Pengaruh Iklim Kesetan Kerja Terhadap Perilaku Aman Karyawan Rig Operation PT. Asia Petrocom Services Duri Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan
kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan
pekerjaan di tempat kerja, serta sumber dan proses produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran
penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam mempersiapkan industri memasuki era
pasar bebas, diperlukan kesiapan disemua bidang, termasuk bidang K3, karena dalam
Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi salah satu
tuntutan. Seirama dengan hal itu maka kebutuhan tenaga kerja yang mempunyai
kemampuan dalam bidang K3 sangat diperlukan dalam setiap kegiatan di industri
(Tumbur, 2013).
Di Indonesia saat ini perkembangan industri minyak dan gas (migas) sangat
besar. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri migas, di samping high
technology dan high cost, juga mempunyai tingkat risiko (high riks) kecelakaan kerja

yang lebih tinggi. Kegiatan industri migas mulai dari produksi, pengolahan maupun
transportasi mempunyai potensi bahaya yang sangat besar yaitu terjadinya kecelakaan

kerja dan kebakaran, oleh karena itu pengelolaan migas tersebut memerlukan sumber

1

Universitas Sumatera Utara

2

daya manusia (SDM) yang kompeten, sehingga bangsa Indonesia akan survive dalam
menghadapi era kompetisi dan perdagangan bebas (Mokodompit, 2006).
Data yang diperoleh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
mencatat, sepanjang 2004-2014 telah terjadi sebanyak 880 kasus kecelakaan atau
rata-rata sekitar 146 kasus setahun. Dalam kurung waktu 10 tahun itu, sekitar 76
orang dinyatakan meninggal dunia, sementara sepanjang 2014 saja, angka kecelakaan
migas tercatat 201 kasus yang mengakibatkan 18 orang meninggal, 34 luka berat, 42
sedang dan 107 luka ringan. Ketua TIPK-Migas mengatakan, sebagian besar
kecelakaan (mencapai 80%) menimpa perusahaan jasa penunjang migas atau
kontraktor migas yang mengindikasikan kompetensi dan kepedulian terhadap aspek
keselamatan di kalangan kontraktor migas masih rendah (indopetronews.com, 2015).
Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir karena kecelakaan itu

tidaklah terjadi begitu saja. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kecelakaan kerja
banyak terjadi akibat perilaku yang tidak aman atau unsafety behavior dimana
angkanya mencapai 80-95% (Copper, 1999). Hasil riset NCS menunjukkan bahwa
penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya perilaku tidak aman, 10% karena
unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Hal tersebut diperkuat oleh

penelitian Mulyana (2010) dan Neal et al. (2010) yang menyatakan bahwa perilaku
aman berpengaruh positif terhadap kecelakaan kerja atau ada hubungan sedangkan
menurut Copper et al. (2004), Wills et al. (2005), Andi et al. (2005) Sadullah dan
Kanten (2009), Morrow et al. (2009), dan Zhou et al. (2007) perilaku aman atau

Universitas Sumatera Utara

3

safety behavior sangat erat hubungannya dengan iklim organisasi atau dapat dibilang

faktor yang mempengaruhi perilaku aman adalah iklim organisasi.
Bagian khusus dari iklim organisasi yang mempengaruhi perilaku karyawan
adalah iklim keselamatan kerja. Iklim keselamatan kerja merupakan perluasan dari

iklim organisasional yang menjadi salah satu karakteristik yang penting dari budaya
organisasi. Menurut Piper Alpha dan Chernobyl yang dikutip oleh Neal & Griffin
(2006) menjelaskan bahwa pada kasus yang besar, iklim keselamatan kerja dan
praktek manajemen organisasi sangat berperan sebagai kontributor kegagalan dari
suatu sistem kerja. Manajemen organisasi harus berusaha menciptakan iklim
keselamatan kerja yang positif agar nantinya mengahasilkan perilaku pekerja yang
diinginkan.
Menurut Vinodkumar et al. (2009) yang mengutip pendapat Zohar (1980),
Iklim keselamatan kerja diartikan sebagai persepsi karyawan terhadap kebijakan
keselamatan, prosedur, praktek, serta seluruh kepentingan dan prioritas keselamatan
kerja. Persepsi karyawan tersebut terutama terkait dengan usaha keselamatan selama
bekerja sebagai suatu gambaran yang dirasakan atau terkait dengan persepsi
karyawan akan pentingnya keselamatan dan bagaimana hal tersebut bisa ditetapkan
dalam organisasi. Persepsi ini akan mempengaruhi perilaku pekerja, misalnya ketika
organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan demikian juga
dengan pekerjanya (Wicaksono, 2005).
Pendapat tersebut didukung oleh penelitian Gyekye (2005) di Finlandia,
berdasarkan pembahasan dari penelitian tersebut, bahwa persepsi keselamatan dan

