SANKSI DAN PENANGGULANGAN PIDANA ILLEGAL FISHING DI KABUPATEN SINJAI

SANKSI DAN PENANGGULANGAN PIDANA

  ILLEGAL FISHING

DI KABUPATEN SINJAI

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH)

Jurusan Hukum Pidana Dan Ketatanegaraan Pada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar

  Oleh

  

NURUL AZIZAH PRATIWI ARYANSYAH.NAIM

NIM. 10300113080

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM PIDANA DAN KETATANEGARAAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2017

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  “SANKSI DAN PENANGGULANGAN TINDAK

  Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

  

PIDANA ILLEGAL FISHING DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK DI

KABUPATEN SINJAI”

  ini sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam Masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

  Makassar, 14 Agustus 2017 Yang membuat pernyataan,

  (Nurul Azizah Pratiwi.,S.H)

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirabbil’alamin, Maha Besar Allah, Sang pemilik segala ilmu dan

  semesta alam. Segala puja dan puji bagi-Nya atas perkenan-Nya dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa Shalawat dan salam terhaturkan untuk Sang Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

  Penyelesaian skripsi ini adalah hal yang membanggakan bagi Penulis hingga saat ini karena menjadi pertanggungjawaban penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas

  Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin.

  Dalam kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang tua penulis. Ayahanda Aryansyah Mahudar Sunusi dan Ibunda Natsriany Naim, S.Pd yang tidak mampu saya sebutkan kebaikan dan jasa-jasa serta pengorbanan yang selama ini beliau berikan kepada penulis.

  Terima kasih kepada saudaraku, Nur Ikhsan fiandy, S.H.,M.H dan Firna Syahran Aryansyah yang senantiasa mendukung dan menemani setiap langkah penulis dalam menjalani kehidupan. Kepada kakek dan nenek penulis (Alm. H. Muh Naim saleh/Almh. Habiba Marrang dan Alm. Mahudar Sunusi/Almh. Hj. Sitti). Kekasih, Arif Adam, Sahabat tercinta Echy Relsy, Paman dan Bibi , para Sepupu yang menjadi penyemangat bagi penulis dalam menjalani hari-hari, Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya.

  Pada prosesnyaa penyelesaian skripsi ini maupun dalam kehidupan selama menempuh pendidik an di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini Penulis menghanturkan terima kasih kepada : 1. Rektor dan segenap jajaran Staf Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin.

  2. Bapak Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag selaku D ekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Alauddin dan segenap jajarannya.

  3. Ibu Dra. Nila Sastrawati, M. Si selaku ketua jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan dan Ibu Dr. Kurniati, S.Ag, M.Hi, selaku Sekretaris jurusan

  Hukum Pidana dan Ketatanegaraan di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin.

  4. Bapak Dr. Hamsir,S.H.,M.Hum, selaku pembimbing I dan Bapak Subehan Khalik, S. Ag., M.Ag, selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini, Terima kasih untuk bimbingan dan nasehat-nasehat yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis sehingga Penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik.

  5. Bapak Dr. Dudung Abdullah, M. Ag, selaku penguji I dan Bapak Gazali Sayuti, M.Hi, selaku penguji II dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan dan masukan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan – kepada penulis sehingga Penulis mampu menyusun skripsi ini dengan baik.

  6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin yang tidak dapat penulis sebutkan satu perastu dalam skripsi ini. Terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama ini. Engkaulah para pelita, penerang dalam gulita, jasamu tiada nilai dan batasnya.

  7. Bapak dan Ibu Pegawai Akademik, petugas Perpustakaan, dan segenap Civitas

  Akademika Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin

  yang telah memberikan pelayanan administrasi yang sangat baik serta bantuan yang lainnya.

  8. Partner in rapsraps dalam pengurusan, Nurfianti Dan Megawati. Terima kasih atas kebersamaan kita selama menjalani pendidikan diBangku perkuliahan. Kamu adalah orang yang sangat berarti bagi penulis selama menempuh pendidikan di

  Fakultas Syari’ah dan Hukum Univer sitas Islam Negeri Alauddin, terima kasih

  untuk kebersamaan kita selama ini, semoga kebersamaan dan kekeluargaan itu akan tetap terjaga selamanya.

