Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pola Makan
Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, agar
tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan optimal. Diperkirakan ada lima puluh
macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah
tertentu setiap harinya. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami
kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu (IDI, 2011).
Pola makan merupakan faktor penting yang berkontribusi pada gizi dan
status kesehatan. Modifikasi makan dapat diharapkan untuk mengurangi risiko
penyakit dan dalam beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Pola makan yang
tidak memadai dalam energi dan nutrisi tertentu dapat menyebabkan menderita
penyakit serius bahkan kematian. Kekurangan makanan tetap menjadi prioritas di
banyak bagian dunia terutama pola makan yang mencerminkan asupan yang
berlebihan atau tidak seimbang (Atmarita, 2005).
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber utama energi tubuh diet. Makanan kaya
karbohidrat,
seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan juga
merupakan sumber utama serat makanan. Diet rekomendasi menunjukkan bahwa
50% atau lebih dari total kalori harian harus berasal dari karbohidrat, dengan tidak
lebih dari 10-25% dari kalori berasal dari pemanis, seperti sukrosa dan fruktosa
(Story, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Protein
Kebutuhan protein remaja dipengaruhi oleh jumlah protein yang
diperlukan untuk pemeliharaan massa tubuh tanpa lemak selama percepatan
pertumbuhan remaja. Ketika asupan protein tidak memadai, maka penurunan
pertumbuhan linear, keterlambatan seksual pematangan, dan akumulasi massa
tubuh tanpa lemak dapat dilihat (Story, 2005).
2.1.3. Lemak
Tubuh manusia membutuhkan lemak dan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. The Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan
bahwa remaja mengkonsumsi tidak lebih dari 30% kalori dari lemak, dengan tidak
lebih dari 10% kalori berasal dari lemak jenuh (Story, 2005).
2.1.4. Mineral
2.1.4.1. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja lebih besar daripada di masa kanakkanak atau dewasa baik karena peningkatan dramatis dalam pertumbuhan tulang.
Sekitar 45% dari massa tulang puncak dicapai selama remaja, asupan kalsium
yang cukup penting bagi perkembangan massa tulang padat dan pengurangan
risiko seumur hidup dari patah tulang dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun,
remaja telah mencapai sekitar 90% dari massa tulang dewasa mereka. Dengan
demikian, masa remaja merupakan pengembangan tulang yang optimal dan
kesehatan di masa depan (Story, 2005).
2.1.4.2. Besi
Besi sangat penting untuk mengangkut oksigen dalam aliran darah dan
mencegah anemia. RDA untuk besi 8 mg/hari untuk anak usia 9-13 tahun, 11
mg/hari untuk laki laki usia 14-18 tahun dan 15 mg/hari untuk perempuan usia 1418 tahun. Perkiraan kekurangan zat besi di kalangan remaja 3-4% untuk pria dan
Universitas Sumatera Utara
perempuan usia 11-14, 6- 7% untuk perempuan usia 15-19, dan 0,6% untuk lakilaki usia 15-19 tahun (Story, 2005).
2.1.4.3. Seng
Seng dikaitkan lebih dari 100 enzim spesifik dan sangat penting untuk
pembentukan protein. Seng penting pada masa remaja karena perannya dalam
pertumbuhan dan pematangan seksual. Laki-laki yang mengalami kegagalan
pertumbuhan kekurangan seng maka perkembangan seksual tertunda. Hal ini
dikenal bahwa tingkat seng serum menurun dalam menanggapi pertumbuhan yang
cepat dan perubahan hormonal yang terjadi selama masa remaja. RDA seng untuk
pria dan wanita usia 9-13 tahun adalah 8 mg/hari. Untuk pria dan perempuan usia
14-18 tahun adalah 11 mg / hari dan 9 mg / hari (Story, 2005).
2.1.4.4. Vitamin A
Selain penting bagi penglihatan normal, vitamin A memiliki peran penting
dalam reproduksi, pertumbuhan, dan kekebalan. Tubuh harus memiliki vitamin A
yang cukup, anak laki-laki dan perempuan usia 9-13 tahun harus mengkonsumsi
600 mg / hari, perempuan usia 14-18 tahun, 700 mg / hari dan laki-laki usia 14-18
tahun, 900 mg / hari (Story, 2005).
2.1.4.5. Vitamin E
Memiliki sifat antioksidan yang penting bagi tubuh. RDA untuk vitamin E
untuk anak usia 9-13 tahun adalah 11 mg / hari dan 15 mg / hari untuk anak usia
14-18 tahun (Story, 2005).
2.1.4.6. Vitamin C
Berperan dalam sintesis kolagen dan jaringan ikat lain. Vitamin C adalah
gizi yang penting selama pertumbuhan dan perkembangan remaja. RDA untuk
vitamin C adalah 45 mg / hari untuk anak usia 9-13 tahun, 75 mg / hari untuk lakilaki usia 14-18 tahun dan 65 mg / hari untuk perempuan usia 14-18 tahun (Story,
2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Golongan Bahan Makanan
2.1.5.1. Golongan I Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 satuan penukar mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram
karbohidrat.
