepadatan penduduk Tahun 2009 mencapai 180 jiwa/km2. Kenaikan setiap tahun
bertambah seiring dengan pertambahan penduduk setiap tahun, sedangkan jumlah
lahan tidak berubah.
Jika dilihat per wilayah, urutan 3 terbanyak jumlah penduduk paling banyak
yang tercatat berada di Kecamatan Watang Sawitto, Kecamatan Duampanua, dan
Kecamatan Lembang, sedangkan jumlah penduduk terkecil yang tercatat berada di
Kecamatan Batulappa. Namun jika dilihat dari kepadatan penduduk suatu wilayah
(jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah daerah masing-masing), maka
Kecamatan Paleteang dan Watang Sawitto menjadi kecamatan yang paling padat di
Kabupaten Pinrang, sedangkan kecamatan dengan kepadatan paling rendah
diduduki oleh Kecamatan Batulappa dan Kecamatan Lembang.Berikut jumlah dan
kepadatan penduduk per kecamatan pada tahun 2011 di Kabupaten Pinrang.

VI-3

Tabel 6.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan
di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2011
Jumlah Penduduk
NO

Kecamatan

Luas

Kepadatan

Wilayah

Penduduk
(Jiwa/Ha)

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

(Ha)

1

Suppa

14.861

15.848

30.709

74,20

414

2

Mattiro Sompe

13.226

14.176

27.402

96,99

283

3

Lanrisang

8.091

8.993

17.084

73,01

234

4

Mattiro Bulu

12.995

14.003

26.998

132,49

204

5

Watang Sawitto

25.757

26.881

52.638

58,97

893

6

Paleteang

18.598

19.323

37.921

37,29

1.017

7

Tiroang

10.360

10.800

21.160

77,73

272

8

Patampanua

15.349

16.330

31.679

136,85

231

9

Cempa

8.391

8.912

17.303

90,30

192

10

Duampanua

21.124

22.758

43.882

291,86

150

12

Batulappa

4.712

4.962

9.674

158,99

61

13

Lembang

18.583

19.619

38.202

733,09

52

172.047

182.605

354.652

1.961,77

181

Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2011

6.3

Gambaran Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar,

mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran
yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl).Dataran yang
terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di
bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang
berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di
Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
-

Ketinggian 0 – 100 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar
terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah Kecamatan
yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawtito, Tiroang,
Patampanua dan Kecamatan Cempa

VI-4

-

Ketinggian 100 – 400 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi
beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan
Kecamatan Paleteang.

-

Ketinggian 400 – 1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil
wilayah meliputi Kecamatan Duampanua.

-

Ketinggian di atas 1000 m dpl
Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari
sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya
sebagaimana pada tabel berikut ini :

Tabel 6.4
Ketinggian Wilayah Kabupaten Pinrang

No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Suppa
Mattiro Sompe
Lanrisang
Mattiro Bulu
Watang Sawitto
Paleteang
Tiroang
Patampanua
Cempa
Duampanua
Batulappa
Lembang

Ketinggian Dari
Permukaan Laut (M Dpl)
2 – 265
2 – 12
2 – 14
12 – 228
6 – 14
14 – 157
13 – 23
13 – 86
2 – 18
2 – 965
20 – 1007
2 – 1908

Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka , 2010

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang juga dapat dikelompokkan berdasarkan
kemiringan lereng yang terdiri dari:
1.

Kemiringan 0-3 %
Wilayah ini memiliki lahan yang relatif datar yang sebagian besar
terletak di kawasan pesisir meliputi wilayah Kecamatan Mattiro
Sompe,

Lanrisang,

Watang

Sawito,

Tiroang,

Patampanua

dan

Kecamatan Cempa.
VI-5

Kemiringan 3 – 8 %

2.

Wilayah ini memiliki permukaan datar yang relatif bergelombang.
Wilayah yang memiliki karakteristik topografi demikian terdiri dari
Kecamatan, Suppa, Mattiro Bulu, Batulappa dan Kecamatan Paleteang.
Kemiringan 8 – 45 %

3.

Wilayah ini memiliki permukaan yang bergelombang sampai agak
curam.Wilayah yang memiliki karakteristik topografi seperti ini adalah
Wilayah Kecamatan Duampanua.
4.