  9. Keluarga KKN Reguler Desa Karawa, Kecematan Lembang, Kabupaten Pinrang, terima kasih atas jamuan luar biasanya selama 2 bulan. Di Desa ini saya menemukan cinta yang sesungguhnya. Karya ilmiah ini tak mungkin mampu meraup seluruh kekayaan yang ada dalam ilmu Hukum, Khususnya Tindak Pidana Illegal Fishing sehingga sangat tepat kata pepatah latin

  ”Nec Scire fas Est Omnia” tidak sepantasnya mengetahui segalanya.

  Kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa Penulis nantikan sebagai acuan untuk karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat, baik kepada Penulis maupun kepada semua pihak yang haus akan ilmu pengetahuan, khususnya Hukum Pidana.

  Makassar, Juli 2017

  Nurul Azizah Pratiwi Aryansyah

  DAFTAR ISI

  11 B. Pengertian Illegal Fishing .....................................................................

  44 A. Jenis dan Lokasi Penelitian .............................................................. ...

  31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................

  24 F. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pidana Illegal Fishing .................

  20 E. Penanggulangan Pidana Illegal Fishing ...............................................

  19 D. Sanksi Hukum Illegal Fishing ..............................................................

  13 C. Pengertian Bahan Peledak ....................................................................

  11 A. Sejarah Sengketa Illegal Fishing ...........................................................

  JUDUL ...................................................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... ii PENGESAHAN ........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................. v PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

  10 BAB II TINJAUAN TEORITIS ..............................................................................

  8 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................

  7 D. Kajian Pustaka .......................................................................................

  5 C. Rumusan Masalah .................................................................................

  1 B. Deskripsi Fokus ....................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

  44

  C. Sumber Data ........................................................................................

  45 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................

  46 E. Instrumen Penelitian ............................................................................

  47 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................

  48 G. Pengujian Keabsahan Data ...................................................................

  49 BAB IV SANKSI DAN PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA

  ILLEGAL FISHING

  DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK DI KABUPATEN SINJAI ........................................................................................

  50 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................

  50 B. Sanksi Bagi Tindak Pidana Pncurian Ikan (Illegal Fishing) ...............

  50 C. Penanggulangan Illegal Fishing ..........................................................

  53 D. Pandangan Hukum Islam Mengenai illegal fishing..............................

  62 BAB V PENUTUP ..................................................................................................

  66 A. Kesimpulan ...........................................................................................

  66 B. Implikasi Penelitian ..............................................................................

  67 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

  68 LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................

  70 DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 106

  PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ب ba b Be ت ta t te ث ṡ a ṡ es (dengan titik di atas)

  ج jim j je ح ḥ a ḥ ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha

  د dal d de ذ żal ż zet (dengan titik di atas)

  ر ra r er ز zai z Zet

  س sin s Es ش syin sy es dan ye

  ص ṣ ad ṣ es (dengan titik di bawah) ض ḍ ad ḍ de (dengan titik di bawah)

  ط ṭ a ṭ te (dengan titik di bawah) ظ ẓ a ẓ zet (dengan titik di bawah)

  ع ‘ain ‘ apostrof terbalik غ gain g Ge

  ف fa f Ef ك kaf k Ka

  ل lam l El م mim m Em

  ن nun n En و wau w We

  ه ha h Ha ء hamzah ʼ apostrof

  ى ya y ye Hamzah (ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tuggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama ا fatḥ ah a a ا

  kasrah

  i i ا ḍ ammah u u Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fatḥ ah

  dan yā’ ai a dan i

  fatḥ ah dan wau au a dan u

  Contoh: َﻒ ْ َﻛ : kaifa َل ْﻮ َª : haula 3.

  Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

  Harakat dan Nama Huruf dan Nama Huruf Tanda

  fatḥ ah

  ى ... | ا ... dan alif atau yā’ ā a dan garis di atas ى kasrah dan yā’ ī i dan garis di atas

  dammah

  و dan wau ū u dan garis di atas Contoh: َت ﺎ ﻣ : māta ﻰ َﻣ َر : ramā َﻞ ْ ِﻗ : qīla ُت ْﻮ ﻤ َ : yamūtu

4. Tā’ marbūṭ ah

  Transliterasi untuk tā’ marbūṭ ah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭ ah yang hidup atau mendapat harakat fatḥ ah, kasrah, dan ḍ ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan

  tā’ marbūṭ ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭ ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

  marbūṭ ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: ﻷ ا :rauḍ ah al-aṭ fāl

  ِل ﺎ َﻔ ْط ﺔ َﺿ ْو َر ﺔ َﻠ ِﺿ ﺎ ﻔ ْﻟ ا ُﺔ َﻨ ْ ِﺪ َﻤ َﻟ ا : al-madīnah al-fāḍ ilah ﺔ َﻤ ْﻜ ِﺤ َﻟ ا : al-ḥ ikmah 5.