Tabel 2.1. Sumber Karbohidrat (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Nasi
100
¾ gls
Nasi tim
200
1 gls
Bubur beras
400
2 gls
Nasi jagung
100
¾ gls
Kentang
200
2 bj sdg
Singkong (*)
100
1 ptg sdg
Tales
200
1 bj bsr
Ubi
150
1 bj sdg
Biscuit Meja
50
4 bh
Roti putih
80
4 iris
Kraker
50
5 bh bsr
Maizena (*)
40
8 sdm
Teoung beras
50
8 sdm
Tepung singkong (*)
40
8 sdm
Tepung sagu (*)
40
7 sdm
Tepung terigu
50
8 sdm
Tepung hunkwee
40
8 sdm
Mie basah
100
1 ½ gls
Mie kering
50
1 gls
Havermout
50
6 sdm
Bihun
50
½ gls
Ket : Bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung protein hingga perlu
ditambah ½ satuan penukar bahan makanan sumber protein.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2. Golongan II Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
1 satuan penukar mengandung 95 kalori, 10 gram protein dan 6 gram lemak.
Tabel 2.2. Sumber Protein Hewani (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat (gr)
URT
Daging sapi
50
1 ptg sdg
Daging babi
25
1 ptg kcl
Daging ayam
50
1 ptg sdg
Hati sapi
50
1 ptg sdg
Didih sapi
50
2 ptg sdg
Babat
60
2 ptg sdg
Usus sapi
75
3 bulatan
Telur ayam biasa
75
2 btr
Telur ayam negeri
60
1 btr bsr
Telur bebek
60
1 btr
Ikan segar
50
1 ptg sdg
Ikan asin
25
1 ptg sdg
Ikan teri
25
2 sdm
Udang basah
50
¼ gls
Keju
30
1 ptg sdg
Bakso daging
100
10 bj bsr
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3. Golongan III Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
1 satuan penukar mengandung 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram lemak,
dan 8 gram karbohidrat.
Tabel 2.3. Sumber Protein Nabati (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Kacang ijo
Kacang kedele
Kacang merah
Kacang tanah terkupas
Keju kacang tanah
Kacang tolo
Oncom
Tahu
Tempe
Berat (gr)
25
25
25
20
20
25
50
100
50
URT
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 sdm
2 sdm
2 ½ sdm
2 ptg sdg
1 bj bsr
2 ptg sdg
2.1.5.4. Golongan IV Sayuran
Merupakan sumber vitamin terutama karotin dan vitamin C dan juga
mineral (zat kapur, zat besi, zat fosfor).
Tabel 2.4. Sumber Sayuran Kelompok A (RSUP HAM, 1991)
Baligo
Daun bawang
Daun kacang panjang
Daun koro
Daun labu siam
Daun waluh
Daun lobak
Jamur segar
Oyong (gambas)
Kangkung
Ketimun
Tomat
Kecipir muda
Kembang kol
Labu air
Lobak
Papaya muda
Pecay
Rebung
Sawi
Seledri
Selada
Tauge
Tebu terubuk
Terong
Cabe hijau besar
Universitas Sumatera Utara
Sayuran kelompok B, dalam satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 3
gram protein dan 10 gram karbohidrat.
Yang termasuk kelompok ini adalah:
Tabel 2.5. Sumber Sayuran Kelompok B (RSUP HAM, 1991)
Bayam
Jagung muda
Biet
Jantung pisang
Buncis
Genjer
Daun bluntas
Kacang panjang
Daun ketela rambat
Kacang kapri
Daun kecipir
Katuk
Daun leunca
Kucai
Daun lompong
Labu siam
Daun mangkokan
Labu waluh
Daun melinjau
Nangka muda
Daun pakis
Pare
Daun singkong
Tekokak
Daun papaya
Wortel
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.5. Golongan V Sumber Buah-Buahan
Merupakan sumber vitamin terutama Karotin, Vitamin B1, B6 dan C.
satuan penukar mengandung 40 kalori dan 10 gram karbohidrat.
Tabel 2.6. Sumber Buah-Buahan (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Alpukat
50
½ bh bsr
Apel
75
½ bh bsr
Anggur
75
10 bj
Belimbing
125
1 bh bsr
Jambu biji
100
2 bh bsr
Jambu air
100
1 bh bsr
Jambu bol
75
¾ bh sdg
Duku
75
15 bh
Durian
50
3 bj
Jeruk manis
100
2 bh sdg
Kedondong
100
1 bh bsr
Kemang
100
1 bh bsr
Mangga
50
½ bh bsr
Nenas
75
1/6 bh sdg
Nangka masak
50
3 bj
Papaya
100
1 ptg sdg
Pisang ambon
50
1 bh sdg
Pisang raja
50
2 bh kcl
Rambutan
75
8 bh
Salak
75
1 bh bsr
Sawo
50
1 bh sdg
Sirsak
75
½ gls
Semangka
150
1 ptg bsr
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.6. Golongan VI Susu
Merupakan sumber protein lemak, karbohidrat, vitamin ( terutama vitamin
A dan niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Satuan penukar mengandung
130 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat dan 7 gram lemak.