Kemiringan > 45 %
Wilayah ini memiliki permukaan curam yang bergunung-gunung.Wilayah
yang memiliki karakteristik topografi ini meliputi wilayah-wilayah kaki
pegunungan seperti Kecamatan Lembang.

Tabel 6.5
Keadaan Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Pinrang

Presentase

No

Lereng

Kriteria

Luas (Ha)

1

0 -2

Datar

100.370,2

51,1

2

2 - 15

Landai

15.696,8

8,1

3

15 - 40

Berbukit

50.246

25,6

4

> 40

Berbukit

29.864

15,2

196.177

100,00

Jumlah

(%)

Sumber : RTRW Kab. Pinrang 2012-2022

Secara detail, peta kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar berikut.

VI-6

Gambar 6.1 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Pinrang

Sumber : RTRW Kab. Pinrang 2012-2022

6.4

Gambaran Geohidrologi
Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu sungai Mamasa dan

Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa sebenarnya masih merupakan anak sungai
Saddang. Saat ini sungai Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, Kecamatan
Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten
VI-7

Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan Sungai Saddang dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan
cakupan pelayanan selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap.
6.5

Gambaran Geologi
Geologi wilayah Kabupaten Pinrang dari hasil pengamatan dan kompilasi

Peta Geologi Kabupaten Pinrang, maka susunan lapisan batuan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Endapan alluvium dan sungai, Endapan alluvium dan sungai mempunyai
ketebalan antara 100-150 meter, terdiri dari atas lempung, lanau, pasir
dan kerikil. Pada umumnya endapan lapisan ini mempunyai kelulusan air
yang bervariasi dan kecil hingga tinggi. Potensi air tanah dangkal cukup
besar tetapi sebagian wilayah kualitasnya kurang baik. Muka air tanah
dangkal 1-1,50 meter.
2. Batuan gunung api tersusun atas breksi dengan komponen bersusun
trakht dan andesit, tufa batu apung, batu pasir terfaan, konglomerat
dan breki terfaan, ketebalannya berkisar 500 meter, penyebarannya
dibagian utara Kota Pinrang, Sekitar Bulu Lemo, Bulu Pakoro sedangkan
dibagian selatan sekitar Bulu Manarang, Bulu Paleteang, Bulu Lasako
(berbatasan dengan Parepare). Kearah Bunging terdapat batu gamping
terumbu yang umumnya relative sama dengan batuan gunung api.
3. Batuan aliran lava, Batuan aliran lava bersusun trakhit abu-abu muda
hingga putih, bekekar tiang, penyebarannya kearah daerah Kabupaten
Pinrang, yaitu sekitar Kecamatan Lembang dan Kecamatan Duampanua.
4. Batuan konglomerat (Formasi Walanae), Batuan ini terletak dibagian
Timur Laut Pinrang, sekitar Malimpung sampai kewilayah Kabupaten
Sidrap, satua batuan ini terdiri atas konglomerat, sedikit batu pasir
glakonit dan serpih dan membentuk morfologi bergelombang dan
tebalnya kira-kira hingga 400 meter.
5. Batuan lava bersusun basol hingga andesit, Satuan batuan ini berbentuk
lava bantal, breksi andesit piroksin dan andesit trakhit. Tebalnya 50
hingga 100 meter dengan penyebaran sekitar Bulu Tirasa dan Pakoro.

VI-8

6. Batu pasir, Satuan batuan ini bersusun andesit, batu lanau, konglomerat
dan breksi. Struktur sesar diperkirakan terdapat pada batuan aliran lava
dan batu pasir bersusun andesit, berupa sesar normal.