Universitas Sumatera Utara


4

kesehatan kerja mempengaruhi perilaku pekerja dan dapat menimbulkan kepuasan
ataupun ketidak puasan dalam bekerja. Apabila persepsi keselamatan dan kesehatan
kerja pekerja baik, maka akan menimbulkan perilaku yang aman, dan pekerja merasa
puas dalam melaksanakan pekerjaannya, namun sebaliknya apabila pekerja memiliki
persepsi keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk, maka menimbulkan perilaku
tidak aman pada pekerja, sehingga dapat terjadi kecelakaan, dan pekerja dalam
bekerja merasa tidak puas dengan apa yang mereka kerjakan.
Penelitian Shiddiq (2013) yang dilakukan di Makassar pada 60 orang
karyawan, hasil menunjukkan 38 responden dengan persepsi baik, sebanyak 33 orang
(86,8%) memiliki perilaku aman dan 5 orang (13,2%) memiliki perilaku tidak aman
sedangkan dari 22 responden dengan persepsi buruk, sebanyak 12 orang (54,5%)
berperilaku aman dan 10 orang (45,5%) berperilaku tidak aman. Didukung pula oleh
hasil penelitian Hikmat (2009) dan Prihatiningsih (2010) bahwa ada pengaruh iklim
keselamatan kerja terhadap perilaku aman karyawan.
PT. Asia Petrocom Services merupakan sebuah perusahaan swasta yang
didirikan pada tahun 2006 dimana layanan utamanya adalah penyediaan jasa
pemboran, kerja ulang dan perbaikan sumur, jasa pengeboran terintegrasi (IDS),

manajemen proyek terintegrasi (IPM) di bidang minyak dan gas, panas bumi dan
Coal Bed Methane (QHSE Management System Manual 2015-2017 PT. APS). PT.
Asia Petrocom Services memiliki beberapa cabang yang tersebar di beberapa wilayah
di Indonesia. Salah satunya berada di wilayah Duri, tepatnya di Kecamatan Mandau,

Universitas Sumatera Utara

5

Kabupaten Bengkalis, Riau yang saat ini berstatus sebagai kontraktor PT. Chevron
Pasific Indonesia.
Rig adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam
reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, gas bumi, atau deposit mineral
bawah tanah. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke
dalam sumur pengeboran. Dalam operasi rig terdapat beberapa unit yang saling
berhubungan satu sama lain, yaitu : sistem daya (power system), sistem angkat
(hoisting system), sistem pemutar (rotary system), sistem sirkulasi (circulating
system), dan sistem pencegah semburan liar (blowout preventing system).

Berdasarkan informasi yang diterima dari pihak Healt Safety and Environment (HSE)

Rig Operation PT. APS Duri, secara garis besar kegiatan rig operation terdiri dari

beberapa proses kerja yaitu rig & equipment moving using transportation , set all
equipment, rig up, neplee down well head, neplee up and test BOP, POH tubular,
work over job, run in hole, rig down dan rig moving out.

Seluruh kegiatan rig operation memiliki potensi bahaya tinggi karena
melibatkan alat-alat berat, alat-alat listrik bertegangan tinggi, zat kimia berbahaya,
mesin-mesin yang berpotensi kebisingan tinggi, sehingga memiliki banyak risiko dan
rawan menimbulkan kecelakaan kerja. Risiko yang ada seperti kebakaran, terhirup
gas beracun, terhirup debu semen, kontak dengan bahan kimia, tersembur gas liar,
tertimpa benda jatuh, tertimpa elevator , terjatuh dari ketinggian, tubuh atau anggota
tubuh terjepit, terjepit sling , tersambar pipa, tersandung pipa, tertabrak pipa, terciprat
lumpur, terpapar panas, terpukul, terpleset, tersembur uap panas, tertabrak alat,

Universitas Sumatera Utara

6

terpapar bising, temperatur fluida yang keluar dari sumur, dan lain-lain (HSE Rig

Operation PT. APS Duri, 2016).