Tabel 2.7. Sumber Susu (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Susu sapi
200
1 gls
Susu kambing
150
¾ gls
Susu kerbau
100
½ gls
Susu kental tak manis
100
½ gls
Yoghurt
200
1 gls
Tepung susu whole
25
5 sdm
Tepung susu skim
20
4 sdm
Tepung saridele
25
4 sdm
2.1.5.7. Golongan VII Minyak
Bahan makanan ini terdiri dari lemak. Satuan penukar mengandung 45
kalori dan 5 gram lemak.
Tabel 2.8. Sumber Minyak (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Minyak goreng
5
½ sdm
Minyak ikan
5
½ sdm
Margarine
5
½ sdm
Kelapa
30
1 ptg kcl
Kelapa parut
30
5 sdm
Santan
50
½ gls
Lemak sapi
5
1 ptg kcl
Lemak babi
5
1 ptg kcl
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Jumlah Kandungan Besi (CDC, 2013)
Makanan
Daging
Daging sapi, tanpa lemak
Daging lembu, tanpa lemak
Daging domba, tanpa lemak
Daging babi, tanpa lemak
Daging ayam, tanpa lemak
Ikan
Putih
Tuna
Salmon
Sarden
Tiram
Telur
Kacang-kacangan panggang
Kacang-kacangan dimasak
Kacang
Kacang tanah
Selai kacang
Kacang mende
Almon
Kacang cemara
Roti
Roti gandum
Roti putih
Sereal
Keping jagung
Biji beras
Keping padi
Weet-bix
Muesli
Gandum, rebus
Beras
Putih
Coklat
Bubur
Buah kering
Aprikot kering
Sultanas (kismis)
Buah segar
Sayuran
Bayam, dimasak
Brokoli
Wortel
Kentang
Susu
Keju
Milo
Jumlah
Besi (miligram)
100g
100g
100g
100g
100g
2,5-4
2,1
2,5
1,1
0,9-1,2
100g
100g
100g
5
6
1 butir
2/3 cangkir
2/3 cangkir
0,2-0,8
1,0-1,3
1,7
2,0
4,6
0,9
2,9
2,9-3,4
50g
1 sendok makan
50g
50g
50g
1,2
0,5
2,6
1,8
2,0
1 iris
1 iris
0,5
0,3
1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir
2
1 cangkir
1 cangkir
3,0
3,0
2,7
3,0
5,0
1,3
1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir
0,6
0,9
0,6
½ cangkir
½ cangkir
100g
2,1
1,7
0,2-0,7
1/3 cangkir
1/3 cangkir
1/3 cangkir
1 buah
1 cangkir
1 iris
2 sendok teh penuh (9g)
1,5
0,6
0,2
0,5
0,3
0,1
2,2
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Status Gizi
Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah umum
2
dipakai, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m ) (Kiess, 2004).
Menurut CDC (2000) Body Mass Index (BMI) adalah jumlah yang dihitung dari
berat badan anak dan tinggi badan. Setelah BMI dihitung untuk anak-anak dan
remaja, jumlah BMI diplot pada grafik pertumbuhan BMI-for-age CDC (anak
perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan persentile. Persentile adalah
indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan
pola masing-masing anak. Persentil menunjukkan posisi relatif dari jumlah BMI
anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan
menunjukkan
kategori
status
berat
badan
anak
dan
remaja.
Kategori BMI dan Percentile menurut CDC (2000), yaitu:
th
Underweight BMI < 5 percentile
th
th
Normal BMI 5 - 85 percentile
th
th
Overweight BMI 85 - 95 percentile
th
Obese BMI ≥ 95 percentile
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Anemia Defisiensi Besi
2.3.1. Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh sintesis
hemoglobin yang terganggu sehingga mengakibatkan sel darah merah yang lebih
kecil dari normal (mikrositik) dan mengandung sedikit hemoglobin (hipokromik)
(Provan, 2003).
2.3.2. Metabolisme Besi
Besi memiliki peranan penting dalam berbagai metabolisme. Pada orang
dewasa, terdapat 3-5 gram zat besi dalam tubuh, dimana 2/3 mg dari besi tersebut
merupakan hemoglobin pembawa oksigen. Pada orang normal, besi disediakan
oleh tubuh 15 mg perhari, dimana 5-10 % diserap terutama oleh duodenum dan
jejunum bagian atas. Suasana asam akan membantu proses penyerapan besi dalam
bentuk ferro. Penyerapan dibantu oleh bahan pereduksi lain seperti asam
hidroklorida
dan
asam
askorbat.
