Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Makan
Pola makan sering diartikan sebagai kebiasaan makan seseorang setiap
harinya. Menurut Baliwati (2004), pola makan adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Pembentukan pola makan seseorang didasari oleh faktor-faktor tertentu di
lingkungan sekitarnya. Pendapat ahli menyatakan bahwa pola makan merupakan
cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan
dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,
budaya dan sosial (Harper, 1986). Pola makan juga merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
dimakan oleh setiap orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat
tertentu (Ranti dan Soegeng, 2004).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pola makan
adalah cara atau kebiasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok dalam hal
mengonsumsi makanan yang dilakukan secara berulang-ulang pada waktu tertentu
dalam jangka waktu yang lama serta merupakan reaksi terhadap pengaruh

fisiologis, psikologis, budaya dan sosial di lingkungan sekitarnya.
Pola makan terdiri dari gambaran mengenai jumlah, frekuensi, jenis, dan
asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pola makan adalah cara atau
perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih dan
menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi
7

Universitas Sumatera Utara

8

frekuensi makan, asupan makanan, dan jenis makan yang berdasarkan faktorfaktor sosial budaya dimana mereka hidup.
Aktivitas dapat kita laksanakan dengan baik apabila kita menerapkan pola
makan yang sehat. Pola makan sehat adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu
seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan
sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.
Pola makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam unsur gizi

yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi,
sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur
kelancaran metabolisme tubuh. Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi
dengan pola makan yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan
makanan yang mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengakap, maka
semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka
semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang
optimal.
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai asupan makanan, jenis makanan, jadwal makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi setiap hari (Persagi, 2006). Penjelasan komponen pola makan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.1


Asupan Makanan
Asupan makanan merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi individu

dalam sehari. Penilaian asupan makanan biasanya dilihat melalui jumlah zat-zat
gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri dari makronutrient yakni
karbohidrat, protein dan lemak serta mikronutrient yang terdiri dari vitamin dan
mineral.
Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah
energi yang dikeluarkan. Makanan yang dikosumsi harus seimbang dengan
kebutuhan yang disesuaikan dengan umur dan piramida makanan yaitu
karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori
yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan maka akan mengalami
kelebihan berat badan.
Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 angka kecukupan gizi untuk
perempuan umur 16-49 tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, yang
Dianjurkan untuk Perempuan 16-29 Tahun di Indonesia (perorang
perhari)
Umur
BB

TB
Energi
Karbohidrat
Protein
Lemak
(kkal)
(g)
(g)
(g)
16-18 tahun
50
158
2125
292
59
71
19-29 tahun
54
159
2250

309
56
75
30-49 tahun
55
159
2150
323
57
60

2.1.2

Jenis makanan
Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan baik pangan nabati maupun

pangan hewani. Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya
akan satu jenis zat gizi dan ada yang kekurangan zat gizi tertentu. Oleh karena itu

Universitas Sumatera Utara


10

manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua
zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup.
Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat,
protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari
gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi
adalah karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup
dan makanan yang manis-manis sebaiknya dikurangi yakni 3-5 sendok makan
perhari saja.
Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani.
Sumber protein nabati didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein
hewani berasal dari ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber
vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran),
vitamin D (ikan, susu dan kuning telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan
kedelai), vitamin K (brokoli, bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu
dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai).
Makanan terbagi atas dua jenis yaitu makanan selingan dan makanan
utama. Makanan selingan adalah makanan yang dikonsumsi disela-sela waktu

makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani
dan nabati, sayur, buah dan minuman. Penjelesan lebih lanjut mengenai dua jenis
makanan tersebut dijelaskan dibawah ini :
1) Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang
berupa makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari
makanan pokok, seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minuman.

