Analisa Waste Material Konstruksi Dengan Aplikasi Metode Lean Construction (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Showroom Auto 2000) Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses untuk dapat melakukan penelitian.
Sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dicapai maka dibutuhkan data primer
yaitu data yang didapat dilapangan dan data sekunder sebagai data pendukung yang
berkaitan dengan penelitian ini


Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian daftar pertanyaan
(kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya dan wawancara dengan
responden, serta pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan
informan kunci (key informan), yang dianggap mengetahui tentang faktorfaktor waste pada proyek pembangunan Showroom Auto 2000.



Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari instansi terkait yang
berhubungan dengan penelitian ini yaitu, PT. Dinamika Furindo Nusantara,
konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor dan owner serta
dokumen-dokumen terkait dengan pengembangan proyek tersebut.
Dalam penelitian ini data sekunder berupa data pendukung yang dijadikan


input dan referensi dalam melakukan analisis Lean Construction. Data sekunder
terdiri dari RAB, Time Schedule, struktur organisasi dan gambar kerja, As Built
Drawing, Data Logistik.

38
Universitas Sumatera Utara

3.1.1. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi gambarkerja, rencana anggaran biaya, buku-buku yang relevan,
lapora kegiatan, foto-foto serta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3.1.2. Wawancara
wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian.
Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah
antara lain:
-

Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal
sebelumnya.


-

Responden selalu menjawab pertanyaan.

-

Pewawancara selalu bertanya.

-

Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi
harus selalu bersifat netral.

-

Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat
sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Dalam wawancara selalu ada dua pihak dengan kedudukan berbeda. satu sebagai

pencari informasi dan yang lain sebagai penyedia informasi.
Informasi didapatkan berdasarkan fakta dan opini dengan melakukan wawancara
secara personal melalui tiga metode berikut :
1. Unstructured interview : wawancara dilakukan tanpa ada struktur yang jelas.
Artinya, pertanyaan yang diajukan bersifat umum dan diarahkan sendiri oleh
pewawancara.

39
Universitas Sumatera Utara

2. Semi-structured interview : menggunakan beberapa acuan topik umuum
sebagai pengarah selama wawancara berlangsung.
3. Structured interview : wawancara dengan struktur yang jelas. Dengan kata
lain, wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan langsung kepada topik
khusus yang diajukan.
Fungsi wawancara pada dasarnya digolongkan menjadi 3 golongan utama :
1. Sebagai metode primer
2. Sebagai metode pelengkap
3. Sebagai kriterium
Responden yang jadi tujuan adalah responden yang representatif dengan

tujuan penelitian seperti pemimpin proyek, manajer lapangan atau praktisi yang
telah memiliki pengalaman dalam proyek serupa terkait dengan permasalaha
penelitian ini.
Beberapa pertanyaan dengan metode Structured interview yang akan diajukan
adalah

Variabel

Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara
Indikator
Sub Indikator
Pertanyaan/pernyataan
Diagram kerja ditempel di
Diagram kerja
masing - masing bagian proyek

Lean

Increase


Construction

Visualization

Target kinerja ditempel di area
Target Kerja
masing - masing bagian proyek
Jadwal kerja di tempel di area
Jadwal Kerja
masing - masing bagian proyek

40
Universitas Sumatera Utara

Rambu - rambu
keselamatan

Seberapa penting rambu
keselamatan dipasang di area
kerja yang berpotensi bahaya?

Apakah ada ditemukan cacat

Defect

produk yang pada di lingkungan
proyek?
Apakah ada terjadi
Overproduction (kelebihan

Over production
material) pada lingkungan
proyek?
Berapa lama waktu tunggu yang
terjadi saat melanjutkan

Waiting
pekerjaan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain?

7 waste


apakah ada terjadi proses yang

Over Procecing

tidak dibutuhkan saat
pelaksanaan konstruksi?
Apakah ada pergerakan yang
terjadi pada perkerja maupun

Motion
alat yang tidak memberikan
value terhadap proyek?
apakah ada kendala saat

Transportation
pengiriman barang ke proyek?

