DOCRPIJM f563df80c6 BAB IVBab. IV Analisa Sosial Ekonomi dan Lingkungan 2017

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BAB. IV
ANALISA SOSIAL EKONOMI DAN
LINGKUNGAN
4.1 ANALISA SOSIAL
Analisa Sosial merupakan usaha untuk menganalisa sesuatu keadaan atau
masalah sosial secara objektif. Analisa Sosial diarahkan untuk memperoleh
gamabaran lengkap mengenai situasi social dengan menelaah kaitan – kaitan
histories, structural dan konsekuensi masalah. Analisa Sosial akan mempejari
struktur sosial, emndalami fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek
politik, ekonomi, budaya dan agama, Sehingga akan diketahui sejauh mana
terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan
masalah – masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.
4.1.1 Pengarusutamaan Gender
Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status
antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan
biologis, tetapi berdasarkan social budaya yang dipengaruhi oleh struktur
masyarakat yang luas. Dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan

gender, Pemerintah Indonesia mendorong pengarusutamaan gender di
setiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam
bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan
Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk
melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari
seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan
mempertimbangkan aspek gender. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat berkomitmen untuk mendukung kebijakan tersebut
dengan membentuk Tim Pokja IV Kegiatan Pengarusutamaan Gender
Direktorat Jenderal Cipta Karya dan BPPSPAM No. 108/KPTS/DC/2015.
Penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya yang ada saat ini
pada umumnya bersifat netral gender, tanpa membedakan kelompok
sasaran pelaku dan penerima manfaat pembangunan. Meskipun
demikian, infrastruktur Cipta Karya ternyata memiliki pengaruh yang
sangat penting terhadap peningkatan kesejahteraan wanita dan anak.
Sebagai contoh, dengan adanya akses terhadap air bersih maka ibu
rumah tangga dapat mengumpulkan air dalam jarak yang dekat. Di
samping itu, kesehatan anak-anak juga terjaga sehat dan terhindar dari

penyakit diare karena memiliki akses terhadap sanitasi yang layak.
Program pemberdayaan masyarakat juga turut melibatkan perempuan,
orang tua, dan difable pada proses perencanaan sehingga prasarana
permukiman dapat dimanfaatkan oleh seluruh orang tanpa diskriminasi.
Ke depan, upaya pengarusutamaan gender perlu didorong dalam setiap

IV. 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

perumusan
kebijakan
dan
pembangunan yang inklusif.

perencanaan

sehingga


4.1.2 Identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

menjamin

pelaksanaan

Aspek social terkait dengan pengarush pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada tarap perencanaan,
pembangunan, maupun pasca pembangunan / pengelolaan.
Pada tarap perencanaan, pembagunan infrastruktur permukiman
seharusnya menyentuh aspek/aspek sosial yang terkait dan sesuai
dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan
serta pengarustamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan
kemuningkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlikan
proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi. Maupun permukiman kembali.
Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu
diidentiifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang cipta karya
tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi

kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar.
Dasar Peraturan perundang – undangan yang menyatakan perlunya
memperhatikan aspek social adalah sebagai berikut :
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nsional :
 Dalam
rangka
pembangunan
berkeadilan,
pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi
perhatian yang besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil, tertinggal
dan wilayah bencana,
 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarustamaan
gender dan anak di ringkat nasional dan daerah,
termasuk ketersediaan data dan statistic gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum :
 Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara dan masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hokum Pihak yang berhak.
3. Peraturan
Presiden
No.
5/2010
tentang
Rencan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 –
2014 :
 Perbaikan Kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan
melalui sejumlah program pembangunan untuk
penanggulangan
kemiskinan
dan
penciptaan
kesempatan kerja, termasuk peningkatan program
dibidang pendidikan, kesehatan dan pervepaan

pembangunan infrastriktir dasar.