Universitas Sumatera Utara

11

Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang peranan
penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi
sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa
kenyang. (Soediaoetama, 2004).
2) Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri
maupun yang dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket.
Makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari :

a. Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang,
kripik singkong, kacang telur, pop corn dan sebagainya.
b. Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar,
mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
c. Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam,
empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.
2.1.3

Frekuensi Makan
Frekuensi adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau kejadian yang

berulang. Menurut Okviani (2011), Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam
sehari-hari baik kualitatif maupun kuantitatif. Jadi, frekuensi makan adalah
sejumlah pengulangan yang dilakukan dalam hal mengonsumsi makanan baik
kualitatif maupun kuantitatif yang terjadi secara berkelanjutan. Frekuensi makan
juga dapat diartikan sebagai seberapa seringnya seseorang melakukan kegiatan
makan dalam sehari baik makan utama maupun makan selingan.
Frekuensi makan merupakan jumlah waktu makan dalam sehari meliputi
makanan lengkap (full meat) dan makan selingan (snack). Makanan lengkap


Universitas Sumatera Utara

12

biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam),
sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang
dan antara makan siang dan makan malam.
Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya kejadian maag adalah
frekuensi makan kurang dari frekuensi yang dianjurkan yaitu makan tiga kali
sehari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung
sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata umumnya lambung kosong antara 3-4 jam.
Maka jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan kosongnya lambung.
Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan makan makanan utama 3
kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore.
Ketiga waktu makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat
membekali tubuh dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein yang
berguna sebagai cadangan energi untuk melakuakan aktivitas dalam sehari.
Berdasarkan penelitian Pereira dari University of Minnesota School of Public
Health menyatakan bahwa orang yang makan pagi dapat mengendalikan nafsu

makan mereka. Hal itu dapat mencegah mereka makan secara berlebihan saat
makan siang atau makan malam. Makan siang diperlukan setiap orang karena
sejak pagi merasa lelah akibat melakukan aktivitas. Selain makan utama yang
dilakukan tiga kali, makan selingan juga harus dilakukan yakni sekali atau dua
kali diantara waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu
makan yang lama.

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.4

Jadwal makan

Dalam pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering tidak teratur
seperti terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan tidak makan
sehingga membuat perut mengalami kekosongan dalam jangka waktu yang lama.
Jadwal makan yang tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung dan
berisiko menyebabkan gastritis.

Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari tiga makan utama yaitu makan
pagi, makan siang, dan makan malam. Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan
pagi (sebelum pukul 09.00), makan siang (jam 12.00-13.00), dan makan malam
(jam 18.00-19.00). Jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu pengosongan
lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang baik adalah dalam rentang
waktu ini sehingga lambung tidak dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang
lama (Oktavani, 2011).
Lambung yang kosong mengakibatkan kadar asam yang meningkat sehingga
dapat mengiritasi lambung dan menimbulkan berbagai keluhan gejala maag. Jenis
makanan yang dikonsumsi sebaiknya makanan yang tidak menyebabkan
pengeluaran asam lambung secara berlebih serta jadwal makan harus teratur, lebih
baik makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam
porsi banyak tapi tidak teratur (Almatsier, 2010).
Jadwal makan malam juga tidak boleh terlalu dekat dengan waktu tidur.
Cristina-Maria Kastorini, MSc, ahli gizi dari University of Ioannina di Yunani
mengatakan jika seseorang langsung tidur setelah makan malam maka orang
tersebut rentan mengalami refluks asam lambung. Kondisi ini menyebabkan asam
lambung naik menuju kerongkongan dan memicu rasa tidak nyaman.

Universitas Sumatera Utara

14

2.2 Stres
Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh setiap orang. Stres
dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima dengan kemampuan untuk
mengatasinya (Looker, 2005).
Menurut

Mantellow (2007), stres merupakan kumpulan hasil, respon,

jalan dan pengalaman yang berkaitan yang disebabkan oleh berbagai stresor,
keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres. Istilah stres digunakan untuk
menunjukkan adanya suatu reaksi tubuh yang dipaksa, dimana hal tersebut
menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie, 2005).
Menurut Greenberg (2004), stres diungkapkan sebagai reaksi fisik, mental,
dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan,
membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain
menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana, 1994).
2.2.1 Etiologi Stres
Kondisi sehat dapat dipertahankan karena individu mempunyai ketahanan
tubuh yang baik. Stres terjadi karena tidak adekuatnya kebutuhan dasar manusia
yang akan bermanifestasi pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan
perilaku (Gunawan, 2007).
Stres dapat terjadi karena terdapat suatu perubahan baik dari kondisi fisik,
psikologis, maupun sosial yang dapat muncul pada situasi kerja, di rumah,

