Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pola Makan
Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi, agar
tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan optimal. Diperkirakan ada lima puluh
macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah
tertentu setiap harinya. Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan mengalami
kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu (IDI, 2011).
Pola makan merupakan faktor penting yang berkontribusi pada gizi dan
status kesehatan. Modifikasi makan dapat diharapkan untuk mengurangi risiko
penyakit dan dalam beberapa kasus dapat mencegah penyakit. Pola makan yang
tidak memadai dalam energi dan nutrisi tertentu dapat menyebabkan menderita
penyakit serius bahkan kematian. Kekurangan makanan tetap menjadi prioritas di
banyak bagian dunia terutama pola makan yang mencerminkan asupan yang

berlebihan atau tidak seimbang (Atmarita, 2005).

2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber utama energi tubuh diet. Makanan kaya
karbohidrat,

seperti buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan juga

merupakan sumber utama serat makanan. Diet rekomendasi menunjukkan bahwa
50% atau lebih dari total kalori harian harus berasal dari karbohidrat, dengan tidak
lebih dari 10-25% dari kalori berasal dari pemanis, seperti sukrosa dan fruktosa
(Story, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Protein
Kebutuhan protein remaja dipengaruhi oleh jumlah protein yang
diperlukan untuk pemeliharaan massa tubuh tanpa lemak selama percepatan
pertumbuhan remaja. Ketika asupan protein tidak memadai, maka penurunan
pertumbuhan linear, keterlambatan seksual pematangan, dan akumulasi massa

tubuh tanpa lemak dapat dilihat (Story, 2005).

2.1.3. Lemak
Tubuh manusia membutuhkan lemak dan penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal. The Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan
bahwa remaja mengkonsumsi tidak lebih dari 30% kalori dari lemak, dengan tidak
lebih dari 10% kalori berasal dari lemak jenuh (Story, 2005).

2.1.4. Mineral
2.1.4.1. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja lebih besar daripada di masa kanakkanak atau dewasa baik karena peningkatan dramatis dalam pertumbuhan tulang.
Sekitar 45% dari massa tulang puncak dicapai selama remaja, asupan kalsium
yang cukup penting bagi perkembangan massa tulang padat dan pengurangan
risiko seumur hidup dari patah tulang dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun,
remaja telah mencapai sekitar 90% dari massa tulang dewasa mereka. Dengan
demikian, masa remaja merupakan pengembangan tulang yang optimal dan
kesehatan di masa depan (Story, 2005).

2.1.4.2. Besi
Besi sangat penting untuk mengangkut oksigen dalam aliran darah dan

mencegah anemia. RDA untuk besi 8 mg/hari untuk anak usia 9-13 tahun, 11
mg/hari untuk laki laki usia 14-18 tahun dan 15 mg/hari untuk perempuan usia 1418 tahun. Perkiraan kekurangan zat besi di kalangan remaja 3-4% untuk pria dan

Universitas Sumatera Utara

perempuan usia 11-14, 6- 7% untuk perempuan usia 15-19, dan 0,6% untuk lakilaki usia 15-19 tahun (Story, 2005).

2.1.4.3. Seng
Seng dikaitkan lebih dari 100 enzim spesifik dan sangat penting untuk
pembentukan protein. Seng penting pada masa remaja karena perannya dalam
pertumbuhan dan pematangan seksual. Laki-laki yang mengalami kegagalan
pertumbuhan kekurangan seng maka perkembangan seksual tertunda. Hal ini
dikenal bahwa tingkat seng serum menurun dalam menanggapi pertumbuhan yang
cepat dan perubahan hormonal yang terjadi selama masa remaja. RDA seng untuk
pria dan wanita usia 9-13 tahun adalah 8 mg/hari. Untuk pria dan perempuan usia
14-18 tahun adalah 11 mg / hari dan 9 mg / hari (Story, 2005).

2.1.4.4. Vitamin A
Selain penting bagi penglihatan normal, vitamin A memiliki peran penting
dalam reproduksi, pertumbuhan, dan kekebalan. Tubuh harus memiliki vitamin A

yang cukup, anak laki-laki dan perempuan usia 9-13 tahun harus mengkonsumsi
600 mg / hari, perempuan usia 14-18 tahun, 700 mg / hari dan laki-laki usia 14-18
tahun, 900 mg / hari (Story, 2005).