Gambar 6.2 Peta Geologi Kabupaten Pinrang

Sumber : RTRW Kab. Pinrang 2012-2022

VI-9

6.6

Gambaran Klimatologi
Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah Kabupaten

Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan terjadi pada bulan Desember
hingga Juni dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau
terjadi pada bulan Juni sampai Desember. Kriteria tipe iklim menurut OldemanSyarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 - 9 bulan, bulan lembab
1 - 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan. Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman
- Syarifuddin adalah iklim B dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm
sampai 2910 mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar
antara 5,5 mm/hari sampai

8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal antara 27°C

dengan kelembaban udara 82% - 85%.
Berdasarkandata dari Dinas PU Pengairan kabupaten Pinrang, rata-rata curah
hujan di Kabupaten Pinrang pada tahun 2010 sebesar 277,42 mm/bulan. Curah
hujan terendah terjadi pada bulan September yakni sebesar 80 Mm, sedangkan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yakni sebesar 698 Mm.
Banyaknya curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Pinrang sejak tahun
2002 sampai 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6.6
Banyaknya Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Pinrang

Tahun
BULAN
2002
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Rata-Rata Per
Bulan

2003

2004

2005

2006

2007

2008

384
146
215
103
154
106
264
108
233
192
146
122
90
242
200
306
64
88
98
91
295
160
188
152
108
247
147
130
163
208
167
96
241
155
94
114
115
36
63
153
148
222
3
57
15
70
5
50
143
11
41
32
2
26
199
24
51
2
17
3
109
80
19
118
5
241
82
698
84
167
175
74
66
96
571
277
543
228
137
241
129
391
128,92 181,08 113,73 97,92 111,00 102,42 277,42

Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Pinrang, 2010

VI-10

6.7

Kondisi Sosial dan Ekonomi

6.7.1 Kondisi Sosial
6.7.1.1 Pendidikan
1. Pendidikan Dasar
a. Angka Partisipasi Sekolah
Capaian kinerja urusan pendidikan diukur dengan indikator: Angka
Partisipasi Sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah perpenduduk usia
sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah perpenduduk usia sekolah
SMP/MTs, Rasio guru: murid SD/MI, Rasio guru: murid per kelas rata-rata
SD/MI, Rasio guru: per kelas ratarata murid

SD /SMP/MTs, Angka

Partisipasi Sekolah ( APS ) jenjang pendidikan dasar SD dan SMP/
sederajat mengalami peningkatan setiap tahunnya kurun waktu 2009–
2013

Tabel 6.7
Angka Partisipasi Sekolah Kab. Pinrang Tahun 2009 – 2013
Tahun
N0
1.1

Jenjang Pendidikan

Jumlah Murid Usia 7- 12 tahun

2009

2010

2011

2012

2013

52.332

50.340

51.292

51.710

48.309

46.908

47.478

48.080

48.705

48.977

111.56

106.03

106.69

106.17

101,38

15.685

19.652

19.674

19.847

19.355

21.082

21.339

21,592

21,851

22.113

74.40

92.10

91.12

90.83

88,52

Jumlah Penduduk Kelompok
1.2
1.3
2

Usia 7-12 Tahun
APS / SD / MI
SMP / MTs
Jumlah Murid Usia 13 - 15 tahun
Jumlah Penduduk Kelompok
Usia 13 - 15 Tahun
APS / SMP / MTs

Sumber : BPS Kab. Pinrang

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah
indikator

untuk

mengukur

kemampuan

jumlah

sekolah

dalam

menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah
VI-11

sekolah berdasarkan tingkat pendidikan dengan jumlah penduduk usia
pendidikan.
Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk
jenjang

pendidikan

SD/MI

mengalami

kenaikan,

setelah

periode

sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena pertumbuhan
penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah sekolah SD/MI.
Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan peningkatan
jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013, ketersediaan sekolah SD/MI di
Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2009 sekitar 351, dan pada tahun 2013
berjumlah 348 dengan rasio 141

Tabel 6.8
Rasio Ketersediaan Sekolah/ Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2009 -2013
N0

Jenjang Pendidikan

1.

