Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

(1)

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN

PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2013

DISUSUN OLEH :

KEVIN DILIAN SUGANDA (100100075)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN

PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANGKATAN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

DISUSUN OLEH :

KEVIN DILIAN SUGANDA (100100075)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ABSTRAK

Latar Belakang : Transisi dari seorang siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT) merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas-tugas perkuliahan yang banyak, serta perubahan pada gaya hidup yang ternyata menuntut waktu dan self-control yang lebih besar dibandingkan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat menjadi penyebab stres pada mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang berbeda dalam menghadapi perubahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Metode : Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) kepada 422 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan dari 422 mahasiswa tahun pertama, 15 orang (3,6%) mengalami stres ringan, 365 orang (86,5%) mengalami stres sedang, 42 orang (10%) mengalami stres berat. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada perempuan yaitu 11,2%, sedangkan pada laki-laki 7,6%. Berdasarkan suku, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang berasal dari suku Jawa yaitu 12,8%. Berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang masuk FK karena coba-coba yaitu 100%. Faktor-faktor lain yang paling sering mempengaruhi tingkat stres pada mahasiswa berasal dari stresor psikososial yaitu tingginya harapan dari orang tua (31,3%) dan yang paling sedikit tidak menyebabkan stres adalah penyalahgunaan narkoba/alkohol oleh mahasiswa (0,7%).

Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan mahasiswa tahun pertama FK USU memiliki tingkat stres yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar pihak fakultas melaksanakan manajemen stres secara efektif pada mahasiswa melalui motivasi dan konseling demi kepentingan pencegahan stres dan penyakit psikiatri seperti depresi. Program kesehatan mental seperti konseling sangat diperlukan agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungannya untuk menghindari stres.


(4)

ABSTRACT

Introduction: Transition from a student in senior high school to a college student in college represents a big changes for someones life. New environments and cultures, new friends,a lot of college tasks, and life style change, which turned out to be demanded more time and more self control than when they were in senior high school can be stressors for the first year college student. They have different stress levels in facing the changes. The objective of this study is to describe the level of stress in first year students in medical faculty of USU.

Methods : A descriptive cross sectional study using self administered questionnaire Perceived Stress Scale (PSS-10) was given to 422 first year students in medical faculty of USU.

Results : Result of this research show from 422 first year students filled in questionnaire, 3,6% students have mild stress, 86,5% have moderate stress, and 10% have severe stress. Based on gender,females have much more stress (11,2%) than males (7.6%). According to ethnics, Java students have much more stress (12,8%). Based on their reason to study in Medical faculty, students who study in medical faculty by just trying it out have much more stress (100%). The most frequently occurring sources of stress reported by college students as always was high parental expectations (31,3%) as psychosocial stressor and drugs/alcohol abuse as health related stressors was reported to be the lowest factor for sources of stress (0,7%).

Conclusion : This research shows that the level of perceived stress seems to be high among first year medical students in USU. In this case, it is important for medical educators to perform stress management effectively by motivation and counseling for prevention of stress and psychiactric disease as depression. Mental health program like counseling is really needed so the college students can adapt well to a new environment to prevent stress.


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:

Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

Nama

:

Kevin Dilian Suganda

NIM

: 100100075

Pembimbing Penguji I

(dr. Ilham, Sp.PD) ( Prof. Dr. Haris Hasan, Sp.JP, Sp.PD)

NIP. 196604231996031001 NIP. 195604051983031004

Penguji II

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc.Fc, Mkes )


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Daftar isi... ii

Daftar gambar dan tabel... ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 4

1.3 . Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... .. 4

1.4 . Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Mahasiswa... .. 5

1.4.2 Bagi Fakultas Kedokteran... . 5

1.4.3 Bagi Peneliti... ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1Stres ... 6

2.1.1 Definisi Stres... ... 6

2.1.2 Unsur-Unsur Stres... 7

2.1.3 Etiologi Stres... 8

2.1.4 Klasifikasi Stres...10

2.1.5 Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres... ...11

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres...14

2.1.7 Fisiologi Stres...15

2.1.8 Manifestasi Klinis Stres...18

2.2Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran... 20

2.2.1 Prevalensi Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran... 20

2.2.2 Etiologi Stres Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran... ....21


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26

3.1 . Kerangka Konsep Penelitian... 26

3.2 . Definisi Operasional... 26

3.2.1 Stres... 27

3.2.2 Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran USU... 27

3.2.3 Jenis Kelamin... 27

3.2.4 Suku... 27

3.2.5 Alasan Memilih Fakultas Kedokteran... 27

3.2.6 Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Tingkat Stres... 27

3.2.7 PSS-10... 27

3.2.8 Skala Pengukuran... .28

BAB 4 METODE PENELITIAN... 29

4.1 . Jenis Penelitian... ... 29

4.2 . Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

4.3 . Populasi dan Sampel... 29

4.4 . Metode Pengumpulan Data... .30

4.4.1 Data Primer...30

4.4.2 Data Sekunder...30

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas...30

4.5 . Pengolahan dan Analisis Data... 30

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... ... ... 16


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel2.1...16

Tabel2.2...18

Tabel2.3...19

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden………..31

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden……….32

Tabel 5.3 Distribusi Suku Responden ………. 33

Tabel 5.4 Distribusi Alasan Responden Masuk FK……….. 33

Tabel 5.5 Distribusi Etiologi Stres pada Responden………. 34

Tabel 5.6 Distribusi Skor Stres Responden……… 38

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Stres Responden……… 38

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin………39

Tabel 5.9 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Suku……… 39


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ethical Clearance

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Output Hasil Penelitian


(11)

ABSTRAK

Latar Belakang : Transisi dari seorang siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT) merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas-tugas perkuliahan yang banyak, serta perubahan pada gaya hidup yang ternyata menuntut waktu dan self-control yang lebih besar dibandingkan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat menjadi penyebab stres pada mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang berbeda dalam menghadapi perubahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Metode : Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) kepada 422 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan dari 422 mahasiswa tahun pertama, 15 orang (3,6%) mengalami stres ringan, 365 orang (86,5%) mengalami stres sedang, 42 orang (10%) mengalami stres berat. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada perempuan yaitu 11,2%, sedangkan pada laki-laki 7,6%. Berdasarkan suku, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang berasal dari suku Jawa yaitu 12,8%. Berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang masuk FK karena coba-coba yaitu 100%. Faktor-faktor lain yang paling sering mempengaruhi tingkat stres pada mahasiswa berasal dari stresor psikososial yaitu tingginya harapan dari orang tua (31,3%) dan yang paling sedikit tidak menyebabkan stres adalah penyalahgunaan narkoba/alkohol oleh mahasiswa (0,7%).

Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan mahasiswa tahun pertama FK USU memiliki tingkat stres yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar pihak fakultas melaksanakan manajemen stres secara efektif pada mahasiswa melalui motivasi dan konseling demi kepentingan pencegahan stres dan penyakit psikiatri seperti depresi. Program kesehatan mental seperti konseling sangat diperlukan agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungannya untuk menghindari stres.


(12)

ABSTRACT

Introduction: Transition from a student in senior high school to a college student in college represents a big changes for someones life. New environments and cultures, new friends,a lot of college tasks, and life style change, which turned out to be demanded more time and more self control than when they were in senior high school can be stressors for the first year college student. They have different stress levels in facing the changes. The objective of this study is to describe the level of stress in first year students in medical faculty of USU.

Methods : A descriptive cross sectional study using self administered questionnaire Perceived Stress Scale (PSS-10) was given to 422 first year students in medical faculty of USU.

