DOCRPIJM 38646ecf49 BAB IVBAB 4 Analisis Sosial Ekonomi dan Lingkungan

  BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

  4.1 Analisis Sosial Dalam penyusunan dokumen Perencanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya juga perlu mempertimbangkan dampak-dampak sosial yang akan ditimbulkan dalam rangka mengintegrasikan pelaksanaan program kegiatan terhadap lingkungan permukiman baik permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan. Analisis dampak sosial tersebut dilaksanakan sejak perencanaan, pelaksanaan sampai pasca pembangunan dalam hal ini pengelolaan hasil pembangunan agar tetap terjaga dan terpelihara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan.

  Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu- isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengaruh gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur Bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

  Analisis terhadap pengarusutamaan gender sangatlah diperlukan untuk melihat seberapa besar keterlibatan atau peran perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pasca pembangunan. Selain itu perlu pula dilaksanakan identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya dalam rangka mengurangi resiko-resiko yang mungkin ditimbulkan sebagai implikasi dari pelaksanaan pembangunan tersebut.

  Berdasarkan data yang ada, beberapa program bidang cipta karya yang dilaksanakan di Kabupaten .......................... yang sebelumnya masih bergabung dengan Kabupaten Induk Morowali antara lain Program Pemberdayaan Masyarakat adalah PNPM, PAMSIMAS dan PPIP; dan program non pemberdayaan meliputi penyusunan RISPAM dan SSK. Dari keseluruhan kegiatan tersebut nampak bahwa bentuk keterlibatan perempuan sangatlah berperan besar dalam hal keterlibatan sebagai pengurus dalam Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dan kontrol pengambilan keputusan terhadap hal-

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021 hal yang akan dilaksanakan dengan tingkat partisipasi mencapai 30% sampai 40%. Keterlibatan perempuan tersebut manfaatnya cukup besar karena keberadaan keseharian sebagian besar di lingkungannya sehingga memudahkan pengawasan dan pemeliharaan hasil pembangunan untuk kebutuhan dan manfaatnya dalam jangka panjang.

  Hal-hal yang juga perlu diperhitungkan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya, karena proses pembangunan memerlukan lokasi, besaran kegiatan, dan durasi waktu sehingga akan berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  1. Konsultasi Masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan Bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program Bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  2. Pengadaan Lahan dan Pemberian Kompensasi Untuk Tanah dan Bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah tersebut.

  3. Permukiman Kembali Penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021 proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

  Output kegiatan pembangunan Bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  4.2. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dalam penyusunan RPI2JM sangat diperlukan untuk mengetahui dampak pembangunan infrastruktur bidang cipta karya terhadap kehidupan penduduk miskin serta pengaruhnya terhadap perekonomian lokal masyarakat.

  Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu : 1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3) Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021 dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan. 13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

  500.000,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

  Jika minimal 9 variabel tersebut di atas terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)

  Tahun 2012, jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten .......................... mencapai jumlah 8.014 rumah tangga, jumlah ini setara dengan 29,3% dari 27.310 jiwa yang ada (BPS,2013) namun jumlah tersebut telah menurun menjadi 15,09 % atau 17.350 jiwa (BPS 2015).

  RTM tergolong dalam tiga kategori yaitu (1) RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah; (2) RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah; (3) RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah.

  Sebagaimana disajikan pada gambar 4.1, di Kabupaten .........................., jumlah RTM dengan kondisi kesejahteraan 10% terendah mencapai 3.975 buah atau sekitar 49,60% dari jumlah total RTM yang ada.

