Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

(1)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH

(Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

Albert Hutur Franklyn Simanungkalit 100906081

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)

ABSTRAK

Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.

Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Product Moment Pearson melalui program SPSS 20.0, diperoleh hasil r = 0,796 dengan signifikansi 0,043. Untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan R2 sebesar 63,4%, itu artinya pengaruh alat peraga kampanye terhadap perilaku pemilih masyarakat sisanya 36,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalampenelitian ini. Karena nilai sig(2-tailed) ini

lebih kecil daripada alpha (α = 0,05), hal ini menunjukkan bahwa variabel APK berpengaruh positif terhadap variabel perilaku pemilih. Dapat disimpulkan H0 diterima, yaitu terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.


(3)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN UNIVERSITY)

ABSTRACT

Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.

The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.

As for the hypothesis test using correlation coefficient formula levels system by Pearson Product Moment by SPSS 20.0, the result r = 0.796 with 0.043 significance. To determine the influence of the power of the variables X and Y are used R² of 63.4%, it means that the influence props voter behavior society campaign against the remaining 36.6% is influenced by other variables not examined in this research. Because of significant (two-tailed) is smaller than the

alpha (α = 0.05), indicating that the variable APK positive effect on voter

behavior variables. It can be concluded H0 is accepted, that there are significant political issue that is growing at a general election for president and vice president in 2014 against political preferences of students.


(4)

Karya ini dipersembahkan untuk Ibunda Tercinta dan Ayahanda Tercinta


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan studi ini berupa penulisan Skripsi dari hasil penelitianyang telah diselesaikan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra.T.Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik dan kepada bapak Drs. P. Antonius Sitepu selaku Sekretaris Departemen Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun dalam penulisan skripsi.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dekan Prof. Dr. Badaruddin M.Si serta seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis selama menjalani masa perkulian di Departemen Ilmu Politik. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis ucapkan kepada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen sebagai responden dalam penelitian, karena telah membantu memberikan data penelitian sehingga penulis bias menyelesaikan karya ilmiah ini.

Kepada keluarga tercinta yang menjadi alas an utama penulis bias menyelesaikan skripsi ini, tanpa mereka penulis tidak akan bias


(6)

menyelesaikan masa studi di Ilmu Politik dan menyesaikan skripsi ini. Kepada Ayah, dr. Sahat Simanungkalit, terimakasih telah menjadi panutan dan tokoh yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis. Ibunda tercinta, Ibu Dra. Lamora Harahap terimakasih telah menjadi sumber kekuatan terbesar dan wanita tertangguh yang menjadi tempat bersandar. Saya selalu bersyukur terlahir sebagai putra kalian. Kepada saudara-saudaraku, Benhard Simanungkalit Abraham Simanungkalit dan Christopher Simanungkalit, terima kasih untuk segala bantuan yang kalian berikan disaat-saat tersulit penulis.

Untuk teman-teman seperjuangan di Ilmu Politik angkatan 2010, Ruth, Frans, Sarah, Samuel, Rendi, Nisa, Frank. Dan teman-teman dari Candles and The Moonlight, Andre, Andri, Veby, yang bersedia membantu dalam lewat dukungan moral. Dengan adanya semangat yang kalian berikan setiap waktu, karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih teman-teman.

Penulis menyadari bahwas kripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Tetapi dengan segala kekurangannya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Abstrak ... i Abstract ...

ii

Halaman Pengesahan ... iii iii ... iii Halaman Persetujuan ...

... iv Lembar Persembahan ...

... v Kata Pengantar ...

... vi Daftar Isi ...

viii

Daftar Lampiran ... ... x Daftar Tabel dan Gambar ...

... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... ... 1 B. Rumusan Masalah ... ... 11 C. Tujuan Penelitian ...

... 13 D. Manfaat Penelitian ...

... 14 E. Kerangka Teori ...

... 14 E.1. Efek Komunikasi Massa

Terhadap Opini dan Sikap Publik ... ... 14 E.2. Priming ... ... 16


(8)

E.3. Isu-Isu Yang Menonjol ... ... 18

E.4. Pembentukan Agenda ... ... 20 E.5. Preferensi Politik ...

... 23 E.6. Teori Pilihan Rasional ...

... 24 F. Kerangka Konseptual ...

... 25 F.1. Isu Politik ...

... 26 F.2. Preferensi Politik ...

... 30 G. Kerangka Operasional ... ... 30 H. Bagan Penelitian ... ... 33 I. Hipotesis ... ... 34 J. Metode Penelitian ... ... 34

J.1. Jenis Penelitian ... ... 35 J.2. Lokasi Penelitian ...

... 35 J.3. Populasi dan Sampling ...

... 35 J.3.1 Populasi ... ... 35 J.3.2 Sampling ... ... 36 J.4. Sumber Data ...

... 39 J.5. Teknik Pengumpulan Data ...

... 40 J.6. Teknik Pengukuran Skor ...

... 40 J.7. Validitas ...

... 42 J.8. Realibilitas ... ... 44 J.9. Analisis Regresi Linear Sederhana ... ... 46


(9)

K. Sistematika Penulisan ... ... 49

BAB II DESKRIPSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA,

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN DAN KANDIDAT DALAM PEMILU PRESIDEN 2014

A. Universitas Sumatera Utara ……….. 50

A.1. Profil Universitas Sumatera Utara ... ... 53 A.2. Visi dan Misi Universitas Sumatera Utara ...

... 53 A.3. Lokasi Universitas Sumatera Utara ...

... 55 B. Universitas HKBP Nommensen ... ... 56

B.1. Profil Universitas HKBP Nommensen ... ... 59 B.2. Visi dan Misi Universitas HKBP Nommensen ...

... 61 B.3. Lokasi Universitas HKBP Nommensen ...

... 61 C. Deskripsi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ... ... 60

C.1. Profil Prabowo Subianto... ... 62 C.2. Profil Hatta Rajasa ...

... 64 C.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Prabowo-Hatta ....

... 66 D. Deskripsi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 67

D.1. Profil Joko Widodo ... ... 67 D.2. Profil Jusuf Kalla ... ... 69 D.3. Visi dan Misi Pasangan Kandidat Jokowi-JK ... ... 72

BAB III ANALISIS PENGARUH ISU POLITIK TERHADAP


(10)

A. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... ... 75 B. Identitas Responden ... ... 78

C. Variabel (X) Isu Politik ... ... 82 D. Variabel (Y) Preferensi Politik ... ... 103 E. Koefisien Regresi Liniear Sederhana ... ... 114 F. Uji Hipotesis ... ... 115

F.1 Uji Signifikasnsi Parsial (Uji T) ... ... 115 F.2 Analisis Koefisien Korelasi ...