Results : Result of this research show from 422 first year students filled in questionnaire, 3,6% students have mild stress, 86,5% have moderate stress, and 10% have severe stress. Based on gender,females have much more stress (11,2%) than males (7.6%). According to ethnics, Java students have much more stress (12,8%). Based on their reason to study in Medical faculty, students who study in medical faculty by just trying it out have much more stress (100%). The most frequently occurring sources of stress reported by college students as always was high parental expectations (31,3%) as psychosocial stressor and drugs/alcohol abuse as health related stressors was reported to be the lowest factor for sources of stress (0,7%).

Conclusion : This research shows that the level of perceived stress seems to be high among first year medical students in USU. In this case, it is important for medical educators to perform stress management effectively by motivation and counseling for prevention of stress and psychiactric disease as depression. Mental health program like counseling is really needed so the college students can adapt well to a new environment to prevent stress.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Modernisasi dan perkembangan dunia menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat saat ini. Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan untuk meningkatkan pencapaian diri serta ketidaksanggupan pribadi dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat menimbulkan stres dalam diri seseorang (Mastura, 2007).

Stres merupakan suatu ketidakseimbangan yang besar antara permintaan yang berupa fisik ataupun psikologis dengan kemampuan respon di mana terjadinya kegagalan untuk memenuhi permintaan yang memberi konsekuensi yang esensial (Krohne, 2002).

Stres sendiri bisa berasal dari individu, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan dapat pula berasal dari tempat-tempat dimana individu banyak menghabiskan waktunya seperti kantor dan tempat pendidikan. (Pedak, 2009).

Proses stres sendiri merupakan suatu siklus yang berkelanjutan dan memiliki suatu mekanisme umpan balik. (Weinberg, 2003).

Mahasiswa, sebagai insan akademik, dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan internal. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua, kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan internal bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. (Heiman, 2005).

Penyebab stres pada mahasiswa tersebut berbeda antara satu individu dengan yang lain. Pada mahasiswa tingkat pertama penyebab stres dapat berupa norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas yang banyak, perubahan pada gaya hidup yang ternyata menuntut waktu dan


(14)

self-control yang lebih besar dibandingkan pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA), transisi dari seorang siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT), perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian nilai dan problem-problem akademik lainnya. Berbagai penyesuaian yang harus dihadapi oleh para mahasiswa diperberat dengan adanya faktor personal seperti jauhnya para mahasiswa baru dari orang tua dan sanak saudara, pengelolaan keuangan, problem lingkungan baru, serta problem-problem personal lainnya (Reisberg 2005, Santrock 2003).

Problem akademik penyebab stres pada tingkat pertama adalah berlakunya Sistem Kredit Semester yang merupakan salah satu perubahan yang dialami. Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaran pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS) untuk menyatakan beban studi peserta didik, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. Sistem Kredit Semester menuntut mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang sesuai dengan kemampuannya dan mahasiswa harus giat dan serius menyelesaikan program studi yang telah ditentukan dalam waktu sesingkat mungkin. Sistem ini meminta tanggung jawab yang besar pada mahasiswa dalam menentukan mata kuliah dan jumlah SKS yang akan diambil. Lain halnya pada sekolah menengah atas dimana beban studi, mata pelajaran, dan masa studi siswa sudah ditentukan sehingga mereka tinggal menjalaninya saja (USU, 2010).

Penyebab lain yaitu pola hubungan pengajar dengan mahasiswa. Pola hubungan dosen-mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan guru-siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan diikuti pula dengan jumlah mahasiswa yang biasanya lebih banyak sehingga perhatian dosen terhadap mahasiswa menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya (Gunarsa, 2000).

Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa sesuai pilihan fakultas mereka telah dilakukan pada beberapa universitas di dunia. Prevalensi mahasiswa di dunia yang mengalami stres didapatkan sebesar 38-71%


(15)

Koochaki 2009). Sementara itu, di Indonesia sendiri didapatkan sebesar 36,7-71,6% prevalensi mahasiswa yang mengalami stres (Fitasari 2011, Susanto 2008, Kurniawati 2010, Oktovia 2012).

Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran juga telah dilakukan di berbagai universitas di dunia. Di dunia, prevalensi terjadinya stres pada mahasiswa fakultas kedokteran sebesar 31,2-51% (Stephani 2006, Firth 2004). Sementara itu, di Asia didapatkan sebesar 47-74,2% prevalensi mahasiswa fakultas kedokteran yang mengalami stres (Saipanish 2003, Abdulghani 2008, Marjani 2008). Di Indonesia, prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran didapatkan sebesar 45,8-71,6%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi stres mahasiswa yang memilih fakultas kedokteran lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang memilih jurusan lain (Carolin 2010, Oktovia 2012).

Penelitian yang dilakukan di Arab Saudi ternyata menunjukkan bahwa stres pada mahasiswa fakultas kedokteran banyak terjadi pada tahun pertama yaitu 74,2% dan pada tahun berikutnya prevalensinya menurun (Abdulghani, 2008). Di Pakistan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, 47%. Penelitian di Pakistan menunjukkan tingkat stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama dan kedua lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa fakultas kedokteran tahun ketiga dan keempat (Inam, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pakistan tentang stres ditingkat mahasiswa kedokteran, penyebab terbanyak adalah adanya ekspektasi yang tinggi dari orang tua (63%), frekuensi ujian yang lebih sering terjadi dibandingkan fakultas lainnya (59%), waktu yang cepat untuk menyelesaikan kurikulum akademik (50%), waktu tidur yang berkurang (48%), , kecemasan tentang masa depan (45%), kesepian (41%) dan ketidakpuasan dalam pengajaran materi perkuliahan (35%) (Shah,2010).

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa stres merupakan kondisi yang lebih sering dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran dibandingkan dengan


(16)

mahasiswa yang memilih jurusan lain, terutama pada mahasiswa tahun pertamanya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan perbedaan jenis kelamin.

2. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan perbedaan suku 3. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan alasan memilih Fakultas Kedokteran


(17)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa tahun pertama dapat mengetahui dan memahami masalah tentang stres serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres. Bagi mahasiswa hasil penelitian yang menunjukkan kriteria tingkat stres yang berat dapat dirujuk ke dokter untuk penanganan selanjutnya.

1.4.2 Bagi Fakultas Kedokteran

Data dan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi informasi kebijakan akademik bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam usaha pencegahan stres pada mahasiswa tahun pertama.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres

2.1.1. Definisi stres

Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang. Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Looker, 2005).

Menurut Lazarus (1984), stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerahkan seseorang. Seseorang hanya merasa sedikit stres jika dia memiliki waktu dan sumber daya yang cukup untuk menangani sebuah situasi. Namun, jika seseorang menganggap dirinya tidak mampu menangani tuntutan-tuntutan yang dibebankan kepadanya, stres yang dirasakannya akan lebih besar (Manktelow, 2009).

Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang (Robbins, 2001). Sedangkan menurut Hans Selye, stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap apapun permintaan untuk perubahan (Greenberg, 2004).

Istilah stres digunakan untuk menunjukkan adanya suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana hal tersebut menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie, 2005). Menurut Greenberg (1984), stres diungkapkan sebagai reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang (Yosep, 2007). Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan


(19)

spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana, 1994).

2.1.2 Unsur-Unsur Stres

Sebagai bagian dari pengalaman hidup, stres merupakan hal yang rumit dan kompleks. Oleh karena itu stres dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu :

1) Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor) Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa bencana alam, lingkungan kerja yang berat, tempat tinggal yang tidak sehat ataupun suatu peristiwa dalam kehidupan yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.

2) Orang yang mengalami stres (the stressed)

Dari segi orang yang mengalami stres, pemusatan perhatian tergantung pada tanggapan (response) seseorang terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan dan hal tersebut dapat menimbulkan gejala secara psikologis dan fisiologis.

