Pengaruh Gereja Terhadap Pilihan Politik Jemaat (Studi Kasus :Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat
nilai-nilai yang dapat mengatur kehidupan manusia dan yang menjadi panutan bagi
tingkah laku manusia. Agama di dalam masyarakat mempunyai fungsi sosial.
Menurut Emile Durkheim, agama melestarikan masyarakat, memberikan nilai bagi
manusia, menanamkan dasar bagi manusia untuk bertingkah laku. Di dalam ritus
pemujaan, masyarakat mengukuhkan kembali dirinya dalam perbuatan simbolin yang
menapakkan sikapnya, yang dengan itu memperkuat sikap yang dianut bersama dan
pada gilirannya memperkuat masyarakat itu sendiri. Menurutnya, ritus merupakan
sarana bagi kelompok sosial secara periodik untuk mengukuhkan kembali dirinya.1
Secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia karena ilmu
pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan memberikan sarana adaptasi
atau mekanisasi penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori
fungsional, agama menjadi penting karena agama mempunyai fungsi menutupi unsurunsur pengalaman manusia yang terbatas.

1

Hotman M. Siahaan. 1986. Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.


1
Universitas Sumatera Utara

Salah satu fungsi dari agama adalah memberikan nilai bagi masyarakat, dan nilai
keagamaan tersebut memainkan peranan yang penting dalam masyarakat. Fakta
menunjukkan bahwa pengajaran agama merupakan bagian penting dalam pendidikan
pada semua masyarakat dan bahwa pengajaran ini dilaksanakan pada saat nilai-nilai
pribadi tersebut sedang dalam proses pembentukan seseorang, paling tidak menjamin
adanya konsistensi antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai keagamaan.
Penanaman nilai-nilai keagamaan itu dapat dilakukan di dalam institusi (lembaga)
keagamaan. Setiap agama memiliki institusi untuk mengatur kehidupan umatnya.
Agama Kristen Protestan memiliki sebuah lembaga (institusi) yang disebut dengan
gereja. Gereja berasal dari bahasa Protugis (igreja), yang berasal dari bahasa Yunani
(Ekklesia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo=
memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia).2 Dengan kata lain
gereja adalah adalah kumpulan semua orang yang percaya yang dipanggil Allah
keluar dari kegelapan untuk bersekutu dengan Dia dan sesamanya di dalam Yesus
Kristus. Dalam arti yang terbatas gereja diartikan sebagai gedung atau tempat
diadakannya kebaktian pada Hari Minggu.
Hal pengaruh Gereja dalam politik adalah hal yang masih tabu untuk diakui

institusi-institusi gereja pada masa lampau. Sejalan dengan perkembangan zaman itu,
pengertian terhadap politik pun berubah. Telah lama gereja-gereja, termasuk gereja2

http://bellarisara08.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-gereja.html diakses pada tanggal 8 April 2016 Pukul 11.32
WIB

2
Universitas Sumatera Utara

gereja di Indonesia melihat politik sebagai bidang pelayanan yang tidak boleh
diabaikan. Gereja harus terlibat di dalam pelayanan tersebut, sebab pertuanan Yesus
mencakupi segala sesuatu, demikian keyakinan gereja. Tentu saja ini bukan
pandangan baru sama sekali, sebab sudah di dalam Alkitab dan tulisan-tulisan bapabapa gereja belakangan kita menemukan ajakan untuk terlibat di dalam politik. Maka
ketika gereja (dan orang Kristen) sekarang melibatkan diri di dalam politik, kita mesti
berkata mengenai penemuan kembali tugas yang selama ini diabaikan. Barangkali
bisa juga disebut penafsiran kembali terhadap amanat Kitab Suci yang selama ini
dikaburkan oleh adanya sikap apriori terhadap politik itu. Namun demikian, tetaplah
perlu untuk mengklarifikasi pengertian “politik” itu sendiri. Apa sesungguhnya yang
dimaksud apabila di dalam Yeremia 29:7 misalnya ada ajakan untuk mengusahakan
kesejahteraan kota ke mana Tuhan membuang umat-Nya, dan berdoa bagi kota itu,

sebab kesejahteraannya adalah pula kesejahteraan umat Tuhan. Mengusahakan
kesejahteraan dan berdoa bagi kota adalah tindakan politik yang memperlihatkan
kemampuan umat untuk hidup bersama di dalam kota. Ingat bahwa istilah politik
yang kita warisi sekarang adalah jabaran kata yang berasal dari bahasa
Yunani/Latin: polis. Atau ketika rasul Paulus mengajak umat Tuhan di kota Roma
untuk taat kepada Pemerintah, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari

3
Universitas Sumatera Utara

Allah, dan ditetapkan Allah (Roma 13), maka itulah sikap politik sebab Pemerintah di
sini dianggap sebagai pengemban amanat untuk mengurus kota ( negara).3
Gereja Kristen Protestan tidak hanya terdiri dari satu gereja saja seperti gereja
Katolik, tetapi terdiri dari banyak denominasi gereja. Gereja Kristen Protestan di kota
Medan ini sangat banyak, seperti gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP),
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS),
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), Gereja Methodist Indonesia (GMI), Gereja
Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pentakosta di Indonesia (Gpdi), dan masih banyak
yang lainnya. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan penulis dalam meneliti
pengaruh-pengaruh Gereja dalam bidang politik maka penulis memilih gereja Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan yang menjadi fokus penelitian.
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tidak terlepas dari tokoh yang
membawa agama Kristen Protestan pertama kali ke Tanah Batak yaitu, Ompu i Pdt
Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Nommensen menjalani hidupnya di Tanah Batak
sealama 56 tahun (dan hanya 27 tahun di Eropa). Penganugerahan sebutan “Ompui”
membuatnya sejajar dengan Raja Sisingamangaraja yang sangat dihormati secara

3

http://www.leimena.org/en/page/v/389/politik-tidak-lagi-tabu-bagi-gereja diakses pada tanggal 10 April 2016

pada pukul 23.22 WIB

4
Universitas Sumatera Utara

kulturak dan spiritual pada zamannya.4 Awal berdiri gereja Huria Kristen Batak
Protestan itu sendiri dibawa oleh 2 misionaris dari Jerman, yaitu Pdt. Heine, dan Pdt.
Klemmer; serta 2 misionaris Belanda yaitu, Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Pada tanggal 7
Oktober 1861, mereka melakukan rapat penyerahan injil dan hari tersebut dianggap

dengan lahirnya Gereja HKBP di Tanah Batak. Gereja Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP) memiliki pemimpin Gereja yang di sebut dengan istilah Ephorus. Seperti
halnya Katolik yang mempunyai pemimpin seorang Paus, HKBP menjadikan
Ephorus adalah pemimpin dari gereja Huria Kristen Batak Protestan. Dengan adanya
pemimpin dalam suatu institusi atau lembaga, maka jelas bahwa terdapat kekuasaan
di dalamnya yang berhubungan dengan hal-hal politik. Dimana, kekuasaan adalah
salah satu unsur dari ilmu politik. Hal ini berhubungan dengan pendektatan
institusional pada konsep kekuasaan.Pendekatan institusional dalam ilmu politik
mencakup gejala – gejala sosial yang ada pada organisasi keagamaan, organisasi
kemahasiswaan, serikat buruh, atau kaum militer.5
Struktur Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Indonesia dinamakan
dengan wilayah Distrik. Di Indonesia HKBP memiliki 28 Distrik ditambah dengan 3
Gereja yang berada di Amerika Serikat. Di kota Medan wilayah Gereja HKBP
meliputi Distrik Medan-Aceh dan perwilayah dibagi dengan sistem resort. Dimana 83
resort yang ada di Distrik Medan-Aceh. Di kota Medan memiliki 55 resort,
4

Patar Pasaribu. 2004. Dr. Ingwer Ludwig Nomensen Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP
Nommensen.
5

Miriam Budiardjo.2010.Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Hal.18.