... 117 F.3 Koefisien Determinasi ... ... 118

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... ... 121 B. Implikasi Teori ...

... 123 Daftar Pustaka ...

125

Daftar Lampiran:

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan

Lampiran 2 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS ISU POLITIK

Lampiran 3 OUTPUT SPSS UNTUK UJI VALIDITAS PREFERENSI POLITIK Lampiran 4 OUTPUT SPSS UNTUK UJI RELIABILITAS

Lampiran 5 OUTPUT SPSS UNTUK DISTRIBUSI JAWABAN KUESIONER RESPONDEN

Lampiran 6 OUTPUT REGRESI LINIER SEDERHANA DAN KOEFISIEN DETERMINASI


(11)

Lampiran 7 FOTO CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN INDONESIA PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Sampel Tiap Kelurahan dari Setiap Kecamatan ... 40

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 52

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Petisah Tahun 2012 ... 53

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012 ... 55

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk, Luas Keluraham, Kepadatan Penduduk, Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Tahun 2012 ... 58

Tabel 2.5 Jumlah Sarana angkutan (umum dan pribadi) tahun 2004-2009 ... 60

Tabel 2.6Jumlah Kendaraan Bermotor tahun 2004 - 2009 ... 61

Tabel 3.1Ringkasan Hasil Uji Validitas Instrumen... 64

Tabel 3.2Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 65

Tabel 3.3Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 3.5Deskriptif Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 67

Tabel 3.6Deskriptif Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir . 68

Tabel 3.7Sadar dengan Alat Peraga Kampanye yang ditempatkan di transportasi umum pada Daerah Pemilihan III ... 69

Tabel 3.8Sering Menemukan Alat Peraga Kampanye di Transportasi Umum di Dapil III ... 70

Tabel 3.9Lebih dari sekali melihat Alat perag Kampanye di Tranportasi Umum di Dapil III ... 71

Tabel 3.10 APK dapat mengingat kandidat atau partai DPRD Dapil III ... 72

Tabel 3.11 Spanduk pada becak bermotor ... 73

Tabel 3.12 Stiker pada angkutan umum ... 73

Tabel 3.13 Mobile Billboard yang dipasang pada angkutan umum... 74

Tabel 3.14 Membaca isi/pesan APK pada transportasi umum ... 75

Tabel 3.15 Kelengkapan isi/pesan APK... 76

Tabel 3.16 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye tidak berbeli-beli ... 77

Tabel 3.17 Isi/pesan Alat Peraga Kampanye mencakup Promosi personal kandidat atau partai ... 78

Tabel 3.18 Kepercayaan tentang kemampuan partai politik Dalam Pemilu ... 79


(13)

Tabel 3.19 Mengutamakan program partai dalam Pemilu ... 79

Tabel 3.20 Tertarik dengan ideologi partai tertentu ... 80

Tabel 3.21 Analisis kebijakan atau permasalahan kandidat dan partai ... 81

Tabel 3.22 Memperhatikan seorang kandidat atau partai dari Figur kepribadiannya ... 82

Tabel 3.23 Memiliki kedekatan sosial-budaya, nalai, asal-usul, Paha, dan agama dengan kandiat atau partai ... 83

Tabel 3.24 Tidak ingin mengetahui kebijakan seorang kandidat atau Sebuah partai politik ... 84

Tabel 3.25 Menilai kandidat atau partai tidak berdasarkan visi, Misi dan kebijakannya ... 85

Tabel 3.26 Alat Peraga Kampanye di transportasi umum Mempengaruhi keputusan saya dalam memilih ... 86

Tabel 3.27 Coefficients ... 87

Tabel 3.28 Uji T (parsial) ... 88

Tabel 3.29 Model Summary ... 89

Tabel 3.30 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 91


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

PENGARUH ISU POLITIK YANG BERKEMBANG SAAT PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 TERHADAP PREFERENSI POLITIK PEMILIH (MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN)

ABSTRAK

Pelaksanaan kampanye dalam berbagai bentuk akan dilakukan oleh pasangan capres dan cawapres yang maju dalam pemilihan umum. Isu politik juga turut menjadi bagian dari bentuk kampanye yang dilakukan pasangan capres dan cawapres untuk menarik perhatian para pemilih dan juga membentuk preferensi para pemilih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Efek Komunikasi Masa dan juga Pilihan Rasional.

Populasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan universitas yang paling sering dimuat di website portal berita online tentang politik yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen yang berjumlah 37.239 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 100 orang. Lokasi penelitian di Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan Multistage Random Sampling. Ada 2 (dua) variabel yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Isu Politik (X), dan Preferensi Politik Pemilih (Y). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data diolah menggunakan alat bantu (Statistic Package and Social Science) 20.0 for windows.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Product Moment Pearson melalui program SPSS 20.0, diperoleh hasil r = 0,796 dengan signifikansi 0,043. Untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X dan Y digunakan R2 sebesar 63,4%, itu artinya pengaruh alat peraga kampanye terhadap perilaku pemilih masyarakat sisanya 36,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalampenelitian ini. Karena nilai sig(2-tailed) ini

lebih kecil daripada alpha (α = 0,05), hal ini menunjukkan bahwa variabel APK berpengaruh positif terhadap variabel perilaku pemilih. Dapat disimpulkan H0 diterima, yaitu terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.


(15)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT

ALBERT HUTUR FRANKLYN SIMANUNGKALIT (100906081)

THE INFLUENCE OF POLITICAL ISSUE THAT IS GROWING AT THE ELECTION FOR PRESIDENT AND VICE PRESIDENT IN 2014 TO POLITICAL PREFERENCES OF VOTERS (COLLEGE STUDENT OF NORTH SUMATERA UNIVERSITY AND HKBP NOMMENSEN UNIVERSITY)

ABSTRACT

Implementation of the campaign in various forms will be carried out by presidential and vice presidential candidates that step ahead in the general election. Political issues also become part of the form's campaign presidential and vice presidential candidates to attract the attention of voters and also establish the preferences of the voters. This research aims to determine the effect of political issue that is growing at the election for president and vice president in 2014 to political preferences of voters. The theory which is used in this research is the Mass Communications Effects and Rational Choice.

The population in this research was based on the most often published universities in the online news portal website on politics those are North Sumatra University students and University HKBP Nommensen about 37.239 people. To calculate the number of samples the researcher used Taro Yamane formula with 10% precision and 90% confidence interval of the obtained sample of 100 people. Research sites are in North Sumatra University and the University of HKBP Nommensen. While the sampling technique using Multistage Random Sampling. There are two (2) variables that were examined in this study, namely Political Issues (X), and Political Preferences of Voters (Y). Data collection tool used in this study was a questionnaire. The data is processed using tools (Statistics Package and Social Science) 20.0 for Windows.