3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres (transactions)

Hubungan antara orang yang mengalami stres dan keadaan yang penuh stres merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut, hal yang mendatangkan stres dan pengalaman orang yang terkena stres saling berkaitan. Stres yang dialami setiap orang berbeda-beda dan cara menghadapinya juga berbeda-beda sesuai dengan kemampuan orang tersebut (Hardjana, 1994).

2.1.3 Etiologi Stres

Stres adalah kumpulan hasil, respons, jalan, dan pengalaman yang berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai stresor (Manktelow, 2009). Stres terbentuk dari berbagai hal yang bisa berasal dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Stres


(20)

terjadi apabila stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis yang berupa perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan perilaku (Gunawan, 2007).

Stresor adalah segala sesuatu keadaan atau peristiwa di lingkungan yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya respons stres (Looker, 2005). Menurut Rasmund (2004), beberapa jenis stresor adalah sebagai berikut:

1. Stresor biologik

Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang, tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan. Tumbuhnya jerawat, demam, dan digigit binatang dipersepsikan dapat menjadi stresor dan mengancam konsep diri individu.

2. Stresor fisik

Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi, dan alam. Letak tempat tinggal, demografi, jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, dan kebisingan.

3. Stresor kimia

Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Contoh stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan glukosa sedangkan stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat, alkohol, nikotin, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain.

4. Stresor sosial dan psikologik

Stresor sosial dan psikologik misalnya rasa tidak puas terhadap diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif, dan kehamilan.


(21)

5. Stresor spiritual

Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan (Carolin, 2010).

Tidak hanya stresor negatif yang dapat menyebabkan stres, tetapi stresor positif seperti kenaikan pangkat, promosi jabatan, tumbuh kembang, menikah, dan mempunyai anak juga dapat menyebabkan stres (Looker, 2005).

Menurut Selye (1979), berdasarkan persepsi individu terhadap stres yang dialaminya, stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Distress (Stres Negatif)

Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

2. Eustress (Stres Positif)

Eustress merupakan stres yang bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu (Rice,1999).

2.1.4 Klasifikasi Stres

Menurut Rice (1999), berdasarkan etiologinya stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Stres Kepribadian (Personality Stress)

Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan


(22)

kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian.

2. Stres Psikososial (Psychosocial Stress)

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.

3. Stres Bio-ekologi (Bio-Ecological Stress)

Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain.

4. Stres Pekerjaan (Job Stress)

Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.

5. Stres mahasiswa (CollegeStudent stress).

Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri (Pin, 2011).

2.1.5 Tingkat Stres dan Alat Ukur Tingkat Stres


(23)

1. Stres ringan

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

3. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmund, 2004).

Alat ukur tingkat stres adalah kuesioner dengan sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penelitian. Ada beberapa kuesioner yang sering dipakai untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa antara lain :

1. Kessler Psychological Distress Scale

Kessler Psychological Distress Scale terdiri dari 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan skor 1 untuk jawaban dimana responden tidak pernah mengalami stres, 2 untuk jawaban dimana responden jarang mengalami stres, 3 untuk jawaban dimana responden


(24)

kadang-kadang mengalami stres, 4 untuk jawaban dimana responden sering mengalami stres, dan 5 untuk jawaban dimana responden selalu mengalami stres dalam 30 hari terakhir. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Tingkat stres dikategorikan sebagai berikut:

a. Skor di bawah 20 : tidak mengalami stres b. Skor 20-24 : stres ringan

c. Skor 25-29 : stres sedang

d. Skor 30 dan di atas 30 : stres berat (Carolin, 2010).

2. Perceived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report questionnaire

yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperolehi dengan reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 & 8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-masing (Olpin & Hesson, 2009). Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.

1) Tidak pernah diberi skor 0

2) Hampir tidak pernah diberi skor 1 3) Kadang-kadang diberi skor 2 4) Cukup sering skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:

• Stres ringan (total skor 1-14) • Stres sedang (total skor 15-26) • Stres berat (total skor >26)


(25)

Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) terdiri dari 54 pertanyaan yang merupakan suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para mahasiswa. Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

a. Tidak pernah diberi skor 0 b. Sangat jarang diberi skor 1 c. Beberapa kali diberi skor 2 d. Sering diberi skor 3

e. Sangat sering diberi skor 4 f. Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres ringan, skor 75-135 menunjukkan seseorang mengalami stres sedang, skor lebih dari 135 menunjukkan seseorang mengalami stres berat (Silalahi, 2009). 2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres

Setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1. Kemampuan individu mempersepsikan stresor

Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.


(26)

2. Intensitas terhadap stimulus

Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya.

3. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama

Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

4. Lamanya pemaparan stresor

Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.

5. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.

6. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda (Rasmund, 2004).

2.1.7 Fisiologi Stres

Peristiwa fisiologis yang terjadi pada individu saat terjadi stres pertama kali dikembangkan oleh Hans Selye. Seyle mengidentifikasikan dua respon fisiologis terhadap stres, yaitu local adaptation syndrome (LAS) dan general adaptation syndrome (GAS) (Potter & Perry, 2005). LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh lainnya terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Sedangkan GAS adalah respon pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Berikut penjelasan lebih mendetail mengenai LAS dan GAS:


(27)

1. Local adaptation syndrome (LAS)

Local adaptation syndrome (LAS) memiliki karakter yaitu hanya terjadi setempat, adaptif/diperlukan stresor untuk menstimulasi, berjangka pendek, serta restoratif/membantu memulihkan homeostasis region. Contoh LAS yang banyak ditemui dalam lingkungan keperawatan yaitu respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Respon refleks nyeri adalah respon setempat dari sistem saraf pusat terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005). Respon ini bersifat adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon ini melibatkan reseptor sensoris, saraf sensoris yang menjalar ke medulla spinalis, neuron penghubung dalam medulla spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medulla spinalis, serta otot efektor. Contoh respon refleks nyeri yaitu refleks tangan dari permukaan panas dan keram otot. Contoh lain dari LAS yaitu respon inflamasi. Respon inflamasi distimulasi oleh trauma dan infeksi dimana respon ini menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan dengan tanda-tanda calor, tumor, rubor, dan dolor. Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase yaitu perubahan dalam sel dan sitem sirkulasi, pelepasan eksudat dari luka, dan perbaikan jaringan oleh regenerasi dan pembentukan jaringan parut. 2. General adaptation syndrome (GAS)

General adaptation syndrome (GAS) melibatkan sistem tubuh seperti sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS dikenal sebagai respon neuroendokrin. Gas terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Reaksi alarm/ reaksi peringatan

Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stresor. Secara fisiologi, respons stres adalah pola reaksi saraf dan hormon yang bersifat menyeluruh dan tidak spesifik terhadap setiap situasi apapun yang mengancam homeostasis.


(28)

Gambar 2.1 Efek Stresor pada Tubuh (Sherwood, 2001)

Tabel 2.1 Perubahan Hormon Utama selama Respon Stres (Sherwood, 2001)

HORMON PERUBAHAN TUJUAN

Epifirin naik -Memperkuat sistem saraf simpatis

untuk mempersiapakan tubuh “fight on flight”

-Memoblisasi simpanan karbohidrat dan lemak; meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah

CRH- ACTH-kortisol

naik Memobilsasi simpanan energi dan

bahan pembangun metabolik untuk digunakan jika diperluka; meningkatkan glukosa, asam amino darah, dan asam lemak darah ACTH mempermudah proses belajar dan perilaku

Glukogon naik Bekerja bersama untuk meningkatkan

Repon spesifik yang khas untuk jenis stressor Stressor

Tubuh

Repon menyeluruh nonspesifik apapun jenis stresornya= respon stres


(29)

Insulin turun glukosa darah dan asam lemak darah.

