Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Efektivitas Pelaksanaan Audit
Dalam pelaksanaan audit, efektivitas audit diartikan sebagai penerapan
statement of responsibility audit berupa analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan
informasi yang berhubungan dengan aktivitas yang direview untuk membantu setiap
auditor dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Bastian (2006), Efektivitas adalah
hubungan antara output dan tujuan, dimana efektifitas diukur berdasarkan seberapa
jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi
tersebut telah berjalan dengan efektif.
SPKN BPK RI (2007) mengatur hal-hal pokok yang memberi landasan operasional
pelaksanaan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara.
Efektivitas audit adalah keberhasilan yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan yang meliputi proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Keberhasilan atau efektivitas pelaksanaan audit meliputi tiga tahapan audit yang
dilakukan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Efektivitas audit mencakup pemeriksaan yang direncanakan secara memadai dengan
mendefinisikan tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan, dilaksanakan sesuai

Universitas Sumatera Utara

Program Pemeriksaan, memenuhi tujuan dan harapan penugasan, serta penyusunan
dan penyampain laporan hasil pemeriksaan sesuai SPKN

(SPKN, 2007).

2.1.2. Kode Etik
Kode etik BPK-RI adalah norma-norma yang wajib ditaati oleh setiap
Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya

selama menjalankan

tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK (BPK
RI, 2011). Auditor BPK-RI dalam melaksanakan pemeriksaan harus mematuhi
kode etik yang telah ditetapkan.
Ethic adalah "a body of moral principle or values". Kata sifatnya ethical.

Ethics adalah (1) "asystem of moral principles". (2) "the rules of conduct" (3)
salah satu cabang ilmu filsafat, yaitu etika yang membahas soal rightness dan
wrongness suatu tindakan, dan goodness dan badness motif dan akibatnya
(Ndraha, 2002).
Menurut Herawati dan Susanto (2008) dalam hal etika, sebuah profesi
harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan
khusus.

Aturan

ini merupakan

aturan

main

dalam

menjalankan atau


mengembankan profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode etik
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap pemegang profesi yang memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat
luas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib
mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila
menyangkut kepentingan masyarakat luas.

Universitas Sumatera Utara

Etika sebagai sebuah refleksi moralitas yang dapat dicermati dari berbagai
dimensi, tergantung persoalan moral apa yang akan dikritisi. Terlepas dari itu
keberadaan etika dimaksudkan terutama untuk menjaga keselarasan hubungan
manusia (Ludigdo, 2006).
Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi
eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena
dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas
kinerja yang paling baik bagi masyarakat (Ludigdo, 2006).
Seorang auditor dalam menjalankan profesionalnya harus mengikuti aturan
sesuai dengan kode etiknya. BPK RI sendiri telah merumuskan suatu kode etik
yang harus dipedomani oleh semua anggota BPK dan pemeriksa. Menurut

Peraturan BPK RI No. 2 Tahun 2011

tentang Kode Etik Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (2011) menyatakan Nilai Dasar merupakan
kristalisasi moral yang Primus Inter Pares dan melekat pada diri manusia serta
menjadi patokan dan ideal (cita-cita) dalam kehidupan sehari-hari. Nilai Dasar
Kode Etik BPK terdiri dari Integritas, Independensi, dan Profesionalisme.

2.1.2.1. Independensi
Independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan
pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh
siapapun (BPK RI, 2011). Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
IAPI 2011, SA Seksi 220 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti
tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern).
Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,

Universitas Sumatera Utara


sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian
teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling
penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Pernyataan standar umum kedua SPKN adalah: “Dalam semua hal yang
berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa,
harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern,
dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan
standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya
bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian
rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak
oleh pihak manapun (BPK RI, 2007).
Untuk menjamin independensi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
Pemeriksa wajib:
a. menjaga kerahasiaan
berkepentingan.

hasil pemeriksaan kepada

pihak


yang

tidak

b. menunjukkan sikap kemandirian dalam melaksanakan tugas pemeriksaan,
menghindari terjadinya benturan kepentingan.
c. menyampaikan hasil pemeriksaan yang mengandung unsur pidana sesuai
dengan prosedur kepada Pimpinan BPK.
d. memberikan kesempatan kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi
temuan dan kesimpulan pemeriksaan serta mencantumkannya dalam laporan
hasil pemeriksaan (BPK RI, 2011).