SD / MI

1.1

Jumlah Gedung sekolah

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

351

351

350

350

348

46.908

47.478

48.080

48.705

49.338

134

135

137

139

141

63

63

71

73

73

21.082

21.339

21.592

21.851

22.119

335

339

304

299

303

Jumlah Penduduk Klpk Usia 7-12
1.2
1.3
2

th
Rasio
SMP / MTs
Jumlah Gedung sekolah
Jumlah Penduduk Klpk Usia 1315 th
Rasio

Sumber : BPS Kab. Pinrang

c. Rasio Guru terhadap Murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat
pendidikan.Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga
mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran. Selama kurun waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan
guru di Kabupaten Pinrang mengalami pasang surut untuk tahun 2009 ke
VI-12

tahun 2010 mengalami peningkatan untuk jenjang pendidikan SD/MI,
dan pada tahun 2013 rasio murid dgn guru pada tahun 2013 untuk SD/Mi
sekitar 28 siswa ,artinya 1 guru melayani sekitar 28 murid.Untuk Rasio
Guru per kelas rata rata jenjang SMP / MTs pada tahun 2009 sebanyak 32
dan pada tahun 2013 naik menjadi 35, arinya bahwa 1 guru SMP/MTs
melayani (mengajar) sekitar 35 orang / siswa.

Tabel 6.9
Rasio Guru terhadap Murid Tahun 2009 -2013
Tahun
N0

Jenjang Pendidikan
2009

2010

2011

2012

2013

1.

Jumlah Murid SD/MI

52.365

52.330

50.062

51.710

51.954

1.1

Jumlah Guru SD / MI

3.978

3.978

3.536

3.947

3.414

1.2

Rasio Murid Guru

13,16

13,15

14,15

13,10

15,21

Sumber : BPS Kab. Pinrang

d. Rasio Murid perkelas Rata rata
Pada tahun 2009, rasio guru/kelas SD/MI terhadap jumlah murid
yang berusia 6 -12 tahun di Kabupaten Pinrang

adalah 1 : 26 pada

tahun2009, dan pada tahun 2013 menjadi 1 : 28 Interpretasi dari angka
ditersebut adalah bahwa 1 kelas SD yang dihuni oleh murid sekitar 26 –
28 siswa yang dilayani oleh seorang guru untuk jenjang pendidikan SD/MI
sedangkan untuk jenjang Pendidikan SMP/MTs rata rata siswa perkelas
pada tahun 2013 mencapai 35 siswa.

Tabel 6.10
Rasio Murid Perkelas rata rata 2009 -2013

N0

Jenjang Pendidikan

1.1

Rasio guru: murid.per kelas ratarata
SD/MI
Rasio guru: per kelas rata-rata
murid.SMP/MTs

1.2

2009
26

2010
27

Tahun
2011
27

32

31

33

2012
28

2013
28

34

35

Sumber : BPS Kab. Pinrang

VI-13

2. Pendidikan Menengah
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah untuk jenjang pendidikan SMA / SMK / MA
pada tahun 2009 adalah 39.73% dan pada tahun 2013 mencapai 72.70%
atau mengalami kenaikan sekitar 33 %.
Tabel 6.11
Angka Partisipasi Sekolah SMA / Sederajat 2009 -2013

N0
1.1
1.2
1.3

2009

2010

Tahun
2011

11.019

11,357

14,613

14,863

22.703

27,734

27,734

28,577

25,333

31.228

39.73

40.95

51.14

58.67

72,70

Jenjang Pendidikan
Jumlah Murid Usia 16 - 19
tahun
Jumlah Penduduk
Kelompok Usia 16 – 19
Tahun
APS SMA Sederajat

2012

2013

Sumber : BPS Kab. Pinrang

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah
Selama kurun waktu 2009-2013 rasio ketersediaan sekolah untuk
jenjang pendidikan SMA / Sederajat mengalami kenaikan, setelah
periode sebelumnya mengalami kenaikan yang disebabkan karena
pertumbuhan penduduk tidak disertai dengan peningkatan jumlah
sekolah. Pembangunan jumlah sekolah baru tidak sebanding dengan
peningkatan jumlah warga sekolah. Pada tahun 2013, perbandingan
ketersediaan sekolah SMA / Sederajat di Kabupaten Pinrang adalah 1 :
656. Angka ini menunjukkan bahwa 1 sekolah SMA / Sederajat
menampung 656 siswa.
Tabel 6.12
Rasio Ketersediaan Sekolah SMA/ Sederajat 2009 -2013
N0
1.
1.1
1.2
1.3

Jenjang Pendidikan

SMA / SMK / MA
Jumlah Gedung sekolah
Jumlah Penduduk Klpk Usia 16 19 th
Rasio

2009

2010

25

28

27.734
1.109

Tahun
2011

2012

2013

33

40

40

27.734

28.577

25.333

26.233

991

866

633

656

Sumber : BPS Kab. Pinrang

VI-14

c. Rasio Guru Terhadap Murid
Selama kurun waktu tahun 2009-2013 rasio ketersediaan guru di
Kabupaten Pinrang mengalami pasang surut

pada jenjang pendidikan

SMA /SMK/ MA untuk tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami peningkatan,
dan untuk tahun 2013 rasio murid dengan guru pada tahun 2013 sekitar
22 siswa ,artinya 1 guru melayani sekitar 22 murid.