Renin angiotensin aldosteron

naik Menahan Garam dan H2O untuk

meningkatkan volume plasma; membantu mempertahankan tekanan darah jika terjadi pengeluaran akut plasma

Vasopresin naik -Vasopresin dan angiostensin II

menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah -Vasopresin membantu proses belajar

Terjadi peningkatan hormonal yang luas dalam reaksi ini sehingga cenderung pada respon melawan dan menghindar, seperti curah jantung, ambilan oksigen, dan frekuensi pernapasan meningkat; pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar; dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energi lebih banyak. Namun, jika stresor terus menetap setelah reaksi alarm maka individu tersebut akan masuk pada tahap resisten.

2. Tahap resisten

Dalam tahap ini tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah, dan curah jantung kembali ke tingkat normal. Individu terus berupaya untuk menghadapi stresor dan memperbaiki kerusakan. Akan tetapi jika stresor terus menetap seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan mengadaptasi maka invidu masuk ke tahap kehabisan energi.


(30)

3. Tahap kehabisan tenaga

Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stres dan ketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah habis (Potter & Perry, 2005). Jika tubuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak stresor, regulasi fisiologis menghilang, dan stres tetap berlanjut, maka akan terjadi kematian (Sherwood, 2001).

2.1.8 Manifestasi Klinis Stres

Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan tubuh, spiritual dan material. Jika manusia mengalami stres, segala aspek dari dirinya akan terpengaruh. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila gejala (symptom) stres ditemukan dalam segala aspek dari manusia yang penting seperti fisik, pikiran, mental, emosional, sikap. Gejala-gejala yang dialami tentu saja berbeda pada setiap orang karena pengalaman stres bersifat sangat pribadi (Hardjana, 1994). Kelelahan akibat stres sering menyebabkan gejala yang disebut sebagai

“burnout” (kelelahan secara fisik, mental, dan emosional) (Manktelow, 2009). Respons stres melibatkan semua fungsi tubuh sehingga terlampau besarnya distres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal (Looker, 2005). Tetapi, tidak semua stres menimbulkan efek negatif bagi tubuh dan kesehatan. Efek yang ditimbulkan stres pada tubuh dapat berupa efek positif dan efek negatif. Efek positif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.2 sedangkan efek negatif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2 Efek positif dari Stres (Mayoclinic, 2009)

Mental Emosional Fisik

Kreativitas meningkat Kemampuan

mengontrol diri

Tingkat energi meningkat


(31)

meningkat Kemampuan berpikir

meningkat

Responsif terhadap lingkungan sekitar

Stamina meningkat

Memiliki orientasi kesuksesan yang lebih tinggi

Relasi interpersonal meningkat

Fleksibilitas otot dan sendi meningkat

Motivasi meningkat Moral meningkat Terbebas dari penyakit yang berhubungan dengan stres

Tabel 2.3 Efek Negatif dari Stres (Mayoclinic, 2009)

Fisik Pikiran Sikap

Sakit kepala Cemas Makan berlebihan

Sakit punggung Iritabilitas meningkat Tidak mau makan Sakit dada Tidak dapat beristirahat Mudah marah

Palpitasi jantung Depresi Mengkonsumsi alkohol

Tekanan darah meningkat Sedih Frekuensi merokok

meningkat

Imunitas menurun Marah Kurang bersosialisasi

Sakit abdomen Sulit untuk fokus Sulit melafalkan

kata-kata

Gangguan tidur Daya ingat menurun Masalah dengan


(32)

2.2 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

2.2.1 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Penelitian mengenai tingkat stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan di berbagai universitas di dunia. Menurut hasil penelitian Stephani (2006) didapatkan prevalensi terjadinya stres pada mahasiswa kedokteran Universitas California di Amerika sebesar 51%. Penelitian sejenis dilakukan oleh Jenny Firth (2004) pada tiga fakultas kedokteran di Inggris secara bersamaan. Penelitian yang melibatkan 318 partisipan tersebut menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakuktas kedokteran adalah 31,2%. Sementara itu, tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) Di Thailand, dengan 686 partisipan dari Ramathibodi Hospital University, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,4% (Saipanish, 2003). (2) Di Pakistan, dengan 252 partisipan dari Ziauddin Medical University, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, dan 47%. (Saqib & Inam, 2003). (3) Di Arab Saudi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulghani (2008), yang dikutip dalam penelitian Lisa (2012) menyatakan bahwa prevalensi stres tertinggi dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama yaitu 74,2% dan pada tahun berikutnya prevalensinya menurun.

2.2.2 Etiologi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Mahasiswa, dalam kegiatannya, juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari


(33)

harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran (Heiman, 2005).

Menurut Payne & Hahn (2002), stress pada mahasiswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu tuntutan institusi, masalah keuangan, tuntutan sosial, tuntutan yang berasal dari diri sendiri, tuntutan keluarga, manajemen waktu, konflik budaya, masalah agama, dan tuntutan fakultas (Carolin, 2010).

Berbagai penyesuaian yang harus dihadapi oleh para mahasiswa dapat berhubungan juga dengan faktor personal seperti jauhnya para mahasiswa dari orang tua dan sanak saudara, pengelolaan keuangan,problem interaksi dengan teman dan lingkungan baru, serta problem-problem personal lainnya. Faktor akademik di sisi lain juga menyumbangkan potensi stres misalnya tentang perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-tugas perkuliahan, target pencapaian nilai dan problem-problem akademik lainnya (Santrock, 2003).

Mahasiswa universitas mengalami banyak stres dan penyebab stres tersebut berbeda satu dengan lain dari setiap individu. Terutama untuk mahasiswa tingkat pertama yang menghadapi norma dan budaya yang baru, teman kelompok baru, tugas yang banyak, dan perubahan pada gaya hidup menuntut waktu dan

self-control yang lebih banyak dibandingkan pada masa sekolah menengah atas (Reisberg, 2005).

Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Menurut Gunarsa (2000), memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang karena mahasiswa yang berada di masa transisi dari remaja ke dewasa menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:

1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan Perguruan Tinggi (PT)

a. Kurikulum

Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan


(34)

kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kepribadian. Sistem Kredit Semester merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama. Sistem Kredit Semester adalah suatu sistem penyelenggaran pendidikan dengan menggunakan Satuan Kredit Semester (SKS) untuk menyatakan beban studi peserta didik, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program. Sistem Kredit Semester ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menentukan mata kuliah yang sesuai minat,bakat, dan kemampuannya dan mahasiswa yang giat dapat menyelesaikan program studi yang telah ditentukan dalam waktu sesingkat mungkin. Dengan demikian, sistem ini menuntut adanya tanggung jawab yang besar pada mahasiswa dalam menentukan mata kuliah dan jumlah SKS yang akan diambil. Lain halnya pada sekolah menengah atas dimana beban studi, mata pelajaran, dan masa studi siswa sudah ditentukan sehingga mereka tinggal menjalaninya saja (USU,2010).

b. Disiplin

Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri.

c. Hubungan dosen mahasiswa

Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.


(35)

2. Hubungan sosial

Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif. 3. Masalah ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas menentukan tingkah laku dan sikap.

4. Pemilihan jurusan

Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama.

Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa antara lain :

1. Bersumber pada kepribadian

Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas.

2. Prestasi akademik

Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga bisa disebabkan mahasiswa yang


(36)

kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas.

3. Kondisi yang kurang menunjang

Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara. Bahkan juga lingkungan sosial dengan tuntutan yang memaksa untuk menyesuaikan diri. Universitas dengan ketersediaan fasilitas yang terbatas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa (Gunarsa, 2000).