Inventory


41
Universitas Sumatera Utara

Bagaimana kondisi dan letak
tempat penyimpanan
material?

3.1.3. Observasi
Observasi merupakan kegiatan melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi
dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.
3.2. Pengolahan data
3.2.1. Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi
Menimbulkan Waste
Identifikasi material yang berbiaya besar bertujuan untuk mengetahui
material apa saja yang dipakai pada proyek dan untuk mengetahui dimana material
akan digunakan. Pada analisa ini, peneliti mengumpulkan data material proyek
melalui observasi langsung, RAB, dan Gambar kerja proyek.
3.2.2 Analisa Pareto
Analisa pareto dilakukan menggunakan data dari Identifikasi material yang

berbiaya besat, sehingga akan didapat jenis – jenis material yang dominan
mempengaruhi biaya total. Jenis – jenis material tersebut akan dijadikan sebagai
objek untuk wawancara dan analisa Waste Level. Tahap awal dari analisa pareto
adalah mencari bobot tiap pekerjaan pada proyek dengan rumus:

42
Universitas Sumatera Utara

Tahap selanjutnya adalah mengurutkan pekerjaan tersebut dari bobot
terbesar ke bobot terkecil. Lalu hitung bobot kumulatif tiap jenis pekerjaan yang
sudah diurutkan tersebut. Sehingga didapat jenis jenis pekerjaan yang berada
diantara bobot kumulatif 0 sampai 80 persen. Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan
yang dianggap sebagai pekerjaan dominan terhadap biaya proyek.
3.2.3. Menghitung Volume Material Terpasang
Menghitung volume ini dilakukan untuk mendapatkan volume material
yang telah terpasang setelah proses konstruksi telah selesai. Hasil dari perhitungan
volume ini akan digunakan untuk menghitung waste level. Volume terpasang akan
dihitung berdasarkan As Built Drawing.
3.2.4. Analisa Waste Level
Waste level dihitung untuk mengetahui volume waste dari masing-masing

material yang sudah diperoleh dari hasil indentifikasi material. Pada analisa ini,
kita dapat mengetahui material yang berpotensi menimbulkan waste. Waste Level
dihitung dengan rumus :

43
Universitas Sumatera Utara

3.2.5. Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction
Mengidentifikasi proses konstruksi yang ada pada proyek pembangunan
showroom Auto 2000 yang mempunyai kemungkinan menghasilkan limbah. Jenis
limbah (waste) yang akan di teliti adalah limbah konstruksi dengan lean
construction menurut Womack dan Jones (1996) yaitu :
1. Defects
2. Overproduction
3. Waiting
4. Over Processing
5. Motion
6. Transportation
7. Inventory


44
Universitas Sumatera Utara

3.3. Bagan Alir Penelitian
Mulai

Pengumpulan Data

Data Sekunder :
1. Time Schedule/ kurva S
2. RAB (Rencana Anggaran
Biaya), Bill Of Quantity
3. Shop Drawing
4. As Built Drawing

Data Primer
1. Wawancara
2. Observasi Lapangan

Pengolahan data
- Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan Waste
- Analisa Pareto
- Menghitung Volume Material Terpasang
- Analisa Waste Level
- Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

45
Universitas Sumatera Utara

BAB 4
Analisa dan Pembahasan
Sesuai penjelasan pada BAB 3 mengenai metodologi penelitian, di bab ini
akan dijelaskan lebih lanjut proses pengolahan data.
4.1 Identifikasi Material yang Berbiaya Besar dan Berpotensi Menimbulkan
Waste
Dalam melakukan identifikasi material, pertama kali yang harus dilakukan
adalah merangking trading consumable material

berdasarkan total harganya,

sehingga di dapatkan harga yang besar menjadi urutan pertama.
Tabel 4.1. Trading Consumable material

Data – data di dapat berdasarkan identifikasi harga dan volume yang terdapat
pada Bill Of Quantity dan shop drawing proyek. Data yang telah di identifikasi
selanjutnya di olah dengan program Microsoft Excel untuk mendapatkan diagram
pareto.