  Sekitar 67,52% jumlah RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah kecamatan, masing- masing adalah Kecamatan Bungku Utara, Kecamatan Mamosalato, Mori Utara, Petasia Timur, dan Kecamatan Mori Atas. Pada kelompok RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11 – 20% terendah mencapai 2.127 buah atau sekitar 26,54% dari jumlah total RTM yang ada. Sekitar 65,49% dari jumlah RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 11% - 20% terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah kecamatan, masing – masing adalah Kecamatan Bungku Utara, Mamosalato, Petasia Timur, Lembo, dan Kecamatan Petasia. Sedangkan pada kelompok RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah mencapai 1.912 buah atau sekitar 23,81% dari jumlah total RTM yang ada.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  900 842 800 701 700 600

  531 500 391 390

  379 371 400 350

  302 276 193 256 300

  230 185 207 194 193 251

  171 159 188

152 155 190

200

  126 143 123 138 135

  92 100 10% terendah 11-20% terendah 21-30% terendah

  Sumber : PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial), 2012. Data diolah

Gambar 4.1 Sebaran RTM Berdasarkan Kategori Kondisi Kemiskinan Menurut Kecamatan di Kabupaten Morowali ..........................

  Sekitar 65,48% dari jumlah RTM/individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 21% - 30% terendah terkonsentrasi di 5 (lima) wilayah kecamatan, masing – masing adalah Kecamatan Bungku Utara, Petasia, Mamosalato, Lembo, dan Kecamatan Petasia Timur. Dengan , kondisi ini menjadi penanda bahwa kemiskinan di wilayah ini terkonsentrasi pada tingkat kemiskinan yang paling rendah. Kemiskinan yang terjadi diwilayah ini secara umum dapat terdeteksi melalui keadaan RTM sebagai berikut.

  Pertama, teridentifikasinya RTM dalam tigak Kategori yaitu, mereka yang

  terkelompok dalam pendapatan 10% terendah, terkelompok dalam pendapatan 11-20% terendah, dan terkelompok dalam pendapatan 21-30% terendah, keadaan ini menjadi pertanda bahwa bagia terbesar kelompok RTM berada pada kelompok termiskin dan terkonsentrasi pada Kecamatan Bungku Utara, Mamosalato, Petasia Timur dan Lembo.

  Kedua, masih terdapat sebanyak 10,34% RTM tidak memiliki pekerjaan.

  Meskipun sebagian besar kelompok RTM memiliki pekerjaan, namun karena proporsi mereka sangat besar bergantung pada Lapangan Usaha Pertanian (padi dan palawija), Perkebunan, dan Perikanan (tangkap). Dengan karakteristik lapangan usaha demikian disertai oleh 76,78% kepala RTM bekerja dengan status bekerja dengan bantuan buruh tidak tetap dan sebanyak

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  13,8% adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai swasta, kelompok RTM berpotensi memiliki resiko tinggi kegagalan menerima pendapatan potensial.

  Ketiga, teridentifikasinya sebanyak 76,6% kepala RTM berpendidkan

  rendah, selain itu kemiskinan telah meluas pula hingga menyentuh mereka berpendidikan tinggi. Beban RTM relatif berat karena masih terdapat 57% menanggung pembiayaan pendidikan anak usia Wajar, banyaknya RTM yang menanggung pembiayaan pendidikan ini terdapat 86% menanggung minimal 1 orang anak usia wajar dan 14% menanggung minimal 3 anak usia Wajar. Keadaan RTM seperti demikian akan menimbulkan resiko tinggi dalam pembiayaan pendidikan ART usia Wajar ketika mereka mengalami kegagalan dalam pendapatan potensial.

  Keempat, meskipun teridentifikasi sebesar 98,1% RTM tidak terbebani

  oleh keadaan kecacatan ART dan 89,4% RTM tidak menghadapi masalah kesehatan ART. Namun demikian masih terdapat RTM yang teridentifikasi mengalami masalah kecacatan dan masalah penyakit ART, mereka masih menghadapi cacat tubuh, tuna netra, dan tuna rungu, selain itu mereka menghadapi pula penyakit hipertensi, rematik, dan asma. Keadaan demikian menandai bahwa RTM selain menghadapi masalah pekerjaan dan pendidikan kepala RTM, mereka terbebani pula oleh biaya pendidikan dan biaya kesehatan ART.