Untuk lebih menegaskan bahwa independensi terkait dengan prinsip-prinsip
yang harus dipegang auditor, pada pasal 9 ayat 2 Kode Etik BPK menyebutkan larangan
bagi Pemeriksa yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. menjadi anggota/pengurus partai politik.

b. menjadi pengurus yayasan, dan/atau badan-badan usaha yang kegiatannya
dibiayai anggaran negara.
c. memberikan asistensi atau jasa konsultasi atau menjadi narasumber dalam
bidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
d. mendiskusikan pekerjaannya dengan pihak yang diperiksa di luar kantor BPK
atau di luar kantor atau area kegiatan obyek yang diperiksa
e. melaksanakan pemeriksaan terhadap pejabat pengelola keuangan negara yang
memiliki hubungan pertalian darah dan semenda sampai derajat ketiga.
f. melaksanakan pemeriksaan pada obyek dimana Pemeriksa pernah bekerja selama
2 (dua) tahun terakhir (BPK RI, 2011).

2.1.2.2. Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerasnya upaya, serta kompetensi yang
memadai

(BPK RI, 2011). Integritas merupakan sikap yang dimiliki auditor

berkaitan dengan niat, pikiran, perkataan dan perbuatan yang sesuai dengan kode
etik. Dalam SPKN (BPK RI, 2007) pemeriksa secara profesional bertanggung

jawab merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab profesionalnya,
pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta
menjunjung tinggi integritas, objektivitas, dan independensi. Pemeriksa harus
memiliki sikap untuk melayani kepentingan publik, menghargai dan memelihara
kepercayaan

publik,

dan

mempertahankan

profesionalisme.

Untuk

mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas
yang tertinggi. Pemeriksa harus profesional, obyektif, berdasarkan fakta, dan tidak
berpihak.


Universitas Sumatera Utara

Untuk menjamin integritas dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
Pemeriksa wajib:
a. bersikap

jujur,

tegas, bertanggungjawab, obyektif, dan

konsisten dalam

mengemukakan pendapat berdasarkan fakta pemeriksaan.
b. mampu

mengendalikan

diri


dan bertingkah

laku sopan, serta

saling

mempercayai untuk mewujudkan kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas
(BPK RI, 2011).
Untuk lebih menegaskan bahwa integritas terkait dengan prinsip-prinsip yang
harus dipegang auditor, pada pasal 9 ayat 2 Kode Etik BPK menyebutkan larangan bagi
Pemeriksa yaitu:
a. meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya baik
langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan.
b. memanfaatkan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan
jabatannya untuk kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan.

atau

c. memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa.
d. mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan

kepada media massa dan/atau pihak lain, tanpa ijin atau perintah dari Anggota
BPK.
e. mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan,
opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan
fakta dan/atau bukti-bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan, yang
menyebabkan opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi
tidak obyektif.
f. mengubah dan/atau menghilangkan bukti hasil pemeriksaan (BPK RI, 2011).

2.1.2.3. Profesionalisme

Universitas Sumatera Utara

Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen dalam
menjalankan tugas

(BPK RI, 2011). Dalam pengertian umum, seseorang

dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas
atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan
dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah
ditetapkan (Herawaty dan Susanto, 2008).

Dalam SPAP (IAPI, 2011) dinyatakan :

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar
ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan
pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat
dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja
dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Seorang auditor harus memiliki "tingkat
keterampilan yang umumnya dimiliki" oleh auditor pada umumnya dan harus
menggunakan keterampilan tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan
yang wajar.