As for the hypothesis test using correlation coefficient formula levels system by Pearson Product Moment by SPSS 20.0, the result r = 0.796 with 0.043 significance. To determine the influence of the power of the variables X and Y are used R² of 63.4%, it means that the influence props voter behavior society campaign against the remaining 36.6% is influenced by other variables not examined in this research. Because of significant (two-tailed) is smaller than the

alpha (α = 0.05), indicating that the variable APK positive effect on voter

behavior variables. It can be concluded H0 is accepted, that there are significant political issue that is growing at a general election for president and vice president in 2014 against political preferences of students.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memilih demokrasi sebagai sistem politik yang berlaku untuk mengatur setiap kegiatan masyarakat. Dalam sistem demokrasi ada pilar-pilar yang menopang berjalannya sistem tersebut, salah satunya adalah pemilihan umum. Sistem demokrasi menetapkan pemilu sebagai salah satu indikator kemajuan sebuah negara dan hal tersebut menyebabkan negara-negara mulai melaksanakan pemilu. Pergantian kekuasaan merupakan jaminan yang diberikan oleh pelaksanaan pemilu pada negara-negara dengan sistem pemerintahan parlementer dan presidensil.

Pemilu dilaksanakan untuk mentransformasikan kekuasaan secara lebih beradab dan melembaga. Sejarah dunia memperlihatkan perebutan kekuasaan dilakukan dengan cara kekerasan. Kekuasaan direbut dengan melakukan perang dan memakan korban. Pemilu dirancang untuk menghindari hal tersebut, sehingga kekuasaan diperebutkan dengan cara yang lebih manusiawi dan tanpa memakan korban.

Indonesia melaksanakan pemilu untuk pertama kali pada tahun 1955 setelah menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945. Pemilu 1955 bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Konstituante. Pemilu kedua dilaksanakan 16 tahun sejak pemilu pertama yaitu tahun 1971. Selama masa


(17)

pemerintahan Ir.Soekarno, pemilu hanya dilaksanakan satu kali, sebab Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Kekuasaan Soekarno kemudian digulingkan oleh Soeharto.

Pemilu kedua kemudian dilakukan pada tanggal 3 Juli 1971 dan kemudian setelah pemilu tahun 1977, pemilu dilaksanakan setiap lima tahun secara rutin, yaitu tahun 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu yang dilaksanakan dalam kurun waktu tersebut selalu dimenangkan oleh Soeharto dan Golongan Karya. Setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto dilengserkan dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh wakilnya B.J. Habibie.1 Pemilu tahun 1999 menetapkan Abdurahman Wahid sebagai presiden dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakil presiden. Tahun 2004 untuk pertama kali Indonesia melaksanakan pemilihan umum presiden secara langsung dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, dan pemilu pada tahun 2009 kembali dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono dengan Boediono sebagai wakil presidennya.

Undang-Undang no. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pasal 3 ayat 1 menyebutkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia kembali melaksanakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Untuk mencegah kekuasaan

1

http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/berita/sejarah-dan-pelaksanaan-pemilu-di-indonesia.html/ diakses pada Selasa, 22 Juli 2014 pukul 02.36


(18)

dipegang terlalu lama dan melahirkan rezim otoriter maka masa jabatan presiden dan wakil presiden diatur dalam UUD 1945 pasal 7 yang menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Artinya seorang presiden memiliki masa jabatan maksimal sepuluh tahun atau dua periode jabatan. Bedasarkan konstitusi tersebut maka Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden Republik Indonesia terpilih selama dua periode pada tahun 2004 dan 2009 tidak dapat mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden, dan dalam pemilu tahun 2014 akan diikuti oleh calon presiden yang baru.

Rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum menetapkan hasil Pemilihan umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang diikuti 12 partai politik, dan 2 partai diantaranya tidak melewati ambang batas

Parliamantary Treshold sebesar 3,5% yaitu PKPI dan PBB. Sesuai dengan Keputusan KPU no 411/kpts/KPU/2014 maka perolehan suara Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perolehan Suara Pemilihan Umum DPR Tahun 2014

No Nama Partai Perolehan Suara Persentase Suara

1 Nasdem 8.402812 6,72%

2 PKB 11.298.957 9,04%

3 PKS 8.480.204 6,97%

4 PDIP 23.681.471 18,95%

5 Golkar 18.432.312 14,75%


(19)

7 Demokrat 12.728.913 10,19%

8 PAN 9.481.621 7,59%

9 PPP 8.157.488 6,53%

10 Hanura 6.579.498 5,26%

Sumber: Keputusan Hasil Pemilihan Umum Nomor: 411/Kpts/KPU Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2014

Undang-Undang no. 42 tahun 2008 pasal 9 menyebutkan bahwa pasangan calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta pemilu yang memenuhi 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Bersarkan Keputusan KPU no 411/Kpts/KPU tahun 2014 dan UU no 42 tahun 2008 pasal 9 maka tidak ada partai politik yang dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden secara tunggal sebagai partai dan harus bergabung dengan partai lain untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden pada pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014.

Pemilu 2014 memiliki dua poros kekuatan koalisi partai yang mengusung presiden dan wakil presidennya. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat Prabowo-Hatta terdiri dari Partai Golkar, PPP, PAN, PBB, Partai Gerindra, dan PKS. Koalisi yang mengusung pasangan kandidat Jokowi-JK terdiri dari Partai Nasdem, PDIP, PKB, Partai Hanura, dan PKPI. Kedua koalisi tersebut memiliki mesin politik yang sama-sama kuat, yang digerakkan oleh partai dan tokoh masyarakat juga organisasi sayap partai-partai pengusung koalisi untuk melakukan kampanye. Dalam pertarungan pemilu, kampanye merupakan hal wajib yang akan dilakukan oleh kandidat dengan tujuan agar


(20)

pemilih semakin yakin dan akan memilih kandidat yang berkompetisi dalam pemilu. Kampanye yang berlangsung akan diikuti oleh isu politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya.2 Isu politik merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memberi kesan bagus ataupun kesan buruk terhadap objek yang dibahas dalam isu politik tersebut. Isu politik biasanya berkembang sangat cepat ketika masa kampanye pada pemilu. Kampanye tersebut tidak selalu diikuti oleh tujuan baik, banyak kampanye yang bertujuan untuk merusak citra kandidat lain peserta pemilu atau sering disebut dengan black campaign. Bentuk lain dari kampanye yang merusak citra lawan adalah negative campaign yang dilakukan dengan cara membesarkan isu kelemahan kandidat lain. Isu politik yang berkembang dapat mempengaruhi preferensi politik seseorang dalam memutuskan pilihan terhadap kandidat dalam pemilu. Hal ini disebabkan sebagian masyarakat yang mendengar isu yang sedang berkembang tersebut langsung mempercayai isu tersebut.