2.2.3 Hubungan Tingkat Kuliah dengan Tingkat Stres

Berdasarkan penelitian di Pakistan, dengan 252 partisipan dari Ziauddin Medical University, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut adalah 73%, 66%, 49%, dan 47%. Hal ini menunjukkan tingkat stres mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama lebih tinggi jika dibandingkan dengan mahasiswa fakultas kedokteran tahun kedua, ketiga, dan keempat (Saqib, 2003). Berdasarkan penelitian lainnya di Iran, jumlah mahasiswa fakultas kedokteran tingkat pertama yang mengalami stres adalah 33% sedangkan tahun kedua dan ketiga adalah 26% dan 16% (Marjani, 2008). Di Arab Saudi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdulghani (2008), menyatakan bahwa prevalensi stres tertinggi dialami oleh mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama yaitu 74,2% dan pada tahun berikutnya prevalensinya menurun menjadi 69,8% dan 48,6% (Lisa, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa fakultas kedokteran yang mengalami stres akan menurun seiring dengan kenaikan tingkat kuliah.


(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya (Looker, 2005).

3.2.2 Mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa angkatan 2012.

3.2.3 Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

Suku

Alasan memilih Fakultas Kedokteran

Tingkat stres mahasiswa

tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Stresor akademik

Stresor psikososial


(38)

3.2.4 Suku adalah suku mahasiswa, terdiri dari Jawa, Batak, Melayu, Tionghoa, dan suku yang tidak disebutkan dimasukkan ke kategori lainnya.

3.2.5 Alasan memilih Fakultas Kedokteran terdiri dari minat, coba-coba, dipaksa orang tua, dan alasan lain yang tidak disebutkan dimasukkan ke kategori lainnya.

3.2.6 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres terdiri dari stresor akademik, stresor psikososial, dan stresor yang berkaitan dengan kesehatan.

3.2.7 Perceived Stress Scale (PSS-10) merupakan self report questionnaire yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres beberapa bulan yang lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS diperolehi dengan reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 & 8) dan menjumlahkan skor jawaban masing-masing (Olpin & Hesson, 2009). Soal dalam Perceived Stress Scale ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam satu bulan terakhir ini. Anda akan diminta untuk mengindikasikan seberapa sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas pertanyaan.

1) Tidak pernah diberi skor 0

2) Hampir tidak pernah diberi skor 1 3) Kadang-kadang diberi skor 2 4) Cukup sering skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:

• Stres ringan (total skor 1-14) • Stres sedang (total skor 15-26) • Stres berat (total skor 27-40)


(39)

(40)

BAB IV

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional study) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara selama bulan Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 yaitu 486 orang. Sampel diambil sesuai dengan jumlah populasi dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.

Kriteria inklusi:

• Mahasiswa FK USU angkatan 2013 • Terampil berbahasa Indonesia

Kriteria ekslusi:

• Mahasiswa yang sebelumnya telah pernah mengikuti perkuliahan di fakultas lain


(41)

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian. Kuesioner telah dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, berupa jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 yang dipakai untuk perkiraan besar sampel.

4.4.3 Uji Validitas dan Reabilitas

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat stres berdasarkan penyebabnya. Kuesioner yang digunakan adalah Perceived Stress Scale (PSS-10) yang diadopsi dari penelitian Pin (2011) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan teknik korelasi product moment dan uji Cronbach (Cronbach Alpha).

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat ukur statistik yang tersedia. Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dengan persentase (data kategorik) untuk mengetahui tingkat stres berdasarkan jenis kelamin, perbedaan suku, alasan masuk fakultas kedokteran, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres.


(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr.Mansyur No.5, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan, Indonesia, dengan batas wilayah :

a. Batas Utara : Jalan Dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. FK USU dibuka pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1952 dan hingga saat ini telah melakukan banyak pembenahan dari seluruh komponen yang ada, baik peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana seluruh kegiatan yang ada di FK USU, maupun pembangunan sarana dan prasarana dalam upaya mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan secara berkesinambungan.

FK USU menyediakan lokasi free wi-fi dan fasilitas internet bagi pada mahasiswa secara gratis yang juga dilengkapi dengan perpustakaan tempat para mahasiswa menambah ilmunya. Disamping berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan perkuliahan tersebut, FK USU dilengkapi juga dengan sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan seperti ruang seminar, berbagai ruang laboratorium, berbagai ruang skills lab, dan tentunya kelas-kelas untuk perkuliahan biasa. Sedangkan untuk memenuhi kepentingan mahasiswa dalam mencari buku-buku kedokteran yang berhubungan dengan perkuliahannya, terdapat area


(43)

penjualan buku yang menyediakan berbagai buku-buku yang berhubungan dengan dunia kedokteran.

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebesar 422 responden yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi dengan karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, alasan masuk FK, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres. Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi diperoleh gambaran karakterisitik individu penelitian sebagai berikut:

5.2.1 Usia Responden

Berdasarkan usia, peneliti memperoleh sebaran responden sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden

Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

16 15 3,6

17 126 29,9

18 237 56,2

19 35 8,3

20 7 1,7

21 2 0,5

Total 422 100

Sesuai dengan karakterisitik usia pada penelitian ini, maka usia responden penelitian ini berkisar antara 16 sampai dengan 21 tahun. Seperti yang


(44)

terlihat pada tabel di atas, persentase terbesar dimiliki oleh responden yang berada pada usia 18 tahun sebesar 56,2%.

5.2.2 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin, peneliti memperoleh sebaran responden sebagai berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 145 34,4

Perempuan 277 65,6

Total 422 100

Dari tabel yang disajikan di atas terlihat jumlah jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah jenis kelamin laki-laki yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Jenis kelamin perempuan mencapai 277 orang (65,6%).

5.2.3 Suku Responden

Gambaran penyebaran responden penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi Suku Responden

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Jawa 47 11,1

Batak 197 46,7

Melayu 33 7,8

Tionghoa 37 8,8

Lain-lain 108 25,6


(45)

Tabel di atas menunjukkan persentase suku Batak lebih banyak berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu sebesar 46,7% (197 Mahasiswa). 5.2.4 Alasan Responden Masuk Fakultas Kedokteran

Gambaran penyebaran responden penelitian berdasarkan alasan responden masuk FK dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4 Distribusi Alasan Responden Masuk FK

Alasan masuk FK Frekuensi (n) Persentase (%)

Minat 387 91,7

Coba-coba 15 3,6

Dipaksa orang tua 12 2,8

Lain-lain 8 1,9

Total 422 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase alasan responden masuk FK lebih banyak karena minat, yaitu mencapai 91,7%.

5.2.5 Etiologi Stress pada Responden

Tabel 5.5 Distribusi Etiologi Stress pada Responden Sumber Stress Persentase (%)

Stresor Akademik 45

Stresor Psikososial 41

Stresor Kesehatan 14


(46)

Tabel 5.6 Distribusi Etiologi Stress pada Responden berdasarkan frekuensi

Sumber Stress

Frekuensi Tidak

ada %

Sangat Sering % Stresor

Akademik

Frekuensi ujian 17 4 55 13

Hasil ujian 29 6,9 47 11,1

Kurikulum akademik 21 5 33 7,8

Ketidakpuasan

dengan kelas kuliah 25 5,9 61 14,5

Tidak adanya bahan belajar yang

memadai 51 12,1 42 10

Menjadi dokter 85 20,1 76 18

Kurangnya waktu

untuk rekreasi 35 8,3 45 10,7

Kompetisi antar

mahasiswa 44 10,4 40 9,5

Hasil dari praktek 30 7,1 35 8,3

Kurangnya

bimbingan khusus

dari fakultas 42 10 45 10,7

Stresor

Psikososial

Tingginya harapan

dari orang tua 46 10,9 132 31,3

Kesepian 106 25,1 41 9,7

Masalah keluarga 187 44,3 16 3,8

Akomodasi jauh dari

rumah 152 36 37 8,8

Situasi politik saat

ini (di Indonesia) 170 40,3 33 7,8

Hubungan dengan

lawan jenis 132 31,3 19 4,5

Kesulitan membaca


(47)