IV. 2

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender,
peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam
pembangunan harus dilanjutkan.
4. Paraturan Presiden No. 15/2010 tentang percepatan
Penanggulangan Kemiskinan
 Pasal 1 : Program Penanggulangan Kemiskinan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dunia
usaha, serta
masyarakat
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha
ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam

rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
 Menginstruksikan
kepada
menteri
untuk
melaksanakan
Pengarusutamaan
Gender
guna
terselengaranya
perencanaan,
penyusunan,
pelaksanaa, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan
dan
program
Pembangunan
Nasional
yang

berprespektif Gender sesuai dengan bidang tugas dan
fungsi, serta kewenangan masing – masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang cipta karya
adalah :
1. Pemerintah Pusat :
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum
yang berdifat strategis nasional atau bersifat lintas
provinsi.
b. Menjamin tersediannya pendanaan untuk kepentingan
umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat
lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bentuan
sosial
pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi ditingkat
pusat

d. Melaksanakan
pengarusutamaan
Gender
guna
terselengaranya
perencanaan,
penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan
dan program pembangunan nasional berperspektif
gender, khususnya untuk bidang cipta karya.
2. Pemerintah Provinsi :
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum
Regional atau bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersediannya pendanaan untuk kepentingan
umum yang bersifat Regional atau bersifat lintas
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bentuan
sosial
pemberdayaan

masyarakat,
pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain
IV. 3

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi ditingkat
provinsi
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
Gender
guna
terselengaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya
untuk bidang cipta karya.
3. Pemerintah Kabupaten / Kota :
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.

b. Menjamin tersediannya pendanaan untuk kepentingan
umum di kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bentuan
sosial
pemberdayaan
masyarakat,
pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi ditingkat
kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
Gender
guna
terselengaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya
untuk bidang cipta karya.

4.2 ANALISA EKONOMI
Analisis ekonomi adalah proses pemeriksaan statistik dan indikator pasar
untuk menentukan kemungkinan rencana untuk alokasi sumber daya.
Analisis dapat diarahkan untuk mengembangkan rencana ekonomi tertentu
atau kebijakan, atau dapat digunakan untuk benar-benar memahami status
ekonomi. Dalam rangka untuk melakukan analisis ekonomi dasar, adalah
penting untuk memahami hubungan antara sumber daya dan kebutuhan,
sejarah baru-baru ini ekonomi yang bersangkutan, dan tujuan atau prakiraan
dalam waktu dekat.

4.2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidak mampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah yang telah mapan, dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya
mencakup:

IV. 4

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA


Gambaran
kekurangan
materi,
yang
biasanya
mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan
kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.



Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada
dua gambaran yang lainnya.



Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang
ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara
halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang

Kemiskinan bisa dikelompokkan dalam 5 katagori yaitu
1. Kemiskinan absolut,
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang dapat diukur dengan
perbandingan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasar
minimum (kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya)
2. Kemiskinan relatif,
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan
oleh keadaan lingkungan dimana seseorang atau keluarga itu tinggal
(kemampuan penghasilannya dibandingkan dengan kemampuan
penghasilan orang disekitarnya).
3. Kemiskinan kultural,
Kemiskinan Kronis adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kebiasaan
hidup yang tidak produktif, keterisolasian sumber daya alam dan lokasi
tempat tinggal serta rendahnya taraf pendidikan, derajat kesehatan,
terbatasnya lapangan pekerjaan dan ketidak berdayaan mengikuti
ekonomi pasar.
4. Kemiskinan kronis dan
Kemiskinan
kultural adalah kemiskinan yang disebabkan sikap
seseorang atau masyarakat yang meskipun sudah dibantu pihak luar
tetapi masih tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat
kehidupannya.
5. Kemiskinan sementara.
Kemiskinan Sementara adalah kemiskinan yang disebabkan terjadinya
krisis ekonomi, perubahan yang bersifat musiman, bencana alam dan
akibat diberlakukannya kebijakan tertentu.
IV. 5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Salah satu tujuan dalam pembangunan manusia ialah memperluas pilihan
penduduk dalam mengakses sumber daya ekonomi. Oleh karena itu,
program pembangunan manusia di sisi ekonomi turut menjadi perhatian
utama dalam menyusunan kebijakan pembangunan. Untuk mengukur
bagaimana performa pembangunan manusia dari sisi ekonomi digunakan
ukuran pengeluaran perkapita yang disesuaikan ( PPP ). Nilai PPP
mengambarkan daya beli penduduk Kabupaten Lampung Utara yang dapat
dibandingkan dengan daerah – daerah lainnya. Semakin tinggi nilai PPP
mengambarkan semakin besar kemampuan masyarakat dalam megakses
sumber daya ekonomi.