Preferensi atau selera adalah sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi,

2


(21)

pemenuhan, kegunaan yang ada.3 Cara pengurutan yang baik dalam pemeringkatan preferensi tidak memiliki sudut pandang kesalahan. Setiap warga negara berhak menentukan urutan preferensi berdasarkan kebutuhan dan kepentingan mereka baik secara individu maupun kelompok masyarakat, sehingga sebuah preferensi muncul sebagai keputusan.

Pemilu di Indonesia memiliki karakteristik berbeda di tiap pemilu yang berlangsung, pada masa orde baru banyak pengamat politik yang menganggap bahwa pemilu yang berlangsung di Indonesia memiliki tingakat partisipasi yang tinggi dan memiliki pemenang tetap akibat dari mobilisasi yang dilakukan rezim yang sedang berkuasa, bukan sebagai bentuk kemandirian warga negara yang memiliki hak konstitusi.4 Masyarakat pada masa tersebut tidak memiliki kesempatan untuk memilih berdasarkan preferensi politik masing-masing individu. Perbedaan karakteristik juga terlihat pada pemilu 2014 sebab pada pemilu 2014 muncul calon alternatif yang belum pernah mengikuti pemilu presiden, walaupun tetap ada kandidat yang pernah mengikuti pemilu presiden periode 2004 maupun 2009. Kemunculan kandidat baru ini mengakibatkan timbulnya preferensi politik baru di tengah-tengah masyarakat.

Cukup banyak isu yang berkembang baik untuk menaikkan citra kandidat maupun yang dikembangkan dengan tujuan untuk merusak citra kandidat. Peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 1, yaitu

3

http://id.m.wikipedia.org/wiki/preferensi/ diakses pada, Minggu 27 Juli 2014

4


(22)

pasangan Prabowo-Hatta diterpa isu tentang pelanggaran HAM yang dilakukan Prabowo saat masih aktif dalam kegiatan militer. Hal tersebut juga dialami oleh peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden nomor 2 yaitu pasangan Jokowi-JK. Jokowi diisukan bukan memeluk agama Islam.

Banyak masyarakat yang menerima isu yang dilontarkan oleh simpatisan pendukung kandidat maupun kelompok-kelompok yang tidak menyukai kandidat tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI, ada beberapa isu yang digunakan untuk menurunkan elektabilitas Prabowo, yaitu tentang kasus penculikan aktivis mahasiswa pada tahun 1998. Isu ini kemudian terus melebar dengan kemunculan dokumen rahasia tentang pemecatan Prabowo akibat kasus penculikan tersebut dan keaslian dokumen ini juga dibenarkan oleh Agum Gumelar.5

Survei yang dilakukan oleh LSI terhadap Jokowi, beberapa isu yang digunakan untuk menurunkan elektabilitas Jokowi yaitu tentang Jokowi adalah capres boneka, tidak amanah karena meninggalkan jabatan Gubernur Jakarta, indikasi keterlibatan terhadap korupsi busway, kemudian yang paling memberi efek adalah Jokowi dikesankan keturunan non-pribumi, beragama minoritas, bahkan keturunan PKI.6 Black campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam cukup membuat kemerosotan signifikan terhadap elektabilitas pasangan nomor 2 tersebut, hal ini terus berkembang

5

Adjie Alfaraby et al. 2014,“Akankah Laju Prabowo Terhenti? Kasus Aktivis Gate”. Lembaga Survei Indonesia. hal 5-6

6

Release Hasil Quick Count Lingkaran Survei Indonesia 9 Juli 2014”People Power Dalam Kemenangan Jokowi-JK”. Lembaga Survei Indonesia dan Jaringan Isu Publik. hal 36


(23)

hingga ke pelosok desa. Sekalipun berita tersebut bohong tapi cukup memengaruhi pemilih yang datang dari segmen Muslim konservatif, pendidikan menengah ke bawah dan ekonomi mengengah ke bawah. Berdasarkan survei LSI sejak Januari 2014-Juni 2014, dukungan kepada Jokowi di segmen pemilih itu merosot dari di atas 50% menjadi di bawah 40%. Padahal jumlah pemilih segmen tersebut sekitar 60%-70% populasi.7 Berikut adalah hasil survei yang dilakukan LSI sejak September 2013 terhadap Prabowo dan Jokowi:8

Tabel 1.2

Elektabilitas Prabowo dan Jokowi

Sumber: Release Hasil Quick Count Lingkaran Survei Indonesia 9 Juli 2014”People Power Dalam Kemenangan Jokowi-JK

Selisih elektabilitas sebesar 0,5% berdasarkan survei LSI menunjukkan penurunan elektabilitas Jokowi dan kenaikan elektabilitas

7

Ibid. hal 4-6

8

Ibid. hal 36

Tokoh Survei Sep t 201 3 Survei Mar et 201 4 Survei Aw al Mei 201 4 + wak il Survei Aw al Jun i 201 4 + wa kil Survei Ak hir Jun i 201 4 Survei Aw al Juli 201 4

Jokowi 50,30% 46,30% 35,42% 45% 43,5% 47,80% Prabowo 11,10% 22,10% 22,75% 38,7% 43% 44,20% Selisih 39,20% 24,20% 12,67% 6,3% 0,5% 3,60%


(24)

Prabowo disebabkan oleh black campaign dan negative campaign yang menyebutkan Jokowi bukan Islam, keturunan non-pribumi, bahkan keturunan PKI, dan meninggalkan jabatan sebagai Gubernur Jakarta. Hal ini memperburuk citra Jokowi bagi kalangan tertentu, dan dapat mengalihkan suara dari kalangan swing voters berjalan ke kubu Prabowo. Begitu juga sebaliknya, isu penculikan aktivis yang menerpa Prabowo memperburuk citranya dan mengarahkan suara ke kubu Jokowi.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peralihan dukungan akibat isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat lebih besar dari kubu Jokowi, dan masyarakat mempercayai isu-isu tersebut. Pada Mei 2014, survei LSI menunjukkan pada segmen mahasiswa, elektabilitas Jokowi dan Prabowo berbeda 0,5%, yaitu 26,14% kepada Prabowo-Hatta dan 26,60% kepada Jokowi-JK.9