46
Universitas Sumatera Utara

4.2 Analisa Pareto
Setelah Trading Consumable Material dibuat selanjutnya pengolahan data
akan dihitung dengan analisa pareto. Tahap awal dari analisa pareto adalah mencari
bobot tiap pekerjaan pada proyek dengan rumus:

Bobot pekerjaan akan dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel
berdasarkan dari tabel Trading Consumable Material. Hasil dari perhitungan
tersebut adalah :
Tabel 4.2 : Hasil Analisa Pareto

Setelah kumulatif persen biaya didapat maka bisa dibuat grafik analisa yang
dikombinasikan dengan grafik pareto yang akan menghasilkan grafik analisa pareto.

47
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.1 : Grafik Pareto

Dari analisa pareto material yang akan dipilih adalah empat item pekerjaan
yang memiliki nilai tertinggi dalam analisa trading consumable material. Empat
material tersebut adalah Besi D10mm, atap zinc aluminium, , Besi D19mm, Besi
D16mm.
4.3 Menghitung Volume Material Terpasang
Volume material terpasang dengan menghitung volume material yang ada
pada as built drawing. Material yang akan dihitung yaitu 4 material yang telah
didapatkan berdasarkan analisa pareto yaitu : atap zinc aluminium, Besi D10mm,
Besi D16mm, Besi D19mm.
4.3.1. Atap Zinc Aluminium
Volume atap dihitung dengan mencari luas dari atap di setiap bangunan yang
terdapat pada denah atap as build drawing. Menghitung luas atap yaitu dengan
perkalian antara panjang dan lebar dari atap.

48
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 : Denah Atap

Untuk memudahkan perhitungan, luas atap dihitung dengan menggunakan
perintah (command) dari autocad yaitu area. Setelah di ketik lalu setiap titik area
atap di pilih sampai kembali ke titik pertama dimulai. Lokasi yang akan dihitung
adalah
1. Atap parkir

Gambar 4.3 : Atap Parkir

49
Universitas Sumatera Utara

2. Atap Workshop

Gambar 4.4 : Atap Workshop

3. Atap Showroom

Gambar 4.5 : Atap Showroom

50
Universitas Sumatera Utara

4. Atap Washing Stall

Gambar 4.6 :Atap Washing Stall

5. Atap Rekondisi Stall

Gambar 4.7 : Atap Rekondisi Stall

Dari semua lokasi yang telah di ukur maka di dapat volume atap sebagai berikut :

51
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 :Volume Atap parkir

4.3.2. Besi Tulangan
Volume besi yang akan di hitung adalah Besi D10mm, Besi D16mm, Besi
D19mm. Berdasarkan Bill Of Quantity dan As Built Drawing pekerjaan yang telah
terpasang besi tersebut adalah Washing Stall, Rekondisi Stall, Showroom, Workshop,
pos jaga, dan Parkir motor. Tujuan dari pembesian ini adalah untuk medapatkan
berat total besi yang terpasang dalam satuan Kilogram (Kg). Seluruh gambar dan
tabulasi perhitungan detail balok, tie beam, kolom, pile cap, plat lantai, pembesiap
tangga akan disajikan dalam lampiran. Pembesian dipasang pada bagian – bagian
berikut :
1. Balok dan Tie Beam
Perhitungan pembesian pada balok dan tie beam yaitu dengan membuat
tabulasi dari tipe tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi dari as ke as
(m), jumlah besi, Panjang Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total
(Kg).