Universitas Sumatera Utara

15

kehidupan sosial dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996 dalam Nasir & Muhith,
2011). Kondisi tersebut dapat menyebabkan stres yang disebut sebagai stresor.
Stres yang dialami seseorang mengakibatkan munculnya konsep stresor,
yaitu stresor internal dan stresor eksternal (Selye, 1976 dalam Potter & Perry,
2005). Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya demam,
penyakit infeksi, trauma fisik, malnutrisi, kelelahan fisik, kekacauan fungsi
biologik yang berkelanjutan.
Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang seperti terjadinya
perubahan bermakna dalam sutau lingkungan, perubahan peran dan sosial, proses
pembelajaran, pekerjaan, hubungan interpersonal, dan penurunan kondisi
keuangan. Berdasarkan penjabaran singkat tentang stresor, setiap individu harus
beradaptasi dengan stresor yang terjadi pada dirinya dalam rangka bertahan hidup
terhadap stresor yang datang dari internal dan eksternal.
2.2.2 Tingkat Stres
Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari
seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang
secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dan kritik. Situasi
seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan
biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus
menerus.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama beberapa jam
sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang
belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru,
permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan seseorang.
3. Stres Berat
Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan
penyakit fisik yang lama (Rasmund, 2004).
2.2.3 Dampak Stres
Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif atau
negatif. Dampak positif stres yakni dapat meningkatkan kemampuan individu
dalam proses belajar dan berfikir. Sebaliknya dampak negatif stres dapat berupa
gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Dampak
negatif stres yang dirasakan oleh individu dalam lima gejala, yaitu gejala
fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal, dan organisasional. Gejala fisiologis
yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit
pinggang, tekanan darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera
makan, susah tidur, dan kehilangan semangat. Selain gejala fisiologis, individu
yang mengalami stres akan mengalami perubahan gejala emosional berupa
perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih
dan depresi. Gejala kognitif berupa sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan,

Universitas Sumatera Utara

17

mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Dampak negatif stres
yang mudah diamati dari gejala interpersonal yaitu sikap acuh tak acuh pada
lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan
mudah menyalahkan orang lain. Selain itu, gejala organisasional berupa
meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah, menurunnya produktifitas dan
menurunnya dorongan untuk berprestasi.

2.3 Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster
terutama pada lapisan mukosa gaster (Hadi, 1999). Peradangan pada lambung ini
disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih. Menurut Ardiansyah
(2012), Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut
(tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag”
adalah suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan
makanan yang terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti
mikroorganisme penyebab penyakit, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi
radiasi (Yuliarti, 2009).
Secara histologi gastritis dapat dibuktikan dengan adanya inflamasi sel-sel
radang pada daerah tersebut. Pada manifestasi klinis dapat dibagi akut dan kronis
(Hirlan, 2001). Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung yang sering

Universitas Sumatera Utara

18

diakibatkan pola diet yang tidak tepat. Sedangkan gastritis kronik adalah inflamasi
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung dan bakteri Helicobacter Pylori (Brunner dan Suddart,
2002).
Berdasarkan definisi-definisi dari berbagai para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada
mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan
dalam pola makan. Ketidakteraturan dalam pola makan misalnya jadwal makan
yang tidak tepat, asupan makanan yang tidak sesuai, dan makan makanan yang
memicu peningkatan asam lambung seperti terlalu banyak bumbu, gas, santan dan
pedas.
2.3.1 Klasifikasi Gastritis
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histopatologi yang khas, distribusi
anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi
klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat bahwa
walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik tetapi keduanya tidak
saling berhubungan.
Gastritis akut adalah kelainan klinis yang jelas penyebabnya dengan tanda
gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflmasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan bakteri
Helicobacter Pylori (Mansjoer,2001).