5
Universitas Sumatera Utara

sedangkan sisanya tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan juga Provinsi Aceh.
Dalam 1 resort terdapat beberapa gereja, terdapat 146 gereja yang ada di Kota
Medan.6
Kesadaran politik dari perspektif Alkitab merupakan persoalan yang tidak ringan
dalam Gereja HKBP. Salah satu indikasi mengenani adanya muatan teologis yang
memandang pemerintah sebagai institusi yang sakral, yang harus ditakuti, dituruti
tanpa ada sikap kritis. Hal itu tidak mengherankan, sebab pendidikan politik dalam
kehidupan gereja masih merupakan barang langka.
Seiring perkembangan zaman, Gereja HKBP menjadi salah satu institusi terbesar
Kristen di Indonesia dengan jumlah jemaat lebih dari 6 juta jemaat yang tersebar di
Indonesia maupun luar negeri.7 Dalam pemilihan umum, kecenderungan pilihan
politik jemaat Gereja HKBP pada pemilihan adalah melihat unsur Batak Toba di
dalamnya. Terkecuali pada pemilihan kepala daerah di daerah Tapanuli yang lebih di
pengaruhi unsur marga. Misalnya pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun
2013 dimana kecenderungan memilih suku Batak Toba yaitu Efendi Simbolon,

kemudian pada pemiilihan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2008, lebih condong
memilih Benny Pasaribu yang menjadi calon wakil gubernur pada saat itu. Pada
pemilihan Presiden tahun 2014, dengan tidak adanya masyarakat Batak Toba yang

6

Almanak HKBP 2015
http://www.in-christ.net/blog/yayasan_dan_gereja/gereja_top_ten_hkbp_no_2 diakses pada tanggal 10 April
2016 pukul 23.32 WIB.

7

6
Universitas Sumatera Utara

menjadi calonnya; maka dengan begitu masyarakat jemaat HKBP melihat unsur
kedekatan dari calon Presiden kepada Gereja HKBP serta kedekatan terhadap suku
Batak Toba itu sendiri. Pada pemilihan Presiden Tahun 2014 terdapat beberapa tokoh
HKBP yang ikut dalam tim pemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan
melihat unsur-unsur tersebut maka pilihan politik jemaat cenderung dekat dengan

pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Kemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla didukung dengan perolehan suara
di daerah Tapanuli yang mayoritas jemaat dari Gereja HKBP. Provinsi Tapanuli
Utara yang merupakan pusat Gereja HKBP memenangkan pasangan Jokowi dan
Jusuf Kalla hingga 90 persen suara. Daerah lain seperti Humbang Hasundutan, Toba
Samosir, Samosir juga memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90
persen dari total jumlah pemilihnya. Sementara di Kota Medan Pasangan Prabowo
Hatta berhasil mengungguli pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla dengan selisih suara 50
ribu saja. Suara ini juga didukung oleh mayoritas jemaat Gereja HKBP yang memilih
pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.
Namun, hal ini juga dibarengi dengan ikutnya Gereja HKBP secara kasat mata
dalam hal-hal politik. Hal ini ditunjukkan dengan ikutnya salah satu tokoh HKBP
yaitu Jenderal Luhut Panjaitan, serta beberapa tokoh HKBP lainnya yaitu Maruarar
Sirait, Tri Medya Panjaitan dan Ruhut Sitompul. Jenderal Luhut Panjaitan sangat
berperan aktif pada Pemilihan Presiden Tahun 2014, dimana Ia menjadi salah satu tim

7
Universitas Sumatera Utara

pemenangan untuk pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Jenderal Luhut Panjaitan