52
Universitas Sumatera Utara

1.1 Tipe Tulangan

Gambar 4.8 : Tipe Tulangan Pada Balok

Dimana
a = Tulangan atas sepanjang bentang
b = Tulangan bawah sepanjang bentang
c = Tulangan atas di tumpuan
d = Tulangan bawah di lapangan
e = tulangan tengah
1.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail balok, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail balok dan tie beam akan disajikan dalam lampiran.
1.3 Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu


=

×

2

/4

Dimana :
D
BJ
Π

= diameter besi
= Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
= 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

53
Universitas Sumatera Utara

1.4 Panjang besi
Panjang besi didapat dari gambar denah balok as built drawing. Perhitungannya
adalah

Gambar 4.9 : Prinsip dasar Penulangan pada balok

Gambar
Panjang Bentang as ke as
Panjang Tumpuan
Panjang Lapangan

=L
=¼L
=½L

Gambar 4.10 : Penulangan Akhir Balok Pada Kolom

54
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.11 : Sambungan Penulangan Balok

1.5 Jumlah Besi
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok
dan denah balok pada as built drawing.

Gambar 4.12 : Detail Balok

Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,b,c,d,e)
lalu dikalikan dengan jumlah bentang balok yang mempunyai panjang yang sama.
1.6 Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana :

( ) =



p = panjang besi
n = Jumlah besi

55
Universitas Sumatera Utara

1.7 Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus


(

)=







1.8 Panjang dan jumlah sengkang
Panjang sengkang didapat dengan rumus


=

Dimana : H

2 ×

+



2

= Tinggi beton

B

= Lebar beton

S Beton

= Selimut beton

Jumlah sengkang didapat dengan rumus



= 2 + 2 ×
1
2





Dimana :
n sengkang

= Jumlah sengkang

L

= Panjang bentang

1

= Jarak antar sengkang di tumpuan

2

= Jarak antar sengkang di lapangan

2. Kolom
Perhitungan pembesian pada kolom yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total
(m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

2.1 Tipe Tulangan
Pada kolom tipe tulangan hanya ada satu yaitu tipe a saja.

56
Universitas Sumatera Utara

2.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail kolom, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.
2.3 Berat besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu


=

×

2

/4

Dimana :
D
BJ
Π

= diameter besi
= Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
= 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m
2.4 Panjang besi
Panjang Besi di dapat dengan melihat gambar denah atau potongan yang ada di as
built drawing.

Gambar 4.13 : Prinsip Penulangan Kolom

57
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.14 : Pertemuan Akhir Kolom Pada Balok

2.5 Jumlah besi
Menghitung jumlah besi seluruhnya didapatkan dengan melihat gambar detail balok
dan denah balok pada as built drawing.

Gambar 4.15 :Detail Kolom

Perhitungannya yaitu dengan cara menghitung jumlah besi disetiap tipe (a,) lalu
dikalikan dengan jumlah kolom.
2.6 Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus


( ) =



58
Universitas Sumatera Utara

Dimana :

p = panjang besi
n = Jumlah besi

2.7 Berat total
Berat total di dapatkan dari rumus


(

)=







+ (



2.8 Panjang dan jumlah sengkang
Panjang sengkang didapatkan dengan rumus


=

Dimana : H

2 ×





= Tinggi beton

B

= Lebar beton

S Beton

= Selimut beton

n Besi

= jumlah besi pada sengkang

Jumlah sengkang didapatkan dengan rumus


=


1

+


2

×

Dimana :
n sengkang

= Jumlah sengkang

L

= Tinggi kolom

1

= Jarak antar sengkang di tumpuan

2

= Jarak antar sengkang di lapangan

n kolom

= Jumlah kolom

3. Plat Lantai
Perhitungan pembesian pada Plat Lantai yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang Total
(m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).

59
Universitas Sumatera Utara

3.1 Tipe Tulangan
Tipe tulangan pada plat lantai dibagi atas 3 jenis yaitu
1. Tulangan arah horizontal
2. Tulangan arah vertical
3. Besi Kursi

Gambar 4.16 : Detail Plat

3.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran.
3.3 Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu


=

×

2

/4

Dimana :
D
BJ
Π

= diameter besi
= Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
= 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

60
Universitas Sumatera Utara

3.4 Panjang Besi
Panjang Besi di ukur berdasarkan gambar denah plat lantai.
3.5 Jumlah Besi
Jumlah besi Dihitung dengan rumus