  Syaddah (Tasydīd)

  Syaddah

  atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( ّ◌ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh: َﺎﻨ ّﺑ َر : rabbanā َﺎﻨ ْ ّﺠ َﻧ : najjainā ّﻖ َﺤ َﻟ ا : al-ḥ aqq َﻢ ﱡﻌ ﻧ : nu“ima ّو ُﺪ َﻋ : ‘aduwwun

  Jika huruf ى ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّى ) maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī. Contoh: ّﻰ ِﻠ َﻋ : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) ّﻰ ﺑ َﺮ َﻋ : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby) 6.

  Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ل ا (alif

  lam ma‘arifah

  ). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh: ُﺲ ْﻤ ّﺸ َﻟ ا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ﺔ ﻟ َﺰ ﻟ ّﺰ َﻟ ا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah) ﺔ َﻔ َﺴ ْﻠ َﻔ َﻟ ا : al-falsafah َﺪﻠ ﺒ َﻟ ا : al-bilādu 7.

  Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi

  hamzah

  yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contoh: َن ْو ُﺮ ْﻣ ﺄ ﺗ : ta’murūna ُع ْﻮ ّﻨ َﻟ ا : al-nau‘ ٌء ْﻲ َﺷ : syai’un ُت ْﺮ : umirtu ِﻣ أ

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

  Fī Ẓ ilāl al-Qur’ān Al-Sunnah qabl al-tadwīn

  9. Lafẓ al-Jalālah (ﷲ ) Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍ āf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh: ِﷲ ُﻦ ِد dīnullāh ِ ِﺎ ﺑ billāh

  Adapun tā’ marbūṭ ah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafẓ al-Jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh: ِﷲ ِﺔ َﻤ ﺣ ر ْﻲ ِﻓ ْﻢ ُª hum fī raḥ matillāh 10.

  Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

  Wa mā Muḥ ammadun illā rasūl Inna awwala baitin wuḍ i‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan Syahru Ramaḍ ān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān Naṣ īr al-Dīn al-Ṭ ūsī Abū Naṣ r al-Farābī Al-Gazālī Al-Munqiż min al-Ḍ alāl

  Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abū al-Walīd Muḥ ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walīd

  Muḥ ammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥ ammad Ibnu) Naṣ r Ḥ āmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣ r Ḥ āmid (bukan: Zaīd, Naṣ r

  Ḥ āmid Abū) B.

  Daftar Singkatan Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. =

  subḥ ānahū wa ta‘ālā

  saw. =

  

ṣ allallāhu ‘alaihi wa sallam

  a.s. =

  ‘alaihi al-salām

  H = Hijrah M = Masehi SM = Sebelum Masehi l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli ‘Imrān/3: 4 HR = Hadis Riwayat

  

ABSTRAK

Nama : Nurul Azizah Pratiwi A Nim : 10300113080

  

Judul :Sanksi dan penanggulangan Illegal Fishing dengan Menggunakan

Bahan Peledak di Kabupaten Sinjai

  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sanksi dan penanggulangan Illegal

  

Fishing di Kabupaten Sinjai baik dalam konsep hukum pidana umum maupun pidana

  Islam dan adapun dari Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai sanksi dan penanggulangan Illegal Fishing baik dalam pandangan hukum umum atau dalam perspektif hukum Islam.

  Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan sosiologis dan yuridis normative. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Sinjai dengan menggunakan jenis penelitian dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif yang didukung dengan penelitian lapangan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan malalui proses wawancara dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis Kualitatif dan dijelaskan dengan cara deskriptif.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya

  illegal fishing

  adalah faktor ekonomi masyarakat nelayan yang rendah, faktor pengetahuan yang minim akan bahaya dan dampak dari illegal fishing, dan faktor pendidikan yang rendah sehingga cenderung berpikir instan tanpa memperhitungkan akibat illegal fishing. Untuk upaya penanggulangan tindak pidana illegal fishing ditempuh melalui tindakan Upaya preventif yang dilakukan dengan mengadakan penyuluhan hukum, mengadakan patroli secara rutin, bekerja sama dengan instansi lain yang terkait dan juga melalui Upaya represif berupa melakukan penangkapan dan pemeriksaan serta menegakkan hukum secara tegas dalam penerpan sanksi terhadap pelaku tindak pidana illegal fishing. dalam Al Quran banyak menyeru manusia untuk mengamati alam semesta termasuk di dalamnya laut agar manusia berfikir sehingga mereka bisa mengambil manfaat darinya dengan menggunakan ilmu dan teknologi sekaligus sebagai tuntunan dalam pengelolaannya agar manusia selalu terikat dengan aturan-aturan Allah swt.Menanggapi kebijakan-kebijakan perikanan yang kita lihat ternyata berdampak pada timbulnya berbagai permasalahan terutama kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat nelayan, dengan jelas Islam memberikan solusi yang nyata apabila dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan aturan Allah swt.akan menghasilkan suatu kemaslahatan dan kesejahteraan.

  Dari hasil penelitian ini disarankan agar kiranya pemerintah dan aparat penegak hukum untuk lebih aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang akibat dari tindak pidana illegal fishing dan kiranya penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana illegal fishing bias memberikan efek jera bagi pelaku dan masyarakat nelayan secara umumnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sering juga disebut Negara Bahari, hal ini dikarenakan sebagian Negara kepulauan terbesar di Dunia, yang memiliki 17.480 pulau dengan garis

  2

  pantai sepanjang 95.181 km . Berdasarkan konvensi Hukum Laut (UNCLOS)

  2 1982, Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3.2 juta km .

  2 Yang terdiri atas perairan kepulauan seluas 2.9 juta km dan laut teritorial

  2

  1 seluas 0.3 juta km .

  Akan tetapi maraknya kasus Illegal Fishing yang terjadi di laut Indonesia semakin mengkhawatirkan ini menujukkan kurang maksimalnya pemanfaatan sumber daya laut yang dipengaruhi dengan lemahnya sistem keamanan laut. Maraknya kasus pencurian ikan oleh kapal-kapal besar dengan peralatan yang lebih canggih berupa bahan peledak menujukkan bahwa pengawasan dan perlindungan terhadap wilayah perairan indonesia kurang diperhatikan. Kasus- kasus ini sering terjadi tanpa adanya upaya yang serius dari pemerintah untuk mengungkapnya.

  Lemahnya pengawasan dan penegakan kasus illegal fishing ini telah menyebabkan para pelakunya tidak pernah jera. Proses hukum yang ada selama ini hanya menyentuh kalangan awak kapal semata tanpa berusaha mengungkap otak pelaku yang sesungguhnya, yaitu corporate yang membackingi kegiatan 1 Potret Advokasi Ekologis Vis a Vis Kejahatan Korporasi”, 25 Juni 2009,

  ttp://www.walhi.or.id tersebut. Hal ini menyebabkan kerugian besar terhadap Negara, kalangan

  2 nelayan tradisional dan masyarakat pesisir.

  Dalam hal ini Hukum pidana sangat dibutuhkan untuk menjadi media kontrol dan pencegahan terhadap tindakan-tindakan yang dapat menganggu Adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan dalam penanganan tindak pidana dibidang perikanan. keberhasilan dalam pelaksanaan penegakan hukum dilihat dari tercapainya Norma hukum yang ditaati oleh masyarakat dan dilaksanakan oleh penegak hukum, kegiatan tersebut termasuk tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 Pasal 9 Tentang Perikanan. Yaitu:

  “ Setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan / m enggunakan

  alat penangkapan dan/alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu keberlangsungan sumber daya ikan dikapal di wilayah pengelolaan perikanan

  3 .

  Negara Republik Indonesia”

  Sejauh ini pemberantasan kasus Illegal Fishing yang terkait dengan pelanggaran alat tangkap yang merusak seperti bahan peledak belum juga menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan, Peristiwa ini tidak perlu terjadi jika aparat Pemerintah, Kepolisian, Jaksa dan Putusan/Sanksi yang maksimal seperti yang terjadi di Kabupaten Sinjai sekarang ini melakukan pengawasan yang ketat. Permasalahan ini harus diselesaikan secara sungguh-

2 Nunung Mahmudah, Illegal Fishing pertanggungjawaban Pidana Korupsi di Wilayah

  Prairan Indonesia, 3 (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) Lihat Pasal 9 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. sungguh oleh pemerintah dan penegak hukum, sehingga menunjang

  4 pembangunan perikanan secara terkendali dan berkelanjutan .