2.1.4.5. Vitamin E
Memiliki sifat antioksidan yang penting bagi tubuh. RDA untuk vitamin E
untuk anak usia 9-13 tahun adalah 11 mg / hari dan 15 mg / hari untuk anak usia
14-18 tahun (Story, 2005).

2.1.4.6. Vitamin C
Berperan dalam sintesis kolagen dan jaringan ikat lain. Vitamin C adalah
gizi yang penting selama pertumbuhan dan perkembangan remaja. RDA untuk
vitamin C adalah 45 mg / hari untuk anak usia 9-13 tahun, 75 mg / hari untuk lakilaki usia 14-18 tahun dan 65 mg / hari untuk perempuan usia 14-18 tahun (Story,
2005).

Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Golongan Bahan Makanan
2.1.5.1. Golongan I Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 satuan penukar mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan 40 gram

karbohidrat.

Tabel 2.1. Sumber Karbohidrat (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan

Berat

URT

Nasi

100

¾ gls

Nasi tim

200

1 gls


Bubur beras

400

2 gls

Nasi jagung

100

¾ gls

Kentang

200

2 bj sdg

Singkong (*)


100

1 ptg sdg

Tales

200

1 bj bsr

Ubi

150

1 bj sdg

Biscuit Meja

50


4 bh

Roti putih

80

4 iris

Kraker

50

5 bh bsr

Maizena (*)

40

8 sdm


Teoung beras

50

8 sdm

Tepung singkong (*)

40

8 sdm

Tepung sagu (*)

40

7 sdm

Tepung terigu


50

8 sdm

Tepung hunkwee

40

8 sdm

Mie basah

100

1 ½ gls

Mie kering

50


1 gls

Havermout

50

6 sdm

Bihun

50

½ gls

Ket : Bahan makanan yang ditandai (*) kurang mengandung protein hingga perlu
ditambah ½ satuan penukar bahan makanan sumber protein.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.2. Golongan II Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
1 satuan penukar mengandung 95 kalori, 10 gram protein dan 6 gram lemak.

Tabel 2.2. Sumber Protein Hewani (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan

Berat (gr)

URT

Daging sapi

50

1 ptg sdg

Daging babi

25

1 ptg kcl

Daging ayam

50

1 ptg sdg

Hati sapi

50

1 ptg sdg

Didih sapi

50

2 ptg sdg

Babat

60

2 ptg sdg

Usus sapi

75

3 bulatan

Telur ayam biasa

75

2 btr

Telur ayam negeri

60

1 btr bsr

Telur bebek

60

1 btr

Ikan segar

50

1 ptg sdg

Ikan asin

25

1 ptg sdg

Ikan teri

25

2 sdm

Udang basah

50

¼ gls

Keju

30

1 ptg sdg

Bakso daging

100

10 bj bsr

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.3. Golongan III Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
1 satuan penukar mengandung 80 kalori, 6 gram protein, 3 gram lemak,
dan 8 gram karbohidrat.

Tabel 2.3. Sumber Protein Nabati (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan
Kacang ijo
Kacang kedele
Kacang merah
Kacang tanah terkupas
Keju kacang tanah
Kacang tolo
Oncom
Tahu
Tempe

Berat (gr)
25
25
25
20
20
25
50
100
50

URT
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 ½ sdm
2 sdm
2 sdm
2 ½ sdm
2 ptg sdg
1 bj bsr
2 ptg sdg

2.1.5.4. Golongan IV Sayuran
Merupakan sumber vitamin terutama karotin dan vitamin C dan juga
mineral (zat kapur, zat besi, zat fosfor).

Tabel 2.4. Sumber Sayuran Kelompok A (RSUP HAM, 1991)
Baligo
Daun bawang
Daun kacang panjang
Daun koro
Daun labu siam
Daun waluh
Daun lobak
Jamur segar
Oyong (gambas)
Kangkung
Ketimun
Tomat
Kecipir muda

Kembang kol
Labu air
Lobak
Papaya muda
Pecay
Rebung
Sawi
Seledri
Selada
Tauge
Tebu terubuk
Terong
Cabe hijau besar

Universitas Sumatera Utara

Sayuran kelompok B, dalam satu satuan penukar mengandung 50 kalori, 3
gram protein dan 10 gram karbohidrat.