  Berdasarkan pada identifikasi masalah kemiskinan pada kelompok RTM di Wilayah Kabupaten .......................... tersebut diatas, dapat diidentifikasi pula penyebab kemiskinan dalam dua kelompok besar sebagai berikut. Pertama, kemiskinan tercipta karena keadaan sumberdaya manusia dalam RTM terutama kepala keluarga memiliki kualitas pendidikan yang relatif rendah, keadaan demikian menciptakan akses mereka terhadap pekerjaan yang dapat menjamin penghidupan lebih layak menjadi terbatas. Kedua, beban tanggungan dalam keluarga relatif berat karena mereka memiliki jumlah keluarga yang relatif besar dibarengi oleh adanya beban tambahan pembiayaan pendidikan dan kesehatan anggota keluarga.

  Permasalahan mendasar yang dihadapi masyarakat miskin di Kabupaten .......................... :

  1. Belum meratanya pembangunan hingga ke perdesaan;

  a. Kesempatan berusaha di perdesaan dan perkotaan belum dapat mendorong penciptaan pendapatan terutama bagi masyarakat miskin di daerah perdesaan;

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021 b. Masih tingginya pengangguran terbuka di perdesaan dibandingkan dengan daerah perkotaan karena keterampilan penduduk miskin yang sangat terbatas;

  c. Masih terbatasnya akses permodalan bagi masyarakat miskin yang menggantungkan diri pada usaha mikro;

  2. Masyarakat miskin belum mampu menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar; a. Masih terdapatnya kasus kurang gizi dan gizi buruk;

  b. Cakupan jaminaan sosial bagi rumah tangga sasaran masih jauh dari memadai; c. Masih kurangnya sarana dan prasarana transportasi terutama di daerah-daerah terisolir; d. Masih kurangnya dukungan penciptaan kegiatan ekonomi produktif bagi masyarakat miskin.

  3. Harga kebutuhan bahan pokok cenderung berfluktasi sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat miskin.

  4. Belum maksimalnya dukungan dan kebijakan ekonomi dan politik yang berorientasi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

  5. Masih lemahnya manajemen dan administrasi di tingkat desa/kelurahan berkaitan dengan pendataan jumlah penduduk miskin.

  6. Koordinasi di antara para pemangku kepentingan, seperti Pemerintah Kabupaten .........................., Organisasi Masyarakat Sipil, Perguruan Tinggi, Pers, dan para kelompok peduli lainnya dalam penanggulangan kemiskinan belum dilaksanakan secara maksimal.

  7. Penataan lingkungan pemukiman terutama pada kantong-kantong penduduk miskin, belum memenuhi standar lingkungan pemukiman yang memadai dengan ketersediaan prasarana dan sarana baik perkotaan maupun di perdesaan yang memadai (jalan setapak, sanitasi, pembuangan sampah, listrik dan penerangan jalan).

  8. Masih terbatasnya kemampuan pemberian pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin karena wilayah kerja Puskesmas sangat luas dan belum meratanya bidan desa di semua kecamatan.

  9. Masih terbatasnya kemampuan pemberian subsidi/bantuan pendidikan bagi penduduk miskin, baik pendidikan formal maupun untuk pendidikan luar sekolah. Kondisi ini menyebabkan masalah kemiskinan di Kabupaten .......................... terletak pada bidang pendidikan.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  10. Terbatasnya kemampuan penyediaan sarana air bersih bagi penduduk pada komunitas masyarakat miskin.

  Jika dilihat penurunan angka kemiskinan dari tahun 2012 sebesar 29,3% dari 27.310 jiwa yang ada (BPS,2013) menjadi 15,09 % atau 17.350 jiwa (BPS 2015) hal ini merupakan implikasi atau dampak dari pelaksanaan pembangunan seluruh sektor di Kabupaten .......................... termasuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya. Melalui pola pendekatan pembangunan yang melibatkan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) terutama dalam program PAMSIMAS, PPIP yang mengelola keuangan pelaksanaan kegiatan, hal ini berdampak terhadap perkembangan ekonomi lokal masyarakat terutama untuk pengeluaran biaya pemeliharaan terhadap kerusakan bangunan tidak lagi membebani masyarakat tetapi telah dapat dilakukan secara mandiri melalui pengelolaan keuangan kelompok masyarakat yang telah dibentuk.