Menurut Peraturan BPK-RI Nomor : 1 Tahun 2007 tentang SPKN
(BPK RI, 2007) dinyatakan:
Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta menjunjung
tinggi integritas, objektivitas, dan independensi. Pemeriksa harus memiliki
sikap untuk melayani kepentingan publik, menghargai dan memelihara
kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme. Untuk
mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat
integritas yang tertinggi. Pemeriksa harus profesional, obyektif,
berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Pemeriksa harus bersikap jujur dan

Universitas Sumatera Utara

terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil
pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya dengan tetap
memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan.
Untuk menjamin profesionalisme dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,
Pemeriksa wajib:
a. melaksanakan tugas pemeriksaan secara cermat, teliti, dan akurat sesuai
dengan standar dan pedoman yang telah ditetapkan.
b. meningkatkan pengetahuan dan keahliannya (BPK RI, 2011).
Untuk lebih menegaskan bahwa profesionalisme terkait dengan prinsip-prinsip
yang harus dipegang auditor, pada pasal 9 ayat 2 Kode Etik BPK menyebutkan larangan
bagi Pemeriksa yaitu:
a. menyalahgunakan dan melampaui wewenangnya baik sengaja atau karena
kelalaiannya.
b. menghambat pelaksanaan tugas
seseorang, dan/atau golongan.

pemeriksaan untuk kepentingan pribadi,

c. merubah tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam program
pemeriksaan tanpa persetujuan Penanggung Jawab (BPK RI, 2011).

2.1.3. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)
SPAP-IAPI (2011) Seksi 327 mendefinisikan teknik audit berbantuan komputer
(TABK) sebagai berbagai macam penggunaan komputer dalam pengauditan.
Keunggulannya memungkinkan auditor untuk mengakses catatan-catatan yang dapat
dibaca komputer, memudahkan auditor untuk memeriksa catatan atau data lebih

Universitas Sumatera Utara

banyak daripada dengan sistem manual, secara cepat dan akurat melakukan berbagai
fungsi rutin pengauditan termasuk pemilihan sampel secara statistik.
Pendekatan audit dengan bantuan komputer merupakan cara audit dengan
bantuan komputer yang sangat bermanfaat dalam pengujian serta evaluasi keandalan
penyimpanan (record) dan file perusahaan. Perangkat lunak audit yang digunakan
merupakan program komputer yang digunakan oleh auditor untuk membantu pengujian
dan evaluasi keandalan record dan file perusahaan.
Perangkat lunak audit yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua golongan
:
1. Perangkat Lunak Audit Terspesialisasi (SAS/ specialized audit software).
SAS merupakan satu atau lebih program khusus yang dirancang oleh auditor
agar sesuai dengan situasi audit tertentu. Software audit ini jarang digunakan
karena penyiapannya lama dan mahal, dan diperlukan keahlian auditor dibidang
komputer. Cara penanggulangannya dapat dengan menggunakan program yang
relevan dengan tujuan audit yang saat itu digunakan oleh perusahaan.
2. Perangkat Lunak Audit Tergeneralisasi (GAS/generalized audit software).
GAS ini terdiri dari seperangkat program komputer yang secara bersama
melaksanakan bermacam fungsi pemrosesan data atau manipulasi data. GAS
dikembalikan oleh kantor akuntan untuk berbagai tugas audit dan dapat
digunakan pada berbagai perusahaan.
Menurut SPAP-IAPI (2011) Seksi 327, beberapa manfaat TABK adalah sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak audit (audit
trail) dapat mengharuskan auditor menggunakan TABK dalam penerapan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif.
b. Efektivitas dan efisiensi prosedur audit dapat meningkat dengan penggunaan TABK.
SPKN BPK RI (2007) mensyaratkan pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Salah
satu kecakapan profesional yang harus dimiliki pemeriksa adalah keterampilan tentang
penggunaan TABK pada lingkungan pemeriksaan yang sudah menggunakan teknologi
informasi. Penggunaan TABK akan sangat ditunjang oleh sikap pemeriksa terhadap
penggunaan komputer (Computer Attitude) dan pelatihan yang memadai di bidang
penggunaan computer (Computer Training).