Universitas Sumatera Utara

19

a. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan dan
biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Gastritis akut
merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan
pendarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat iritan. Erosi yang terjadi
pada gastritis akut tidak sampai mengenai lapisan otot lambung. Penyebab terberat
dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan
parut dapat terjadi akibat obstruksi pylorus.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang
menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma
lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit
gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang
tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak
disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk
disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik yaitu limfosit

Universitas Sumatera Utara

20

dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat ringan
pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis yang mengenai bagian sub
epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai
kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam dan hal ini biasanya
berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia
intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibodi terhadap sel
parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%
pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.
Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus
atau korpus. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat Helicobacter Pylory
terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis sehingga
sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).
Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa
bentuk yaitu:
a) Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,
muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol,
trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh
darah pada lambung dan luka akibat operasi.
b) Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya
karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit
pada saluran pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin biasanya disertai

Universitas Sumatera Utara

21

dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang
otot.
c) Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak
spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual,
muntah dan perasaan penuh dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi
C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun, adanya tumor pada lambung dan
faktor stres.
2.3.2 Gejala Gastritis
Gastritis atau sering disebut maag cukup umum dikenal oleh masyarakat.
Meski demikian banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami
gejala-gejala gastritis. Dasar diagnosa umum gastritis adalah riwayat rasa tidak
enak berulang di ulu hati ½ hingga 1 jam setelah makan (pencernaan) dan timbul
terutama pada dini hari. Rasa nyeri akan menghilang dengan diberi makan atau
antasida, sekurang-kurangnya untuk sementara. Rasa mual dan muntah sering
sekali menyertai rasa nyeri di ulu hati.
Menurut Mansjoer (2001), Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka
atau lecet pada mukosa lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan
mengalami keluhan nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan
terasa sesak, nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan
naik, keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi perdarahan
saluran cerna.
Rasa perih pada lambung merupakan hal yang sering disebut sebagai tanda
umum gastritis. Faktanya, gejala gastritis/maag tersebut tidak harus terasa perih,
akan tetapi rasa tidak nyaman pada lambung/ulu hati yang diikuti mual atau

Universitas Sumatera Utara

22

kembung dan sering sendawa atau cepat merasa kenyang. Gejala lainnya adalah
rasa pahit yang dirasakan di mulut. Rasa pahit ini timbul karena asam lambung
yang berlebihan mendorong naik ke kerongkongan sehingga kadang kala timbul
rasa asam ataupun pahit pada kerongkongan dan mulut. Berikut penjelasan lebih
dalam tentang gejala-gejala tersebut :
a. Sendawa
Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna
(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan
kadang-kadang bau.
b. Kembung
Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
1)

Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih
besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala
ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan dari distention.

2)

Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif)
dimana didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa
didapatkan dari observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan
lambung jelas lebih besar dari biasanya.

c. Kentut/Flatus
Flatus merupakan keluarnya gas dalam saluran cerna melalui anus
yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil produksi dari bakteri.
Namun terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh produksi dari
bakteri di saluran cerna atau usus besar berupa hidrogen atau metan pada
keadaan banyak mengkonsumsi kandungan gula dan polisakarida. Contoh

Universitas Sumatera Utara

23

gula adalah seperti laktosa (gula susu), sorbitol sebagai pemanis rendah
kalori, dan fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen.
Menurut Misnadiarly (2009), gejala gastritis atau maag antara lain tidak
nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mual,
muntah, nyari ulu hati, lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat
kenyang, perut keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila
gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus. Berdasarkan klasifikasi
gastritis yakni gastritis akut dan gastritis kronik, tanda dan gejala gastritis dapat
dibedakan menjadi :
a. Tanda dan gejala Gastritis Akut
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis
adalah keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah,
kembung, sering buang angin, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut,
rasa panas seperti terbakar dan sering sendawa (Puspadewi, 2012).
b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis
Menurut Minggu (2014) tanda dan gejala gastritis kronis adalah
gastritis sel plasma, nyeri yang menetap pada daerah epigastrium, mausea
sampai muntah, dyspepsia, anoreksia, berat badan menurun, dan keluhan yang
berhubungan dengan anemia.
2.3.3 Penyebab Gastritis
Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang
berlebih. Asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan
lambung. Dalam keadaaan normal lambung akan memproduksi asam sesuai