  4.3. Analisis Lingkungan Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu isu penting dalam KLHS adalah Isu Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup.

  Pembangunan Berkelanjutan didefinisikan oleh World Commision on

  

Environment and Development (WCED) dalam Our Common Future yang

  diterbitkan tahun 1987 sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Laporan dari KTT Dunia 2005, yang menjabarkan pembangunan berkelanjutan terdiri dari 3 (tiga) tiang utama (ekonomi, sosial dan lingkungan) yang saling bergantung dan memperkuat. Pembangunan berkelanjutan berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan bagaimana mencari jalan untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang, tanpa menghabiskan modal alam.

  Terjaminnya kelestarian lingkungan merupakan salah satu tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) yang

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021 dideklarasikan oleh semua negara anggota PBB di tahun 2000. Target MDGs ke- 9, yaitu memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang, merupakan bagian dari pencapaian pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup (Bappenas, 2007).

  Walaupun konsep pembangunan berkelanjutan ini telah diperkenalkan sejak tahun 1987 dan komitmen pemerintah mencapai MDGs sejak tahun 2000, kerusakan lingkungan terus berlanjut. Krisis lingkungan hidup yang semakin luas di Indonesia dewasa ini, ditengarai karena antara lain perencanaan pembangunan yang lebih cenderung mengarahkan pertumbuhan ekonomi ketimbang ekologi. Sehingga sebagai akumulasinya dalam dekade terakhir ini kita seperti menuai bencana lingkungan. Teridentifikasi 6 masalah lingkungan di Indonesia yaitu lahan kritis, tekanan dan pertambahan penduduk, pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan ilegal serta pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali, luas areal pertanian yang tidak sesuai dan perladangan berpindah, eksploitasi pertambangan, kerusakan lingkungan pesisir dan laut.

  Hasil identifikasi awal terhadap lingkungan di Kabupaten .......................... menunjukkan bahwa sektor yang berpotensi memberikan tekanan terhadap lingkungan hidup yaitu kependudukan, permukiman, pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi dan pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki Kabupaten .......................... sebagai salah satu sumber daya ekonominya. Walaupun sektor ini memberikan dampak positif, juga berpotensi memberikan tekanan terhadap lingkungan hidup dalam hal sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.

  KLHS menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP). Dengan menempatkan evaluasi dampak lingkungan dan prinsip keberlanjutan secara strategis di tahap kebijakan, rencana, atau program, maka prinsip keberlanjutan dan evaluasi dampak lingkungan diintegrasikan secara penuh dalam pengambilan keputusan. Konteks ini dapat dikatakan bahwa KLHS tidak hanya merupakan kajian dampak lingkungan yang bersifat formal dan mengikuti tata prosedur tertentu, tetapi lebih dari itu juga merupakan suatu kerangka kerja

  (framework) untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  4.3.1. Muatan KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu kerangka kerja atau framework pada tahap dini perencanaan pembangunan dengan maksud agar di masa mendatang dapat dicapai harmoni antara pembangunan dengan lingkungan hidup. KLHS dapat dimanfaatkan sebagai kerangka integratif bagi semua pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat. Muatan KLHS yang terdapat dalam Pasal 16 UU No. 32 Tahun 2009 adalah :

  Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem Efisisensi Pemanfaatan Sumberdaya Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati

  Muatan KLHS dari ke enam isu pembangunan berkelanjutan tersebut, maka yang digunakan dalam Telaah dampak dari Kebijakan Rencana dan Program RPI2JM Kabupaten .......................... adalah tiga muatan KLHS yaitu:

  Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk  pembangunan.