Tabel 1.3

Distribusi Pemilih Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta

No Kategori Prabowo-Hatta Jokowi-JK Tidak Tahu 1 Lulus SD atau

Dibawahnya

19.95% 36,75% 43,3%

2 Tamat SLTP/Sederajat 21,07% 39,34% 39,59% 3 Tamat SLTA/Sederajat 26,67% 34,37% 38,96% 4 Kuliah Atau Di Atasnya 26,14% 26,6% 47,26% Sumber: Laporan Survei Lembaga Survei Indonesia “Head to Head Jokowi-JK Versus

Prabowo-Hatta Dan Kampanye Negatif

Dari tabel di atas dapat dilihat perbedaan kedua kandidat hanya berbeda 0,5% yang diungguli oleh Jokowi-JK pada segmen kuliah atau di

9

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif”. Lembaga Survei Indonesia. hal


(25)

atasnya. Survei Poltracking pada awal Juni menyebutkan bahwa mahasiswa lebih memilih Prabowo daripada Jokowi. Pada segmen mahasiswa, Prabowo-Hatta unggul dengan 48,3% dan Jokowi-JK sebesar 40,4%.10

Tabel 1.4

Sebaran Pemilih Pasangan Capres dan Cawapres Berdasarkan Kluster Profesi Pemilih

No Kluster Profesi Pemilih Prabowo-Hatta

Jokowi-JK Tidak Tahu 1 Petani/Nelayan

Penggarap

38,3% 48,5% 13,2%

2 Petani/Nelayan Pemilik

42,1% 48,5% 9,4%

3 Buruh/Tukang kayu, batu

44,9% 44,1% 11%

4 Pedagang Kecil 39,8% 52,4% 7,8%

5 Pengusaha 46,5% 38% 15,5%

6 PNS/Pensiunan 53,3% 34,3% 12,4%

7 Pegawai Swasta 39,7% 52,1% 8,2%

8 Ibu Rumah Tangga 35,4% 55,8% 8,8%

9 Mahasiswa/Sekolah 48,3% 40,4% 11,3%

10 Tidak Bekerja 31,1% 54,1% 14,8%

Sumber: Laporan Survei Nasional Membaca Peta Dukungan Dan Elektabilitas Capres-Cawapres Pada Pemilu Presiden 2014

Tabel di atas memperlihatkan semakin banyak pemilih segmen mahasiswa yang menetapkan pilihannya kepada kedua kandidat, dan keunggulan Jokowi-JK dibalikkan oleh Prabowo-Hatta dalam waktu singkat. Pada Mei 2014 selisih kedua kandidat hanya 0,5% kemudian pada Juni 2014 selisih tersebut melebar dan berubah menjadi 7,9%. Hal inilah yang mendasari peneliti memilih mahasiswa sebagai objek penelitian, sebab jika dilihat dari survei LSI dan Poltracking maka ada indikasi kenaikan elektabilitas pada

10

Laporan Hasil Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Pemilu 2014 Membaca Peta Dukungan Dan Elektabilitas Capres-Cawapres Pada Pemilu Presiden 2014”. Pol-Tracking Institute. hal 42


(26)

segmen mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Pemuda yang dianggap sebagai kaum intelektual dan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari masyarakat pada umumnya, diharapkan untuk dapat memilih informasi yang diterimanya dan mencari kebenaran informasi tersebut. Mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan dapat menganalisis isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat menjatuhkan pilihan terhadap pasangan kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden bukan disebabkan oleh negative campaign maupun black campaign

melainkan dengan mengedepankan hal-hal yang bersifat memecahkan masalah yang dialami oleh negara, tidak seharusnya termakan isu-isu tentang primordialitas. Kenyataannya berdasarkan survei LSI, sebanyak 59,2% dari segmen pemuda mempercayai isu negatif tentang penculikan aktivis oleh Prabowo.11

Penelitian “Pengaruh Isu Politik Yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih” yang dilakukan penulis difokuskan kepada mahasiswa yang berada di Kota Medan dengan menjadikan universitas yang berada di Kota Medan sebagai populasinya. Penulis memilih Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomensen sebagai kluster untuk penarikan sampel.

11


(27)

Pemilihan kedua universitas ini didasari oleh intensitas kegiatan kemahasiswaan yang berkaitan dengan politik kedua universitas tersebut merupakan yang paling sering dimuat dalam portal berita online Kota Medan.12

Partisipasi pemilih pada pemilu terus menurun sejak tahun 2004 hingga menjelang pemilu 2014. Penurunan ini tidak hanya terjadi dalam pemilu legislatif ataupun pemilu Presiden dan Wakil Presiden saja, namun juga terjadi pada Pemilu Kepala Daerah di berbagai daerah di Indonesia. Penurunan ini kemudian mengalami kenaikan pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014. Beberapa pengamat politik memandang hal ini disebabkan oleh munculnya capres alternatif atau capres yang belum pernah ikut pemilu presiden dan belum pernah menjadi eksekutif pada skala negara. Hal ini menimbulkan adanya preferensi tertentu terhadap pasangan kandidat yang menjadi peserta pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Selisih elektabilitas pasangan capres-cawapres yang begitu tipis di setiap survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei manunjukkan bahwa pemilih memiliki preferensinya masing-masing dalam menentukan pilihannya.

Permasalahan penelitian ini adalah sebagai kaum intelektual yang memiliki analisis yang lebih tajam jika dibandingkan masyarakat pada umumnya, mahasiswa diharapkan memilih berdasarkan aspek untuk

12

Diolah dari “medan.tribunnews.com, www.antarasumut.com, m.okezone.com, www.tempo.co, waspadamedan.com, medanmagazine.com, hariansumutpos.com” diakses pada Selasa, 29 Juli 2014 pukul 22.17


(28)

pemecahan masalah yang dialami negara saat ini. Sementara kenyataannya, berdasarkan survei yang dilakukan oleh LSI dan Poltracking, ada indikasi mahasiswa terpengaruh oleh isu politik yang berkembang pada saat masa kampanye, melihat lonjakan elektabilitas Prabowo yang naik sebesar 8,4% dalam waktu singkat. Maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana pengaruh isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan (Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen) pada pemilihan umum Presiden dan

Wakil Presiden tahun 2014?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh isu politik peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan dan juga mendeskripsikan hal apa yang menjadi alasan utama mahasiswa menentukan pilihan.

D. Manfaat Penelitian D.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu politik, serta memberikan sumbangan data empiris dan analisis ilmiah mengenai pengaruh isu politik terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan pada pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.


(29)

D.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dari segi pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir penulis dalam melihat pengaruh isu politik terhadap preferensi politik pada segmen mahasiswa di Kota Medan. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi bahan perbandingan maupun sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi penulis-penulis yang tertarik untuk mengadakan penelitian di bidang yang sama.