Tubuh
memiliki
kemampuan
untuk
meningkatkan penyerapan zat besi untuk meningkatkan sediaan zat besi pada
suatu situasi tertentu misal saat kehamilan, menyusui, masa pertumbuhan, dan
pada saat tubuh mengalami defisiensi besi. Setelah diserap dari usus, besi
ditransport melalui sel mukosa ke dalam darah, dimana besi dibawa oleh protein
transferin untuk pematangan sel darah merah di sumsum tulang. Cadangan besi
mengandung feritin dan hemosiderin. Sekitar 1 mg besi dalam sehari dieksresikan
dari tubuh melalui urin, keringat, dan feses. Saat menstruasi, maka tubuh
kehilangan 20 mg dalam sebulan dan kebutuhan besi meningkat pada saat hamil
(500-1000 mg) sehingga insidensi tertinggi anemia defisiensi besi terjadi pada
wanita usia reproduksi (Provan, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10. RDA Besi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (CDC, 2013)
Kategori
Usia
Besi (mg/hari)
Bayi
0-6 bulan
0,27
7-12 bulan
11
1-3 tahun
7
4-8 tahun
10
9-13 tahun
8
14-18 tahun
11
19-30 tahun
8
31-50 tahun
8
51-70 Ahun
8
>70 tahun
8
9-13 tahun
8
14-18 tahun
15
19-30 tahun
18
31-50 tahun
18
51-70 Ahun
8
>70 tahun
8
14-18 tahun
27
19-30 tahun
27
31-50 tahun
27
14-18 tahun
10
19-30 tahun
9
31-50 tahun
9
Anak
Laki-Laki
Wanita
Wanita hamil
Wanita menyusui
2.3.3. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Etiologi anemia defisiensi besi menurut Balducci (2007) yaitu:
Penyerapan tidak baik
Terapi antasida atau pH lambung tinggi
Universitas Sumatera Utara
Diet bran (beras dengan kulit), tanin, asam phytate, atau zat tepung
berlebihan
Kehilangan atau disfungsi penyerapan oleh enterosit
Penyakit usus halus
Bersaing dengan kandungan metal lain (contoh tembaga atau timah)
Reseksi usus
Penyakit inflamasi usus
Defek pada enterosit intrinsik
Peningkatan pengeluaran
Perdarahan gastrointestinal
Epistaksis
Gastritis
Tumor
Parasitosis
Malformasi vaskularisasi
Diverticulosis
Varises
Ulkus
Meckel’s diverticulum
Susu-merangsang enteropati pada anak-anak
Penyakit inflamasi usus
Hemorrhoids
Perdarahan genitourinari
Menorrhagia
Kanker
Infeksi kronis
Perdarahan pulmonal
Universitas Sumatera Utara
Pulmonary hemosiderosis
Infeksi
Perdarahan lainnya
Trauma
Phlebotomy berlebihan
Malformasi pembuluh darah besar
2.3.4. Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi
Usia
:bayi (terutama jika riwayat prematur); remaja; wanita
menopause, usia tua
Sex
: risiko lebih besar pada wanita
Reproduksi
: menorrhagia
Ginjal
: hematuria (jarang)
Saluran cerna : nafsu makan atau perubahan berat badan, perubahan
kebiasaan buang air besar, perdarahan dari dubur/melena;
lambung atau operasi usus
Riwayat obat : terutama aspirin dan non-steroid anti-inflamasi
Pola makan
: diet, terutama vegetarian
Fisiologis
: kehamilan, masa kanak-kanak, remaja (Provan, 2003).
2.3.5. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Zat besi diperlukan untuk hemopoiesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga
diperlukan untuk mengangkut elektro (sitikrom), untuk mengaktifkan oksigen
(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang
khas (asimptomatik). Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi dimulai dengan
simpanan zat besi (feritin) yang menipis dan peningkatan absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan kapasitas pengikatan besi meningkat. Pada tahap lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
yaitu bila cadangan besi habis, transferin berkurang, jumlah protoporpirin
berkurang yang di ubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan penurunan kadar
serum feritin. Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian
kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia defisiensi gizi bila kadar feritin serum < 12ng/ml (Hilman, 1995).
2.3.6. Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis dari defisiensi besi bergantung pada tingkat keparahan
anemia. Pada kasus kronis, ditandai dengan kehilangan darah yang lambat.
Kebanyakan pasien mengalami lemah dan dyspnea. Gejala lain yaitu sakit kepala,
tinnitus, dan gangguan pengecapan. Pada pemeriksaan dapat dilihat dari kulit,
kuku, dan epitel lain. Atrofi kulit terjadi pada sepertiga pasien dan kadang terlihat
kuku seperti koilonikia (kuku berbentuk sendok) yang berbentuk sendok dan rata.
Penderita juga mengeluhkan angular stomatitis dimana sudut mulut pecah-pecah
sehingga menyebabkan rasa sakit, kadang disertai dengan glossitis. Takikardi dan
gagal jantung dapat terjadi pada kondisi anemia yang sangat berat (Provan, 2003).
Gambar 2.1. Koilonikia
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Tabel 2.11. Diagnosis Anemia Defisiensi (Provan, 2003)
Reduced haemoglobin
Men 13 merupakan anemia defisiensi besi
dan bila
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pola Makan
Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, agar
tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan optimal. Diperkirakan ada lima puluh
macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah
tertentu setiap harinya. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami
kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu (IDI, 2011).