Untuk mendorong perilaku aman karyawan dan menekan angka kecelakaan kerja
pihak manajemen PT. Asia Petrocom Services Duri berupaya menciptakan iklim
keselamatan kerja positif yang tergambar dari komitmennya, diwujudkan melalui
beberapa program seperti sosialisasi kebijakan PT. Asia Petrocom Services, sosialisasi
SM-SMK3LL, sosialisasi standar praktek keselamatan SMK3LL dan prosedur umum
SMK3L, mengadakan inspeksi hygiene dan sanitasi, mengadakan rig site safety meeting
(pre job meeting dan tail gate meeting) yang dilaksanakan untuk membahas keselamatan
pada program kerja yang akan dilaksanakan seperti memberi tahu karyawan tentang riks
assesment, penerapan Stop Working Authority (SWA), pemakaian Personal Protective
Equipment (PPE) lengkap dan lain-lain. Pihak manajemen juga berupaya meningkatkan

kompetensi karyawan melalui skill training, drill and certification. Selain itu memotivasi
karyawan dengan memberikan sertifikat Incident Free Operation (IFO) dan reward
kepada kru rig yang berhasil mencapai nihil kecelakaan dan melengkapi rig site dengan
rambu-rambu keselamatan (safety sign) sebagai peringatan tanda bahaya di tempat kerja
(QHSE Program Plan PT. Asia Petrocom Services Tahun 2016).

Iklim keselamatan kerja yang positif diatas merupakan sarana yang tepat

dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong munculnya semangat dan
mendorong para karyawan rig operation PT. Asia Petrocom Services Duri untuk
berperilaku aman. Akan tetapi meskipun di perusahaan sudah terdapat peraturan
keselamatan, prosedur yang ketat, dan manajemen yang baik, beberapa pekerja

Universitas Sumatera Utara

7

mempunyai persepsi yang buruk terhadap keselamatan dan hal tersebut mempengaruhi
perilakunya (Lee, T & Harrison K, 2000). Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari

hasil wawancara yang diperoleh saat melakukan survei awal, masih ditemukan
karyawan rig operation yang terkadang bertindak tidak aman seperti salah
memposisikan badan di line on fire, bekerja tidak sesuai dengan intruksi atasan dan
standard operasional procedures (SOP), kurangnya komunikasi dan koordinasi

dengan rekan kerja, memakai peralatan kerja yang tidak sesuai dengan fungsinya,
tidak memakai APD seperti ear flug dan kacamata pelindung. Beranjak dari latar
belakang diatas peneliti tertarik untuk mengungkap bagaimana pengaruh iklim

keselamatan kerja terhadap perilaku aman karyawan Rig Operation PT. Asia
Petrocom Services Duri Tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh iklim keselamatan kerja terhadap perilaku
aman karyawan Rig Operation PT. Asia Petrocom Services Duri Tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh iklim keselamatan kerja terhadap
perilaku aman karyawan Rig Operation PT. Asia Petrocom Services Duri Tahun
2016.

Universitas Sumatera Utara

8

1.3.2 Tujuan Khusus
1.


Untuk mengetahui iklim keselamatan kerja karyawan Rig Operation PT. Asia
Petrocom Services Duri Tahun 2016.

2.

Untuk mengetahui perilaku aman karyawan Rig Operation PT. Asia Petrocom
Services Duri Tahun 2016.

1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian
ini adalah ada pengaruh iklim keselamatan kerja terhadap perilaku aman karyawan
Rig Operation PT. Asia Petrocom Services Duri tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PT. Asia Petrocom Services Duri
dalam menciptakan suasana iklim keselamatan kerja yang kondusif guna
mendorong perilaku aman karyawan terkhusus pada bagian rig operation.
2. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan atau penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan peneliti dalam mengaplikasikan


keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja khususunya tentang iklim keselamatan
kerja dan perilaku aman.

Universitas Sumatera Utara