E. Kerangka Teori

E.1 Efek Komunikasi Massa Terhadap Opini dan Sikap Publik

Opini dan sikap tidak dapat diamati secara langsung atau didefinisikan secara cukup tepat untuk memungkinkan adanya pengukuran yang pasti. Sikap merupakan kepribadian dasar atau perangkat mental terhadap beberapa objek secara umum diukur dalam kaitannya dengan respons verbal terhadap pernyataan evaluatif. Respons-respons ini biasanya diubah ke dalam skala yang menunjukkan arah individual dan kekuatan atas kecenderungan dalam kaitannya atas sebuah objek (misalnya partai politik atau pemimpin atau isu).

Ada dua hal yang mencirikan bentuk utama dari komunikasi politik yang dapat dianggap sebagai efek. Pertama, ada kampanye periodik untuk pemilihan di mana media biasanya digunakan secara intensif oleh kandidat dan partai yang saling bersaing. Kedua, ada aliran yang berkelanjutan dari


(30)

berita yang membawa pesan mengenai peristiwa yang mencerminkan sifat positif atau negatif, baik dari pemerintah maupun aktor lain di arena politik. Hal ini menyediakan banyak kesempatan bagi iklan politik oleh aktor yang sama yang independen dari pemilihan. Upaya spesifik juga terkadang dibuat untuk memengaruhi opini atas isu tertentu atas nama berbagai kelompok lobi dan tekanan melalui berbagai cara.

Partai dan kandidat yang berkampanye biasanya memilih dari sejumlah strategi komunikasi yang tersedia, tergantung pada kondisi dan sumberdaya, dan sering kali tergantung apakah mereka pemerintah yang sedang berkuasa atau tidak. Mereka dapat mencoba menghubungkan diri mereka sendiri dengan isu tertentu di mana mereka memiliki catatan atau klaim tertentu. Di sinilah mereka dapat memberikan kerangka pada isu dan mengatur agenda berita yang bersangkutan. Mereka dapat bertujuan untuk mendapatkan citra menarik melalui asosiasi, gaya, atau kepribadian alih-alih melalui kebijakan. Mereka dapat menyerang lawan berdasarkan kelemahan apapun yang mereka tampilkan meskipun hal negatif dapat menghilangkan motivasi para pemilih secara umum.13 McQuail memperlihatkan jika isu dikelola dengan sedemikian rupa maka pandangan pemilih dapat diarahkan ke dalam pemahaman sesuai keinginan aktornya. Efek yang diungkapkan

McQuail menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini, bahwa isu berpengaruh besar kepada pemilih dalam pemilu.

13


(31)

E.2 Priming

Iyengar, Peters, dan Kinder juga menemukan cara khusus bagaimana tayangan berita televisi mungkin mempunyai dampak pada pemilihan presiden. Dengan menentukan agenda untuk kampanye pemilihan, media juga menentukan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi calon-calon presiden. Iyengar dan para koleganya menyebut proses ini priming. Priming adalah proses dimana media berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya dan dengan demikian mengubah standar yang digunakan orang untuk mengevaluasi para calon pemilihan.

Para peneliti menemukan suatu bukti priming dalam eksperimen mereka. Para subjek dalam eksperimen, di samping ukuran-ukuran yang telah kita bahas, juga menilai Presiden Carter pada kinerjanya dalam tiga masalah spesifik – pertahanan, polusi, dan inflasi. Mereka juga memberi penilaian umum mengenai kinerja, kompetensi, dan integritas Carter secara keseluruhan. Seperti yang telah diramalkan dengan konsep priming, korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik adalah lebih besar bagi responden yang melihat liputan yang menekankan bidang masalah itu daripada korelasi antara penilaian keseluruhan dan penilaian dalam bidang masalah yang spesifik untuk responden yang melihat liputan yang mengabaikan bidang masalah itu. Misalnya, ketika responden melihat liputan yang menekankan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan penilaian kinerjanya


(32)

secara keseluruhan adalah 0,63. Tapi ketika responden melihat liputan yang mengabaikan inflasi, korelasi antara penilaian kinerja Carter pada inflasi dan penilaian kinerjanya secara keseluruhan adalah 0,39. Dengan kata lain, responden mengevaluasi Presiden Carter dipandang dari segi topik-topik yang telah mereka lihat ditekankan dalam berita akhir-akhir ini. Ini merupakan cara yang agak halus namun sangat kuat berkenaan dengan bagaimana penentuan agenda dapat mempengaruhi pemilihan kita yang paling penting.

Iyengar dan Simon menyelidiki priming dalam liputan berita krisis Teluk Persia pada tahun 1990 sampai dengan 1991. Pertama, mereka menemukan dampak penentuan agenda dasar. Ketika krisis Teluk Persia mulai mendominasi liputan berita, krisis tersebut juga muncul dalam jajak pendapat opini publik sebagai masalah nasional yang paling penting. Tetapi mereka juga menemukan bahwa liputan yang meningkat pada isu ini terus memengaruhi evaluasi Presiden Bush secara keseluruhan. Selama krisis Teluk, opini kinerja kebijakan luar negeri Bush lebih kuat berhubungan dengan evaluasi Bush secara keseluruhan daripada opini kinerja ekonomi Bush. Sebelum krisis Teluk, opini tentang kinerja ekonominya lebih penting daripada opini kebijakan luar negeri.14

14

Iyengar, S., M. D. Peters, and D. R. Kinder. 1982. Experimental demonstrations of the “not-so-minimal” consequences of television news program. American Political Science Review, 76: 848-858 dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 271


(33)

Teori ini digunakan penulis menjadi dasar bahwa jika media berfokus pada isu tertentu maka hal tersebut akan mempengaruhi evaluasi pemilih terhadap pasangan kandidat Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK. Penulis menggunakan fokus isu politik sebagai sub variabel dalam penelitian ini agar dapat menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini. Fokus isu politik yang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden dapat dibagi menjadi empat belahan yaitu:

1. Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo 2. Isu Agama Jokowi Bukan Islam

3. Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional 4. Isu Penguatan Rupiah Karena Pasangan Jokowi-JK

E.3 Isu-Isu Yang Menonjol

Beberapa penelitian tentang penentuan agenda yang berusaha menunjukkan arah kausalitas dengan menggunakan penelitian panel pada dua titik akhirnya hanya menunjukkan dampak penentuan agenda yang lemah.. Penelitian yang dilaksanakan oleh Tipton, Haney, dan Baseheart kemudian Harold Gene Zucker15 membuat hipotesis bahwa penyebab hal ini mungkin karena penelitian-penelitian sebelumnya berdasarkan asumsi yang salah, yaitu bahwa dampak penentuan agenda akan terjadi pada semua isu.