Pola makan merupakan faktor penting yang berkontribusi pada gizi dan
status kesehatan. Modifikasi makan dapat diharapkan untuk mengurangi risiko
penyakit dan dalam beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Pola makan yang
tidak memadai dalam energi dan nutrisi tertentu dapat menyebabkan menderita
penyakit serius bahkan kematian. Kekurangan makanan tetap menjadi prioritas di
banyak bagian dunia terutama pola makan yang mencerminkan asupan yang
berlebihan atau tidak seimbang (Atmarita, 2005).
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber utama energi tubuh diet. Makanan kaya
karbohidrat,
seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan juga
merupakan sumber utama serat makanan. Diet rekomendasi menunjukkan bahwa
50% atau lebih dari total kalori harian harus berasal dari karbohidrat, dengan tidak
lebih dari 10-25% dari kalori berasal dari pemanis, seperti sukrosa dan fruktosa
(Story, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Protein
Kebutuhan protein remaja dipengaruhi oleh jumlah protein yang
diperlukan untuk pemeliharaan massa tubuh tanpa lemak selama percepatan
pertumbuhan remaja. Ketika asupan protein tidak memadai, maka penurunan
pertumbuhan linear, keterlambatan seksual pematangan, dan akumulasi massa
tubuh tanpa lemak dapat dilihat (Story, 2005).
2.1.3. Lemak
Tubuh manusia membutuhkan lemak dan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. The Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan
bahwa remaja mengkonsumsi tidak lebih dari 30% kalori dari lemak, dengan tidak
lebih dari 10% kalori berasal dari lemak jenuh (Story, 2005).
2.1.4. Mineral
2.1.4.1. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja lebih besar daripada di masa kanakkanak atau dewasa baik karena peningkatan dramatis dalam pertumbuhan tulang.
Sekitar 45% dari massa tulang puncak dicapai selama remaja, asupan kalsium
yang cukup penting bagi perkembangan massa tulang padat dan pengurangan
risiko seumur hidup dari patah tulang dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun,
remaja telah mencapai sekitar 90% dari massa tulang dewasa mereka. Dengan
demikian, masa remaja merupakan pengembangan tulang yang optimal dan
kesehatan di masa depan (Story, 2005).
2.1.4.2. Besi
Besi sangat penting untuk mengangkut oksigen dalam aliran darah dan
mencegah anemia. RDA untuk besi 8 mg/hari untuk anak usia 9-13 tahun, 11
mg/hari untuk laki laki usia 14-18 tahun dan 15 mg/hari untuk perempuan usia 1418 tahun. Perkiraan kekurangan zat besi di kalangan remaja 3-4% untuk pria dan
Universitas Sumatera Utara
perempuan usia 11-14, 6- 7% untuk perempuan usia 15-19, dan 0,6% untuk lakilaki usia 15-19 tahun (Story, 2005).
2.1.4.3. Seng
Seng dikaitkan lebih dari 100 enzim spesifik dan sangat penting untuk
pembentukan protein. Seng penting pada masa remaja karena perannya dalam
pertumbuhan dan pematangan seksual. Laki-laki yang mengalami kegagalan
pertumbuhan kekurangan seng maka perkembangan seksual tertunda. Hal ini
dikenal bahwa tingkat seng serum menurun dalam menanggapi pertumbuhan yang
cepat dan perubahan hormonal yang terjadi selama masa remaja. RDA seng untuk
pria dan wanita usia 9-13 tahun adalah 8 mg/hari. Untuk pria dan perempuan usia
14-18 tahun adalah 11 mg / hari dan 9 mg / hari (Story, 2005).
2.1.4.4. Vitamin A
Selain penting bagi penglihatan normal, vitamin A memiliki peran penting
dalam reproduksi, pertumbuhan, dan kekebalan. Tubuh harus memiliki vitamin A
yang cukup, anak laki-laki dan perempuan usia 9-13 tahun harus mengkonsumsi
600 mg / hari, perempuan usia 14-18 tahun, 700 mg / hari dan laki-laki usia 14-18
tahun, 900 mg / hari (Story, 2005).
2.1.4.5. Vitamin E
Memiliki sifat antioksidan yang penting bagi tubuh. RDA untuk vitamin E
untuk anak usia 9-13 tahun adalah 11 mg / hari dan 15 mg / hari untuk anak usia
14-18 tahun (Story, 2005).
2.1.4.6. Vitamin C
Berperan dalam sintesis kolagen dan jaringan ikat lain. Vitamin C adalah
gizi yang penting selama pertumbuhan dan perkembangan remaja. RDA untuk
vitamin C adalah 45 mg / hari untuk anak usia 9-13 tahun, 75 mg / hari untuk lakilaki usia 14-18 tahun dan 65 mg / hari untuk perempuan usia 14-18 tahun (Story,
2005).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Golongan Bahan Makanan
2.1.5.1. Golongan I Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 satuan penukar mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram
karbohidrat.