2.1.3.1. Computer Attitude
Thompson et al. (1991) mengemukakan pentingnya aspek perilaku dalam
penerapan sistem informasi berbasis komputer. Sikap (attitude) sebagai salah satu aspek
yang mempengaruhi perilaku individual, disamping norma sosial dan kebiasaan
mencerminkan pendirian seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Sikap seseorang terdiri
atas komponen kognisi, afeksi, dan komponen-komponen yang berkaitan dengan
pengenalan seseorang terhadap lingkungannya sehingga menimbulkan suatu keyakinan
(beliefs). Dalam konteks penerapan personal computer (PC), kemungkinan seseorang
mempunyai keyakinan bahwa penggunaan komputer akan memberikan manfaat bagi
dirinya dan pekerjaannya. Keyakinan tersebut diperolah berdasarkan pada pengetahuan
dan pengalamannya.
Afeksi berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang yang mempunyai
konotasi suka atau tidak suka. Sikap positif seseorang untuk menerima kehadiran

Universitas Sumatera Utara

teknologi komputer karena dilandasi keyakinan bahwa teknologi komputer dapat
membantu pekerjaannya, sehingga ia mempunyai perasaan suka terhadap teknologi
komputer. Keinginan merupakan komponen sikap yang lain, yang mempengaruhi sikap
seseorang. Sikap positif seseorang terhadap teknologi komputer karena didorong oleh
keinginan yang kuat untuk mempelajarinya.

2.1.3.2. Computer Training
Pendidikan dan pelatihan menggunakan komputer yang diperoleh sendiri
maupun yang diberikan oleh institusinya sangat mempengaruhi keberhasilan seseorang
pemakai dalam pelaksanaan kerja yang melibatkan penggunaan teknologi informasi
berbasis komputer (Haryanto, 2002). Igbaria, Pavri, Huff (1989) menemukan adanya
keterkaitan positif antara pelatihan dengan pengalaman di bidang komputer terhadap
penggunaan sistem. Diharapkan organisasi mengadakan program pendidikan dan
pelatihan terhadap user untuk lebih mengenal software atau hardware komputer yang
dijalankan, sampai pengguna merasa nyaman menggunakannya.
Pengembangan keahlian menggunakan komputer dapat dilakukan dengan
program pendidikan dan pelatihan. Bila memungkinkan, peningkatan program-program
pendidikan dan pelatihan tersebut mampu mengembangkan perasaan ”self efficacy”,
adalah keyakinan bahwa seorang pemakai komputer (user) dapat mengembangkan
keahliannya, sangat diperlukan agar mampu menggunakan komputer mikro secara
efektif dan memperkuat rasa percaya diri karena mampu menguasai teknologi komputer
serta menggunakannya dalam setiap pekerjaan user (Igbaria, 1994).

2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Untuk mendukung penelitian ini diambil beberapa penelitian terdahulu/
sebelumnya. Zulfikar (2003) dalam penelitiannya yang berjudul : “Expert System : Upaya

Universitas Sumatera Utara

Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Audit” menemukan bahwa expert system dapat
meningkatkan efisiensi maupun efektivitas audit, namun demikian auditor tetap harus
mempertimbangkan kos dan keuntungan yang akan didapat dari dari penerapan expert
system.
Gunawan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul : Hubungan Persepsi
Auditor Internal Atas Kode Etik Dengan Efektivitas Pelaksanaan Audit menemukan
adanya hubungan yang signifikan antara persepsi auditor internal atas kode etik dengan
efektivitas pelaksanaan audit. Sedangkan Efektivitas pelaksanaan audit dipengaruhi oleh
persepsi auditor internal atas kode etik pada bank-bank swasta nasional Tbk di Bandung.

Penelitian yang dilakukan oleh Monica (2007) tentang Hubungan Persepsi
Auditor Internal atas kode Etik dengan Efektifitas Pelaksanaan Audit (Studi
Survey pada beberapa Bank di Bandung). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi auditor atas kode etik
dengan efektifitas pelaksanaan audit.
Bayu (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh faktor-faktor
individual terhadap keahlian auditor dalam menggunakan teknik audit berbantuan
komputer”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor computer attitude (optimisme,
pesimisme) dan computer training (pelatihan komputer) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keahlian auditor dalam teknik audit berbantuan komputer.
Zulaiha (2008) dalam penelitiannnya yang berjudul pengaruh kemampuan
auditor investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan ( Studi kasus pada Badan Pemeriksa Keuangan Bandung ) menemukan
bahwa kemampuan auditor investigatif bermanfaat terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.