mempunyai jabatan Ketua Yayasan Pendidikan HKBP, serta menjadi Ketua Dewan
Pengarah dalam Panitia peringatan 150 tahun HKBP. Sementara Tri Medya Panjaitan
menjadi Wakil Ketua umum pada panitia peringatan 150 tahun HKBP, serta Maruarar
Sirait menjadi Anggota Seksi dan Seminar dalam panitia peringatan 150 tahun
HKBP. Aktivitas para tokoh HKBP dalam pemilihan Presiden Tahun 2014 secara
tidak langsung mencerminkan dukungan Gereja HKBP kepada pasangan Jokowi dan
Jusuf Kalla. Hal ini juga didukung oleh Jendral Luhut Panjaitan yang melakukan
deklarasi bahwa masyarakat Batak Toba mendukung penuh pasangan Jokowi dan
Jusuf Kalla. Pergerakan Jendral Luhut Panjaitan menjadi acuan masyarakat Batak
Toba khususnya jemaat Gereja HKBP untuk memilih pasangan Jokowi dan Jusuf
Kalla. Dengan mayoritas pilihan politik jemaat HKBP terhadap pasangan Jokowi dan
Jusuf Kalla, jemaat HKBP sendiri menilai bahwa kemenangan Jokowi dan Jusuf
Kalla tidak terlepas dari pilihan jemaat HKBP. Dengan total 6 juta jemaat HKBP, hal
ini sangat strategis untuk pasangan calon yang ingin mendapat suara mayoritas dalam
pemilihan Presiden.
Berdasarkan Penelitian Skripsi oleh Edo Mangara Manurung pada Tahun 2010
mengenai “Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan Putaran II (Studi Kasus: Jemaat
HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia) ” disimpulkan bahwa
menunujukkan bahwa Jemaat HKBP resort Cinta Damai merupakan jenis pemilih


8
Universitas Sumatera Utara

yang Tradisional dimana jenis pemilih ini masih mengedepankan kedekatan sosialbudaya, nilai, adal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih pemimpin.
Hal ini mendukung bahwa factor kedekatan jemaat HKBP juga menjadi faktor
tertentu dalam memilih calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.
Berdasarkan hal tersebut cukup menarik untuk dikaji mengenai pengaruh Gereja
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam mempengaruhi pilihan politik jemaat
khususnya Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. Hal
tersebut dikarenakan data faktual yang mengarahkan bahwa mayoritas pilihan politik
jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang mayoritas memilih
pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu dan
hanya sedikit yang memilih pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa, yang dikarenakan
kedekatan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla mempunyai faktor kedekatan terhadap
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Penelitian ini akan melihat sejauh
mana pengaruh Gereja yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah melihat adanya pengaruh Gereja Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan dalam mempengaruhi pilihan politik


9
Universitas Sumatera Utara

Jemaat pada pemilihan Presiden tahun 2014 dan bagaimana pilihan politik jemaat
tersebut untuk memilih calon Presiden pada tahun 2014.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membuat masalah terhadap masalah yang akan
dibahas agar hasil dari tujuan penelitian ini tidak menyimpang dan dapat tercapai.
Oleh sebab itu batasan penelitian ini berfokus kepada :
1. Seberapa besar pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)
terhadap

pilihan politik jemaatnya.

2. Bagaimana pilihan politik jemaat yang ada di Gereja Huria Kristen Batak
Protestan.
3. Pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada
pemilihan Presiden tahun 2014.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam pemilihan
Presiden tahun 2014 untuk pilihan politik jemaatnya.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pilihan politik jemaat Gereja Huria
Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan.

10
Universitas Sumatera Utara

3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa pilihan politik jemaat Gereja
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada Pemilih Presiden tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan mampu menambah wawasan
pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara tentang pengaruh Gereja HKBP dalam politik jemaat.
2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian Ilmu Politik ini diharapkan
memberi pemahaman tentang pengaruh Gereja terhadap politik jemaat..
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang bagaimana pengaruh Gereja Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP) dalam pilihan politik jemaat pada pemilihan Presiden tahun
2014.
1.6. Kerangka Teori
1.6.1. Pemikiran Politik Teologia Kristen
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen mempunyai sikap yang berbeda
terhadap politik. Secara sederhana sikap orang Kristen terhadap politik terbagi atas
dua, pertama negatif dan kedua positif.