Zucker (1978) terus menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan

15

Tipton, L., R. D. Haney, and J. R. Baseheart. 1975. Media agenda setting in city and state election campaigns. Public Relation Reviews, 20 :19-27 dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008. Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 271


(34)

bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Isu yang dialami langsung oleh publik, seperti pengangguran, adalah isu yang menonjol (obstrusive issues). Isu yang mungkin tidak dialami langsung oleh publik, misalnya polusi, adalah isu yang tidak menonjol (unobsrusive issues).

Dia mengatakan bahwa dampak penentuan agenda semestinya tampak bagi pengguna dan bukan pengguna media berita. Apabila penentuan agenda sebagian besar terjadi pada isu-isu yang tidak menonjol, maka cara orang mengetahui isu-isu tersebut hanya melalui media atau dengan berbicara dengan orang lain yang telah terekspos pada media..16

Penelitian yang dilakukan Zucker memperlihatkan isu yang berkenaan langsung dengan segmen tertentu dapat mempengaruhi pandangan segmen tersebut terhadap para kandidat dalam pemilihan umum. Penulis menggunakan hasil penelitian Zucker dimana pengalaman terhadap isu sebagai sub variabel untuk menjadi salah satu alat ukur dalam penelitian ini. Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan dunia pendidikan dan kepemudaan maupun kemahasiswaan, sebab segmen yang berkenaan akan isu dalam penelitian ini adalah pemuda dan mahasiswa yang berada dalam dunia pendidikan. Terdapat empat belahan yang menjadi indikator pada sub variabel ini, yaitu:

1. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

2. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan 3. Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda 4. Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda E.4 Pembentukan Agenda

16

Zucker, H. G. 1978. The variable nature of news media influence. In B. D. Ruben. Ed., Communication Yearbook, vol. 2, pp. 225-240. New Brunswick, N. J. :Transaction dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008.

Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 272


(35)

Peneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang meneliti hubungan antara pers dan opini publik selama krisis Watergate dan menemukan bahwa gagasan asli penentuan agenda perlu diperluas untuk menjelaskan babak yang rumit dalam sejarah Amerika. Mereka menganjurkan agar konsep penentuan agenda diperluas menjadi konsep pembentukan agenda (agenda building), proses kolektif di mana, media, pemerintah, dan publik saling memengaruhi satu sama lain dalam menentukan isu-isu apa yang dianggap penting. Mereka merinci proses tersebut ke dalam enam langkah:

1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuat kejadian atau aktivitas tersebut menjadi menonjol.

2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan berita yang berbeda untuk mendapatkan perhatian. Watergate adalah isu ambang batas tinggi (hingh-tress hold) (atau tidak menonjol), dan oleh karena itu, dia memerlukan liputan yang komperhensif untuk mendapatkan perhatian publik.

3. Peristiwa-peristiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus

“dibingkai”, atau diberi bidang makna di mana di dalamnya peristiwa

dan aktivitas tersebut dapat dipahami. Watergate semula dibingkai sebagai isu partisan dalam kampanye pemilihan, dan hal ini membuatnya sulit untuk dilihat dalam kerangka yang berbeda, yaitu sebagai sebuah gejala korupsi politik yang tersebar luas.


(36)

4. Bahasa yang digunakan media dapat memengaruhi persepsi akan pentingnya sebuah isu. Refrensi awal pendobrakan Watergate sebagai

sebuah “kelakar”, yang terus ada selama berbulan-bulan, cenderung merendahkannya. Refrensi berikutnya yang mengganti refrensi sebelumnya dengan istilah skandal meningkatkan nilai penting isu tersebut.

5. Media menghubungkan aktivitas atau kejadian yang telah menjadi faktor perhatian dengan simbol-simbol sekunder yang lokasinya pada lanskap politik mudah diketahui. Orang memerlukan dasar untuk berpihak pada sebuah isu. Dalam kasus Watergate, mereka dibantu untuk melakukan keberpihakan ketika isu ini dihubungkan dengan simbol-simbol sekunder seperti “keharusan menyampaikan fakta” dan

“kepercayaan pada pemerintah”.

6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu. Misalnya, ketika Hakim John Sirica berkata bahwa ada kebenaran yang disembunyikan kepada publik dalam kasus Watergate, pertanyaan ini mempunyai dampak yang dramatis pada publik dan juga pada orang-orang dari partai Republik, yang kemudian lebih bersedia untuk membuka mulut.17

17

Lang, K., and G. E. Lang. 1859. The mass media and voting. In E. Burdick and A. J. Brodbeck, eds.,

American Voting Behaviour, pp. 217-235. Glencoe, Ill, :Free Press dikutip dari Werner J. Saverin et al. 2008.

Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Media Group. hal 275-276


(37)

Penelitian Lang memperlihatkan ketika individu yang terkenal dan dapat dipercaya membicarakan sebuah isu, publik cenderung percaya akan isu tersebut. Aktor yang menyebarkan isu menjadi penting dimana pada masa sekarang ini aktor tidak lagi terbatas pada manusia tetapi bisa melalui media lain. Peneliti menggunakan aktor yang menyebarkan isu sebagai sub variabel dalam penelitian ini. Sub variabel aktor yang menyebarkan isu ditetapkan oleh peneliti memiliki empat belahan yang menjadi indikator dalam penelitian ini yaitu:

1. Televisi 2. Surat Kabar 3. Media Sosial 4. Tokoh

E.5 Preferensi Politik

Preferensi merupakan sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner antara alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif-alternatif tersebut berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Preferensi menciptakan urutan-urutan alasan subjektif seseorang dan memberikan alternatif pilihan kepada seseorang. Secara sederhana preferensi dapat dikatakan sebagai syarat-syarat yang menjadi dasar seseorang untuk menetapkan pilihannya berdasarkan prioritas kebutuhan orang tersebut.


(38)

Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri seseorang.18 Tindakan politik akan diwujudkan seseorang berdasarkan nilai-nilai politik yang diyakini orang tersebut. Hal ini yang menjadi faktor yang menentukan untuk mengarahkan agar merespon situasi yang dihadapinya. Nilai-nilai yang diyakini tersebut juga sering dijadikan sebagai motivasi dan minat seseorang terhadap politik. Respon politik muncul dengan kegiatan seseorang memutuskan memilih atau memutuskan pilihan politiknya. Preferensi politik, tidak menunjukkan bahwa pemilih selalu menjadi aktornya. Pemerintah juga memiliki preferensi politik dalam menjalankan pemerintahannya, contohnya pada pemerintahan SBY, pendidikan merupakan preferensi politiknya, hal ini dapat dilihat dari APBN Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sektor yang paling banyak mendapat anggaran yaitu sebesar 20%.