  Analisis daya dukung lingkungan dilakukan melalui pendekatan analisis kesesuaian dan kemampuan lahan. Pertimbangan utama adalah fisiografi/bentuk lahan dan lereng. Analisis daya tampung dilakukan dengan mempertimbangkan kawasan- kawasan konservasi seperti Kawasan hutan lindung; Kawasan pelestarian alam; kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota; Kawasan suaka alam dan cagar budaya; Kawasan rawan bencana alam; dan kawasan lindung lainnya. KRP RTRW ditelaah dengan mempertimbangkan faktor yang disebut di atas. Berdasarkan hasil telaahan ini disusun mitigasi KRP dan Rekomendasi. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

   Telaah dampak dan risiko lingkungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan ABC (Abitic, Biotic dan Culture). Berdasarkan hasil assessment ini disusun mitigasi KRP dan Rekomendasi.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam 

  Telaah efisiensi pemanfaatan lahan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi sumber daya alam yang ada. Berdasarkan hasil assessment ini disusun mitigasi KRP dan Rekomendasi.

  4.3.2. Issu Strategis Mengacu pada isu pembangunan dan isu lingkungan hidup, maka ditetapkan isu strategis Kabupaten .......................... sebagai berikut : a. Isu peningkatan intensitas pemanfaatan lahan

  Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan adalah merupakan suatu proses pertumbuhan kota sebagai konsekuensi logis dari meningkatnya kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana untuk aktifitas perkotaan. Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap fisik kota yang pada gilirannya akan terjadi pengembangan fisik kota baik secara intensif maupun ekstensif. Kondisi demikian bukan saja terjadi di Kabupaten .......................... tetapi terjadi di semua kota-kota yang sedang berkembang. Dengan demikian maka isu peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dapat dijadikan sebagai isu KLHS.

  b. Isu konversi dan alih fungsi kawasan hutan Alih fungsi dan konversi lahan ke peruntukan lainnya merupakan salah satu isu strategis yang berdampak negatif bagi lingkungan. Konversi lahan fungsi lindung ke lahan budidaya (industry, pertanian, permukiman dan lainnya), akan menimbulkan dampak negatif bagi fungsi hidrorologis hutan.

  Fungsi hidrologis ini dipengaruhi oleh antara lain oleh jenis vegetasi, tanah, bentangan alam dan iklim. Berubahnya komposisi tutupan vegetasi hutan menyebabkan kerusakan siklus air. Akibatnya di musim penghujan apabila intensitas curah hujan tinggi, akan terjadi banjir dan di musim kemarau ketika intensitas curah hujan yang sangat rendah, akan terjadi kekeringan. Erosi dan sedimentasi terjadi sebagai akibat perubahan tutupan lahan di kawasan hutan. Ketersediaan air tanah juga turut terpengaruh akibat terganggunya keseimbangan fungsi ekologis hutan. Kondisi demikian banyak terjadi di Kabupaten .......................... seiring dengan perkembangannya. Berdasarkan hal demikian, maka isu alih fungsi lahan dan konversi lahan adalah isu strategis KLHS.

  c. Isu meningkatnya tekanan pada ruang terbuka hijau

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) di kawasan perkotaan minimal adalah sebesar 30% dari total kawasan. Jumlah RTH tersebut dibagi atas 20% RTH publik (non privat) dan 10% RTH privat.

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimaksud meliputi; fasilitas olahraga, open space, penghijauan halam rumah (privat), penghijauan jalan, lahan konservasi/jalur hijau di sekitar waduk/sungai/pantai dan peruntukan kuburan.

  Meningkatnya kebutuhan lahan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasararana perkotaan menyebabkan tekanan pada ruang terbuka hijau. Berkurangnya ruang terbuka jihau (bervegetasi) dan bentukan ruang terbuka lainnya, akan berdampak pada berkurangnya kenyamanan serta kesegaran lingkungan kota. Hal tersebut antara lain dapat dirasakan dalam bentuk suhu yang relatif tinggi, meningkatnya kebisingan, meningkatnya kadar pencemaran di lingkungan fisik kota, berkurangnya kesuburan tanah dan berkurangnya ketersediaan oksigen. Mengingat ketersediaan RTH perkotaan memegang peranan yang sangat penting, maka isu tekanan pada ruang terbuka hijau Kabupaten .......................... perlu dijadikan sebagai isu strategis KLHS.