Universitas Sumatera Utara

24

dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak teratur,
lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan mengakibatkan produksi asam
lambung yang berlebih (Uripi,2002).
Penyebab asam lambung menjadi tinggi antara lain mengonsumsi makanan
dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam lambung, seperti makanan dan
minuman dengan rasa asam, pedas, bergas, kecut, berkafein tinggi, bersantan, dan
berminyak. Aktivitas padat sehingga telat makan serta stress tinggi juga berimbas
pada produksi asam lambung berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli,
salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan, dan konsumsi alkohol berlebih.
Menurut Brunner & Suddarth (2001) faktor-faktor resiko yang sering
menyebabkan gastritis diantaranya :
1) Pola makan
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit.
Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,
sehingga timbul rasa nyeri. Pola makan terdiri dari frekuensi, jenis dan
asupan makanan, adapun faktor resiko yang disebabkan pola mkan yang
salah dijelaskan sebagai berikut :
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah kegiatan makan dalam sehari.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata umumnya

Universitas Sumatera Utara

25

lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,
atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri.
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan
biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai
sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung mulai terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3
jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih

sehingga

dapat

mengiritasi

mukosa

lambung

serta

menimbulkan rasa nyeri disekitar episgastrium.
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit
untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa
pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut
dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke
kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.
b. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan susunan menu sehat dan

Universitas Sumatera Utara

26

seimbang. Namun beberapa makanan justru dapat menyebabkan
gangguan pencernaan seperti halnya makanan pedas.
Mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Hal
ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita makin
berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan mengonsumsi makanan
pedas lebih dari satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan
dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang
disebut dengan gastritis.
Gastritis dapat disebabkan pula dari konsumsi makanan yang tidak
tepat. Makanan tertentu dapat menyebabkan penyakit gastritis seperti
buah yang masih mentah, daging mentah, makanan bersantan, dan
makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti
makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung
membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan
tersebut dan lambat meneruskannya kebagian usus. Akibatnya, isi
lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu
yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang
dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi
lambung.
c. Asupan Makanan
Asupan makanan merupakan jumlah makanan yang dikonsusmi
seseorang dalam sehari. Setiap orang harus makan makanan dalam

Universitas Sumatera Utara

27

jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua kebutuhan tubuh. Jika
konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan disimpan di dalam
tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain itu, makanan
dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung yang pada
akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun. Kondisi
seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada lambung.
2) Rokok
Akibat negatif dari rokok sesungguhnya sudah mulai terasa pada
waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok yang dihisap,
terdapat kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya acrolein,
nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin dapat menghalang timbulnya rasa
lapar. Itu sebabnya seseorang menjadi tidak lapar karena merokok,
sehingga akan meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan
gastritis.
3) Kopi
Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein ternyata dapat
menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf (otak), sistem
pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu tidak heran
setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh kita terasa
segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah lelah atau mengantuk.
Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat
meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung
dan pepsin. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi dan
inflamasi pada mukosa lambung sehingga menjadi gastritis.

Universitas Sumatera Utara

28

4) Teh
Hasil penelitian Hiromi Shinya dalam buku “The Miracle of
Enzyme” menemukan bahwa orang-orang Jepang yang meminum teh lebih
dari dua gelas secara teratur sering menderita penyakit gastritis. Pada teh
terdapat zat yang disebut tannin. Tannin inilah yang menyebabkan
beberapa buah dan tumbuh-tumbuhan memiliki rasa sepat dan mudah
teroksidasi. Tannin merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki
afinitas tinggi terhadap protein pada mukosa dan sel epitel mukosa
(selaput lendir yang melapisi lambung). Akibatnya terjadi proses dimana
membran mukosa akan mengikat lebih kuat dan menjadi kurang
permeabel. Proses tersebut menyebabkan peningkatan proteksi mukosa
terhadap mikroorganisme dan zat kimia iritan. Dosis tinggi tannin
menyebabkan efek tersebut berlebih sehingga dapat mengakibatkan iritasi
pada membran mukosa usus. Selain itu apabila tannin terkena air panas
atau udara dapat dengan mudah berubah menjadi asam tanat. Asam tanat
ini juga berfungsi mengumpalkan protein mukosa lambung. Asam tanat
akan mengiritasi mukosa lambung perlahan-lahan sehingga sel-sel mukosa
lambung menjadi atrofi. Hal inilah yang menyebabkan orang tersebut
menderita berbagai masalah lambung, seperti gastritis atrofi, ulcus peptic,
hingga kanker lambung.
5) Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif, basil yang
terbentuk kurva dan batang. Bakteri ini menyebabkan pereadangan pada
lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Infeksi bakteri ini