Tabel 6.13
Rasio Guru Terhadap Murid 2009 -2013
N0

Jenjang Pendidikan

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

1.

Jumlah Murid SMA/SMK/MA

10.052

10.052

11.257

13.808

16.643

1.1

Jumlah Guru SMA/SMK/MA

458

458

622

555

755

1.2

Rasio Guru terhadap Murid

22

22

18

25

22

Sumber : BPS Kab. Pinrang

d. Rasio Guru Terhadap Murid Perkelas rata rata
Pada tahun 2009, rasio guru/kelas

untuk jenjang pendidikan SMA

/SMK/ MA terhadap jumlah siswa yang berusia 16 – 19

tahun di

Kabupaten Pinrang adalah 1 : 51 pada tahun2009, dan pada tahun 2013
menjadi 1 : 36 Interpretasi dari angka ditersebut adalah bahwa 1 kelas
SMA /SMK/ MA yang dihuni oleh murid sekitar 26– 28 siswa yang dilayani
oleh seorang guru.

N0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5

Tabel 6.14
Rasio Murid Perkelas rata rata 2009 -2013
Tahun
Jenjang Pendidikan
2009
2010
2011
Jumlah Guru
458
458
622
Jumlah Kelas
217
221
229
Rasio Guru / Kelas
2.11
2.07
2.72
Jumlah siswa
11.019 11.257 14.613
Rasio Jumlah Murid thdp jmlah
51
51
64
kelas

2012
555
196
2.83
14.863

2013
755
442
1,72
16.643

76

38

Sumber : BPS Kab. Pinrang

VI-15

3. Fasilitas Pendidikan
Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan karena
sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana
pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses
belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prasarana dan
sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok
ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih.Dari
tabel dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SD pada tahun
2009 dalam kondis baik mencapai 1.807

dari 1890 total keseluruhan

ruang kelas dan pada tahun 2013 mencapai 1.306 dari 1.662 dari total
keseluruhan ruang kelas yang ada.

Tabel 6.15
Fasilitas Pendidikan SD 2009 -2013
N0

Bidang / JUrusan

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

1.1

Jumlah Ruang Kelas SD Kondis baik

1.807

1.807

1.429

1.174

1.306

1.2

Jumlah Ruang Kelas Seluruh SD

1.890

1.890

1.863

1.662

1.662

1.3

Sekolah SD kondisi baik ( % )

95.60

95.60

76,70

70,64

78,58

Sumber : BPS Kab. Pinrang

Untuk fasilitas pendidikan, ruang kelas untuk SMP pada tahun 2009
dalam kondis baik mencapai 305 dari 396 total ruang kelas atau
persentasenya sekitar 70.02 % dan pada tahun 2013 ruang kelas dalam
keadaan baik mencapai 443dari total 511 ruang kelas atau pada kisaran
86.69%, atau mengalami kenaikan sekitar 15 %.

VI-16

Tabel 6.16
Fasilitas Pendidikan SMP 2009 -2013
N0

Tahun

Bidang / Jurusan

1.1

Jumlah Ruang Kelas SMP Kondisi baik

1.2

Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMP

1.3

Sekolah SMP kondisi baik ( % )

2009

2010

2011

2012

2013

305

305

442

443

443

396

396

530

511

511

70,02

70,02

83,40

86,69

86,69

Sumber : BPS Kab. Pinrang

Pada table dibawah ini menunjukkan bahwa ruang kelas untuk SMA
pada tahun 2009 dalam kondis baik mencapai 166 dari total 199 ruang
kelas keseluruhan atau mencapai 83.42 % dan pada tahun 2013 mencapai
165 dari 181 keseluruhan ruang kelas atau sekitar 91.16% yang artinya
mengalami peningkatan sekitar 8%.
Tabel 6.17
Fasilitas Pendidikan SMA 2009 -2013
N0