  Dalam Islam sendiri, bila kita perhatikan berdasarkan latar sosiohistorinya, perbincangan mengenai Illegal Fishing belum pernah ada dalam pengertian konsentrasi khusus pada permasalahan Illegal Fishing lebih khususnya lagi yang berkaitan dengan hukum Islam. Sampai saat ini hukum Islam belum memberikan konsep dan solusi konkret apapun tentang bagaimana menangani tindak kejahatan Illegal Fishing.

  Islam muncul sebagai agama yang senantiasa menyeru umat manusia untuk berbuat kebaikan, kebenaran, dan senantiasa meninggalkan kemungkaran. Oleha karena itu, Islam selain agama monoteisme juga merupakan agama yuridis, Islam senantiasa mengkonstruksikan kerangka nilai dan norma tertentu pada umatnya, agar selalu bertindak serta berperilaku berdasarkan pada tata aturan hukum yang telah disepakati. Tata aturan hukum dalam Islam tersebut adalah ketentuan-ketentuan hukum yang didapat dari al- Qur’an dan Hadis yang disebut Syar’i.

  Dengan adanya sanksi yang tegas bagi pelanggar syara’ diharapkan

  seseorang tidak mudah dan tidak seenaknya berbuat jarῑmah. Harapan diterapkannya ancamandan hukuman bagi pelaku jarῑmah tersebut adalah demi terwujudnya kemaslahatan umat. Dengan demikian tujuan Hukum Islam 4 Marlina Dan Faisal, Aspek Hukum Masyarakat dalam Mencegah Tindak Pidana

  Perikanan , (Jakarta:sofimedia 2013). ditegakkan untuk melindungi lima hal yang disebut dengan maslahah daruri, yaitu din (untuk perlindungan terhadap Agama), nafs (jiwa), nasl (keturunan),‘aql (akal), dan mal (harta benda).

  Allah berfirman dalam QS : Al- A’r ᾱf (07) : 56

  َﻻ َو ﻲِﻓ ْاوُﺪِﺴۡﻔُﺗ ِض ۡرَ ۡﻷٱ َو ﺎَﮭِﺤَٰﻠ ۡﺻِإ َﺪ ۡﻌَﺑ ُهﻮُﻋ ۡدٱ َﺖَﻤ ۡﺣَر ﱠنِإ ۚﺎًﻌَﻤَطَو ﺎٗﻓ ۡﻮَﺧ ِﱠ ٱ

  َﻦﱢﻣ ٞﺐﯾِﺮَﻗ َﻦﯿِﻨِﺴ ۡﺤُﻤ ۡﻟٱ ٥ ٦

  Terjamahannya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik . 5 Berdasrkan pada hal diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan mengajukan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk Skripsi yang berjudul

  “ SANKSI DAN PENANGGULANGAN PIDANA ILLEGAL FISHING DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK DI KABUPATENSINJAI”.

B. Deskripsi Fokus

  Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mendefinisikan dan memahami penelitian ini, maka penulis akan mendefinisikan dan memberikan pemahaman tentang penelitian ini, maka penulis akan mendeskripsikan judul yang di anggap penting :

  1. Sanksi/Hukuman pada dasarnya sanksi/hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang. 5 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan (t.t : t.p.,2012), h.

  212

  2. Penanggulangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencakup aktivitas preventif dan sekaligus berupaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah (sebagai narapidana) di lembaga pemasyarakatan, preventif dan refresif.

  3. Tindak pidana adalah istilah yang secara resmi digunakan dalam peraturan perundang-undangan terhadap perilaku yang melanggar ketentuan pidana yang berlaku ketika perilaku itu dilakukan baik perilaku tersebut berupa melakukan perbuatan tertentu yang dilarang oleh ketentuan pidana maupun tidak melakukan perbuatan tertentu yang diwajibkan oleh ketentuan pidana.