Kurangnya hiburan dalam institusi dan

diri sendiri 71 16,8 22 5,2

Kesulitan dalam perjalanan kembali

ke rumah 162 38,4 25 5,9

Kualitas makanan di

asrama/kos 211 50 21 5

Masalah keuangan 140 33,2 23 5,5

Ketidakmampuan untuk bersosialisasi dengan teman

sebaya 166 39,3 11 2,6

Kondisi kehidupan

di asrama/kos 234 55,5 10 2,4

Masalah dengan teman sebaya atau

teman asrama/kos 240 56,9 6 1,4

Kurangnya minat (pribadi) dalam

kedokteran 259 61,4 5 1,2

Penyesuaian diri dengan teman

sekamar / sekosan 259 61,4 12 2,8

Stresor

Kesehatan

Kesulitan tidur 151 35,8 26 6,2

Kehadiran di kelas 195 46,2 78 18,5

Nutrisi makanan

yang dimakan 148 35,1 35 8,3

Olahrga 121 28,7 18 4,3

Kualitas nutrisi makanan di

asrama/kos 213 50,5 15 3,6

Cacat fisik 379 89,8 4 0,9

Alkohol / penyalahgunaan


(48)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa penyebab stress paling sering pada mahasiswa tahun pertama FK USU angkatan 2013 adalah tingginya harapan Orang Tua sebanyak 132 mahasiswa (31,3%) dan yang paling rendah adalah penyalahgunaan narkoba/alkohol/merokok (0,7 %).

5.3 Distribusi Gambaran Stres

5.3.1 Distribusi Skor Stres

Sebaran skor stres dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.6 Distribusi Skor Stres Responden

Rata-rata

Skor Minimum

Skor

Maksimum

Skor Stres 21,92 6 32

Pada penyebaran skor stres, didapati rata - rata skor stres yang dimiliki oleh responden adalah 21,92, skor maksimum 32, dan skor minimum 6. Skor ideal adalah 40 (maksimum) dan 0 (minimum).

5.3.2 Tingkat Stres

Tingkat stres responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Stres Responden

Tingkat Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

Stres ringan 15 3,6

Stres sedang 365 86,5

Stres berat 42 10


(49)

Dari tabel di atas terlihat persentase terkecil adalah responden yang mengalami stres ringan yaitu sebesar 3,6%.

5.3.3 Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Jenis

kelamin

Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Total

n % n % n % n %

Laki-laki 5 3,4 129 89 11 7,6 145 100

Perempuan 10 3,6 236 85,2 31 11,2 277 100

Total 15 365 42 422

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 89% responden yang berjenis kelamin pria mengalami stres sedang dan 85,2% responden berjenis kelamin wanita mengalami stres sedang.

5.3.4 Gambaran Stres Berdasarkan Suku

Tabel 5.9 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Suku Responden

Suku

Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Total

n % n % n % n %

Jawa 1 2,1 40 85,1 6 12,8 47 100

Batak 2 1 172 87,3 23 11,7 197 100

Melayu 2 6,1 29 87,9 2 6,1 33 100

Tionghoa 2 5,4 33 89,2 2 5,4 37 100

Lain-lain 8 7,4 91 84,3 9 8,3 108 100


(50)

Tabel di atas menunjukkan gambaran stres ringan terbanyak pada suku selain Jawa, Batak, Melayu, dan Tionghoa yaitu sebanyak 8 responden (7,4%), stres sedang terbanyak pada suku Tionghoa (89,2%) dan stres berat terbanyak pada suku Jawa (12,8%).

5.3.6 Gambaran stres Berdasarkan Alasan Masuk FK

Tabel 5.10 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Alasan Responden Masuk FK

Alasan masuk FK

Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Total

n % n % n % n %

Minat 14 3,6 332 85,8 41 10,6 387 100

Coba-coba 0 0 15 100 0 0 15 100

Dipaksa orang tua 0 0 11 91,7 1 8,3 12 100

Lain-lain 1 12,5 7 87,5 0 0 8 100

Total 15 365 42 422

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 85,8 % responden yang masuk FK karena minat mengalami stres sedang, 100% responden yang masuk FK karena coba-coba mengalami stres sedang, dan 91,7% responden yang masuk FK karena keinginan orang tua mengalami stres sedang.

5.4 Pembahasan

Responden penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun ajaran (TA) 2013/2014 sebanyak 422 orang.


(51)

Berdasarkan penelitian Abdulghani (2008) di Saudi Arabia, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 57% dimana 21,5% merupakan stres ringan, 15,8% stres sedang, dan 19,6% stres berat. Penelitian sejenis oleh Marjani (2008) di Iran didapatkan prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran sebesar 61,41% dimana 26,22% merupakan stres ringan, 20,5% stres sedang, dan 14,75% stres berat. Sementara pada hasil penelitian ini, dari seluruh responden diperoleh jumlah responden dengan tingkat stres ringan sebanyak 15 orang (3,6%), tingkat stres sedang sebanyak 365 orang (86,5%), dan tingkat stres berat sebanyak 42 orang (10%).

Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan faktor penyebab stres misalnya tuntutan orang tua akan prestasi akademik, kenyamanan ruang kelas kuliah, kualitas makanan, frekuensi ujian, dan banyak sedikitnya waktu rekreasi (Sreeramareddy, 2007).

Distribusi gambaran stres berdasarkan jenis kelamin pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari total responden laki-laki sejumlah 145 orang diperoleh tingkat stres ringan sebanyak 5 orang (3,4%), tingkat stres sedang sebanyak 129 orang (89%), dan tingkat stres berat sebanyak 11 orang (7,6%). Sedangkan dari total responden perempuan sejumlah 277 orang diperoleh tingkat stres ringan sebanyak 10 orang (3,6%), tingkat stres sedang sebanyak 236 orang (85,2%), dan tingkat stres berat sebanyak 31 orang (11,2%). Dari data tersebut tingkat stres ringan dan tingkat stres berat lebih banyak terdapat pada perempuan dibandingkan laki-laki, sedangkan untuk tingkat stres sedang laki-laki lebih banyak dari perempuan. Hal ini tentunya sejalan dengan pendapat Davis (1999) bahwa perempuan memiliki lebih banyak stresor dibanding laki-laki sehingga lebih rentan untuk mengalami stres. Perempuan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik setelah suatu peristiwa berlalu dibandingkan dengan laki-laki sehingga tingkat stres perempuan menjadi lebih tinggi. Sampai sekarang masih tidak ada penelitian yang membuktikan faktor jenis kelamin mempengaruhi kejadian stres pada mahasiswa. Namun, kejadian stres pada kedua jenis kelamin dipengaruhi oleh


(52)

berbagai faktor. Terutama pada mahasiswa yang berada di dunia perkuliahan yang kompleks dan ditambah dengan grafik usia para mahasiswa yang pada umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda menyebabkan mahasiswa masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman yang akhirnya memicu stres (Santrock, 2003).

Distribusi gambaran stres berdasarkan suku pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari suku Batak 197 orang dengan tingkat stres ringan sebanyak 2 orang (1%), tingkat stres sedang sebanyak 172 orang (87,3%), dan tingkat stres berat sebanyak 23 orang (11,7%). Sedangkan responden terkecil berasal dari suku Melayu sebanyak 33 orang dengan tingkat stres ringan sebanyak 2 orang (6,1%), tingkat stres sedang sebanyak 29 orang (87,9%), dan tingkat stres berat sebanyak 2 orang (6,1%). Dari data tersebut persentase tingkat stres berat paling banyak dimiliki oleh suku Jawa yaitu sebanyak 6 orang (12,8%), hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino (2006) yang menyatakan bahwa populasi minoritas memiliki tingkat stres lebih tinggi daripada populasi mayoritas.