Universitas Sumatera Utara

29

sering diketahui sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan
gastritis.
6) AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) atau Non Steroid Anti
Inflamasi Drugs (NSAIDS) dan kortikosteroid dapat menghambat sintesis
prostaglandin, sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana
lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung.
7) Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam
lambung walaupun pada kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang
minum alkohol 75 gr (4 gelas/minggu) selama 6 bulan dapat menyebabkan
gastritis.
8) Usia
Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis
dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan dengan seiring
bertambah usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih
cenderung memiliki infeksi Helicobacter pylori atau gangguan autoimun
dari pada orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika mengenai usia muda
biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat.
9) Stress
Stress merupakan reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh
terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan,
membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan

Universitas Sumatera Utara

30

bahwa stress merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi baik mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia yang juga
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut.
Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan
yang tidak teratur. Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam
lambung meningkat. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding
lambung sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka
lambung semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi
perdarahan (Budiman, 2011). Adapun jenis stres adalah sebagai berikut :
a. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan
stress, misalnya pada beban kerja berat, panik, tergesa-gesa. Kadar
asam lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung
dan jika hal itu dibiarkan, lama kelamaan akan menyebabkan
terjadinya gastritis.
b. Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar, refluk empedu, atau infeksi berat dapat menyebabkan
gastritis dan juga ulkus dan pendarahan pada lambung.
2.3.4

Pencegahan Gastritis
Gastritis merupakan penyakit yang menimbulkan keluhan-keluhan yang

dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gastritis dapat dicegah dengan
melakukan beberapa hal sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

31

a) Menerapkan pola makan yang baik dengan makan secara teratur seperti
makan pada jadwal makan yang tepat dan menerapkan frekuensi makan
yang baik yaitu dengan tiga kali makan makanan utama dan tiga kali
makan makanan selingan. Makan dengan tenang jangan terburu-buru.
Kunyah makanan hingga hancur menjadi butiran lembut untuk
meringankan kerja lambung. Makan secukupnya, jangan biarkan perut
kosong tetapi jangan makan berlebihan sehingga perut terasa sangat
kenyang. Makanan yang diolah dengan cara digoreng, pedas, dan asam,
sebaiknya dihindari karena dapat mengiritasi lambung. Makanan yang
dikonsumsi sebaiknya adalah makanan yang lunak atau lembek yang
dimasak dengan cara direbus, disemur atau ditim.
b) Makan dalam jumlah kecil tapi sering serta memperbanyak makan
makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan
menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang dapat
mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, digoreng, dan
berlemak.
c) Tidak mengonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol dapat
mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan
dalam lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan
perdarahan di lambung.
d) Tidak merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh
karena itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun
ulser. Merokok juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan
kesembuhan, dan meningkatkan risiko kanker lambung.

Universitas Sumatera Utara

32

e) Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan hindari pemakaian
obat penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin,
ibuprofen, dan naproxen dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi
lambung.
f) Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.
g) Olahraga. Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang dapat
menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan
dengan lebih cepat.
h) Manajemen stres. Stres dapat meningkatkan serangan jantung dan stroke.
Kejadian ini akan menekan respons imun dan akan mengakibatkan
gangguan pada kulit. Selain itu, kejadian ini juga akan meningkatkan
produksi asam lambung dan menekan pencernaan. Tingkat stres seseorang
berbeda-beda dan cara menurunkan tingkat stress aalah dengan
mengonsumsi makanan bergizi, cukup istirahat, berolahraga secara teratur,
serta selalu menenangkan pikiran. Cara menenangkan pikiran dapat
dilakukan dengan meditasi atau yoga untuk menurunkan tekanan darah,
kelelahan dan rasa letih.
2.3.5

Pengaturan Diet dalam Pencegahan Gastritis
Syarat diet dalam pencegahan gastritis adalah mengonsumsi makanan yang

mudah dicerna dan tidak merangsang, serta dapat memenuhi kebutuhan energi dan
zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan kebutuhan. Sebaliknya, asupan
protein harus cukup tinggi (± 20-25 % dari total jumlah energi yang biasa
diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Sebaiknya pilih lemak yang
mengandung asam lemak tak jenuh.