11
Universitas Sumatera Utara

1. Sikap Negatif
a. Sikap Apolitik
Sikap apolitik adalah tidak peduli dengan urusan politik karena
menganggap politik sebagai urusan duniawi yang kotor yang tidak perlu
dicampuri orang Kristen yang dianggap sebagai pribadi-pribadi yang
mengurus hal-hal rohani saja. Walau sudah banyak orang Kristen yang
meninggalkan persepsi semacam ini, namun dalam batas tertentu masih ada
sebagian orang Kristen yang menganut pandangan demikian. Dalam hal ini
Richard Dauly mengatakan walau gereja bukan kekuatan politik, tetapi
kekuatan moral, namun sikap apolitik terlalu ekstrim.8
b. Sikap Ingin Meraih Kekuasaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak orang Kristen yang telah
berkecimpung di dunia politik. Dari tahun 1999 sampai pada tahun 2004 ada
banyak partai politik Kristen seperti partai PDKB (Partai Demokrasi Kasih
Bangsa), PDS (Partai Damai Sejahtera) diluar PARKINDO (Partai Kristen
Idonesia) yang telah lama berdiri mencoba meraih kekuasaan politik. Hal ini
di luar kontek menghakimi Richard Dauly mengatakan kelahiran berbagai
partai politik Kristen belakangan ini mungkin sebagian termasuk pada
kategori yang kedua yaitu kelompok yang ingin meraih kekuasaan politik.9

8
9

Saut Sirait.2000. Politik Kristen di Indonesia.Jakarta: Penerbit PT. BPK Gunung Mulia
Ibid.

12
Universitas Sumatera Utara

c. Sikap Apatis
Merupakan sikap yang dikembangkan oleh sebagian orang Kristen untuk
tidak mau tahu urusan politik, entah karena tidak tahu atau tahu tetapi tidak
mau tahu Sikap-sikap ini telah menjadi tembok pemisah anatara politik
dengan orang Kristen terkhusus teolog. Dikira bahwa dengan memiliki sikap
yang demikian maka maslah selesai dan pemberitaan firman berjalan lancer.
Secara tidak disadari, sikap ini membawa kita menjauh dan tidak menjamah
politik.10
2.

Sikap Positif
a. Sikap Menjadi Garam dan Terang Dunia
Sikap seperti ini berpendapat bahwa orang Kristen di Indonesia
terpanggil sebagai garam dan terang dunia yang melalui iman kristianinya
dapat melakukan transformasi politik secara positif, kritis, kreatif, dan
realistis. Sikap ini timbul akan kesadaran tugas dan tanggung jawab sebagai
anak Tuhan yang membawa damai. Tugas dan panggilan sebagai orang
percaya merupakan dasar bagi orang-orang yang berpandangan seperti ini
untuk berpartisipasi di dunia politik.
b. Tanggung Jawab Sosial Umat Allah
Berbicara mengenai partisipasi orang Kristen di dalam negara tidak
hanya terbatas pada satu bidang, tetapi menyangkut banyak bidang yang perlu

10

Ibid.

13
Universitas Sumatera Utara

diperhatikan untuk berpartisipasi. Di atas telah panjang lebar dibahas
mengenai tanggung jawab orang Kristen sebagai orang percaya di bumi
Indonesia ini. Pada kesempatan ini akan dibicarakan tentang tanggung jawab
orang percaya dalam hal berbangsa dan bernegara. Keterlibatan dalam
kehidupan

berbangsa

dan

bernegara merupakan

bagian

yang

tidak

terpisahkan dari hidup orang percaya.
1.6.2. Perilaku Politik
Menurut Ramlan Surbakti :
“Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan
kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada
dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh
pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.”11
Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah :
“Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan
antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses
pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya
merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu dari
perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku
yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan
sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan
politik.”12

11
12

Ramlan Surbakti.2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedya Widya Sarana. Hal. 167.
Sudijono Sastroatmodjo.1995.Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Press. Hal. 2-3.