Distribusi gambaran stres berdasarkan alasan masuk FK pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari total responden masuk FK karena minat sejumlah 387 orang diperoleh tingkat stres ringan sebanyak 14 orang (3,6%), tingkat stres sedang sebanyak 332 orang (85,8%), dan tingkat stres berat sebanyak 41 orang (10,6%). Dari total responden masuk FK karena coba-coba sejumlah 15 orang diperoleh tingkat stres ringan tidak dijumpai (0%), tingkat stres sedang sebanyak 15 orang (100%), dan tingkat stres berat tidak dijumpai (0%). Dari total responden masuk FK karena dipaksa orang tua sejumlah 12 orang diperoleh tingkat stres ringan tidak dijumpai, tingkat stres sedang sebanyak 11 orang (91,7%), dan tingkat stres berat sebanyak 1 orang (8,3%). Sedangkan dari total responden masuk FK karena alasan-alasan yang lain sejumlah 8 orang diperoleh tingkat stres ringan sebanyak 1 orang (12,5%), tingkat stres sedang sebanyak 7 orang (87,5%), dan tingkat stres berat tidak


(53)

dijumpai. Dari data tersebut tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena coba-coba. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa (2000) bahwa pemilihan jurusan yang tidak berdasarkan minat akan menyebabkan kesulitan penyesuaian oleh mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa cenderung mengalami stres lebih tinggi.

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sumber stress yang sangat sering menyebabkan stress pada mahasiswa tahun pertama FK USU yaitu Tingginya harapan Orang Tua sebanyak 132 mahasiswa (31,3%), Kehadiran di kelas sebanyak 78 mahasiswa (18,5%), Menjadi Dokter sebanyak 76 mahasiswa (18%), Ketidakpuasan dengan kelas kuliah sebanyak 61 mahasiswa (14,5%), Frekuensi Ujian sebanyak 55 mahasiswa (13%), Hasil Ujian sebanyak 47 mahasiswa (11,1%), Kurangnya waktu untuk rekreasi sebanyak 45 mahasiwa (10,7%), Kurangnya Bimbingan Khusus dari fakultas sebanyak 45 mahasiswa (10,7%), Tidak adanya bahan belajar yang memadai sebanyak 42 mahasiswa ( 10%), dan Kompetisi antar mahasiswa sebanyak 40 orang (9,5%). Sedangkan, yang paling tidak menyebabkan stress pada mahasiswa tahun pertama FK USU yaitu Penyalahgunaan narkoba dan alkohol sebanyak 399 mahasiswa (94,5%), Cacat Fisik sebanyak 379 Mahasiswa (89,8%), Kurangnya minat (pribadi) dalam kedokteran sebanyak 259 mahasiswa (61,4%), Penyesuaian diri dengan teman sekamar sebanyak 259 mahasiswa (61,4%), Masalah dengan teman sebaya sebanyak 240 mahasiswa (56,9%), Kondisi kehidupan di asrama sebanyak 234 mahasiswa (55,5%), Makanan di asrama sebanyak 213 mahasiswa (50,5%), Kualitas makanan sebanyak 211 mahasiswa (50%), Kehadiran dikelas sebanyak 195 mahasiswa (46,2%), dan Masalah Keluarga sebanyak 187 mahasiswa (44,3%).


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 422 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 pada bulan Oktober 2013, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebanyak 15 orang (3,6%) mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2013 dikategorikan tingkat stres ringan, tingkat stres sedang sebanyak 365 orang (86,5%), dan tingkat stres berat sebanyak 42 orang (10%).

2. Tingkat stres berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan yang mengalami tingkat stres ringan dan tingkat stres berat dibandingkan laki. Sedangkan untuk tingkat stres sedang, laki-laki lebih banyak mengalami dibandingkan dengan perempuan.

3. Tingkat stres berdasarkan suku menunjukkan bahwa tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang berasal dari suku Jawa.

4. Tingkat stres berdasarkan alasan masuk FK menunjukkan bahwa tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena coba-coba.

5. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres yang sangat sering menyebabkan stress pada mahasiswa tahun pertama FK USU adalah tingginya harapan dari orang tua dan yang paling sedikit tidak menyebabkan stress adalah penyalahgunaan narkoba,merokok, atau alkohol.

6.2 Saran

1. Peneliti menyarankan agar pihak fakultas melaksanakan manajemen stres secara efektif pada mahasiswa melalui motivasi dan konseling


(55)

demi kepentingan pencegahan stres dan penyakit psikiatri seperti depresi. Program kesehatan mental seperti konseling sangat diperlukan agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan cepat dan tepat terhadap lingkungannya. Mahasiswa harus diberitahu tentang tanda dan gejala stres seperti sulit berkonsentrasi, perubahan berat badan, atau perubahan pola tidur. Apabila mereka mengalami tanda dan gejala seperti itu maka mereka harus segera mencari pengobatan.

2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, H.M., 2008. Stress and Depression Among Medical Students: A Cross Sectional Study at a Medical College in Saudi Arabia. Pak Journal Medical Science, 24 (1): 12-17.

Carolin. 2010. Gambaran Tingkat Stres pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan: FK USU.

Firth, C.J., 2004. Emotional Distress in Junior Hospital Doctors. British Medical Journal, 295 (6): 533.

Fitasari, Isna Nur. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya : FKM Airlangga.

Greenberg, Jerrold S. 2004. Comprehensive Stress Management. New York : Mc.Graw-Hill.

Gunarsa, S.D. dan Gunarsa Y.S., 2000. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Habeeb, Kholoud Abdulrahman.2010. Prevalence of Stressors among Female Medical Students. Journal of Taibah University Medical Sciences 2010; 5 (2): 110 – 119.

Hardjana, Agus M. 1994. Stres Tanpa Distres Seni Mengolah Stres. Yogyakarta : Kanisius.

Heiman & Kariv. 2005. Task-Oriented versus Emotion-Oriented Coping Strategies: The Case of College Students. College Student Journal, 39 (1): 72-89.

Inam, S.N.B.and Saqib,A. 2003. Prevalence of Anxiety and Depression among Medical Students of Private University. Pakistan : Ziauddin Medical University.


(57)

Julie K.Stegman, 2005. Stedman’s Medical Dictionary. Fourth edition. United States, America: Lippincott William & Wilkins.

Koochaki, G.M., et al. 2009. Prevalence of stress among Iranian medical students: a questionnaire survey. Eastern Mediterranean Health Journal 2011; 17 (7) : 593-594.

Krohne, H.W., 2002. Stress and Coping Theories, Johannes Guenberg-University

of Mainz Germany. Available from: http://userpage.fuberlin.de/~schuez/folien/Krohne_Stress.pdf

Lazarus, R.S. and Folkman, S., 1984. Stress, Apraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

. [Accessed 11 April 2013]

Lisa R. Hubungan tipe kepribadian dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2011 [skripsi]. Pekanbaru: FK UNRI; 2012.

Looker, Terry and Gregson, Olga. 2005. Managing Stress Mengatasi Stres Secara mandiri. Yogyakarta : BACA.

Manktelow, James. 2008. Mengendalikan Stress. Jakarta : Esensi Erlangga Group. Marjani, A., Gharavi, A.M., Jahanshahi, M., Vahidirad, A., & Alizadeh, F., 2008. Stress among Medical Students of Gourgan (South East of Caspian Sea), Iran. Kathmandu University Medical Journal, 6 (3): 421-425.

Mastura M, Fadilah Z, Nor Akmar N, 2007. Analisis faktor penyebab stres di kalangan pelajar. Jurnal Kemanusiaan bil.9.