Capain pembangunan manusia dari sisi ekonomi Kabupaten Lampung
Utara di tahun 2014 menunjukan bahwa posisi Kabupaten Lampung Utara
adalah yg ke 5 terendeh di Provinsi Lampung.
Pertumbuhan daya beli penduduk Kabupaten Lampung Utara tahun 2011
mencapai 2,77% dan besaran pertumbuhan tersebut terus melambat hingga
turun menjadi 0,71% di tahun 2014
Rendahnya daya beli penduduk Kabupaten Lampung Utara disertai juga
denga capain yang sama dalam hal pengentasan kemiskinan, Pasalnya
persentase penduduk miskin di Kabupaten Lampung Utara menduduki
Peringkat Pertama Tertinggi di Provinsi Lampung Tahun 2014, prosentase
rumah tangga miskin di Kabupaten Lampung Utara sebesar 23,32 %.
Sedangkan pada Tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 23,20 %

IV. 6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Masalah ketimpangan akan menjadi hambatan dalam upaya mempercepat
pembangunan manusia. Sebesar apapun upaya yang dilakukan untuk
mengenjot peningkatan daya beli penduduk tidak akan dapat berdampak
besar terhadap peningkatan kualitas manusia jikalauhal tersebut hanya
dapat dinikmati sikaya saja.

4.2.2 Analisis dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
terhadap ekonomi lokal masyarakat
Pembangunan adalah usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau
perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembangunan
bangsa.
Dampak positif dari pembangunan infrastruktur antara lain adalah akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pendapatan daerah tersebut.
Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah penduduk/masyarakat suatu kota atau wilayah,
sehingga semakin bertambahnya penduduk pada kota/wilayah tersebut
maka kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur juga akan meningkat.
Infrastruktur merupakan pendukung utama dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Suatu infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitasfasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasiinstalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
sosial dan sistem ekonomi masyarakat

IV. 7

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan, selain mempunyai
dampak positif, ternyata pembangunan infrastruktur juga mempunyai
dampak negatif. Pembangunan infrastruktur juga berdampak negatif bagi
kelestarian alam, diantaranya dengan berkurangnya sumberdaya alam
akibat eksploitasi berlebihan, pencemaran udara akibat polusi industri dan
pembangunan infrastruktur perekonomian yang identik dengan perusakan
alam. Sehingga hal tersebut menimbulkan suatu pernyataan bahwa
pembangunan infrastruktur selalu identik dengan perusakan alam.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang
dilakukan untuk mendukung pembangunan ekonomi yang semata-mata
ditujukan untuk memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan
keberlangsungan alam dan lingkungan, akan membawa dampak negatif
tidak hanya bagi alam tetapi juga bagi masyarakat. Salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan adalah berkurangnya sumberdaya alam,
pencemaran udara akibat polusi industri dan pembangunan infrastruktur
yang identik dengan perusakan alam. Namun, hal tersebut dapat dicegah
dengan menerapkan program pelaksanaan pembangunan ekonomi yang
berwawasan lingkungan

4.3 ANALISA LINGKUNGAN
Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS dalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 32 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis adalah proses
mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup dalam pengambilan keputusan terhadap kebijakan, rencana, dan/atau
program yang selanjutnya disingkat KRP.
KLHS pun merupakan rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. (UU No.32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Makna strategis mengandung arti perbuatan atau aktivitas sejak awal proses
pengambilan keputusan yang berakibat signifikan terhadap hasil akhir yang
akandiraih. Dalam konteks KLHS perbuatan dimaksud adalah suatu proses
kajian yang dapat menjamin dipertimbangkannya hal-hal yang prioritas dari
aspek pembangunanberkelanjutan dalam proses pengambilan keputusan pada
kebijakan, rencana dan/atau program sejak dini.
Pendekatan strategis dalam kebijakan, rencana dan/atau program bukanlah
sekedar untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan,
melainkan juga untuk merencanakan dan mengendalikan langkah-langkah
yang diperlukan sehingga menjamin keutuhan lingkungan hidup serta