=





Dimana :
P = Panjang as ke as
Untuk besi kursi jarak antar besi yaitu 1m
3.6 Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana :

( ) =



p = panjang besi
n = Jumlah besi

3.7 Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus


(

)=







4. Pile Cap
Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).
4.1 Tipe Tulangan
Pada pile cap terdapat 4 tipe besi yaitu :
1. Serat atas arah x

61
Universitas Sumatera Utara

2. Serat atas arah y
3. Serat bawah arah x
4. Serat bawah arah y

Gambar 4.17 : Detail Pile Cap

4.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail Plat, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail Plat akan disajikan dalam lampiran
4.3 Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu


=

×

2

/4

Dimana :
D
BJ
Π

= diameter besi
= Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
= 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m

62
Universitas Sumatera Utara

4.4 Panjang Besi
Panjang besi didapatkan dengan rumus


=



× 2 +



× 2

Dimana :
P

= Panjang pile cap

s beton

= selimut beton

P pengait

= panjang pengait (besi yang dibengkokkan)

4.5 Jumlah Besi
Jumlah besi didapatkan dengan rumus






=

× 2
×












Dimana :
P

= Panjang pile cap

4.6 Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana :

( ) =



p = panjang besi
n = Jumlah besi

4.7 Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus


(

)=







63
Universitas Sumatera Utara

5. Tangga
Perhitungan pembesian pada Pile Cap yaitu dengan membuat tabulasi dari tipe
tulangan, diameter, berat besi (Kg/m), panjang besi (m), jumlah besi, Panjang
Total (m), yang pada akhirnya didapatkan Berat Total (Kg).
5.1 Tipe Tulangan
Pada tangga tulangan dibagi atas 5 macam yaitu :
1. Tulangan Plat Vertikal
2. Tulangan Plat Horizontal
3. Tulangan Anak Tangga Horizontal
4. Tulangan Anak Tangga Vertikal
5. Tulangan Bordes Horizontal

Gambar 4.18 : Detail Tangga

5.2 Diameter
Diameter di dapat dari gambar detail tangga, kemudian akan ditabulasikan. Seluruh
gambar detail kolom akan disajikan dalam lampiran.

64
Universitas Sumatera Utara

5.3 Berat Besi
Rumus untuk perhitungan berat besi yaitu


=

×

2

/4

Dimana :
D
BJ
Π

= diameter besi
= Berat jenis besi (7850 Kg/m3)
= 3.14

Maka dari rumus diatas didapat :
Berat besi D10 = 0.62 Kg/m
Berat besi D16 = 1.58 Kg/m
Berat besi D19 = 2.22 Kg/m
5.4 Panjang Besi
Mencari panjang besi yaitu dengan mengukur besi langsung dari gambar as built
drawing
5.5 Jumlah Besi
Jumlah besi di dapatkan dengan rumus



=





5.6 Panjang Total
Panjang total di dapatkan dari rumus

Dimana :

( ) =



p = panjang besi
n = Jumlah besi

5.7 Berat Total
Berat total di dapatkan dari rumus


(

)=







65
Universitas Sumatera Utara

Dari seluruh perhitungan volume di atas, maka di dapatkan :
Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Volume Besi

66
Universitas Sumatera Utara

4.4 Analisa Waste Level
Berdasarkan Hasil Perhitungan volume dari as built drawing dan data logistik yang
telah diberikan, maka waste level yang di dapatkan adalah
Tabel 4.5 : Hasil analisa Waste Level

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa material yang memiliki presentase waste level
terbesar adalah Besi D10 mm dengan volume waste sebesar 3139.95 Kg dan waste

67
Universitas Sumatera Utara

level sebesar 3.69%. Sedangkan material yang memiliki presentase waste level
terkecil adalah besi D19 mm dengan volume waste sebesar 79.07 kg dan waste level
sebesar 0,19%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa material yang memiliki volume
waste tinggi tidak selalu memiliki waste level yang tinggi juga karena waste level
dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste tetapi rasio volume waste dengan
volume yang direncanakan.
4.5 Identifikasi proses yang menghasilkan limbah dengan lean construction
4.5.1. Defect
Pada proyek ini, ada beberapa bangunan yang mengalami perubahan desain
seperti bangunan rekondisi stall dan workshop.