  4. Illegal fishing berasal dari kata illegal yang berarti tidak sah atau tidak resmi. fishing merupakan kata benda yang berarti perikanan; dari kata fish dalam bahasa Inggris yang berarti ikan; mengambil, merogoh; mengail atau memancing. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan, memberi batasan pada illegal

  fishing, yaitu pengertian illegal, unreported, dan unregulated (IUU) fishing

  yang secara harfiah dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan yang tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang ada, atau aktivitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga pengelola perikanan yang tersedia.

  5. Bahan peledak (explosives) adalah bahan/zat yang berbentuk cair, padat, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang disebutkan sebelumnya maka pokok permasalahan dari karya tulis ini adalah bagaimana SANKSI DAN PENANGGULANGAN PIDANA

  ILLEGAL FISHING DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK DI KABUPATEN SINJAI? Dari pokok masalah tersebut diperoleh sub permasalahan antara lain sebagai berikut:

  1. Bagaimana Sanksi hukum pidana Illegal fishing Kab.Sinjai?

  2. Bagaimana penanggulangan Illegal fishing dengan menggunakan bahan peledak di Kab.Sinjai?

  3. Bagaimana konsep Hukum Nasional dan Hukum Islam tentang sanksi dan penanggulangan Illegal Fishing?

  D. Kajian Pustaka

  Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendalam terhadap masalah tersebut penyusun berusaha melakukan penelitian terhadap literatur yang relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian. Sehingga mendapatkan referensi tepat yang berkaitan dengan kasus Illegal Fishing tersebut.

  Berdasarkan pengamatan penyusun sampai saat ini, belum ada karya ilmiah, skripsi, ataupun buku-buku dari berbagai disiplin ilmu yang membahas khusus mengenai Illegal Fishing perspektif Hukum Islam. Meskipun demikian, ada beberapa buku dan karya ilmiah secara substansinya memiliki pembahasan yang menyinggung masalah Illegal Fishing.Diantaranya :

  1. Nunung Mahmudah, S.HI.,M.H, dalam bukunya Illegal

6 Fishing

  memaparkan bahwa praktik kejahatan Illegal Fishing di menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi bangsa dan negara pada umumnya serta masyarakat pesisir pada khususnya. Pada era Pemerintahan Presiden Joko Widodo, menurut menteri kelautan dan perikanan Susi Pudjiastuti, nilai kerugian akibat Illegal

  Fishing bisa mencapai US$ 20 miliar, atau Rp240 triliun per tahun.

  Bahkan, pemerintah Presiden joko Widodo membuat kebijakan menenggelamkan kapal pelaku Illegal Fishing.Kebijakan masih apakah akan efektif memberantas

  menimbulkan’kontroversi’, Illegal Fishing di Indonesia? hal yang perlu dicatat, apakah

  kebijakan tersebut sudah menyentuh korporasi sebagai pelaku kejahatan yang sesungguhnya?

2. Buku berjudul menjala Ikan Terakhir (Sebuah Fakta Krisis di Laut

  7 Indonesia) yang ditulis oleh Riza Damanik, dan Budiati Prasetiamartati ,

  mereka adalah aktifis lingkungan hidup yang selalu gigih dalam mengawasi penegakan Hukum terhadap pelaku Illegal fishing.Buku ini 6 berisikan fakta kekinian tentang krisis Ikan di Indonesia terutama akibat

  Nunung Mahmudah, Illegal Fishing pertanggungjawaban Pidana Korupsi di Wilayah Prairan Indonesia , (Jakarta : Sinar Grafika, 2015) 7 Riza Damanik, dkk, Menjala Ikan Terakhir (Sebuah Fakta Krisis di Laut Indonesia),

  (Jakarta: WALHI, 2008)

  Illegal fishingyang sekaligus merusak diawali dengan menjelaskan tentang krisis perikanan dunia dan situasi perikanan nasional, yang mencakup kondisi kunsumsi perikanan Nasional dan kegiatan ekspor perikanan yang salah kaprah, kemudian menggambarkan fakta praktek, modus operandi, Damanik menuliskan beberapa solusi yang ditawarkan oleh WALHI dalam pemberantas kejahatan perikanan, namun didalam buku ini sama sekali tidak disinggung masalah pandangan hukum Islam terhadap Illegal Fishing,.