IV. 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini
dan masa depan.
Tujuan utama KLHS adalah untuk memastikan prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan.
Selama ini, prosespembangunan yang terformulasikan dalam kebijakan,
rencana dan/atau program dipandang kurang mempertimbangkan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan secara optimal. Upaya-upaya pengelolaan
lingkungan pada tataran kegiatan atau proyek melalui berbagai instrumen
seperti antara lain AMDAL, dipandang belum menyelesaikan berbagai
persoalan lingkungan hidup secara optimal, mengingat berbagai persoalan
lingkungan hidup berada pada tataran kebijakan, rencana dan/atau program.
KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar
bersama antar pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait
penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat secara
aktif mendiskusikan seberapa jauh substansi kebijakan, rencana dan/atau
program yang dirumuskan telah mempertimbangkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Melalui proses KLHS, diharapkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan
dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat mengetahui dan
memahami
pentingnya
menerapkan
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program.
KLHS dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. Terpadu;
 Memastikan bahwa kajian dampak lingkungan tepat untuk semua tahap
keputusan strategik dan relevan untuk tercapainya pembangunan
keberlanjutan.
 Memuat saling keterkaitan antara aspek biofisik, sosial dan ekonomi.
 Terkait secara hirarkis dengan kebijakan di sektor tertentu dan antar
wilayah, dan bilamana perlu, dengan proyek turunannya yang wajib
AMDAL.
b. Berkelanjutan;
 Memfasilitasi identifikasi alternatif atau opsi-opsi pembangunan
termasuk alternatif proposal yang lebih menjamin pencapaian
keberlanjutan.
c. Fokus;
 Menyediakan informasi yang tepat-guna, cukup, dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk perencanaan pembangunan dan
pengambilan keputusan.
 Konsentrasi pada isu-isu penting dan mendasar pembangunan
berkelanjutan.
 Sesuai dengan karakteristik proses pengambilan keputusan.
 Efektif biaya dan waktu.

IV. 9

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

d. Transparan;
 Arus informasi dalam keseluruhan rangkaian proses bersifat bebas
 Informasi dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan
 Informasi yang tersedia memadai dan dapat dipahami
e. Akuntabel;
 Jelasnya tanggung jawab instansi yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan yang bersifat strategik.
 Dilakukan secara profesional, tegas, adil, tidak berpihak, danseimbang.
 Proses dapat diawasi dan diverifikasi oleh pihak independen.
 Proses pengambilan keputusan terdokumentasi dan dapat dibenarkan.
f. Partisipatif;
 Para pihak yang berkepentingan, masyarakat yang terkena dampak, dan
instansi pemerintah dilibatkan dan diinformasikan secara memadai di
sepanjang proses pengambilan keputusan.
 Masukan dan pertimbangan yang diberikan dalam pengambilan
keputusan terdokumentasi secara eksplisit.
g. Interaktif.
 Siklus proses bersifat dinamis dan terus memperbaiki hasil.
 Memastikan ketersediaan hasil kajian pada kondisi sedini apapun untuk
mempengaruhi proses perencanaan selanjutnya.
 Memastikan ketersediaan informasi aktual yang memadai untuk memberi
basis proses pengambilan keputusan selanjutnya.
Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan KLHS terhadap rancangan
atau dokumen KRP yang:
1. Menimbulkan konsekuensi adanya rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan dokumen analisismengenai dampak lingkungan;
dan/atau
2. Berpotensi :
a. Meningkatkan risiko perubahan iklim;
b. Meningkatkan
kerusakan,
kemerosotan,
atau
kepunahan
keanekaragaman hayati;
c. Meningkatkan intensitas bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan terutama pada daerah yang kondisinya telah
tergolong kritis;
d. Menurunkan mutu dan kelimpahan sumber daya alam terutama pada
daerah yang kondisinya telah tergolong kritis;
e. Mendorong perubahan penggunaan dan/atau alih fungsi kawasan hutan
terutama pada daerah yang kondisinya telah tergolong kritis;
f. Meningkatkan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan (livelihood sustainability) sekelompok masyarakat; dan/atau
g. Meningkatkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan
dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana
dan program [KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.