Universitas Sumatera Utara

33

Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak
berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah
karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengonsumsi jenis makanan yang
mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat,
sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna.
Menurut Persagi (2006), sebaiknya penderita gastritis menghindari
makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil
gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga
harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Selain itu perlu diperhatikan pula
teknik mengolah makanan seperti direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik
memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak
dianjurkan.
Maag dapat disebabkan oleh pola makan yang salah seperti makan tidak
teratur serta tidak memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi. Jenis makanan
yang dianjurkan untuk dikonsumsi guna mencegah gastritis adalah sumber
karbohidrat yang mudah dicerna (nasi lunak, roti, biskuit, krekers), sumber protein
yang diolah dengan cara direbus dan dipanggang dan ditumis, sayuran yang tidak
bergas dan tidak banyak serat (bayam, dan wortel), buah-buahan yang tidak
bergas (pepaya, pisang, pir), dan minuman (teh, susu).
Sedangkan jenis makanan yang tidak dianjurkan adalah sumber
karbohidrat yang sulit dicerna (nasi keras, beras ketan, mie, jagung, singkong,
talas, cake, kue tart), sumber protein yang diolah dengan cara digoreng dan
digulai, sarden, kornet dan keju, sayuran yang bergas dan banyak serat (daun
singkong, kol, kembang kol, sawi), buah-buahan yang bergas dan tinggi serat

Universitas Sumatera Utara

34

(kedondong, jambu biji, durian, nangka dan buah-buahan masam), makanan yang
pedas, makanan bergas dan berlemak tinggi (tapai, coklat, gorengan, jeroan) dan
minuman bergas.
Menurut Almatsier (2010) terdapat jenis makanan yang dapat dikonsumsi
guna mencegah peningkatan asam lambung dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi karena dikhawatirkan dapat memicu timbulnya gastritis. Jenis
makanan tersebut antara lain :
Tabel 2.2 Makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan sebagai pencegahan
peningkatan asam lambung
No.
Jenis Bahan
Boleh Diberikan
Tidak Boleh Diberikan
Makanan
1.

Sumber hidrat arang
(nasi atau
penggantinya).

Beras, kentang,
mie,bihun, makaroni,
roti, biskuit dan
tepung- tepungan.

Beras ketan, bulgur, jagung
cantel,singkong, kentang
goreng, cake, dodol.

2.

Sumber protein
hewani.

Ikan, hati, daging sapi,
telur ayam, susu.

Daging, ikan, ayam (yang
diawetkan/dikalengkan
digoreng,dikeringkan
atau didendeng), telur
ceplok
atau goreng.

3.

Sumber Protein
Nabati.

Tahu, tempe, kacang
hijau direbus atau
dihaluskan.

4.

Lemak.

Margarine, minyak
(tidak untuk
menggoreng dan
santan encer).

Tahu, tempe, kacang
merah,
kacang tanah yang digoreng
atau panggang.
Lemak hewan, santan
kental.

5.

Sayuran

Sayuran yang tidak
banyak serat dan tidak
menimbulkan gas.

Sayuran yang banyak
mengandung serat dan
menimbulkan gas,
sayuran mentah.

Universitas Sumatera Utara

35

No.

Jenis Bahan
Makanan

Boleh Diberikan

Tidak Boleh Diberikan

6.

Buah-bauhan.

Pepaya, pisang rebus,
sawo, jeruk garut, sari
buah.

Buah yang banyak
mengandung
serat, dan menimbulakn gas
misalnya :
jambu, nenas, durian,
nangka dan
buah yang dikeringkan.

7.

Bumbu-bumbu.