  d. Isu berkurangnya kawasan resapan air Pengembangan kota akan berpengaruh terhadap lingkungan fisik kota, terutama perubahan guna lahan dari areal non terbangun berubah menjadi kawasan terbangun. Perubahan guna lahan yang terjadi akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan alam seperti berkurangnya daerah resapan air, perubahan drainase alam dan ekosistem lingkungan. Perubahan-perubahan seperti ini perlu diantisipasi untuk mengurangi kemungkinan resiko yang dapat terjadi sebagai akibat dari aktivitas pembangunan tersebut dengan mengarahkan pembangunan berdasarkan daya dukung lahannya.

  Kabupaten .......................... dalam perkembangannya saat ini juga tidak terlepas dari permasalahan demikian, mengingat Kabupaten .......................... adalah merupakan salah satu Kabupaten pemekaran di Provinsi Sulawesi Tengah yang mengalami perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan deskripsi ini maka Isu berkurangnya kawasan resapan air dapat dijadikan sebagai salah satu isu strategis KLHS.

  e. Isu meningkatnya Tekanan Pada Wilayah Pesisir & Laut Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan (pemukiman, pelabuhan,

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  pembangunan infrastruktur jalan, dan lain-lain), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut semakin meningkat pula. Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut. Berdasarkan deskripsi tersebut diatas, terbukti bahwa Isu Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut menjadi isu strategis KLHS Kabupaten ...........................

  f. Isu kualitas sumber mata air dan sungai-sungai utama Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air juga semakin meningkat baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan lainnya. Peningkatan kebutuhan air tersebut perlu diiringi dengan ketersediaan air baku yang memadai serta memenuhi syarat kualitas.

  Keterbatasan air baku baik air permukaan, air hujan maupun air tanah diakibatkan antara lain oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan di DAS bagian hulu, yang sering kurang mempertimbangkan kelestarian ekosistem disekitarnya. Hal ini diperburuk dengan perubahan iklim global dimana terjadi peningkatan suhu bumi dan semakin panjangnya musim kemarau.

  Seiring dengan perkembangan Kabupaten .......................... saat ini serta peningkatan kebutuhan air, maka isu kualitas sumber mata air dan sungai- sungai utama dapat dijadikan sebagai isu strategis KLHS.

  g. Isu Risiko bencana Kabupaten .......................... termasuk wilayah rawan bencana dengan kategori sedang. Kabupaten .......................... memiliki berbagai kawasan rawan bencana alam seperti kawasan rawan tanah longsor, abrasi, dan rawan banjir.

  Terjadinya longsor sangat tergantung pada kestabilan/kemiringan lereng, topografi, geomorfologi dan kondisi geologi. Daerah yang memiliki kemiringan lereng yang curam, > 25% ditambah curah hujan yang tinggi sangat berpotensi untuk terjadinya gerakan massa dan akhirnya menimbulkan longsor. Kawasan rawan longsor di wilayah Kabupaten .......................... tersebar di kawasan, yaitu di kawasan Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo jaya, Kecamatan Bungku Utara dan kecamatan Mamosalato.

  Kawasan rawan abrasi adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami gelombang pasang. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Bungku Utara.

  Daerah rawan banjir di wilayah Kabupaten .......................... meliputi daerah muara sungai dan dataran banjir terutama di sepanjang Sungai. Faktor- faktor penyebab banjir antara lain adalah curah hujan yang tinggi, penutupan

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  lahan di daerah hulu berkurang dan kapasitas alur sungai terutama di daerah hilir berkurang karena sedimentasi dan topografis daerah. Kawasan rawan banjir di Kabupaten .......................... yaitu di Kecamatan Petasia, Kecamatan Soyo Jaya dan Kecamatan Bungku Utara.