Gambar 4.19 : Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall shop drawing

68
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.20 : Denah Tie beam dan plat lantai rekondisi stall as built drawing

Gambar 4.21 : Denah Tie beam dan plat lantai workshop shop drawing

69
Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.22 : Denah Tie beam dan plat lantai workshop as built drawing

Gambar 4.23 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop shop drawing

Gmabar 4.24 : Denah Tie beam dan plat lantai bagian atas workshop As built drawing

70
Universitas Sumatera Utara

Dari gambar di atas terlihat ukuran yang berbeda yang disebabkan perubahan
spesifikasi dari owner, ini mengakibatkan defect pada bangunan rekondisi stall
sehingga dibutuhkan rework untuk bangunan ini. Defect pada bangunan ini
mengakibatkan waste material pada besi D10 mm, D16mm, dan D19mm. Waste
yang signifikan terjadi pada Besi D10mm hal ini dikarenakan pemakaian besi
D10mm untuk plat lantai yang mengalami perubahan ukuran.
Untuk membantu menghilangkan defect dan pengerjaan ulang dari rutinitas
di proyek, pastikan Anda memiliki pemahaman penuh dari semua persyaratan kerja
dan kebutuhan owner sebelum memulai tugas. Pekerjaan sederhana, seperti daftar
periksa dan rencana kerja standar, dapat membuat perbedaan besar juga.
4.5.2. Over Production
Berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, ada terjadi over
production pada pembesian dan atap. Hal ini terjadi kurangnya optimasi material di
proyek oleh pelaksana tetapi kelebihan material akibat over production ini tidak
terlalu signifikan. Untuk menghilangkan over production dari rutinitas harian
proyek, sebaiknya fokus pada: Memproduksi bahan-bahan Just In Time (JIT)
daripada Just In Case, Menerapkan prosedur untuk setiap proses dan tugas yang
telah selesai, serta menjaga proses mengalir untuk mencegah kemacetan.
4.5.3. Waiting
Waiting terjadi setiap kali pekerjaan harus berhenti untuk beberapa alasan
seperti karena ada yang rusak, sedang menunggu respon, sedang menunggu
kedatangan material, atau sudah kehabisan material. Berdasarkan hasil wawancara
dengan site manager, waiting terjadi dikarenakan lamanya kedatangan material

71
Universitas Sumatera Utara

sehingga pekerja harus lembur yang mengakibatkan bertambahnya cost proyek.
Lamanya kedatangan material ini disebabkan kurangnya transportasi dari pihak
pengirim material dan lamanya proses standarisasi material dari pabrik. Menunggu
tidak selalu bisa dihindari tetapi kita dapat membuat rencana dalam menuggu. Tim
pelaksana proyek harus dapat memahami waktu pemilihan material, pemilihan
produsen material, dan dapat merencakan value added task.
4.5.4. Over Processing
Over processing terjadi karena kita atau orang di sekitar kita meluangkan
waktu untuk melakukan pekerjaan yang tidak perlu atau tidak menambah nilai
kepada pelanggan. Pada proyek ini, over processing tidak terlalu signifikan pada
waste material karena berdasarkan wawancara dengan site manager proyek, tidak
terlalu banyak over processing yang terjadi di proyek.
4.5.5. Motion
Motion yaitu setiap waktu yang dihabiskan bergerak di sekitar, bukannya
melakukan pekerjaan yang menambah value. Kurangnya profesionalitas dari pekerja
dapat mempengaruhi motion. Contoh pada proyek ini yaitu masih ada pekerja yang
tidak tahu melakukan pekerjaannya sehingga pekerja tersebut memperlambat proses
konstruksi. Solusi dari pelaksana yaitu mengganti pekerja tersebut dengan pekerja
yang lebih professional walaupun biaya yang dibutuhkan akan bertambah.
4.5.6. Transportation
Cara yang paling efisien untuk melakukan tugas apapun adalah memiliki
bahan dan alat-alat di mana mereka dibutuhkan. Namun, memiliki terlalu banyak
piranti dapat menciptakan masalah bagi diri kita sendiri. Kita perlu fokus pada

72
Universitas Sumatera Utara

menemukan cara yang lebih baik untuk menyimpan, menangani dan mengelola
bahan untuk mencegah harus memindahkan material beberapa kali.