Gula, garam, vitsin,
kunyit, kunci, serasi,
salam, lengkuas, jahe
dan bawang

Cabai, merica, cuka, dan
bumbu
bumbu yang merangsang.

2.4 Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres dengan Timbulnya Keluhan
Gastritis
Terjadinya gastritis disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur terdiri
dari jadwal, frekuensi, jenis dan asupan makanan yang tidak tepat. Penelitian yang
dilakukan Mawaddah Rahmah,dkk (2012) dengan judul faktor risiko kejadian
gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa menunjukkan
bahwa pola makan (jenis makanan dan frekuensi makan) merupakan faktor risiko
kejadian gastritis. Faktor lain yang juga menjadi risko gastritis adalah kebiasaan
meminum kopi, merokok, penggunaan obat anti inflamasi non steroid, dan
riwayat gastritis keluarga. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks
isi lambung, pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, dan tidak jarang
kondisi seperti ini dapat menimbulkan luka pada lambung.
Frekuensi dan jadwal makan yang tidak tepat juga menjadi faktor risiko
terjadinya gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda
pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga

Universitas Sumatera Utara

36

timbul rasa nyeri. Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung
setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 3-4 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh
akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat
lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam
lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke kerongkongan
yang menimbulkan rasa panas terbakar.
Jenis makanan yang dikonsumsi turut berperan dalam tejadinya gastritis.
Konsumsi makanan pedas, berlemak/minyak, santan, bergas, kopi, teh, alkohol
dapat memicu peningkatan asam lambung. Produksi HCL yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri pada epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam
keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan
menyebabkan perdarahan pada lambung.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola
makan dengan kejadian gastritis. Penelitian yang dilakukan oleh Wati Oktaviani
(2008) yang meneliti hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada
mahasiswa S1 keperawatan program A FIKES UPN Veteran Jakarta tahun 2008
menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi makan, jenis

Universitas Sumatera Utara

37

makanan dan pola makan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Sri Hartati, Wasisto
Utomo, dan Jumain (2014) yang meniliti hubungan pola makan dengan resiko
gastritis pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK. Dari penelitian tersebut
ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan pola makan dengan resiko gastritis
pada mahasiswa yang menjalani sistem KBK.
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik
dan teratur merupakan salah satu dari pencegahan dan penatalaksanaan gastritis.
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk
memperbaiki kondisi pencernaan.
Selain pola makan, tingkat stres individu juga merupakan faktor
pendukung terjadinya gastritis. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Mareyke Saroinsong, Henry Palandeng, dan Hendro Bidjuni
(2014) yang meneliti hubungan stres dengan kejadian gastritis pada remaja kelas
XI IPA di SMA Negeri 9 Manado, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara stres dengan kejadian gastritis pada remaja kelas XI IPA di SMA
Negeri 9 Manado. Selain iu penelitian lain yang dilakukan oleh Nur Rahma,
Yusran Haskas, Akuilina Semana (2013) yang meneliti hubungan antara pola
makan dan stres dengan kejadian penyakit gastritis pada pasien di Rumah Sakit
Umum Massenrempulu Enrekang, menunjukkan terdapat hubungan antara pola
makan dan stres dengan kejadian gastritis di Rumah Sakit Umum Massenrenpulu
Enrekang.

Universitas Sumatera Utara

38

2.5 Kerangka Konsep
Penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran pola makan, tingkat stres
dan keluhan gejala gastritis (maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari
Departemen Store Plaza Medan Fair. Kerangka yang disusun pada penelitian ini
yaitu kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian (Setiadi, 2007).

Pola Makan
1. Jenis Makanan
2. Frekuensi Makan
3. Jadwal Makan
4. Asupan Makanan

Gastritis

Tingkat Stres
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres dan
Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari
Departemen Store Plaza Medan Fair

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

9 45 141

PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT.

0 3 12

Gambaran Umum Sales Promotion Girls PERSEPSI SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP PROFESINYA DAN RESPON SPG TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT.

0 6 13

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

1 1 15

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

0 0 2

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

0 0 6

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

1 5 5

Gambaran Pola Makan, Tingkat Stres, dan Keluhan Gejala Gastritis (Maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair

0 0 28

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015

0 1 15