  Berdasarkan data yang ada maka terbukti bahwa pengelolaan risiko bencana adalah isu strategis KLHS yang meliputi risiko bencana longsor, rawan abrasi dan rawan banjir.

  h. Isu menurunnya mutu air dan udara termasuk ketersediaan air bersih Kabupaten .......................... memiliki Kawasan Peruntukan Industri di

  Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Timur, Kecamatan Petasia Barat dan Kecamatan Mori Atas dan Kawasan industri kecil/usaha mikro tersebar diseluruh wilayah Kabupaten ........................... Hal ini akan sangat berpotensi terjadinya pencemaran lingkungan dari kegiatan-kegiatan industry tersebut terutama pencemaran sumber daya air. Potensi pencemaran lingkungan lainnya adalah dapat berupa pencemaran tanah, dan air akibat limbah padat dan cair domestik, medis, industri dan pertambangan. Juga pencemaran udara yang diakibatkan kegiatan aktivitas transportasi darat.

  Dari deskripsi data-data yang ada maka terbukti bahwa isu kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah sebagai isu strategis KLHS. i. Isu meningkatnya Migrasi Penduduk

  Fenomena mobilitas penduduk yang diperkirakan akan terus mengalami peningkatan di wilayah Kabupaten .......................... seiring dengan perkembangan kotanya, mengingat Kabupaten .......................... saat ini menjadi salah satu tujuan migrasi penduduk khususnya pencari kerja. Kondisi demikian harus disikapi dengan arif dan demokratis, tanpa pembatasan yang bersinggungan dengan hak azasi manusia. Pemerintah Kabupaten .......................... harus mampu merumuskan kebijakan dalam upaya mengarahkan dan merangsang mobilitas penduduk ini ke arah yang memberikan dampak positif, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya arus migrasi ke wilayah Kabupaten .......................... ini akan meningkatkan beban wilayah baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan.

  Mengingat fenomena tersebut diatas adalah merupakan suatu hal yang tidak dapat terhindarkan, maka Isu meningkatnya migrasi penduduk ini adalah merupakan salah satu isu strategis di dalam KLHS

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  j. Isu menurunnya kualitas lingkungan permukiman Lingkungan perkotaan Kabupaten .......................... sudah menjadi hal yang penting dan mendesak untuk dikelola mengingat kawasan perkotaan

  .......................... merupakan salah satu wilayah dengan konsentrasi penduduk yang cukup tinggi. Kondisi itu akan menimbulkan dampak besar terhadap tidak hanya pada aspek sosial dan ekonomi, namun tentu saja terhadap lingkungan juga. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Kabupaten .......................... di masa mendatang, maka jumlah limbah yang mencemari lingkungan pasti semakin besar. Disamping itu, ketersediaan infrastruktur perkotaan yang sangat terbatas menyebabkan kualitas lingkungan menjadi menurun yang berakibat pada munculnya kantong-kantong kumuh perkotaan.

  Permasalahan yang terjadi di wilayah Kabupaten .......................... ini memberikan ilustrasi akibat perkembangan dan pertumbuhan perkotaan yang secara langsung terkait kepada pengelolaan lingkungan perkotaan, sehingga diperlukan penanganan yang serius dari Pemerintah Kabupaten ...........................

  Mengingat pentingnya penanganan lingkungan Perkotaan .........................., maka Isu penurunan kualitas lingkungan permukiman perlu dijadikan sebagai salah satu isu strategis KLHS.

  Secara lebih spesifik hasil identifikasi isu pembangunan berkelanjutan bidang cipta karya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya di Kabupaten ..........................

  Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat

  Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

  (1) (2)

  Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Kota .......................... mempunyai sumber air baku

  Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air dari air terjun Lambolo Desa Ganda-Ganda dan DAS Laa Tambalako yang hutannya

  Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh Beberapa Fasum telah

  • perlu dilindungi dan masih dibangun IPAL communal infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal rawan pencemaran dan penetapan lokasi TPA

  Contoh: pencemaran tanah oleh septictank di Kecamatan Petasia yang bocor, pencemaran air oleh air limbah

  (1) (2)

  • Timur.