  3. Sebuah buku berjudul Kebijakan perikanan dan kelautan yang ditulis oleh

8 Akhmad Fauzi , didalam buku ini Akhmad menuliskan bahwa pengelolaan

  perikanan yang berkelanjutan dan menyejahterakan masyarakat pengguna sangat diharapkan oleh semua pihak. Kebijakan pengelolaan perikanan pun diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Namun tidak sedikit masalah dan kendala yang dihadapi , sehingga diperlukan langkah-langkah untuk menyingkirkan kendala-kendala tersebut terlebih dahulu. Upaya membedah masalah dan kendala tersebut tidak mudah karena adanya kompleksitas pengelolaan perikanan itu sendiri dan sering terjadinya perbedaan persepsi antara perikanan, pemerintah, dan akademisi.

  4. Buku berjudul Konservasi Kawasan Perairan Indonesia bagi masa depan dunia, yang ditulis oleh yaya mulyana dan Agus Dermawan dengan di dukung dan diterbitkan oleh Direktorat Konservasi dan Taman Nasional 8 laut, Direktorat jendral kelautan pesisir dan pulau-pulau kecil, depertemen

  Akhmad Fauzi, kebijakan perikanan Dan Kelautan, (Jakarta : Gramedia, 2007)

  9

  kelautan dan perikanan . Menggambarkan upaya-upaya nyata lembaga pemerintahan seperti Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut dalam melakukan konservasi lingkungan laut.

  5. Skripsi karya Rohman Nur Hijriyatmoko dengan judul Sanksi Bagi Pelaku

  Illegal Fishing Perspektif Undang-Undang Perikanan dan Hukum Islam

  membahas tentang bagaimana cara menjatuhkan sanksi pidana yang terkait dengan illegal fishing yang dikaji menggunakan Undang-Undang

  10 perikanan dan hukum Islam .

E. Tujuan Dan Kegunaan

  1. Tujuan

  Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang dipaparkan diatas, yaitu sebagai berikut :

  1. Untuk menelaah dan menganalisis Sanksi yang dilakukan Kejaksaan Negeri dan Pegadilan Negeri di Kabupaten Sinjai dalam pidana Hukum Illegal fishing di wilayah perairan Kab.Sinjai.

  2. Untuk menelaah dan menganalisis Upaya Penanggulangan yang dilakukan Kejaksaan Negeri dan Pengadilan Negeri DiKabupaten Sinjai dalam pidana Hukum Illegal fishingdi wilayah perairan Kabupaten Sinjai.

  3. Untuk menelaah dan menganalisis konsep Hukum Nasional dan 9 Hukum Islam tentang sanksi dan penanggulangan Illegal Fishing.

  Yaya Mulyana, dkk, Konservasi Kawasan Perairan Indonesia Bagi Masa Depan Dunia, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut,

  (Jakarta: Direktorat jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008) 10 Rohman Nur Hijrayatmoko “Sanksi Bagi Pelaku Illegal Fishing Perspektif Undang- Undang Perikanan dan Hukum Islam” skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

2. Kegunaan

  Manfaat penelitian ini terbagi dua, yaitu manfaat secara toritis dan manfaat secara praktis.

  a. Secara Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi para nelayan pada khusunya dan para aparat keamanan pada umunya mengenai sanksi dan penanggulangan illegal fishing.

  b. Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak keamanan. Khususnya tim Polair pada wilayah perairan Kab.Sinjai. Dan bagi pihak lain penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Sejarah Sengketa Illegal Fishing

  1. Dari Undang Undang perikanan – Sejarah Sengketa Illegal Fishing Indonesia, untuk dunia Hukum maupun penegakan hukumnya masih merupakan suatu konsep yang relatip baru dalam Perundang – Undangan Nasional maupun dalam sisi penerapannya/praktek penyelesaian persoalan-persoalan hukumnya di peradilan.

  Ini terbukti dari pemahaman terhadap pidana/delik Illegal Fishing masih sangat awam bagi aparat penegak Hukum kita, termasuk para Hakim. Hal ini sangat beralasn sebab pengaturan masalah pencurian ikan/Illegal

  Fishing

  itu sendiri masih baru saja diatur dalam Hukum positif kita, dengan undang NO.31 Tahun 2004 tentang perikanan yang – dikeluarkannya Undang

  • – undang tentang perikanan ternyata pula, hanya dalam waktu 5 tahun Undang tersebut sudah harus diganti atau dirubah dengan Undang – Undang No.45 Tahun 2009 tentang perikanan. Untuk melengkapi keberadaan Undang- undang dimaksud Kementrian Kelautan dan perikanan mengeluarkan Peraturan Menteri No.Per.06/Men/2010 tentang rencana strategis Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 yang pada BAB 1 butir A.Kondisi umum menyatakan : Pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunannya, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan).