Yang termasuk kelompok ini adalah:

Tabel 2.5. Sumber Sayuran Kelompok B (RSUP HAM, 1991)
Bayam

Jagung muda

Biet

Jantung pisang

Buncis

Genjer

Daun bluntas

Kacang panjang

Daun ketela rambat

Kacang kapri

Daun kecipir

Katuk

Daun leunca

Kucai

Daun lompong

Labu siam

Daun mangkokan

Labu waluh

Daun melinjau

Nangka muda

Daun pakis

Pare

Daun singkong

Tekokak

Daun papaya

Wortel

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.5. Golongan V Sumber Buah-Buahan
Merupakan sumber vitamin terutama Karotin, Vitamin B1, B6 dan C.
satuan penukar mengandung 40 kalori dan 10 gram karbohidrat.

Tabel 2.6. Sumber Buah-Buahan (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan

Berat

URT

Alpukat

50

½ bh bsr

Apel

75

½ bh bsr

Anggur

75

10 bj

Belimbing

125

1 bh bsr

Jambu biji

100

2 bh bsr

Jambu air

100

1 bh bsr

Jambu bol

75

¾ bh sdg

Duku

75

15 bh

Durian

50

3 bj

Jeruk manis

100

2 bh sdg

Kedondong

100

1 bh bsr

Kemang

100

1 bh bsr

Mangga

50

½ bh bsr

Nenas

75

1/6 bh sdg

Nangka masak

50

3 bj

Papaya

100

1 ptg sdg

Pisang ambon

50

1 bh sdg

Pisang raja

50

2 bh kcl

Rambutan

75

8 bh

Salak

75

1 bh bsr

Sawo

50

1 bh sdg

Sirsak

75

½ gls

Semangka

150

1 ptg bsr

Universitas Sumatera Utara

2.1.5.6. Golongan VI Susu
Merupakan sumber protein lemak, karbohidrat, vitamin ( terutama vitamin
A dan niacin), serta mineral (zat kapur dan fosfor). Satuan penukar mengandung
130 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat dan 7 gram lemak.

Tabel 2.7. Sumber Susu (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan

Berat

URT

Susu sapi

200

1 gls

Susu kambing

150

¾ gls

Susu kerbau

100

½ gls

Susu kental tak manis

100

½ gls

Yoghurt

200

1 gls

Tepung susu whole

25

5 sdm

Tepung susu skim

20

4 sdm

Tepung saridele

25

4 sdm

2.1.5.7. Golongan VII Minyak
Bahan makanan ini terdiri dari lemak. Satuan penukar mengandung 45
kalori dan 5 gram lemak.

Tabel 2.8. Sumber Minyak (RSUP HAM, 1991)
Bahan Makanan

Berat

URT

Minyak goreng

5

½ sdm

Minyak ikan

5

½ sdm

Margarine

5

½ sdm

Kelapa

30

1 ptg kcl

Kelapa parut

30

5 sdm

Santan

50

½ gls

Lemak sapi

5

1 ptg kcl

Lemak babi

5

1 ptg kcl

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.9. Jumlah Kandungan Besi (CDC, 2013)
Makanan
Daging
Daging sapi, tanpa lemak
Daging lembu, tanpa lemak
Daging domba, tanpa lemak
Daging babi, tanpa lemak
Daging ayam, tanpa lemak
Ikan
Putih
Tuna
Salmon
Sarden
Tiram
Telur
Kacang-kacangan panggang
Kacang-kacangan dimasak
Kacang
Kacang tanah
Selai kacang
Kacang mende
Almon
Kacang cemara
Roti
Roti gandum
Roti putih
Sereal
Keping jagung
Biji beras
Keping padi
Weet-bix
Muesli
Gandum, rebus
Beras
Putih
Coklat
Bubur
Buah kering
Aprikot kering
Sultanas (kismis)
Buah segar
Sayuran
Bayam, dimasak
Brokoli
Wortel
Kentang
Susu
Keju
Milo

Jumlah

Besi (miligram)