IV. 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat
khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS
bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Kerangka Kerja KLHS
Prosedur penyelenggaraan KLHS untuk setiap pendekatan berbeda, namun
secara generik hubungan antara komponen-komponen kerja KLHS dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 1
Kerangka Kerja KLHS

Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS
terhadap sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan
IV. 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

atas alasan-alasan: a) memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai
strategik, b) memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan
memberikan konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup, dan c)
memberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang akan digunakan.
Karena penyusunan RTRW wajib dilakukan maka tahap penapisan tidak
diperlukan.

IV. 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
NO

PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN
PENJELASAN SINGKAT
BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA
(1)
(2)
(3)
4.1 Sosial
1
Pencemaran Menyebabkan Berkembangnya Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang
Wabah Penyakit
ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada
penumpukan sampah dikota maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara
mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota, maka
hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan
permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah
lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan.
Akibatnya menderita interaksi antara lingkungan dan manusia yang akhirnya
menderita kesehatan.
4.2 Ekonomi
1
Kemiskinan berkolerasi dengan Kerusakan Orang miskin terpaksa untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam
Lingkungan
secara berlebihan agar bisa bertahan hidup, dan pengabaian mereka, sehingga
terhadap lingkungan pada akhirnya kemampuan mereka untuk bertahan
hidup menjadi semakin sulit dan tidak pasti
2
Perkembangan
Ekonomi
Lokal
dari Pembangunan Infrastruktur memegang peranan pening sebagai salah satu
Pembangunan Infrastruktur Permukiman
roda pengerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingatkan gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energy. Oleh
karena itu pembangunan sector ini menjadi pondasi dari perkembangan
ekonomi selanjutnya
4.3 Lingkungan
1
Kecukupan Air Baku untuk Air Minum
Ketersediaan air dapat ditinjau berdasarkan kondisi sumber air yang tersedia,
terdapat beberapa sumber air yaitu air permukaan (sungai, danau/rawa, situ,
waduk, telaga, laut), air tanah (mata air, air tanah dangkal, air tanah dalam),
dan air hujan.

IV. 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH ( RPIJM )
BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

2

3

4

Pencemaran Lingkungan Oleh Infrastruktur Akibat kurang termanfaatkan secara memadai karena perencanaannya kurang
yang tidak Berfungsi Maksimal
mempertimbangkan kapasitas sosial dan budaya daerah setempat dalam
mengoperasikan dan memeliharanya Hal ini membawa implikasi pula pada
kerusakan lingkungan yang menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan hidup maupun sosial.
Dampak Kumuh terhadap Kualitas Lingkungan Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi
pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak
peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada
dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap
norma-norma sosial.
Dampak
Perubahan
Iklim
Kawasan Cuaca ekstrim, banjir, kekeringan lahan, naiknya muka air laut (banjir rob) dan
Permukiman dan Upaya Mitigasi dan adaptasi kebakaran hutan merupakan kejadian / bencana yang sering terjadi akhiryang telah dilakukan
akhir ini di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, baik kita sadari
maupun tidak bahwa perubahan iklim dari tahun ke tahun telah terjadi dan
mengakibatkan bencana, tidak sedikit manusia serta mahluk hidup lainnya
terkena dampak dari perubahan iklim.
Yang harus kita lakukan adalah mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan
iklim.
Mitigasi merupakan usaha untuk mengurangi gas rumah kaca sehingga dapat
memperlambat laju pemanasan global.
Adaptasi merupakan upaya meminimalisir dampak yang telah terjadi, serta
mengantisipasi resiko sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan
akibat perubahan iklim

Keterangan Pengisian :
(1)
Nomor
(2)
Pengelompokan isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
(3)
Penjelasan singkat terkait isu pembangunan berkelanjutan (sosial, ekonomi dan lingkungan)
IV. 14