Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain adalah tercapainya
keluarga yang berkualitas dalam mencapai penduduk yang tumbuh seimbang tahun
2015. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam upaya mencapai
sasaran ini, maka diupayakan gerakan pemberdayaan dan penggerakan dari
masyarakat untuk membangun partisipasi masyarakat membentuk keluarga kecil
yang berkualitas dan sejahtera.
Indonesia masih menghadapi pelbagai masalah yang salah satu di antaranya
adalah masalah kependudukan. Masalah kependudukan ini berkaitan dengan
pertumbuhan penduduk yang terus bertambah berkisar antara 2,15 % per tahun
hingga 2,49 % per tahunnya. Tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (Arum,
2008).
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
adalah sebanyak 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,49 % per tahun (BkkbN, 2012). Angka kelahiran di Indonesia berada pada

angka 2,6 per wanita Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2007. Keadaan ini
belum sesuai dengan target nasional yang menyebutkan bahwa angka kelahiran
Indonesia yakni 2,1 per wanita PUS (BPS, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Fenomena seperti inilah yang terjadi di Indonesia, pertumbuhan jumlah
penduduk yang sangat pesat dengan laju pertumbuhan yang tinggi menyebabkan
masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia antara lain adalah
jumlah dan pertumbuhan penduduk yang kian meningkat, persebaran dan kepadatan
penduduk yang tidak merata, dan struktur komposisi umur penduduk di Indonesia
berada pada kelompok umur muda yang mengandung masalah dalam penyediaan
lapangan pekerjaan, pendidikan dan beban kelompok produktif (Arum, 2008).
Untuk mengatasi masalah kependudukan yang seperti ini, banyak program
yang sudah dilaksanakan. Salah satu di antaranya yang telah dimulai sejak tahun 1970
adalah Program Keluarga Berencana (KB). Program KB sangat penting dalam
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kemajuan bangsa,
mengingat kualitas SDM Indonesia yang rendah dengan peringkat 121 dari 187
negara (UNDP, 2013).
Intensifikasi program KB sangat penting dilakukan, mengingat program KB di

tanah air pada era reformasi tidak seintensif pada era orde baru. Kurang
terfasilitasinya penduduk untuk melakukan pembatasan kelahiran pada keluarganya
akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan penduduk. Diperlukan peran
pemerintah dalam program KB di tanah air mengingat kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang rendah (BkkbN, 2010).
Di Indonesia, rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2010 adalah
sebesar 75,4 %. Target Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan untuk
peserta KB tahun 2010 adalah sebesar 70%. Dengan demikian secara nasional target
ini sudah dapat dicapai, namun kenyataannya di lapangan terdapat 7 provinsi yang

Universitas Sumatera Utara

belum mencapai target yakni salah satunya adalah Sumatera Utara (59,5%) (Profil
Kesehatan Indonesia, 2011).
Desentralisasi dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah juga diatur dalam
kewenangan bidang KB nasional. Penyerahan sebagian kewenangan bidang KB ke
pemerintahan kabupaten/kota merupakan konsekuensi dari pelaksanaan otonomi
daerah (BkkbN, 2003). Sampai dengan akhir tahun 2008, belum semua pemerintah
kabupaten/kota menetapkan program KB sebagai program investasi yang strategis
dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan

daerah (BkkbN, 2010).
Menurut data yang dirilis oleh BkkbN Provinsi Sumatera Utara, pada tahun
2010 jumlah akseptor KB aktif sebanyak 1.429. 414 jiwa peserta dari jumlah PUS
sebesar 2.117.695 jiwa (67,50%).

Tabel 1.1 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Akseptor Aktif
Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara
Tahun Jumlah Pasangan
Jumlah
Persentase
Usia Subur (PUS)
akseptor aktif terhadap PUS
2006
1.914.002
1.187.815
62,06
2007
1.964.236
1.250.028
63,64