100g
100g
100g
100g
100g

2,5-4
2,1
2,5
1,1
0,9-1,2

100g
100g
100g
5
6
1 butir
2/3 cangkir
2/3 cangkir

0,2-0,8
1,0-1,3
1,7
2,0
4,6
0,9
2,9
2,9-3,4

50g
1 sendok makan
50g
50g
50g

1,2
0,5
2,6
1,8
2,0

1 iris
1 iris

0,5
0,3

1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir
2
1 cangkir
1 cangkir

3,0
3,0
2,7
3,0
5,0
1,3

1 cangkir
1 cangkir
1 cangkir

0,6
0,9
0,6

½ cangkir
½ cangkir
100g

2,1
1,7
0,2-0,7

1/3 cangkir
1/3 cangkir
1/3 cangkir
1 buah
1 cangkir
1 iris
2 sendok teh penuh (9g)

1,5
0,6
0,2
0,5
0,3
0,1
2,2

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Status Gizi
Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah umum
2

dipakai, yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m ) (Kiess, 2004).
Menurut CDC (2000) Body Mass Index (BMI) adalah jumlah yang dihitung dari
berat badan anak dan tinggi badan. Setelah BMI dihitung untuk anak-anak dan
remaja, jumlah BMI diplot pada grafik pertumbuhan BMI-for-age CDC (anak
perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan persentile. Persentile adalah
indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan
pola masing-masing anak. Persentil menunjukkan posisi relatif dari jumlah BMI
anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan
menunjukkan

kategori

status

berat

badan

anak

dan

remaja.

Kategori BMI dan Percentile menurut CDC (2000), yaitu:








th

Underweight BMI < 5 percentile
th

th

Normal BMI 5 - 85 percentile
th

th

Overweight BMI 85 - 95 percentile
th

Obese BMI ≥ 95 percentile

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Anemia Defisiensi Besi

2.3.1. Pengertian Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh sintesis
hemoglobin yang terganggu sehingga mengakibatkan sel darah merah yang lebih
kecil dari normal (mikrositik) dan mengandung sedikit hemoglobin (hipokromik)
(Provan, 2003).

2.3.2. Metabolisme Besi
Besi memiliki peranan penting dalam berbagai metabolisme. Pada orang
dewasa, terdapat 3-5 gram zat besi dalam tubuh, dimana 2/3 mg dari besi tersebut
merupakan hemoglobin pembawa oksigen. Pada orang normal, besi disediakan
oleh tubuh 15 mg perhari, dimana 5-10 % diserap terutama oleh duodenum dan
jejunum bagian atas. Suasana asam akan membantu proses penyerapan besi dalam
bentuk ferro. Penyerapan dibantu oleh bahan pereduksi lain seperti asam
hidroklorida

dan

asam

askorbat.

Tubuh

memiliki

kemampuan

untuk

meningkatkan penyerapan zat besi untuk meningkatkan sediaan zat besi pada
suatu situasi tertentu misal saat kehamilan, menyusui, masa pertumbuhan, dan
pada saat tubuh mengalami defisiensi besi. Setelah diserap dari usus, besi
ditransport melalui sel mukosa ke dalam darah, dimana besi dibawa oleh protein
transferin untuk pematangan sel darah merah di sumsum tulang. Cadangan besi
mengandung feritin dan hemosiderin. Sekitar 1 mg besi dalam sehari dieksresikan
dari tubuh melalui urin, keringat, dan feses. Saat menstruasi, maka tubuh
kehilangan 20 mg dalam sebulan dan kebutuhan besi meningkat pada saat hamil
(500-1000 mg) sehingga insidensi tertinggi anemia defisiensi besi terjadi pada
wanita usia reproduksi (Provan, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.10. RDA Besi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (CDC, 2013)
Kategori

Usia

Besi (mg/hari)

Bayi

0-6 bulan

0,27

7-12 bulan

11

1-3 tahun

7

4-8 tahun

10

9-13 tahun

8

14-18 tahun

11

19-30 tahun

8

31-50 tahun

8

51-70 Ahun

8

>70 tahun

8

9-13 tahun

8

14-18 tahun

15

19-30 tahun

18

31-50 tahun

18

51-70 Ahun

8

>70 tahun

8

14-18 tahun

27

19-30 tahun

27

31-50 tahun

27

14-18 tahun

10

19-30 tahun

9

31-50 tahun

9

Anak

Laki-Laki

Wanita

Wanita hamil

Wanita menyusui

2.3.3. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Etiologi anemia defisiensi besi menurut Balducci (2007) yaitu:
Penyerapan tidak baik