Tabel 2.1. Sumber Karbohidrat (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Nasi
100
¾ gls
Nasi tim
200
1 gls
Bubur beras
400
2 gls
Nasi jagung
100
¾ gls
Kentang
200
2 bj sdg
Singkong (*)
100
1 ptg sdg
Tales
200
1 bj bsr
Ubi
150
1 bj sdg
Biscuit Meja
50
4 bh
Roti putih
80
4 iris
Kraker
50
5 bh bsr
Maizena (*)
40
8 sdm
Teoung beras
50
8 sdm
Tepung singkong (*)
40
8 sdm
Tepung sagu (*)
40
7 sdm
Tepung terigu
50
8 sdm
Tepung hunkwee
40
8 sdm
Mie basah
100
1 ½ gls
Mie kering
50
1 gls
Havermout
50
6 sdm
Bihun
50
½ gls
Ket : Bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung protein hingga perlu
ditambah ½ satuan penukar bahan makanan sumber protein.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.2. Golongan II Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
1 satuan penukar mengandung 95 kalori, 10 gram protein dan 6 gram lemak.
Tabel 2.2. Sumber Protein Hewani (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat (gr)
URT
Daging sapi
50
1 ptg sdg
Daging babi
25
1 ptg kcl
Daging ayam
50
1 ptg sdg
Hati sapi
50
1 ptg sdg
Didih sapi
50
2 ptg sdg
Babat
60
2 ptg sdg
Usus sapi
75
3 bulatan
Telur ayam biasa
75
2 btr
Telur ayam negeri
60
1 btr bsr
Telur bebek
60
1 btr
Ikan segar
50
1 ptg sdg
Ikan asin
25
1 ptg sdg
Ikan teri
25
2 sdm
Udang basah
50
¼ gls
Keju
30
1 ptg sdg
Bakso daging
100
10 bj bsr
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.3. Golongan III Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
1 satuan penukar mengandung 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram lemak,
dan 8 gram karbohidrat.
Tabel 2.3. Sumber Protein Nabati (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Kacang ijo
Kacang kedele
Kacang merah
Kacang tanah terkupas
Keju kacang tanah
Kacang tolo
Oncom
Tahu
Tempe
Berat (gr)
25
25
25
20
20
25
50
100
50
URT
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 sdm
2 sdm
2 ½ sdm
2 ptg sdg
1 bj bsr
2 ptg sdg
2.1.5.4. Golongan IV Sayuran
Merupakan sumber vitamin terutama karotin dan vitamin C dan juga
mineral (zat kapur, zat besi, zat fosfor).
Tabel 2.4. Sumber Sayuran Kelompok A (RSUP HAM, 1991)
Baligo
Daun bawang
Daun kacang panjang
Daun koro
Daun labu siam
Daun waluh
Daun lobak
Jamur segar
Oyong (gambas)
Kangkung
Ketimun
Tomat
Kecipir muda
Kembang kol
Labu air
Lobak
Papaya muda
Pecay
Rebung
Sawi
Seledri
Selada
Tauge
Tebu terubuk
Terong
Cabe hijau besar
Universitas Sumatera Utara
Sayuran kelompok B, dalam satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 3
gram protein dan 10 gram karbohidrat.
Yang termasuk kelompok ini adalah:
Tabel 2.5. Sumber Sayuran Kelompok B (RSUP HAM, 1991)
Bayam
Jagung muda
Biet
Jantung pisang
Buncis
Genjer
Daun bluntas
Kacang panjang
Daun ketela rambat
Kacang kapri
Daun kecipir
Katuk
Daun leunca
Kucai
Daun lompong
Labu siam
Daun mangkokan
Labu waluh
Daun melinjau
Nangka muda
Daun pakis
Pare
Daun singkong
Tekokak
Daun papaya
Wortel
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.5. Golongan V Sumber Buah-Buahan
Merupakan sumber vitamin terutama Karotin, Vitamin B1, B6 dan C.
satuan penukar mengandung 40 kalori dan 10 gram karbohidrat.
Tabel 2.6. Sumber Buah-Buahan (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Alpukat
50
½ bh bsr
Apel
75
½ bh bsr
Anggur
75
10 bj
Belimbing
125
1 bh bsr
Jambu biji
100
2 bh bsr
Jambu air
100
1 bh bsr
Jambu bol
75
¾ bh sdg
Duku
75
15 bh
Durian
50
3 bj
Jeruk manis
100
2 bh sdg
Kedondong
100
1 bh bsr
Kemang
100
1 bh bsr
Mangga
50
½ bh bsr
Nenas
75
1/6 bh sdg
Nangka masak
50
3 bj
Papaya
100
1 ptg sdg
Pisang ambon
50
1 bh sdg
Pisang raja
50
2 bh kcl
Rambutan
75
8 bh
Salak
75
1 bh bsr
Sawo
50
1 bh sdg
Sirsak
75
½ gls
Semangka
150
1 ptg bsr
Universitas Sumatera Utara
2.1.5.6. Golongan VI Susu
Merupakan sumber protein lemak, karbohidrat, vitamin ( terutama vitamin
A dan niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Satuan penukar mengandung
130 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat dan 7 gram lemak.