2008
2.021.211
1.322.653
65,44
2009
2.075.286
1.404.182
67,66
2010
2.117.695
1.429.414
67,50
2011
2.204.567
1.509.109
68,45
Sumber : BkkbN Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasikan bahwa penggunaan alat
kontrasepsi menurun dari tahun 2009 ke tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara, dan

terjadi kenaikan pada tahun 2011. Angka penggunaan kontrasepsi di Provinsi

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara belum mencapai target SPM sebesar 70 % penggunaan alat
kontrasepsi (BkkbN, 2012).
Peran penggunaan alat kontrasepsi menjadi sangat penting untuk mengatur
kehamilan (Riskesdas, 2010). Kondisinya, penggunaan alat kontrasepsi tahun 2010
ini terjadi penurunan, jika dibandingkan dengan tahun 2007. Berdasarkan data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), pada kelompok perempuan berstatus kawin
usia 15-49 tahun terdapat jumlah persentasi pengguna alat kontrasepsi dari 61,4 %
menjadi 55,86 % (Riskesdas, 2010).
Menurut Yusraini (2011), banyak perempuan yang mengalami kesulitan
dalam menentukan pilihan jenis KB. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode
yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan
keamanan metode KB tersebut. Berbagai faktor yang harus dipertimbangkan,
termasuk status kesehatan, persetujuan suami bahkan norma budaya lingkungan
orang tua. Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode KB yang aman dan
efektif bagi penggunanya, hal ini terjadi karena masing-masing pengguna alat
kontrasepsi KB memiliki kesesuaian dan kecocokan individual terhadap alat

kontrasepsi tersebut.
Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara Tahun 2011, Kabupaten
Langkat merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk 966.133 orang dengan
jumlah PUS di kabupaten ini sebanyak 187.813 orang. Pengguna alat kontrasepsi di
Kabupaten Langkat pada tahun 2010 sebanyak 128.765 peserta (68,5 %), walaupun
target ini sudah mendekati target SPM sebesar 70 %, namun masih ada desa di
Kabupaten Langkat yang rendah untuk target pencapaian akseptor KB.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2 Jumlah peserta KB Aktif dan KB Baru di Wilayah Kerja
Puskesmas Secanggang Tahun 2011
No

Nama Desa

1
Secanggang
2
Selotong

3
Jaring halus
Jumlah

Jumlah PUS
1352
841
524
2717

Peserta KB aktif
Jumlah %
339
25
242
29
146
28
727
26,76


Peserta KB baru
Jumlah %
118
34
87
36
36
25
241
9

Sumber : Data Profil Puskesmas Secanggang Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Desa Secanggang merupakan salah
satu desa di wilayah kerja Puskesmas Secanggang yang memiliki jumlah peserta KB
aktif terendah yaitu 339 orang (25 %) dari 1352 Pasangan Usia Subur (PUS). Desa
Secanggang merupakan desa dengan jumlah PUS terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Secanggang (Profil Puskesmas Secanggang Tahun 2011).
Berdasarkan survei pendahuluan yang penulis lakukan di desa ini, masyarakat

menyatakan keengganannya menggunakan alat kontrasepsi karena berbagai alasan,
yakni karena faktor sosial budaya masyarakat setempat, yang mengatakan bahwa
anak tidak dapat ditolak kedatangannya dan faktor tidak adanya dukungan suami.
Adapun Puskesmas Secanggang telah banyak melakukan program peningkatan
akseptor KB salah satunya adalah melakukan penyuluhan KB dan menyediakan
klinik KB bagi para PUS.
Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan di Puskesmas Secanggang,
faktor-faktor yang diduga memengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi pada
PUS adalah tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah sehingga memengaruhi
daya beli masyarakat untuk mendapatkan alat kontrasepsi dan faktor adanya larangan
dari suami dalam menggunakan alat kontrasepsi. Program KB dapat terwujud dengan

Universitas Sumatera Utara

baik apabila ada dukungan dari pihak-pihak lain, termasuk dukungan suami dalam hal
saling kerjasama dalam pemakaian dan membiayai pengeluaran kontrasepsi
(Hartanto, 2004).
Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap rendahnya penggunaan alat
kontrasepsi adalah pengetahuan PUS yang rendah terhadap jenis dan metode
kontrasepsi yang efektif. Petugas kesehatan menyatakan pengetahuan masyarakat

tentang jenis dan metode kontrasepsi hanya terkait tentang pil dan suntik. Masyarakat
memiliki pengetahuan yang kurang terhadap alat kontrasepsi efektif lainnya seperti
susuk, kondom, IUD, dan Kontrasepsi Mantap (Kontap) yang terdiri dari tubektomi
dan vasektomi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya sikap dan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Penerimaan sikap
dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut bersifat langgeng (Sariyono, 2007).
Tidak adanya kemauan dari masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi
juga memengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi di Desa Secanggang.
Adapun bidan desa di Puskesmas Secanggang telah melakukan upaya pemberdayaan
di masyarakat untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam hal menggunakan
alat kontrasepsi.
Jumlah anak menunjukkan hubungan yang positif menurut karakteristik
penggunaan alat kontrasepsi (Riskesdas, 2010). Di perdesaan persentase yang
mempunyai anak 5-6 atau lebih dari 7 menunjukkan angka yang lebih besar
dibanding perkotaan. Demikian pula pada kelompok perempuan yang tidak sekolah
(pendidikan rendah), petani/nelayan/buruh, serta status ekonomi rendah cenderung

Universitas Sumatera Utara


memiliki anak lebih banyak dibanding kelompok lainnya (Riskesdas, 2010). Idealnya
jumlah anak dalam keluarga dapat seimbang dengan kondisi status ekonomi keluarga
tersebut sehingga mampu menciptakan keluarga yang berkualitas (BkkbN, 2012).
Kepala Keluarga (KK) yang diamati di lokasi penelitian pada saat melakukan
survei pendahuluan berjumlah 52 KK yang mempunyai anak lebih dari 3 orang
dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Mayoritas suku di daerah ini adalah Suku
Melayu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2012), pada komunitas Suku
Melayu yang menganut nilai budaya bahwa anak adalah titipan Tuhan dan anak
merupakan rejeki dari Yang Maha Kuasa, maka tidak berhak untuk menghalanghalanginya dengan pemakaian alat kontrasepsi. Mereka juga mengatakan masingmasing anak ada rejekinya sehingga tidak perlu khawatir untuk tidak bisa makan.
Hambatan pokok menuju keberhasilan program KB salah satunya adalah
kondisi sosial dan ekonomi keluarga dan pandangan terhadap nilai anak yang sempit
(BkkbN, 2005).
Tingkat pendidikan mayoritas masyarakat Desa Secanggang adalah sekolah
dasar. Pekerjaan utama penduduk berasal dari bertani dan nelayan (Profil Desa
Secanggang Tahun 2011). Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah (terutama
pada daerah pertanian dan pesisir), anak-anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja
dan sumber pendapatan yang penting bagi keluarga. Anak dianggap memiliki aset
ekonomi potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai penopang kehidupan keluarga.
Keikutsertaan anak dalam sektor industri rumah tangga secara langsung atau tidak
langsung telah memberi kontribusi terhadap peningkatan penghasilan keluarga
(Bellante, 1990).

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
nyata atau sering kita sebut sebagai tindakan. Green menganalisis bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap
kesehatan

juga

akan

mendukung

dan

memperkuat

terbentuknya

perilaku

(Notoatmodjo, 2003).
Menurut hasil penelitian oleh Gunvari (2002), menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan terhadap keikutsertaan dalam program KB.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Sulubara (2012), menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara nilai anak terhadap keikutsertaan KB pada Pasangan Usia
Subur. Penelitian lain juga dilakukan oleh Wibowo (2012), menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara dukungan suami terhadap keputusan akseptor dalam
program KB.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan, pengalaman, nilai anak
dan dukungan suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada PUS (Pasangan Usia
subur) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah: bagaimana pengaruh pengetahuan, pengalaman, nilai

Universitas Sumatera Utara

anak, dan dukungan suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada PUS
(Pasangan Usia subur) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
pengetahuan, pengalaman, nilai anak, dan dukungan suami terhadap penggunaan alat
kontrasepsi pada PUS (Pasangan Usia subur) di Desa Secanggang Kabupaten
Langkat Tahun 2013.

1.4 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.

Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat
dalam rangka meningkatkan pelayanan Keluarga Berencana (KB) di wilayah
kerjanya, salah satunya yakni peningkatan pelayanan KB di Puskesmas
Secanggang Kabupaten Langkat.

2.

Sebagai sumber informasi kepada masyarakat Desa Secanggang agar
memperoleh pemahaman yang jelas tentang penggunaan alat kontrasepsi
sehingga masyarakat Desa Secanggang dapat menggunakan alat kontrasepsi
yang tepat.

3.

Sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru
dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2013

1 92 159

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA PASANGAN USIA SUBUR

0 5 19

Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 9 109

Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 17

Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 16

Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 5

Pengaruh Pengetahuan, Pengan, Nilai Anak dan Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 21