14
Universitas Sumatera Utara

Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat
dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan budaya
politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik seseorang
sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu terhadap sistem
politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor,atau elit politik.
Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis menyatakan bahwa
orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan pada berbagai tipe kelompok
sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman seseorang ditentukan oleh ruang
lingkup dari kelompok sosial atau keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain,
seseorag yang hanya terlibat ke dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat
atau desa, akan memiliki orientasi yang lebih sempit ketimbang mereka yang terlibat
ke dalam organisasi yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis
lebih melihat faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang
menentukan pilihan- pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke
dalam sikap-sikap dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi.
1.6.3. Perilaku Pemilih
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para
kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian
memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini
dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah

15
Universitas Sumatera Utara

kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang
kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu,
pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen
partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok
masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka
tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada
suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan
program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan
mereka pilih.13
Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat
dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu
wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup “suara,
sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari
dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk
mempengaruhi hasil proses pemilihan.14
Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai “suatu studi yang
memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan
pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka
melakukan pemilihan itu”.15
13

Joko. J. Prihatmoko.2005. Pilkada secara langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 21.
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson.1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.Jakarta: Rineka Cipta.
Hal. 16.
15
Jack C. Plano, Robert E. Ringgs dan Helenan S. Robin.1985.Kamus Analisa Politik.Jakarta : Rajawali
Press.Hal. 280.

14

16
Universitas Sumatera Utara

Untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai
alasan oleh para pemilihdalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam
pendekatan yaitu, Mahzab“Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan
Mahzab Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis”.16 “Selain itu terdapat
juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi
untung rugi yang didapat oleh individu tersebut”
1.6.4. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian dikembangkan
di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang pendidikan
Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan
pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia (tua-muda), jenis
kelamin (laki-perempuan), agama, kelas sosial, organisasi agama, atau organisasi
kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki peranan di dalam menentukan
pilihan-pilihan politiknya.17
Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal,
seperti organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun
pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil

16

Afan Gaffar.1992.Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.Hal. 4.
17
Tim Peneliti Fisip UMM.2006. Perilaku Partai Politik.Malang: UMM Press. Hal. 23.

17
Universitas Sumatera Utara

lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang.
Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan
orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan
pilihan politiknya. Termasuk dalam jemaat Gereja HKBP yang mempunyai faktor
sosiologis yang menentukan pilihan politik jemaatnya.

1.6.5. Pemilihan Umum
Pemilihan umum bagi bangsa Indonesia merupakan jalan lurus untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya. Pasca amandemen UUD 1945,
pelaksanaan pemilu bukan lagi sekedar rutinitas memilih Presiden sebagai kepala
negara

dan

pemerintahan.

Dalam UU.No.42 tahun

2008

terdapat

peraturan

perundang-undangan tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.Pemilihan
Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat
di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara
persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,
komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di
Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik
agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus

18
Universitas Sumatera Utara

selalu komunikator politik. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan
program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang
telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara
dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan
main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan
disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

1.7. Metodologi Penelitian
1.7.1. Metode Peneltian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deksriptif dimaksudkan untk pengukuran yang cermat pada
fenomena sosial tertentu.. Penelitian ini mengembangkan konsep dan menghimpun
fakta, tidak melakukan pengujian hipotesa. Penelitian deskriptif tidak menggunakan
pengujian hipotesis karena tidak adanya variabel-variabel yang terikat untuk
menjelaskan fenomena sosial tersebut.18 Didalam penelitian ini yang dimaksudkan
pengukuran fenomena sosial tertentu yaitu adanya fenomena pengaruh Gereja dalam
pilihan politik jemaat pada saat ini.

18

Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Penerbit PT Pustaka LP3ES
Indonesia, anggota IKAPI. Hal. 4.

19
Universitas Sumatera Utara

1.7.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Penelitian.kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan banyak
angka, pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta menampilkan
hasilnya. Masalah yang akan digali berdasarkan fakta-faktar empiris dan dirumuskan
secara spesifik. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik populasi dan
sampel.

19

Pengambilan data penelitian ini akan berfokus kepada penelitian survey

yang menggunakan kuisioner.
1.7.3. Populasi dan Sampel Penelitian
A. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ada dalam suatu
unit penelitian.20 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
kecamatan di Kota Medan dan seluruh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Populasi yang digunakan untuk menarik sampel Gereja adalah Jumlah Kecamatan di
Kota Medan, dan populasi yang digunakan untuk menarik sampel responden adalah
Jumlah jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Jumlah kecamatan Kota
Medan berjumlah 21 dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang ada di
kota Medan yang terdaftar dan tercatat dengan jumlah sebesar 174487 orang.
19
20

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Ibid.Hal.152.