Tabel 2.7. Sumber Susu (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Susu sapi
200
1 gls
Susu kambing
150
¾ gls
Susu kerbau
100
½ gls
Susu kental tak manis
100
½ gls
Yoghurt
200
1 gls
Tepung susu whole
25
5 sdm
Tepung susu skim
20
4 sdm
Tepung saridele
25
4 sdm
2.1.5.7. Golongan VII Minyak
Bahan makanan ini terdiri dari lemak. Satuan penukar mengandung 45
kalori dan 5 gram lemak.
Tabel 2.8. Sumber Minyak (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Berat
URT
Minyak goreng
5
½ sdm
Minyak ikan
5
½ sdm
Margarine
5
½ sdm
Kelapa
30
1 ptg kcl
Kelapa parut
30
5 sdm
Santan
50
½ gls
Lemak sapi
5
1 ptg kcl
Lemak babi
5
1 ptg kcl
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9. Jumlah Kandungan Besi (CDC, 2013)
Makanan
Daging
Daging sapi, tanpa lemak
Daging lembu, tanpa lemak
Daging domba, tanpa lemak
Daging babi, tanpa lemak
Daging ayam, tanpa lemak
Ikan
Putih
Tuna
Salmon
Sarden
Tiram
Telur
Kacang-kacangan panggang
Kacang-kacangan dimasak
Kacang
Kacang tanah
Selai kacang
Kacang mende
Almon
Kacang cemara
Roti
Roti gandum
Roti putih
Sereal
Keping jagung
Biji beras
Keping padi
Weet-bix
Muesli
Gandum, rebus
Beras
Putih
Coklat
Bubur
Buah kering
Aprikot kering
Sultanas (kismis)
Buah segar
Sayuran
Bayam, dimasak
Brokoli
Wortel
Kentang
Susu
Keju
Milo
Jumlah
Besi (miligram)
100g
100g
100g
100g
100g
2,5-4
2,1
2,5
1,1
0,9-1,2
100g
100g
100g
5
6
1 butir
2/3 cangkir
2/3 cangkir
0,2-0,8
1,0-1,3
1,7
2,0
4,6
0,9
2,9
2,9-3,4
50g
1 sendok makan
50g
50g
50g
1,2
0,5
2,6
1,8
2,0
1 iris
1 iris
0,5
0,3
1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir
2
1 cangkir
1 cangkir
3,0
3,0
2,7
3,0
5,0
1,3
1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir
0,6
0,9
0,6
½ cangkir
½ cangkir
100g
2,1
1,7
0,2-0,7
1/3 cangkir
1/3 cangkir
1/3 cangkir
1 buah
1 cangkir
1 iris
2 sendok teh penuh (9g)
1,5
0,6
0,2
0,5
0,3
0,1
2,2
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Status Gizi
Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah umum
2
dipakai, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m ) (Kiess, 2004).
Menurut CDC (2000) Body Mass Index (BMI) adalah jumlah yang dihitung dari
berat badan anak dan tinggi badan. Setelah BMI dihitung untuk anak-anak dan
remaja, jumlah BMI diplot pada grafik pertumbuhan BMI-for-age CDC (anak
perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan persentile. Persentile adalah
indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan
pola masing-masing anak. Persentil menunjukkan posisi relatif dari jumlah BMI
anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan
menunjukkan
kategori
status
berat
badan
anak
dan
remaja.
Kategori BMI dan Percentile menurut CDC (2000), yaitu:
th
Underweight BMI < 5 percentile
th
th
Normal BMI 5 - 85 percentile
th
th
Overweight BMI 85 - 95 percentile
th
Obese BMI ≥ 95 percentile
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Anemia Defisiensi Besi
2.3.1. Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh sintesis
hemoglobin yang terganggu sehingga mengakibatkan sel darah merah yang lebih
kecil dari normal (mikrositik) dan mengandung sedikit hemoglobin (hipokromik)
(Provan, 2003).
2.3.2. Metabolisme Besi
Besi memiliki peranan penting dalam berbagai metabolisme. Pada orang
dewasa, terdapat 3-5 gram zat besi dalam tubuh, dimana 2/3 mg dari besi tersebut
merupakan hemoglobin pembawa oksigen. Pada orang normal, besi disediakan
oleh tubuh 15 mg perhari, dimana 5-10 % diserap terutama oleh duodenum dan
jejunum bagian atas. Suasana asam akan membantu proses penyerapan besi dalam
bentuk ferro. Penyerapan dibantu oleh bahan pereduksi lain seperti asam
hidroklorida
dan
asam
askorbat.