Gambar 4.25 : Perletakan material dan sisa material proyek

Gambar 4.26 : Perletakan material proyek

Pada gambar di atas dapat kita lihat material dan sisa material masih
berserakan di lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menyebabkan lambatnya pemuatan
material yang datang ke proyek dan kerusakan material. Untuk menghindari hal ini,

73
Universitas Sumatera Utara

sebaiknya telah di sediakan tempat yang tidak menghalangi jalanya pekerja untuk
berpindah tempat ataupun mengambil material yang akan dipasang.
4.5.7. Inventory
Perletakan inventory (tempat penyimpanan) yang baik dapat menurangi
waste material dan mempermudah gerak pekerja dalam proses konstruksi. Pada
proyek ini, inventory masih tergolong kurang baik..

Gambar 4.27 : Perletakan Inventory proyek

Gmabar 4.28 : Beberapa material ditempatkan di bangunan yang sudah jadi

74
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan site manager, telah ditemukan material
yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, terhambatnya
pengambilan material. Kerusakan yang terjadi yaitu seperti berkaratnya besi,
membatunya semen karena ditempatkan langsung ke lantai,. Untuk menghindari hal
ini, sebaiknya pelaksanakan menyediakan tempat khusus untuk inventory yang aman
dari gangguan cuaca, mudah untuk pengambilan material, dan aman dari pencurian.
Berdasarkan dari hasil analisa diatas penyebab waste material yang paling
utama yaitu disebabkan oleh proses defect (cacat produk konstruksi), over
production, dan Inventory. Pada defect, waste material terjadi disebabkan oleh
perubahan spesifikasi bangunan oleh owner yang menyebabkan berubahnya
dimensi dari bangunan yang ada di poryek. Pada over production, waste material
terjadi dikarenakan kurangnya optimasi material di proyek oleh pelaksana.
Sedangkan pada inventory, waste material terjadi karena tempat penyimpanan
material yang masih kurang baik. Inventory yang kurang baik ini menyebabkan
material yang rusak diakibatkan cuaca, hilangnya beberapa material, dan
terhambatnya pengambilan material.

75
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan identifikasi material biaya terbesar dan analisa pareto, material
yang berpotensi menghasilkan waste yang besar yaitu Besi D10 mm, Atap zincaluminium, Besi D19 mm, Besi D16 mm
2. Waste Level terbesar yaitu besi D10 mm sebesar 3.69 %. Sedangkan untuk Atap
zinc-aluminium sebesar 2.06 %, Besi D16 mm 0.9 %, dan Besi D19 mm sebesar
0.19 %.
3. material yang memiliki volume waste tinggi tidak selalu memiliki waste level
yang tinggi juga karena waste level dipengaruhi bukan hanya oleh volume waste
tetapi rasio volume waste dengan volume yang direncanakan.
4. Berdasarkan proses yang menyebabkan waste pada lean construction, waste
material terjadi disebabkan oleh defect (cacat produk konstruksi), Over
production, dan Inventory.

6

Universitas Sumatera Utara

5.2

Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk Mengurangi waste pada proyek

pembangunan Showroom auto 2000, beberapa saran yang dapat dilakukan, antara
lain:
1. Perlu lebih mengenal metode lean construction untuk mengurangi waste.
Baik waste material maupun waste of time.
2. Perlu memperbaiki komunikasi antara owner, perencana pelaksana dan
orang – orang yang terlibat dalam proyek.
3. Harus lebih memperhatikan kebutuhan material just in time daripada just in
case.

77

Universitas Sumatera Utara