Tahun

Bidang / JUrusan

2009

2010

2011

2012

2013

1.1

Jumlah Ruang Kelas SMA / SMK Kondis baik

166

166

175

140

165

1.2

Jumlah Ruang Kelas Seluruh SMA/SMA

199

199

194

161

181

1.3

Sekolah SMA / SMK kondisi baik (% )

83,42

83,42

90,20

86,96

91,16

Sumber : BPS Kab. Pinrang

6.7.1.2 Kesehatan
1. Rasio Posyandu Persatuan Balita
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian
layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya menyinergikan
berbagai

layanan

yang

dibutuhkan

masyarakat

meliputi

perbaikan

kesehatan dan gizi , pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan
ekonomi keluarga , ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.
VI-17

Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan
yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi , Gizi, dan
penanggulangan diare. Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat
utamanya adalah bayi, Anak Balita, Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui,
Pasangan Usia Subur (PUS).
Berdasarkan data tersebut dibawah ini menunjukkan jumlah pos yandu
dan jumlah balita yang ada di Kabupaten Pinrang kurun waktu 2009 – 2013
mengalami peningkatan, pada tahun 2009 jumlah posyandu sebanyak 350
Dan pada tahun 2013 manjadi 354, dan untuk jumlah balita pada tahun
2009 sebanyak 24.477anak dan pada tahun 2013 menjadi 24.175 Balita
atau menagalami penurunan sekitar 302 Balita.

Tabel 6.18
Rasio Posyandu persatuan balita Tahun 2009 -2013
N0

Bidang / Urusan

Tahun
2009

2010

2011

2012

2013

350

353

353

353

354

1

Jumlah Posyandu

2

Jumlah Balita

24.477

23.738

23.267

23.343

24.175

3

Rasio Posyandu Persatuan Balita

14.43

14,90

15,10

15,10

14,60

Sumber : BPS Kab. Pinrang

2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk
Rasio Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kabupaten Pinrang apada
tahun 2009 sebesar 0,20

Dan pada tahun 2013 menjadi 0,17 % atau

mengalami penurunan sekitar 0,03%

VI-18

Tabel 6.19
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Persatuan Penduduk Kab. Pinrang
Tahun 2009 -2013
N0

1
2
3

Tahun

Bidang / Urusan

2009

2010

2011

2012

2013

67

61

61

62

62

342.119

350.925

353.367

354.652

360.019

0.2

0.17

0.17

0.18

0.17

Jumlah Puskesmas dan
Jumlah Pustu
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas, pustu
persatuan Penduduk

Sumber : BPS Kab. Pinrang

3. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk
Penyediaan sarana dan Prasarana Rumah Sakit Oleh Pemerintah adalah
untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna

dengan

mengutamakan

pemeliharaankesehatan

upaya

penyembuhan

dan

yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan masayakarat serta
melaksanakan rujukan.
Pada tahun 2009 Jumlah Rumah sakit di kabupaten Pinrang sebanyak 3
Unit , dan pada tahun 2013 menjadi 3 Unit, dalam jangka waktu lima tahun
tidak

terjadi

penambahan

rumah

sakit

akan

tetapi

fasilitas

dan

kelengkapan lainnya tetap menjadi kebutuhan utama .
Tabel 6.20
Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 -2013
N0
1
2
3
4
5

Bidang / Urusan

Jumlah Rumah Sakit Negeri
Jumlah Rumah Sakit Swasta
Total R.Sakit Negeri dan
Swasta
Jumlah Penduduk
Rasio Rumah Sakit dan
Penduduk

2009

2010

Tahun
2011

2012

2013

1
2

1
2

1
2

1
2

1
2

3

3

3

3

3

342.119

350.925

353.367

354.652

360.019

0.0088

0.0086

0.0085

0.0085

0.0083

Sumber : BPS Kab. Pinrang

4. Rasio Dokter Persatuan Penduduk
Jumlah Dokter di kabupaten Pinrang pada tahun 2009 sebanyak

48

Dokter, pada tahun 2014 bertambah menjadi 60 dokter dengan rasio pada

VI-19

tahun 2009 sekitar 0,14 dan tahun 2013 sekitar 0,17 hal ini menunjukkan
kenaikan yang tidak dibarengan dengan peningkatan jumlah penduduk yang
akan dilayani.
Tabel 6.21