Tubuh
memiliki
kemampuan
untuk
meningkatkan penyerapan zat besi untuk meningkatkan sediaan zat besi pada
suatu situasi tertentu misal saat kehamilan, menyusui, masa pertumbuhan, dan
pada saat tubuh mengalami defisiensi besi. Setelah diserap dari usus, besi
ditransport melalui sel mukosa ke dalam darah, dimana besi dibawa oleh protein
transferin untuk pematangan sel darah merah di sumsum tulang. Cadangan besi
mengandung feritin dan hemosiderin. Sekitar 1 mg besi dalam sehari dieksresikan
dari tubuh melalui urin, keringat, dan feses. Saat menstruasi, maka tubuh
kehilangan 20 mg dalam sebulan dan kebutuhan besi meningkat pada saat hamil
(500-1000 mg) sehingga insidensi tertinggi anemia defisiensi besi terjadi pada
wanita usia reproduksi (Provan, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.10. RDA Besi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (CDC, 2013)
Kategori
Usia
Besi (mg/hari)
Bayi
0-6 bulan
0,27
7-12 bulan
11
1-3 tahun
7
4-8 tahun
10
9-13 tahun
8
14-18 tahun
11
19-30 tahun
8
31-50 tahun
8
51-70 Ahun
8
>70 tahun
8
9-13 tahun
8
14-18 tahun
15
19-30 tahun
18
31-50 tahun
18
51-70 Ahun
8
>70 tahun
8
14-18 tahun
27
19-30 tahun
27
31-50 tahun
27
14-18 tahun
10
19-30 tahun
9
31-50 tahun
9
Anak
Laki-Laki
Wanita
Wanita hamil
Wanita menyusui
2.3.3. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Etiologi anemia defisiensi besi menurut Balducci (2007) yaitu:
Penyerapan tidak baik
Terapi antasida atau pH lambung tinggi
Universitas Sumatera Utara
Diet bran (beras dengan kulit), tanin, asam phytate, atau zat tepung
berlebihan
Kehilangan atau disfungsi penyerapan oleh enterosit
Penyakit usus halus
Bersaing dengan kandungan metal lain (contoh tembaga atau timah)
Reseksi usus
Penyakit inflamasi usus
Defek pada enterosit intrinsik
Peningkatan pengeluaran
Perdarahan gastrointestinal
Epistaksis
Gastritis
Tumor
Parasitosis
Malformasi vaskularisasi
Diverticulosis
Varises
Ulkus
Meckel’s diverticulum
Susu-merangsang enteropati pada anak-anak
Penyakit inflamasi usus
Hemorrhoids
Perdarahan genitourinari
Menorrhagia
Kanker
Infeksi kronis
Perdarahan pulmonal
Universitas Sumatera Utara
Pulmonary hemosiderosis
Infeksi
Perdarahan lainnya
Trauma
Phlebotomy berlebihan
Malformasi pembuluh darah besar
2.3.4. Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi
Usia
:bayi (terutama jika riwayat prematur); remaja; wanita
menopause, usia tua
Sex
: risiko lebih besar pada wanita
Reproduksi
: menorrhagia
Ginjal
: hematuria (jarang)
Saluran cerna : nafsu makan atau perubahan berat badan, perubahan
kebiasaan buang air besar, perdarahan dari dubur/melena;
lambung atau operasi usus
Riwayat obat : terutama aspirin dan non-steroid anti-inflamasi
Pola makan
: diet, terutama vegetarian
Fisiologis
: kehamilan, masa kanak-kanak, remaja (Provan, 2003).
2.3.5. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Zat besi diperlukan untuk hemopoiesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga
diperlukan untuk mengangkut elektro (sitikrom), untuk mengaktifkan oksigen
(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang
khas (asimptomatik). Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi dimulai dengan
simpanan zat besi (feritin) yang menipis dan peningkatan absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan kapasitas pengikatan besi meningkat. Pada tahap lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
yaitu bila cadangan besi habis, transferin berkurang, jumlah protoporpirin
berkurang yang di ubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan penurunan kadar
serum feritin. Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian
kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia defisiensi gizi bila kadar feritin serum < 12ng/ml (Hilman, 1995).
2.3.6. Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis dari defisiensi besi bergantung pada tingkat keparahan
anemia. Pada kasus kronis, ditandai dengan kehilangan darah yang lambat.
Kebanyakan pasien mengalami lemah dan dyspnea. Gejala lain yaitu sakit kepala,
tinnitus, dan gangguan pengecapan. Pada pemeriksaan dapat dilihat dari kulit,
kuku, dan epitel lain. Atrofi kulit terjadi pada sepertiga pasien dan kadang terlihat
kuku seperti koilonikia (kuku berbentuk sendok) yang berbentuk sendok dan rata.
Penderita juga mengeluhkan angular stomatitis dimana sudut mulut pecah-pecah
sehingga menyebabkan rasa sakit, kadang disertai dengan glossitis. Takikardi dan
gagal jantung dapat terjadi pada kondisi anemia yang sangat berat (Provan, 2003).
Gambar 2.1. Koilonikia
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
Tabel 2.11. Diagnosis Anemia Defisiensi (Provan, 2003)
Reduced haemoglobin
Men 13 merupakan anemia defisiensi besi
dan bila