  Hasilnya selama tahun 2005 2008 Kementrian Kelautan dan – perikanan telah berhasil memberikan 3 (tiga) outcome, yaitu: (1) pencapaian

  

pro-poor , berupa peningkatan pendapatan masyarakat pesisir melalui program

  pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan dan program pemberdayaan masyarakat di pulau-pulau kecil yang telah menjangkau lebih dari 200 kab/kota, dan (2) pencapaian pro-job, berupa peningkatan penyerapan tenaga kerja komulatif yang mencapai 7,69 juta orang, dan (3) pencapaian pro- growth, berupa pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan sebesar 5,7%. Sedang pada konsiderans Undang-Undang perikanan No.45 Tahun

  

11

  2009, antara lain sebagai berikut : bahwa perairan yang berada dalam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta laut lepas mengandung sumber daya ikan yang potensial dan sebagai lahan pembudidayaan ikan merupakan berkah dari Tuhan yang maha

  Undang Dasar 1945, dengan memperhatikan daya – Pancasila dan Undang dukung yang ada dan kelestariannya untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran Rakyat Indonesia.

B. Illegal Fishing

  1. Pengertian Illegal Fishing Meskipun dampak kerugian Illegal Fishing sangat besar bagi

  Indonesia, namun sampai sekarang istilah ini belum dikenal masyarakat luas, tidak seperti kejahatan Illegal Logging ataupun korupsi yang lebih dikenal luas oleh masyarakat, istilah Illegal fishing adalah istilah asing yang dipopulerkan oleh para pakar Hukum di Indonesia yang kemudian menjadi istilah populer di media massa dan dijadikan sebagai kajian Hukum yang menarik bagi para aktifis lingkungan hidup. Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia maka

  12

  kata Illegal berarti Pelanggaran , dan kata fishing yang berarti penangkapan ikan, jadi dari sisi bahasa Illegal Fishing diartikan sebagai pelanggaran terhadap penangkapan ikan atau lebih populer dengan pngertian penangkapan ikan secara Illegal. 11 12 Baca Bagian Menimbang dari Undang –Undang Perikanan N0.45 Th 2009 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia

  Pustaka Utama, 2002), hlm. 311

  • – Undang undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

  menyebutkan bahwa penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengawetkannnya. Penangkapan ikan secara illegal berarti segala bentuk kegiatan penangkapan ikan yang melanggar Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 pasal 1 dan peraturan perundangan yang masih berlaku.

  Illegal Fishing

  didalam pengaturannya sering disandingkan dengan tindak pidana perikanan lainnya, yaitu Unreported dan Unregulated (IUU)

  

Fishing yang secara harfiah dapat diartikan sebagai kegiatan perikanan yang

  tidak sah, kegiatan perikanan yang tidak diatur oleh peraturan yang ada, atau aktifitasnya tidak dilaporkan kepada suatu institusi atau lembaga pengelola perikanan yang tersedia dengan kata lain Illegal Fishing yaitu kegiatan penangkapan ikan yang masuk kategori sebagai berikut: a. Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi yurisdiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

  b. Bertentangan dengan peraturan nasional yang berlaku atau kewajiban internasional; c. Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera suatu negara yang menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi beroperasi tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuan Hukum yang berlaku.

  Illegal fishing adalah istilah asing yang dipopulerkan oleh para pakar

  hukum di Indonesia yang kemudian menjadi istilah populer di media massa dan dijadikan sebagai kajian hukum yang menarik bagi para aktivis lingkungan hidup. Secara terminologi illegal fishing dari pengertian secara

  

Indonesia Dictionary (Peter Salim, 2002: 925, 707), dikemukakan bahwa

illegal ” artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan hukum. “ Fish

artinya ikan atau daging ikan, dan “ ” artinya penangkapan ikan sebagai

fishing

  mata pencaharian atau tempat menangkap ikan. Berdasarkan pengertian

  

secara harfiah tersebut dapat dikatakan bahwa “ illegal fishing ” menurut

  bahasa berarti menangkap ikan atau kegiatan perikanan yang dilakukan secara tidak sah.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan