HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA PASANGAN USIA SUBUR
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara
termasuk Indonesia. Dari data
world populations data sheet jumlah penduduk pada
pertengahan 2008 adalah 239,9 juta jiwa. Dengan laju penduduk 1,4% pertahun yang
artinya setiap tahun bertambah 3,3-3,4 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian pada tahun
2015 akan menjadi 252 juta jiwa (Yulizawati, 2012). Laju tingkat penduduk yang
tinggi harus diimbangi dengan peningkatan kualitas penduduk sehingga
mempengaruhi
kehidupan
dan
kesejahteraan
penduduk.
Dalam
rangka
menanggulangi hal itu, pemerintah telah mencanangkan program kependudukan dan
keluarga berencana (KB) sebagai program nasional (Handayani, 2010).
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah untuk
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, dimana salah satu caranya
adalah kontrasepsi. Pelayanan keluarga berencana menawarkan berbagai manfaat
ekonomi rumah tangga, negara dan dunia pada umumnya. Pertama, keluarga
berencana memungkinkan individu untuk mempengaruhi waktu dan jumlah
kelahiran, yang mungkin untuk menyelamatkan nyawa anak-anak. Kedua, dengan
mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan, pelayanan keluarga berencana dapat
mengurangi cedera, penyakit dan kematian yang terkait dengan kelahiran anak, aborsi
dan infeksi menular seksual (STI) termasuk HIV/AIDS. Selanjutnya, keluarga
berencana berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan penduduk, kemiskinan,
(2)
dan pelestarian lingkungan serta permintaan untuk barang publik dan pelayanan
(Pendit, 2006; Timothy, Wawire, Mburu. 2011;
Creatsas. 2004). Kontrasepsi adalah
upaya mencegah kehamilan, metode ini bersifat sementara dan permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas
(Mansjoer, 2000). Pendit (2006) memaparkan lebih lanjut tentang beberapa metode
kontrasepsi yang biasa digunakan di seluruh dunia, dintaranya adalah strerilisari
wanita, alat kontasepsi dalam rahim (AKDR), kontrasepsi oral, strerilisari pria
sukarela, kondom, koitus interuptus, metode keluarga berencana alami, metode
sawar vagina, dan metode lain.
Metode kontrasepsi yang paling efektif dari beberapa jenis metode kontrasepsi
adalah metode AKDR (IUD),
Sejarah IUD lebih dari 3000 tahun yang lalu, ketika
kerikil halus yang dimasukkan ke dalam uteruses unta untuk mencegah kehamilan
selama perjalanan panjang sehingga sampai digunakan cara ini pada manusia (Peri,
Graham, Levine. 2007). Intrauterine device (IUD) adalah sebuah metode kontrasepsi
reversibel jangka panjang yang sesuai untuk wanita dari semua umur. Hanya
digunakan sekali, tembaga IUD efektif selama 12 tahun dan mewakili paling efektif.
efektifitas dalam mencegah kehamilan mencapai 98%. Metode ini dilakukan dengan
memasukkan alat berbentuk T melalui saluran serviks dan di pasang dalam uterus,
alat ini akan mencegah bertemunya sperma dan ovum dalam tuba falopi sehingga
mencegah pembuahan (Everret, 2008; Glasier & Gebbie, 2007; Hae Park,
Huunguyen, Dinhngo. 2011). Dalam penggunaan IUD juga sangat ekonomis
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, IUD hanya dalam sekali pemakaian dapat
bertahan sampai bertahun-tahun dibandingakan dengan alat kontrasepsi lainya yang
hanya bertahan beberapa bulan dan harus mengeluarkan biaya pemakaian berikutnya.
Meskipun tingkat efektifitasnya paling tinggi akan tetapi tingkat pengunaan IUD
(3)
3
paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Data nasional dari BKKBN pada
bulan agustus 2010 penggunaan KB sebanyak 688.951 peserta. Dilihat dari per mix
kontrasepsi hanya terdapat : IUD 4.32%, MOW 1.12%, MOP 0.20%, kondom
13.75%, implan 10.54%, suntik 43.35%, dan pil 26.76% (Bkkbn, 2010). Untuk jumlah
pasangan usia subur (PUS) di Tulungagung yaitu 202.186 dari 512.871 wanita yang
ada (Dinkes Tulungagung, 2014).
Perangkat intra-uterine/dalam rahim (IUD) adalah alat kontrasepsi yang aman,
efektif dan reversibel, penggunaan kontrasepsi secara luas digunakan di Cina, tetapi
penggunaan dihentikan oleh beberapa wanita karena efek samping yang tidak dapat
diterima, seperti berlebihan perdarahan menstruasi, memperpanjang menstruasi dan
bercak vagina selama haid sehingga pengggunaan IUD juga rendah (Qian, Wang,
Yang. 2010). Berbanding lurus dengan data nasional penggunaan IUD di desa
Sumberingin kulon masih juga rendah, hal ini dipertegas dengan hasil studi
pendahuluan dengan melakukan wawancara bidan desa Siwi Indriati, dikatakan
bahwa penggunaan KB sudah cukuip tinggi yaitu 245 orang dari 472 PUS di desa
Sumberingin kulon. Sangat rendahnya penggunaan IUD ini karena beberapa faktor
diantaranya faktor pendidikan, ekonomi dan dukungan dari suami. Tingkat
pendidikan ibu-ibu di desa Sumberingin Kulon yang berada pada usia subur rata-rata
sekolah menengah sedangkan status ekoniminya berada pada tingkat menengah
sementara, mereka beranggapan penggunaan IUD menggunakan biaya yang tinggi
dan menggunakan prosedur yang susah. Selain itu, faktor yang paling mempengaruhi
adalah dukungan dari suami, banyak suami yang melarang pasanganya menggunakan
IUD karena merasa dapat menggangu saat berhubungan.
Menurut Widiyawaty (2012) menemukan makin tingginya pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi tentang AKDR. Pendidikan dapat
(4)
mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Tingkat
pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan alat kontrasepsi tetapi
juga pemilihan suatu metode. Penelitian Rogers (1974), dalam Notoatmodjo (2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu:
Awareness, Interest, Evaluation, Trial
dan
Adaption. Pendidikan yang rendah membuat responden kurang bisa menerima dan
memahami konseling keluarga berencana yang diberikan oleh petugas KB, sehingga
menghambat proses penyebaran informasi dan pelayanan KB serta menghambat
proses perubahan dari tidak menggunakan AKDR memilih untuk menggunakan
AKDR yang diharapkan dalam program KB (Widiyawati, 2012 ).
Suami merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam mau atau tidaknya
pasangan menggunakan IUD dan yang secara langsung akan berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan khususnya di bidang KB. Indonesia telah lama melaksanakan
pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam KB dan
kesehatan reproduksi. Masih rendahnya partisipasi atau kepedulian suami dalam
pelaksanaan program keluarga berencana baik praktiknya, mendukung istri dalam
penggunaan kontrasepsi, serta sebagai motivator atau promotor dan merencanakan
jumlah anak (BKKBN, 2005). Suami mempunyai tanggung jawab utama. Sementara
bila istri sebagai pengguna kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam
mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi (Saifuddin, 2003).
Seorang istri di dalam pengambilan keputusan untuk memakai atau tidak memakai
alat kontrasepsi membutuhkan persetujuan dari suami karena suami dipandang
sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat
membuat keputusan dalam suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai tentang alat
(5)
5
kontrasepsi, dapat memotivasi suami dan untuk menganjurkan istrinya memakai alat
kontrasepsi tersebut (Ovita, 2008).
Dalam penggunaan alat kontrasepsi pelayanan kesehatan juga dapat
dipengaruhi oleh status ekonomi dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang,
pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga
sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau
pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini
sangat mempengaruhi dalam keterjangkauan pemilihan alat kontrasepsi . Status
ekonomi, tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi akan mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan program KB. Kemajuan tersebut berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi (Hidayat, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, masalah ini perlu mendapat perhatian serius dari
tenaga kesehatan terutama perawat untuk melaksanakan peran perawat yaitu sebagai
konselor, pendidik dan advokator seingga pertumbuhan penduduk dapat terkendali.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan dukungan
sosial suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada wanita usia subur.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ bagaimana hubungan dukungan
sosial suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD pada pasangan
usia subur?”
(6)
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan sosial suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi IUD pada pasangan subur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi gambaran dukungan sosial suami.
2.
Mengidentifikasi gambaran penggunaan alat kontrasepsi IUD.
3.
Mengidentifikasi hubungan dukungan sosial suami dengan penggunaan alat
kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden Dan Masyarakat
Responden dan keluarga serta masyarakat mendapat informasi tentang
macam-macam kontrasepsi sehingga bisa menggunaan alat kontrasepsi yang paling efektif.
1.4.2 Bagi Perawat
Dapat menambah wawasan perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi IUD serta menjadi literatur untuk melakukan sosialisasi,
konselor dan advokasi kepada masyarakat.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan acuan informasi dan literatur bagi peneliti berikutnya dalam
melakukan penelitian yang lebih bermutu dan menyeluruh.
(7)
7
1.5
Keaslian Penelitian
1.
Siti Widiyawati dkk. Meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) di wilayah kerja puskesmas
Bahtuah Kutai Kartanegara, Pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan
penelitian
Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional,
tehnik pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner, untuk mengetahui
hubungan antara variabel dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan
rumus
Chi Square. Hasil tiap variabel pendidikan P value 0,001. Pemakaian
AKDR terhadap dukungan suami dengan P value 0,006. Sedangkan pada
pemakaian AKDR terhadap pengetahuan didapat hasil P value 0,007,
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna pemakaian AKDR dengan
pendidikan, dukungan suami dan pengetahuan. Perbedaan dengan penelitian
yang di lakukan oleh peneliti adalah subjek penelitian berada pada wilayah
berbeda yang memungkinkan perbedaan budaya dan pendidikan karena
perbedaan wilayah.
2.
Ali Rifa’i, meneliti tentang faktor
-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur di wilayah puskesmas
Buhu kabupaten Gorontalo, tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian
Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Teknik
pengambilan sampel munggunakan teknik
random sampling dengan melibatkan
365 pasangan usia subur. Hasil
dengan nilai ρ=0,000< α =0,05
penelitian
menunjukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
penggunaan kontrasepsi, adanya hubungan antara jumplah anak dengan
penggunaan alat kontrasepsi dan adanya hubungan antara promosi puskesmas
dengan penggunaan alat kontrasepsi.
(8)
1.6 Batasan Penelitian
1.
IUD adalah alat kontrasepsi dalam rahim.
2.
Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang berada dalam masa
produktif.
3.
Dukungan sosial suami adalah motovasi atau dorongan yang diberikan suami
dan juga tindakan yang dilakukan untuk dapat berinteraksi dengan yang lain
guna mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik.
(9)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja, sebanyak 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Tahun 2000, kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya 43 juta jiwa atau 21% dari total jumlah populasi penduduk Indonesia (Kusmiran, 2011). Menurut pusat penelitian dan pengembangan kependudukan-BKKBN jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,7% adalah remaja (Wahyuni & Rahmadewi, 2011). Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mempunyai sifat yang unik, yaitu salah satunya sifat ingin meniru suatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan sekitarnya (Kusmiran, 2011).
Keinginan untuk mandiri akan timbul dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian ini adalah mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan ketergantungan secara emosional kepada orang tua. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki (seperti menjadi egosentesis, kebingungan peran, dan lain-lain). Pada usia remaja seseorang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibadingkan dengan orang tuanya sehingga wajar saja tingkah laku dan norma atau aturan-aturan yang dipegang banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya (Kusmiran, 2011).
(10)
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada dilingkungannya. Walaupun remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh orang tua akan tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok pada remaja dimulai karena mengikuti kebiasaan orang tua yang merokok, perananan media informasi dalam mengiklankan rokok dan juga film-film yang secara tidak langsung mempromosikan perilaku merokok yang dilakukan oleh pemeran utama sebagai sosok yang banyak dikagumi oleh penenontonnya (Husaini, 2007)
Faktor lain yang mempengaruhi kebiasan merokok adalah kurang perhatian dari orang tua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, sehingga remaja mudah untuk mendapatkan rokok. Berapa hasil penelitian juga menemukan bahwa remaja, terutama wanita merokok karena ingin lansing. Pada orang yang berhenti merokok, mereka mengatakan bahwa bila berhenti merokok akan susah berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa gemuk, sedangkan bila merokok akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide atau inspirasi. Faktor-faktor psikologis dan fisiologis inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat (Tandra, 2003).
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok, hal ini tidak pernah surut dan merupakan perilaku yang masih bisa ditolerir oleh masyarakat. Fenomena tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum, dan jalanan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok. Saat ini, perilaku merokok sudah sangat wajar
(11)
3
dikalangan remaja, kebiasaan ini terus berlanjut sampai ia memasuki masa dewasa , bahkan hingga usia lanjut (Aula, 2010).
Kondisi ini tentu saja memprihatinkan karena remaja merupakan kelompok yang rentan dan berpotensi menjadi perokok jangka panjang (Soerojo, dalam Astuti 2010) perilaku merokok yang dimulai dari usia remaja juga seringkali disertai dengan perilaku kekerasan dan penggunaan narkoba. Perilaku merokok pun membuat seseorang cenderung untuk mencoba obat-obatan terlarang di masa depan (Astuti, 2010).
Diperkirakan bahwa 900 juta (84%) perokok sedunia hidup di Negara- Negara berkembang termasuk Indonesia. The tobacco atlas mencatat adanya lebih dari 10 juta batang rokok di hisap setiap menit, tiap hari, diseluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50% total konsumsi rokok dunia dimiliki oleh Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bila kondisi ini terus berlanjut, jumlah total rokok yang diisap tiap tahun adalah 9000 triliun rokok pada tahun 2025. Di Asia, badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia menepatkan urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa (Aula, 2010). Sedangkan menurut Setyowadi (2011, dalam Chodijah 2013) Indonesia menempati urutan pertama jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar 80% perokok di Indonesia memulai kebiasaanya tersebut sebelum berumur 19 tahun. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) perilaku merokok penduduk Indonesia berumur 15 tahun keatas belum terjadi penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2013 bahkan cenderung meningkat dari 34, 2% pada tahun 2007 menjadi 36, 3% tahun 2013.
(12)
Menurut data World Health Organization (WHO) rokok berada pada peringkat utama pada kematian yang dapat dicegah di dunia (Depkes, 2009 dalam Aula, 2010). Merokok menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006. Ini berarti bahwa rata –rata ada 1 kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah kematian saat ini, jika kebiasaan konsumsi rokok sekarang terus berlanjut (Aula, 2010).
Upaya dalam mengurangi angka perokok didunia diberlakukan berbagai kebijakan diantaranya dengan mencantumkan pesan bahaya merokok seperti pada gambar 1.1 dimulai dari Amerika Serikat dengan menggunakan 4 pesan bahaya merokok didesain pada samping bungkus rokok dimulai tahun 1984, Inggris menggunakan 6 pesan bahaya merokok didesain 6% berada didepan dan 6% berada dibelakang bungkus rokok dimulai tahun 1992, Australia memiliki 6 pesan peringatan bahaya merokok didesain 25% berada didepan dan 33% berada dibelakang bungkus rokok dan dimulai dari tahun 1995, sedangkan di Kanada menggunakan 16 gambar atau pesan peringatan bahaya merokok didesain 50% berada didepan dan 50% berada dibelakang bungkus rokok (Hammond, et al. 2009)
(13)
5
Dalam perkembangannya, semua desain produk rokok mulai menggunakan gambar yang dinilai efektif dalam mengurangi minat perokok yang dimulai dari kanada tahun 2000, diikuti oleh Brazil tahun 2002, Singapura dan venezuela tahun 2004, Thailand tahun 2005, Australia, Uruguay dan bangsa Eropa tahun 2006 (Hammond, et al. 2009)
Gambar 1.2 Peringatan Dengan Gambar Bahaya Merokok (Hammond, et al. 2009)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 4 negara berbeda diantaranya Australia, Kanada, Amerika Serikat dan Inggris yang membandingkan hasil penelitian tersebut bahwa Australia memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok dengan lama penelitian selama 6 bulan, kemudian disusul oleh Kanada dengan lama penelitian selama 2,5 tahun, selanjutnya Inggris dengan lama penelitian 3,5 tahun, sedangkan dalam satu dekade Amerika Serikat tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk memotivasi perokok untuk berhenti merokok (Borland, et al. 2009).
Sementara itu di Indonesia, sesuai peraturan pemerintah nomor 109 tahun 2012 dan peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2013 yang berlaku pada 24 juni 2014, semua produk rokok baik yang luar ataupun dalam negeri wajib mencantumkan peringatan kesehatan melalui gambar yang menyeramkan pada rokok.
(14)
Gambarnya antara lain merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru dan bronchitis kronis, merokok dapat menyebabkan kanker mulut, merokok dapat menyebabkan kanker tenggorokan, merokok membunuhmu, dan merokok didekat bayi berbahaya bagi mereka. Dengan pencantuman gambar-gambar bahaya merokok dengan jelas, remaja dan perokok pemula dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok dan mencegah keinginan individu untuk merokok (Anna, 2014)
Ada dua kemungkinan sikap yang akan muncul pada konsumen rokok, yaitu konsumen rokok akan bersikap positif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sehingga sadar dan dapat memotivasi diri bahwa rokok yang dihisapnya akan membahayakan bagi dirinya atau bersikap negatif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan mengabaikan pengaruh buruk dari rokok yang dihisapnya (Kurniadi & Kumolohadi, 2005).
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang diasumsikan peneliti sebagai mahasiswa yang mengerti akan bahaya merokok dan sebagai agent of change bagi masalah kesehatan ironisnya justru banyak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan September 2014 yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa perokok yang ada di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat disimpulkan bahwa para perokok memiliki rasa takut akan desain persuasif berupa gambar menyeramkan tentang bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus
(15)
7
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan persepsi responden tentang desain persuasif pada bungkus rokok.
2. Mendeskripsikan motivasi untuk berhenti merokok
3. Menganalis pengaruh persepsi tentang desain persuasif pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
(16)
1.4 Manfaat Penelitaian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya bidang ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah merokok dan dampaknya
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak desain pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok, serta untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai wahana melatih melatih menulis dan berfikir ilmiah sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk bisa dijadikan suatu referensi dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang dampak desain pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnaya
Sebagai bahan kajian atau rujukan untuk melakukan rujukan lebih lanjut yang berkesinambungan mengenai merokok, dan motivasi berhenti merokok.
(17)
9
1.5 Keaslian Penelitian
1. Menurut penelitian Zainul Asngadah fatmawati tahun 2014 yang berjudul “pengaruh terpaan pesan pada iklan rokok terhadap sikap untuk berhenti merokok pada remaja”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji mann whitney U test, diperoleh nilai statistic mann whitney u adalah sebesar 162.00, sedangkan nilai Z dihitung sebesar -5.241 dengan nilai signifikansi (p) 0,000 untuk 2 sisi, artina p < α, dengan nilai < 0,05 yang menunujukkan adanaya perbedaan kelompok berhenti merokok pada treatment dan kelompok control. Nilai mean pada kelompok control menunjukkan bahwa terpaan peringatan pesan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang ada pada iklan rokok berpengaruh terhadap sikap untuk berhenti merokok pada remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian, pada penelitian ini meneliti iklan rokok dengan gambar sedangkan penelitian diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah 65 respondn terdiri dari 30 responden sebagai kelompok treatmen dan 35 responden sebagai kelompok control. Sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Menurut Penelitian SA. Paradita tahun 2014 yang berjudul “pengaruh
kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap motivasi perokok untuk berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji statistic sign test (Uji Tanda) yang menggunakan tipe penelitian eksperimen dengan desain one group pretest posttest dan teknik pengambilan data dengan menggunakan non random dengan total sampel sebanyak 30 responden. Hasil dari penelitian ini pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh positif peringatan
(18)
kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok hal ini ditunjukkan pada angka signifikansi hasil pengujian hipotesis sebesar 0,028. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian adalah penelitian ini menggunakan metode eksperimen sedangkan penelitian diatas menggunakan metode penelitian analitik observasional. Pada penelitian ini menggunakan 1 jenis gambar peringatan bahaya merokok, sedangkan pada penelitian diatas menggunakan semua jenis gambar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar dapat mengetahui persepsi responden terhadap masing-masing gambar. Tempat penelitian ini dilakuakan di Semarang dengan memilih 30 orang perokok sebagai responden yang diberi perlakuan sedangkan dalam penelitian diatas menggunakan Semua mahasiswa perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Menurut penelitian Baskoro Kurniadi, RA. Retro komolohadi, S.psi tahun 2005
yang berjudul “hubungan antara sikap dan terhadap label bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji korelasi product moment dari pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,757 dengan p < 0,01 yang artinya ada hubungan positif antara label peringatan bahaya merokok dengan intensi berhenti merokok. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian, pada penelitian ini meneliti label peringatan bahaya merokok sedangkan penelitian diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah laki-laki perokok antara usia 17 – 60 tahun di Yogyakarta sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
(19)
11
1.6 Batasan penelitian
Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan penelitian sebagai berikut :
1. Responden penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2011 sampai dengan angkatan 2014 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Perilaku merokok merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dengan membakar rokok kemudian menghisap dan menghembuskan asapnya sehingga asapnya bisa dihirup oleh dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Pada penelitian ini, peniliti mengambil data pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan pernah merokok
(1)
Gambarnya antara lain merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru dan bronchitis kronis, merokok dapat menyebabkan kanker mulut, merokok dapat menyebabkan kanker tenggorokan, merokok membunuhmu, dan merokok didekat bayi berbahaya bagi mereka. Dengan pencantuman gambar-gambar bahaya merokok dengan jelas, remaja dan perokok pemula dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok dan mencegah keinginan individu untuk merokok (Anna, 2014)
Ada dua kemungkinan sikap yang akan muncul pada konsumen rokok, yaitu konsumen rokok akan bersikap positif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sehingga sadar dan dapat memotivasi diri bahwa rokok yang dihisapnya akan membahayakan bagi dirinya atau bersikap negatif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan mengabaikan pengaruh buruk dari rokok yang dihisapnya (Kurniadi & Kumolohadi, 2005).
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang diasumsikan peneliti sebagai mahasiswa
yang mengerti akan bahaya merokok dan sebagai agent of change bagi masalah
kesehatan ironisnya justru banyak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan September 2014 yang dilakukan oleh peneliti terhadap mahasiswa perokok yang ada di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat disimpulkan bahwa para perokok memiliki rasa takut akan desain persuasif berupa gambar menyeramkan tentang bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus
(2)
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan persepsi responden tentang desain persuasif pada
bungkus rokok.
2. Mendeskripsikan motivasi untuk berhenti merokok
3. Menganalis pengaruh persepsi tentang desain persuasif pada bungkus
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
(3)
1.4 Manfaat Penelitaian
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya bidang ilmu keperawatan yang terkait dengan masalah merokok dan dampaknya
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dampak desain pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok, serta untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai wahana melatih melatih menulis dan berfikir ilmiah sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan untuk bisa dijadikan suatu referensi dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang dampak desain pada bungkus rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bagi Peneliti Selanjutnaya
Sebagai bahan kajian atau rujukan untuk melakukan rujukan lebih lanjut yang berkesinambungan mengenai merokok, dan motivasi berhenti merokok.
(4)
1.5 Keaslian Penelitian
1. Menurut penelitian Zainul Asngadah fatmawati tahun 2014 yang berjudul
“pengaruh terpaan pesan pada iklan rokok terhadap sikap untuk berhenti merokok pada remaja”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji mann whitney U test, diperoleh nilai statistic mann whitney u adalah sebesar 162.00, sedangkan nilai Z dihitung sebesar -5.241 dengan nilai signifikansi (p) 0,000
untuk 2 sisi, artina p < α, dengan nilai < 0,05 yang menunujukkan adanaya
perbedaan kelompok berhenti merokok pada treatment dan kelompok control. Nilai mean pada kelompok control menunjukkan bahwa terpaan peringatan pesan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan yang ada pada iklan rokok berpengaruh terhadap sikap untuk berhenti merokok pada remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian, pada penelitian ini meneliti iklan rokok dengan gambar sedangkan penelitian diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah 65 respondn terdiri dari 30 responden sebagai kelompok treatmen dan 35 responden sebagai kelompok control. Sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Menurut Penelitian SA. Paradita tahun 2014 yang berjudul “pengaruh
kesehatan bergambar pada bungkus rokok terhadap motivasi perokok untuk berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji statistic sign test (Uji Tanda) yang menggunakan tipe penelitian eksperimen dengan desain one group pretest posttest dan teknik pengambilan data dengan menggunakan non random dengan total sampel sebanyak 30 responden. Hasil dari penelitian ini pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh positif peringatan
(5)
kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadap motivasi untuk berhenti merokok hal ini ditunjukkan pada angka signifikansi hasil pengujian hipotesis sebesar 0,028. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian adalah penelitian ini menggunakan metode eksperimen sedangkan penelitian diatas menggunakan metode penelitian analitik observasional. Pada penelitian ini menggunakan 1 jenis gambar peringatan bahaya merokok, sedangkan pada penelitian diatas menggunakan semua jenis gambar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar dapat mengetahui persepsi responden terhadap masing-masing gambar. Tempat penelitian ini dilakuakan di Semarang dengan memilih 30 orang perokok sebagai responden yang diberi perlakuan sedangkan dalam penelitian diatas menggunakan Semua mahasiswa perokok Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Menurut penelitian Baskoro Kurniadi, RA. Retro komolohadi, S.psi tahun 2005
yang berjudul “hubungan antara sikap dan terhadap label bahaya merokok pada kemasan rokok dengan intensi berhenti merokok”. Berdasarkan analisis data menggunakan uji korelasi product moment dari pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,757 dengan p < 0,01 yang artinya ada hubungan positif antara label peringatan bahaya merokok dengan intensi berhenti merokok. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah variabel dan tempat penelitian, pada penelitian ini meneliti label peringatan bahaya merokok sedangkan penelitian diatas meneliti desain gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah laki-laki perokok antara usia 17 – 60 tahun di Yogyakarta sedangkan penelitian diatas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
(6)
1.6 Batasan penelitian
Untuk mempermudah dan mempertegas lingkup penelitian, maka penelitian ini diberi batasan penelitian sebagai berikut :
1. Responden penelitian ini adalah mahasiswa aktif angkatan 2011 sampai dengan
angkatan 2014 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
2. Perilaku merokok merupakan suatu aktivitas atau kegiatan dengan membakar
rokok kemudian menghisap dan menghembuskan asapnya sehingga asapnya bisa dihirup oleh dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Pada penelitian ini, peniliti mengambil data pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan pernah merokok