  permukiman

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  • Kws. pesisir di Kab. .......................... identik dengan kemiskinan yang belum dilengkapi dengan fasilitas tempat BAB sehingga dapat mencemari lingkungan.
  • Penataan kws. Strategis minapolitan di Kab. .......................... dapat menarik angkatan kerja serta meningkatkan perekonomian lokal masyarakat.
  • Belum terpenuhinya sanitasi layak di kawasan kumuh seperti temapat BAB dapat menimbulkan penyakit menular diare.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

  Sedang dilaksanakan pendataan kawasan kumuh perkotaan dan kecamatan serta penataan infrastruktur dasar di kws. permukiman kumuh di Kota .......................... Ekonomi Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

  Sosial Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

  Berdasarkan hasil KLHS RTRW Kabupaten .........................., juga telah mengarahkan beberapa rekomendasi yang terkait dengan perbaikan kebijakan, rencana dan/program (KRP) khususnya yang berhubungan dengan bidang cipta karya sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS No.

  Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

  Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

  (1) (2) (3)

  1. Pengembangan Permukiman

  a. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman b. Kajian identifikasi kawasan permukiman kumuh perkotaan

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Pembentukan peraturan persyaratan bangunan

  3. Pengembangan Air minum Penyusunan identifikasi daya dukung dan daya tampung lingkungan

  (1) (2) (3)

  4. Pengembangan Penyehatan

  a. Penyusunan Arahan Penggunaan Lingkungan Permukiman

  Lahan Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  b. Penyusunan Master Plan Pengelolaan Lingkungan Hidup

  c. Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)

  KLHS merupakan instrument lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL dan SPPLH.

  4.3.3 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 8 Tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  BAB IV - 18 Tabel 4.3 Perbedaan Instrumen KLHS dan Amdal Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  a) Rujukan Peraturan Perundangan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Hidup ii. Permen PPU 8/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

  b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  c) Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  d) Keterkaitan studi i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan lingkungan dengan: RPJM ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

  e) Mekanisme i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten pelaksanaan atau program terhadap kondisi lingkungan sebagai penyusun AMDAL hidup di suatu wilayah; ii. perumusan alternatif penyempurnaan ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang kebijakan, rencana, dan/atau program; dan dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis. keputusan kebijakan, rencana, dan/atau iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa program yang mengintegrasikan prinsip kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, pembangunan berkelanjutan. gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan

  Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

BAB IV - 19

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  f) Muatan Studi i. Isu Strategis terkait Pembangunan i. Kerangka acuan; Lingkungan Berkelanjutan ii. Andal; dan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- iii. RKL-RPL. isu strategis terkait pembangunan Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. berkelanjutan

  Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah iii. Alternatif rekomendasi untuk dan/atau rencana tata ruang kawasan. rencana/program

  g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai program pembangunan dalam suatu wilayah. kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

BAB IV - 20

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi. i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL. i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa, ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat

  Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota

BAB IV - 21 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

  j) Partisipasi Masyarakat Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS

  Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak; ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL k) Atribut Lainnya:

  a. Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

  b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

  c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan Berkelanjutan

  Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

  d. Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

  e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Berkelanjutan

  Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

  f. Alternatif Banyak alternative Alternatif terbatas jumlahnya

  g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum Sempit, dalam dan rinci

  h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

  Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan khir

BAB IV - 22 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) i. Fokus pengendalia Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan dan dampak j. Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang Diperlukan institusi yang berwenang memberikan memberikan penilaian dan persetujuan KLHS penilaian dan persetujuan AMDAL

  Sumber Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

  RPI2JM Kabupaten .......................... Tahun 2016-2021

BAB IV - 23

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  A. Persampahan:

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

  • luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total > 8 ha > 80.000 ton

  b. TPA di daerah pasang surut:

  • luas landfill, atau semua kapasitas/
  • Kapasitas Total besaran

  c. Pembangunan transfer station:

  • Kapasitas

  > 500 ton/hari

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

  • Kapasitas

  > 500 ton/hari

  e. Pengolahan dengan insinerator:

  • Kapasitas

  semua kapasitas

  f. Composting Plant:

  • Kapasitas

  > 500 ton/hari

  g. Transportasi sampah dengan kereta api:

  • Kapasitas

  > 500 ton/hari