20
Universitas Sumatera Utara

B. Sampel
Dalam penarikan sampel penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data Taro Yamane dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Sampel Gereja

n=

N
N .d 2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi = 174487
d = Presisi (0.1)

n=

21
21.(0.1) 2 + 1

n=

21
0.21 + 1

n=

21
1.21

n = 17.3 = 17

b. Sampel Responden

n=

N
N .d 2 + 1

Keterangan : n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi = 174487

21
Universitas Sumatera Utara

d = Presisi (0.1)

n=

174487
174487.(0.1) 2 + 1

n=

174487
1744.87 + 1

n=

174487
1745.87

n = 99.94 = 100
Dengan demikian telah diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang
sebagai responden penelitian. Dalam penelitian ini, penarikan sampel Gereja adalah
17 Gereja yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Medan, sedangkan jumlah
responden berjumlah 100 orang (100/17 = 5.8) dengan demikian, berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, maka responden penelitian ini pada 15 Gereja berjumlah 6
orang, sedangkan 2 Gereja berjumlah 5 orang.
Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
Accidental Sampling. Dalam teknik ini penentuan sampel yang dimulai pada
kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya, populasi adalah setiap
pengguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari orang-orang yang kebetulan

22
Universitas Sumatera Utara

melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.21 Penelitian ini menggunakan
sampel Gereja yang kebetulan terlihat dan responden yang terpilih yang kebetulan
bergereja di Gereja tersebut.

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan data primer dan
data sekunder, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan langsung pada obyek
yang akan ditelitit. Pengumpulan data akan dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Penyebaran kuisioner, yaitu dengan terjun ke lapangan dan mencari
responden yang akan di tanyai melalui kuisioner yang ada. Kuisioner akan berisi
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini terkait pada
pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) terhadap pilihan politik
jemaat pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. Pertanyaan kuisioner akan diisi dengan
2 jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Mayoritas

21

Ibid., Hal.61.

23
Universitas Sumatera Utara

pertanyaan yang ada akan diisi dengan pertanyaan tertutup, dan sedikit pertanyaan
terbuka untuk mendukung pertanyaan tertutup.
b. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada
sejumlah pihak terkait untuk mendukung data kuisioner yang telah ada.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan mencari informasi dari
buku-buku, jurnal, internet, dokumen, pendapat para ahli yang memiliki kaitan
dengan penelitian ini.
1.7.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
menggunakan jenis data kuantitatif dengan menggunakan software SPSS dan
Microsoft Excel. Penelitian ini akan menggambarkan objek yang diamati berdasarkan
fakta-fakta yang ada di lapangan setelah dilakukannya penelitian.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulisan
dilakukan dengan secara terperinci dan sistematis untuk mempermudah isi, makan
penelitian ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab, yakni :
BAB I

: PENDAHULUAN

24
Universitas Sumatera Utara

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematikan penulisan.
BAB II

: SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengambaran lokasi penelitian, baik dari
segi demografi dan geografi. Dalam bab ini penulis juga memperdalam bahasan
mengenai HKBP yang dimana jemaatnya menjadi obyek penelitian ini.
BAB III

: ANALISIS PENGARUH GEREJA HURIA KRISTEN BATAK

PROTESTAN

TERHADAP

PILIHAN

POLITIK

JEMAAT

PADA

PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014
Dalam bab ini berisi penjelasan data yang telah diperoleh dari pengisian
kuisioner. Selanjutnya akan dijelaskan analisis penelitian Pengaruh Gereja Terhadap
Pilihan Politik Jemaat berdasarkan data yang diperoleh oleh metode SPSS dan data
dukungan pada Microsoft Excel.
BAB IV

: PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, serta saran – saran yang ingin dikemukakan peneliti berdasarkan hasil
penelitian yang ada.

25
Universitas Sumatera Utara