Mayo Clinic, 2009. Stress Symptoms: Effect on Your Body, Feelings and Behaviour. USA: Mayo Foundation for Medical Education and Research. Avaliable from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/stress.html

McQuade, Walter and Aikman, Ann. 1991. Stress. Jakarta : Erlangga.

. [Accessed 12th April 2013].


(58)

Melly. Hubungan Antara Kreativitas dan Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia [skripsi]. Jakarta: UI; 2008.

Oktovia, Wira. 2012. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Tingkat Stres Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Pekanbaru : FK UNRI ; 2012.

Payne, W.A., & Hahn, D.B., 2002. Managing Stress. In: Understanding Your Health 7thEdition. USA: Mc Graw Hill, 54-66.

Pin, Tan Lee. 2011. Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2008. Medan:FK USU.

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005.Fundamental of nursing: Concepts, process, and practice.4ed. St.Louis : Mosby Year Book.

Rasmund, 2004. Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Dalam: Stres, Koping, dan Adaptasi Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto, 9-26.

Rice, Phillip L., 1999. Stress and Health. 9th ed. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Ross SE., Niebling BC, Heckert TM. Sources Of Stress Among College Students [serial on internet].2011.Availablefrom :

Saipanish, R., 2003. Stress among Medical Students in a Thai Medical School.

Medical Teach, 25 (5), 502.

[Accessed 11 April 2013]

Santrock, J.W., 2003. Dalam: Kristiaji, W.C. dan Saragih, S. (eds). Adolescence Perkembangan Remaja. 6th ed. Jakarta: Erlangga.

Sastroasmoro, S. dan Sofyan, I., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

6th ed. Jakarta: Sagung Seto.


(59)

Silalahi, Novrita. 2010. Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan:FK USU.

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108-122.

Weinberg, R.S., Gould, D., 2003. Foundations of Sport & Exercise Psychology. Champaign, IL:Human Kinetics


(1)

Stresor psikososial

tingginya harapan dari orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 46 10,9 10,9 10,9

1 48 11,4 11,4 22,3

2 99 23,5 23,5 45,7

3 97 23,0 23,0 68,7

4 132 31,3 31,3 100,0

Total 422 100,0 100,0

kesepian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 106 25,1 25,1 25,1

1 111 26,3 26,3 51,4

2 115 27,3 27,3 78,7

3 49 11,6 11,6 90,3

4 41 9,7 9,7 100,0

Total 422 100,0 100,0

masalah keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 187 44,3 44,3 44,3

1 111 26,3 26,3 70,6

2 78 18,5 18,5 89,1

3 30 7,1 7,1 96,2

4 16 3,8 3,8 100,0

Total 422 100,0 100,0

akomodasi jauh dari rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 152 36,0 36,0 36,0

1 101 23,9 23,9 60,0

2 85 20,1 20,1 80,1

3 47 11,1 11,1 91,2

4 37 8,8 8,8 100,0

Total 422 100,0 100,0

situasi politik saat ini

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Valid 0 170 40,3 40,3 40,3

1 90 21,3 21,3 61,6

2 88 20,9 20,9 82,5

3 41 9,7 9,7 92,2

4 33 7,8 7,8 100,0

Total 422 100,0 100,0

hubungan dengan lawan jenis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 132 31,3 31,3 31,3

1 111 26,3 26,3 57,6

2 124 29,4 29,4 87,0

3 36 8,5 8,5 95,5

4 19 4,5 4,5 100,0

Total 422 100,0 100,0

kesulitan membaca buku teks

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 64 15,2 15,2 15,2

1 99 23,5 23,5 38,6

2 168 39,8 39,8 78,4

3 68 16,1 16,1 94,5

4 23 5,5 5,5 100,0

Total 422 100,0 100,0

kurangnya hiburan dalam institusi dan diri sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 71 16,8 16,8 16,8

1 116 27,5 27,5 44,3

2 147 34,8 34,8 79,1

3 66 15,6 15,6 94,8

4 22 5,2 5,2 100,0

Total 422 100,0 100,0

kesulitan dalam perjalanan kembali ke rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 162 38,4 38,4 38,4

1 125 29,6 29,6 68,0

2 80 19,0 19,0 87,0


(3)

4 25 5,9 5,9 100,0

Total 422 100,0 100,0

kualitas makanan di asrama/kos

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 211 50,0 50,0 50,0

1 83 19,7 19,7 69,7

2 69 16,4 16,4 86,0

3 38 9,0 9,0 95,0

4 21 5,0 5,0 100,0

Total 422 100,0 100,0

masalah keuangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 140 33,2 33,2 33,2

1 104 24,6 24,6 57,8

2 118 28,0 28,0 85,8

3 37 8,8 8,8 94,5

4 23 5,5 5,5 100,0

Total 422 100,0 100,0

ketidakmampuan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 166 39,3 39,3 39,3

1 131 31,0 31,0 70,4

2 79 18,7 18,7 89,1

3 35 8,3 8,3 97,4

4 11 2,6 2,6 100,0

Total 422 100,0 100,0

kondisi kehidupan di asrama/kos

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 234 55,5 55,5 55,5

1 75 17,8 17,8 73,2

2 72 17,1 17,1 90,3

3 31 7,3 7,3 97,6

4 10 2,4 2,4 100,0


(4)

masalah dengan teman sebaya atau teman asrama/kos

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 240 56,9 56,9 56,9

1 106 25,1 25,1 82,0

2 59 14,0 14,0 96,0

3 11 2,6 2,6 98,6

4 6 1,4 1,4 100,0

Total 422 100,0 100,0

kurangnya minat (pribadi) dalam kedokteran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 259 61,4 61,4 61,4

1 81 19,2 19,2 80,6

2 54 12,8 12,8 93,4

3 23 5,5 5,5 98,8

4 5 1,2 1,2 100,0

Total 422 100,0 100,0

penyesuaian diri dengan teman sekamar/ satu kos

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 259 61,4 61,4 61,4

1 80 19,0 19,0 80,3

2 54 12,8 12,8 93,1

3 17 4,0 4,0 97,2

4 12 2,8 2,8 100,0

Total 422 100,0 100,0

Stresor kesehatan

kesulitan tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 151 35,8 35,8 35,8

1 90 21,3 21,3 57,1

2 105 24,9 24,9 82,0

3 50 11,8 11,8 93,8

4 26 6,2 6,2 100,0

Total 422 100,0 100,0

kehadiran di kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Valid 0 195 46,2 46,2 46,2

1 82 19,4 19,4 65,6

2 41 9,7 9,7 75,4

3 26 6,2 6,2 81,5

4 78 18,5 18,5 100,0

Total 422 100,0 100,0

nutrisi makanan yang dimakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 148 35,1 35,1 35,1

1 84 19,9 19,9 55,0

2 99 23,5 23,5 78,4

3 56 13,3 13,3 91,7

4 35 8,3 8,3 100,0

Total 422 100,0 100,0

olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 121 28,7 28,7 28,7

1 124 29,4 29,4 58,1

2 111 26,3 26,3 84,4

3 48 11,4 11,4 95,7

4 18 4,3 4,3 100,0

Total 422 100,0 100,0

kualitas nutrisi makanan di asrama/kos

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 213 50,5 50,5 50,5

1 78 18,5 18,5 69,0

2 65 15,4 15,4 84,4

3 51 12,1 12,1 96,4

4 15 3,6 3,6 100,0

Total 422 100,0 100,0

cacat fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 379 89,8 89,8 89,8

1 28 6,6 6,6 96,4

2 7 1,7 1,7 98,1

3 4 ,9 ,9 99,1


(6)

Total 422 100,0 100,0 alkohol/penyalahgunaan narkoba/merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 399 94,5 94,5 94,5

1 8 1,9 1,9 96,4

2 6 1,4 1,4 97,9

3 6 1,4 1,4 99,3

4 3 ,7 ,7 100,0