Terapi antasida atau pH lambung tinggi

Universitas Sumatera Utara



Diet bran (beras dengan kulit), tanin, asam phytate, atau zat tepung



berlebihan



Kehilangan atau disfungsi penyerapan oleh enterosit



Penyakit usus halus



Bersaing dengan kandungan metal lain (contoh tembaga atau timah)



Reseksi usus



Penyakit inflamasi usus
Defek pada enterosit intrinsik

Peningkatan pengeluaran

 Perdarahan gastrointestinal





Epistaksis



Gastritis



Tumor



Parasitosis



Malformasi vaskularisasi



Diverticulosis



Varises



Ulkus



Meckel’s diverticulum



Susu-merangsang enteropati pada anak-anak



Penyakit inflamasi usus

Hemorrhoids

 Perdarahan genitourinari







Menorrhagia
Kanker
Infeksi kronis

 Perdarahan pulmonal

Universitas Sumatera Utara





Pulmonary hemosiderosis
Infeksi

 Perdarahan lainnya







Trauma
Phlebotomy berlebihan
Malformasi pembuluh darah besar

2.3.4. Faktor Resiko Anemia Defisiensi Besi




Usia

:bayi (terutama jika riwayat prematur); remaja; wanita
menopause, usia tua



Sex

: risiko lebih besar pada wanita

Reproduksi

: menorrhagia



Ginjal

: hematuria (jarang)



Saluran cerna : nafsu makan atau perubahan berat badan, perubahan
kebiasaan buang air besar, perdarahan dari dubur/melena;







lambung atau operasi usus
Riwayat obat : terutama aspirin dan non-steroid anti-inflamasi
Pola makan

: diet, terutama vegetarian

Fisiologis

: kehamilan, masa kanak-kanak, remaja (Provan, 2003).

2.3.5. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Zat besi diperlukan untuk hemopoiesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga
diperlukan untuk mengangkut elektro (sitikrom), untuk mengaktifkan oksigen
(oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang
khas (asimptomatik). Tanda-tanda dari anemia defisiensi besi dimulai dengan
simpanan zat besi (feritin) yang menipis dan peningkatan absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan kapasitas pengikatan besi meningkat. Pada tahap lebih lanjut

Universitas Sumatera Utara

yaitu bila cadangan besi habis, transferin berkurang, jumlah protoporpirin
berkurang yang di ubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan penurunan kadar
serum feritin. Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian
kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan
anemia defisiensi gizi bila kadar feritin serum < 12ng/ml (Hilman, 1995).

2.3.6. Manifestasi Klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis dari defisiensi besi bergantung pada tingkat keparahan
anemia. Pada kasus kronis, ditandai dengan kehilangan darah yang lambat.
Kebanyakan pasien mengalami lemah dan dyspnea. Gejala lain yaitu sakit kepala,
tinnitus, dan gangguan pengecapan. Pada pemeriksaan dapat dilihat dari kulit,
kuku, dan epitel lain. Atrofi kulit terjadi pada sepertiga pasien dan kadang terlihat
kuku seperti koilonikia (kuku berbentuk sendok) yang berbentuk sendok dan rata.
Penderita juga mengeluhkan angular stomatitis dimana sudut mulut pecah-pecah
sehingga menyebabkan rasa sakit, kadang disertai dengan glossitis. Takikardi dan
gagal jantung dapat terjadi pada kondisi anemia yang sangat berat (Provan, 2003).

Gambar 2.1. Koilonikia

Universitas Sumatera Utara

2.3.7. Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Tabel 2.11. Diagnosis Anemia Defisiensi (Provan, 2003)
Reduced haemoglobin

Men 13 merupakan anemia defisiensi besi
dan bila

Dokumen yang terkait

Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

16 100 77

Gambaran Pola Makan Dan Kejadian Anemia Gizi Besi Mahasiswi Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi Lubuk Pakam Yang Tinggal Di Asrama Tahun 2005

0 42 63

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 4 90

Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Tahun 2016.

0 4 29

Tingkat Status Nutrisi Berdasarkan Pola Makan dan Status Sosial Ekonomi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Angkatan 2013.

0 0 18

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 0 15

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 0 4

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 0 5

Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013 Tahun 2013

0 0 25