Rasio Dokter Persatuan Penduduk Kab. Pinrang Tahun 2009 - 2013
N0

Bidang / Urusan

1
2
3
4
5
Sumber

Jumlah Dokter Umum
Jml Dokter Spesialis &Gigi
Total Dokter
Jumlah Pendudk
Rasio Dokter Persatuan Penduduk
: BPS Kab. Pinrang

2009
34
14
48
342.119
0.14

2010
34
17
56
350.925
0.16

Tahun
2011
39
19
58
353.367
0.16

2012
46
24
70
354.652
0.20

2013
36
24
60
360.019
0.17

6.7.2 Kondisi Ekonomi
6.7.2.1 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pinrang
Struktur perekonomian Kabupaten Pinrang berdasarkan indikator distribusi
persentase nilai tambah bruto sektoral, meliputi 9 sektor yaitu Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gasdan Air Bersih,
Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi,
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa.
Dari

ke-9

sektor

tersebut

(Pertanian,Pertambangan

dan

dikelompokkan

Penggalian),

menjadi

Sektor

Sektor

Sekunder

Primer
(Industri

Pengolahan,Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan), Sektor Tersier (Perdagangan,
Hoteldan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan danJasa
Perusahaan, serta Jasa-jasa). Dalam kurun waktu periode tahun 2009 –2014,
struktur

perekonomian

Kabupaten

Pinrang

mengalami

sedikit

pergeseran/

perubahan seperti tabel berikut :

Tabel 6.22
Produk Domistik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar
Harga berlaku Tahun 2009 - 2013 ( Juta Rp).
Lapangan Usaha

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

2.538.541,90

2.927.094,46

3.421.853,09

3.917.694,60

4.947.065,25

2

Penggalian/
Pertambangan

37.586,13

41.602,24

51.593,44

63.689,98

82.981,04

3

Industri
Pengolahan

177.359,14

228.382,71

263.343,81

300.424,50

316.737,02

VI-20

4

Listrik,gas & air

28.298,56

37.731,46

41.280,05

46.717,01

66.217,91

5

Bangunan

179.096,09

196.112,18

241.604,33

287.240,70

361.264,84

6

Perdagangan
Restoran, hotel

569.107,20

639.929,71

768.699,02

947.253,84

1.073.736,12

7

Angkutan &
komunikasi

172.402,89

224.335,13

280.553,38

330.726,97

419.938,95

8

Bank & lembaga
Keuangan

178.039,03

205.737,36

242.468,27

291.527,90

340.587,53

9

Jasa-jasa

612.525,97

789.860,87

905.235,95

1.052.253,23

1.199.271,41

4.492.956,91

5.290.786,11

6.216.631,34

7.237.528,74

8.382.015,00

Total

Sumber : BPS Kab. Pinrang

Uraian tabel diatas

menunjukkan bahwa

kontribusi

terbesar terhadap

PDRB Kabupaten Pinrang adalah berasal dari sektor pertanian yang tiap tahun
mengalami peningkatan untuk tahun 2009 sebesar Rp.2.538.541,90 dan
tahun

2013

naik

menjadi Rp.

pada

4.947.065,25 Sedangkan data mengenai

perkembangan PDRB Kabupaten Pinrang selama lima tahun terakhir dalam harga
konstan dan harga berlaku dapat dilihat pada tabel 6.23 berikut :
Tabel 6.23
Perkembangan Produk Domistik Regional Bruto Kab. Pinrang Dalam Harga Berlaku dan
Konstan Tahun 2009-2013

Milyar(Rp)

Pertumbuhan (%)

2009

Harga Berlaku
Pertumbuhan
Milyar(Rp)
(%)
4.492.956,91
20,65

2.384.282,50

6,73

2010

5.290.786,11

17,76

2.532.737,44

7,65

2011

6.216.631,34

17,50

2.713.028,15

6,23

2012

7.237.528,74

16,50

2.937.275,51

8,27

2013

88.382.015,00

15,81

3.097.470,00

5,17

Tahun

Rata-rata
Sumber : BPS Kab. Pinrang

17,64

Harga Konstan

6.81

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang dari tahun
ke tahun digunakan indikator perkembangan PDRB untuk periode yang sama. Laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dibawah ini :
Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pinrang atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2009 -2014 (%).