Universitas Sumatera Utara

Purba (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Keahlian dan
Independensi Auditor BPK Perwakilan Medan Terhadap Kualitas Audit”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial keahlian yang diproksikan dengan
pengalaman dan pengetahuan auditor BPK-RI Perwakilan Medan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas audit. Faktor independensi (lamanya ikatan dengan
auditee, tekanan auditee dan telaah rekan kerja) secara simultan mempunyai pengaruh
terhadap kualitas audit auditor BPK. Secara parsial hanya telaah dari rekan kerja yang
mempengaruhi kualitas kerja auditee sedangkan variabel lama ikatan dengan auditee
dan tekanan dari auditee tidak merusak indipendensi auditor, sehingga tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009) membahas Pengaruh Keahlian,
Independensi, Kecermatan Profesional dan Kepatuhan pada Kode Etik Terhadap Kualitas
Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan
Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional dan Kepatuhan pada Kode Etik
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kualitas auditor.
Ribut (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Kode Etik
Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Audit oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Independensi, Integritas dan Profesionalisme
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap efektivitas pelaksanaan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) membahas tentang Pengaruh
Kompetensi, Independensi dan Motivasi terhadap kualitas audit Aparat Inspektorat
dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi,
independensi dan motivasi berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. Faktor
kompetensi dan independensi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit
Aparat Inspektorat.
Frishandini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul : Pengaruh Motivasi
Auditor Terhadap Efektivitas Dan Efisiensi Audit (Studi di Wilayah Malang), menemukan
motivasi auditor yang diproxi dengan 2 (dua) unsur penggerak tantangan dan
pengembangan berpengaruh terhadap efektivitas dan efisiensi audit, baik secara
simultan maupun secara parsial.
Untuk memperjelas hasil penelitian sebelumnya ditampilkan matrik penelitian
pada tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Matrik Penelitian Terdahulu
No

Peneliti
Terdahulu

Judul Penelitian

Hasil Penelitian
Variabel
Variabel independen :
Expert System

1.

Zulfikar
(2003)

Expert System : Upaya
Meningkatkan Efisiensi
dan Efektivitas Audit

Variabel Independen
Efisiensi dan Efektivitas
Audit

Expert
system
dapat
meningkatkan
efisiensi
maupun efektivitas audit,
namun demikian auditor tetap
harus mempertimbangkan kos
dan keuntungan yang akan
didapat dari dari penerapan
expert system.

Variabel Independen :

2.

Gunawan
(2005)

Hubungan
Persepsi
Auditor Internal Atas
Kode
Etik Dengan
Efektivitas Pelaksanaan
Audit

Persepsi
Auditor
Internal Atas Kode Etik

Variabel dependen :
Efektivitas Pelaksanaan
Audit

3

Monica

Hubungan Persepsi

Variabel Independen :

Ada hubungan yang signifikan
antara
persepsi
auditor
internal atas kode etik dengan
efektivitas pelaksanaan audit.
Sedangkan
Efektivitas
pelaksanaan
audit
dipengaruhi oleh persepsi
auditor internal atas kode etik
pada
bank-bank
swasta
nasional Tbk di Bandung.

Terdapat

hubungan

Universitas Sumatera Utara

yang

(2007)

Auditor Internal atas
kode Etik dengan
Efektifitas Pelaksanaan
Audit (Studi Survey
pada beberapa Bank di
Bandung)

Persepsi auditor
internal atas kode etik

signifikan antara persepsi
auditor atas kode etik dengan
efektifitas pelaksanaan audit.

Variabel Dependen :
Efektivitas Pelaksanaan
audit
Variabel Independen :
Computer anxiety,
Computer attitude,

4

Bayu (2007)

Pengaruh faktor-faktor
individual terhadap
keahlian auditor dalam
menggunakan teknik
audit berbantuan
komputer

Faktor computer attitude dan
computer training memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap keahlian auditor
dalam TABK

Math anxiety dan
Computer Training

Variabel Dependen :
keahlian auditor dalam
TABK
Variabel Independen :

5

Zulaiha
(2008)

Pengaruh kemampuan
auditor
investigatif
terhadap
efektivitas
pelaksanaan prosedur
audit
dalam
pembuktian
kecurangan
(Studi
kasus pada Badan
Pemeriksa Keuangan
Bandung)

Kemampuan auditor
investigatif

Variabel Dependen :
Efektivitas pelaksanaan
prosedur audit dalam
pembuktian
kecurangan

Kemampuan
auditor
investigatif
bermanfaat
terhadap
efektivitas
pelaksanaan prosedur audit
dalam
pembuktian
kecurangan.