VI-21

Tabel 6.24
Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha Kab.Pinrang atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2009-2013 (%)
Lapangan Usaha

2009

2010

2011

2012

2013

1

Pertanian

61,98

60,64

59,42

58,63

58,20

2

Penggalian/ Pertambangan

0,88

0,87

0,95

0,98

0,99

3

Industri Pengolahan

4,54

5,24

5,28

5,29

5,43

4

Listrik,gas & air

0,70

0,76

0,76

0,77

0,79

5

Bangunan

4,12

3,90

4,22

4,29

4,31

6

Perdagangan Restoran, hotel

11,29

11,51

12,14

12,75

12,81

7

Angkutan &

4,10

4,43

4,71

4,98

5,01

8

Bank & lembaga Keuangan

4,24

4,43

4,60

4,80

4,87

9

Jasa-jasa

8,13

8,23

7,91

7,50

7,59

100

100

100

100

100

komunikasi

Total
Sumber : BPS Kab. Pinrang

Dari tabel diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pinrang
pada tahun 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun 2010 dari
61,98 % menjadi 60,64 % sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan
menjadi 59,42 %. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 dan 2012 terjadi
kenaikan produksi khususnya di sektor pertanian dan jasa yang memberikan
sumbangan terbesar terhadap pembentukan PDRB
Tabel 6.25
Perkembangan Laju petumbuhan Ekonomi Kab. Pinrang tahun 2009- 2013

No

Pertumbuhan
PDRB

2009

2010

2011

2012

1213
8,50

1

Kab.Pinrang

7,65

6,23

7,12

8,27

2

Sul Sel

6,23

8,19

7,61

8,37

3

Nasional

4,63

6,20

6,49

6,23

Rata-Rata
Pertumbuhan
ekonomi
7,55

Sumber : BPS Kab. Pinrang

Meningkatnya perkembangan ekonomi ini ditandai dengan Peningkatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pinrang dari Tahun Ketahun.
Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Pinrang atas dasar Harga Konstan (ADHK)
tahun 2009 selama kurun waktu 2009-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun
tahun 2009 PDRB (ADHB) sebesar Rp. 12.798.916 dan Pada tahun 2013 sebesar Rp.
21.500.000
VI-22

6.7.2.2 Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Kabupaten Pinrang
Salah satu indicator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakt pada suatu wilayah adalah dengan melihat tingkat pendapatan
penduduk wilayah tersebut, dan PDRB Perkapita merupakan proyeksi indicator
untuk menentukan tingkat perdapatan perkapita di suatu wilayah.
Pendapatan dan Pertumbuhan Perkapita Kabupaten Pinrang dari tahun 2009
s/d 2013 setiap tahunnya mengalami kenaikan atas dasar harga berlaku, sedangkan
untuk atas dasar harga konstan dari tahun 2009 s/d 2013 juga mengalami kenaikan
setiap tahunnya dengan gambaran pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.26
PDRB Perkapita Kab. Pinrang tahun 2009- 2013

1

PDRB
Perkapita(ADHB)
Kab. Pinrang

Tahun ( Rp)
2009
2010
2011
2012
2013
12.798.916 15.066.554 17.528.821 20.267.796 21.500.000

2

Sul Sel

12.567.364 14.669.010 16.929.030 19.472.249

3

Nasional

N0

Sumber : BPS Kab. Pinrang

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Pinrang atas dasar harga berlaku
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun yaitu untuk
tahun 2009 PDRB Perkapita sebesar Rp 12.798.916 naik menjadi Rp 15.066.554
pada tahun 2010, pada tahun 2011 dicapai Rp.
menjadi

17.528.821,- tahun 2012 naik

Rp. 20.267.796, sedangkan pada tahun 2013 dengan capaian Rp.

21.500.000.

VI-23