Variabel Independen :

6

Purba
(2008)

Pengaruh Faktor
Keahlian dan
Independensi Auditor
BPK Perwakilan Medan
Terhadap Kualitas Audit

Keahlian dan
Independensi

Faktor
Keahlian
dan
Independensi
berpengaruh
secara simultan dan parsial
terhadap kualitas audit

Variabel Dependen:
Kualitas Audit

7

Lubis (2009)

Pengaruh Keahlian,
Independensi,
Kecermatan Profesional
dan Kepatuhan pada

Variabel Independen :
Keahlian,
Independensi,
Kecermatan Profesional

Keahlian,
Independensi,
Kecermatan Profesional dan
Kepatuhan pada Kode Etik
berpengaruh secara simultan

Universitas Sumatera Utara

Kode Etik Terhadap
Kualitas Auditor pada
Inspektorat Provinsi
Sumatera Utara

dan Kepatuhan pada
Kode Etik

dan parsial terhadap kualitas
auditor

Variabel Dependen:
Kualitas auditor
Variabel Independen :

8

Ribut (2010)

Pengaruh Penerapan
Kode Etik Terhadap
Efektivitas Pelaksanaan
Audit oleh Auditor BPK
RI Perwakilan Provinsi
Aceh

Independensi,
Integritas dan
Profesionalisme

Variabel Dependen:

Independensi, Integritas dan
Profesionalisme berpengaruh
secara parsial dan simultan
terhadap
efektivitas
pelaksanaan audit

Efektivitas Pelaksanaan
Audit
Variabel Independen :

9

Efendy
(2010)

Pengaruh Kompetensi,
Independesi dan
Motivasi terhadap
kualitas audit Aparat
Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan
Daerah

Kompetensi,
Independensi dan
Motivasi

Variabel Dependen:
Kualitas audit

Kompetensi,
Independensi
dan Motivasi berpengaruh
secara simultan terhadap
kualitas audit.
Faktor
kompetensi
dan
independensi
berpengaruh
secara
parsial
terhadap
kualitas audit, sedangkan
Independensi
tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap kualitas audit.

Variabel Independen :

10

Frishandini
(2010)

Pengaruh
Motivasi
Auditor
Terhadap
Efektivitas Dan Efisiensi
Audit (Studi di Wilayah
Malang)

Tantangan dan
Pengembangan

Variabel Dependen:
Efektivitas dan efisiensi
audit

Motivasi auditor yang diproxi
dengan 2 (dua) unsur
penggerak tantangan dan
pengembangan berpengaruh
terhadap efektivitas dan
efisiensi audit, baik secara
simultan maupun secara
parsial.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP KINERJA AUDITOR.

9 41 37

PENGARUH PENERAPAN NILAI DASAR KODE ETIK BPK RI TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH : Studi Pada Auditor BPK-RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1 6 43

Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

0 0 20

Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

0 0 3

Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

0 0 8

Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

0 1 3

Pengaruh Penerapan Kode Etik Dan Penggunaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) Terhadap Efektivitas Audit Oleh Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara

0 0 46

PENGARUH KOMPETENSI, PROFESIONALISME, DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) DALAM MENDETEKSI FRAUD DENGAN TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER (TABK) SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 16

PENGARUH INDEPENDENSI, SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, PENERAPAN STANDAR AUDIT, DAN ETIKA AUDIT TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

0 1 11

PENGARUH TEKNIK AUDIT BERBANTUAN KOMPUTER, KOMPETENSI AUDITOR, INDEPENDENSI, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI PADA AUDITOR BPK RI PERWAKILAN PROVINSI ACEH)

1 2 10