E.6 Teori Pilihan Rasional

Dalam perspektif ekonomi politik secara umum, teori pilihan rasional berusaha mengembangkan aksioma-aksioma tentang pilihan terbaik dan preferensi yang sudah digagas oleh pakar-pakar Klasik dan Neoklasik sebelumnya. Rasionalitas yang dikembangkan oleh pakar-pakar ekonomi politik baru, terutama dalam pilihan rasional, terkait dengan konsep-konsep

18

Fred I, Greenstein dan Nelson W. Polsby. 1975. Handbook of Political Science: Micropolitical Theory, Addison Wesley Publishing Company dikutip dari Preferensi dan Rasionalisasi Pilihan Politik Perempuan Minang Perkotaan di Kota Padang terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilihan Umum, Jurnal Demokrasi Vol. VIII No.2 Thn 2009 hal. 189


(39)

seperti kesukaan atau preferensi (preference), kepercayaan (beliefs), peluang (opportunities), dan tindakan (action).

Menurut William H. Riker dalam Political Science and Rational Choice (1994), model pilihan rasional terdiri atas elemen-elemen berikut:

1. Para aktor dapat merangking tujuan-tujuan, nilai-nilai, selera, dan strategi-strategi mereka.

2. Para aktor dapat memilih alternatif terbaik yang bisa memaksimumkan kepuasan mereka.

Dari elemen-elemen di atas, komponen utama pilihan rasional adalah perangkingan.

Agar lebih mudah dipahami, misalkan kita dihadapkan terhadap dua pilihan, yaitu A dan B. Tiga cara untuk mengungkapkan preferensi antara kedua pilihan tersebut adalah (1) A lebih baik dari B (dinotasikan A>B), (2) B lebih baik dari A (B>A atau A<B), dan A sama baik (sama jelek) dengan B (A=B). Kalau seandainya anda dirangking A>B; dan B>C, berdasarkan

theory of revealed preference, sesuai aksioma dan transivitas, kesimpulannya ialah A>C.

Dengan menggunakan pendekatan pilihan rasional, kita bisa memahami rasionalitas politik dalam pemilihan. Dimana sebelum menentukan pilihan, masyarakat sudah melakukan interpretasi politik tentang tujuan-tujuan bersama yang ingin dicapai, tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan, sarana yang digunakan atau diperlukan, institusi-institusi dan aktor-aktor politik yang dianggap kompeten untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Tujuan bersamanya adalah kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan ketertiban. Adapun aktor yang


(40)

diharapkan mampu membawa masyarakat kearah tujuan bersama tersebut adalah presiden dan para menteri di kabinet. Siapa yang paling dipercaya paling mampu memimpin bangsa untuk mencapai semua tujuan bersama tersebut, dia yang kabinetnya akan dipilih.19 Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagai analisis dan perspektif, sebab teori ini cukup sederhana. Preferensi politik dalam penelitian ini tertuju kepada pemiih dalam menetapkan pilihannya yaitu:

1. Memilih pasangan Prabowo-Hatta 2. Memilih pasangan Jokowi-JK

3. Tidak memilih kedua pasangan tersebut. F. Kerangka Konseptual

Konsep utama dari penelitian ini adalah pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa. Penelitian ini menggunakan tiga variabel untuk menjabarkan pengaruh isu politik terhadap preferensi politik mahasiswa. Variabel X1 pada penelitian ini adalah isu politik, variabel Y pada penelitian ini adalah preferensi politik. Variabel ketiga yaitu variabel X2 dari penelitian ini adalah alasan pemilih.

F.1 Isu Politik

Isu politik adalah berita ataupun masalah politik yang sedang hangat diperbincangkan tetapi belum jelas kebenarannya. Isu politik mengandung

19

Riker, Wiliam H., 1980. “Implications from the Disequilibrium of Majority Rule for th Study Institutions”,

dalam American Political Sciece Review, No.74: 732-747 dikutip dari Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik, Jakarta; Penerbit Erlangga. hal 134-136


(41)

konten-konten pesan yang menjadi stimuli terhadap penerima pesan sekalipun pesan tersebut belum dipastikan kebenarannya. Ketika berbicara tentang isu maka hal yang akan muncul berikutnya adalah kepercayaan penerima pesan isu tersebut.

a. Fokus Isu Politik

Menurut Iyengar ketika isu difokuskan pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya maka hal tersebut dapat mengubah standar yang digunakan untuk mengevaluasi para calon pemilihan.

Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan kandidat Prabowo-Hatta seperti isu pelanggaran HAM dan penculikan aktivis pada tahun 1998 yang menerpa Prabowo.

Isu Agama Jokowi Bukan Islam

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menyudutkan pasangan kandidat Jokowi-JK seperti isu agama Jokowi bukan Islam.

Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan

kandidat Prabowo-Hatta seperti isu Prabowo akan mengembalikan PT.Freport sepenuhnya ke Indonesia.


(42)

Kepercayaan penerima pesan isu tentang hal-hal yang menguntungkan pasangan kandidat Jokowi-JK seperti isu penguatan rupiah terjadi karena iklim usaha menyambut positif pencapresan pasangan Jokowi-JK. b. Pengalaman Terhadap Isu Politik

Menurut Zucker semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Dengan kata lain publik akan mencari sumber informasi yang berkenaan dengan isu tersebut. Pengalaman terhadap isu dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan dan kemahasiswaan maupun kepemudaan, segmen penelitian ini adalah mahasiswa.

Memilih Pasangan Prabowo-Hata Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan menaikkan standart dunia pendidikan dengan mencanangkan program 12 tahun wajib belajar dan menyerap tenaga pengajar sebanyak-banyaknya dalam lima tahun.

Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan menghapuskan Ujian Nasional dan mempermudah sistem sertifikasi guru.

Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda


(43)

Pasangan Prabowo-Hatta dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada pembangunan pemuda terutama setelah adanya dukungan Ridwan Kamil yang merupakan tokoh yang mengedepankan pergerakan kepemudaan.

Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda

Pasangan Jokowi-JK dikabarkan akan memberi perhatian khusus kepada pembangunan pemuda dengan peningkatan kesejahteraan atlet.

c. Aktor Yang Menyebarkan Isu Politik

Menurut Gladys Engel & Kurt Lang pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat dipercaya mulai berbicara sebuah isu. Individu dalam hal ini diperluas menjadi tidak hanya sebatas orang namun juga media lain yang dianggap publik dapat dipercaya.

Televisi

Publik cenderung akan mempercayai isu dari saluran televisi yang menjadi tontonan favoritnya.

Surat Kabar

Publik cenderung akan mempercayai isu yang ditulis oleh surat kabar yang lebih sering dibacanya.


(44)

Publik cenderung akan mempercayai isu yang diunggah berulang-ulang di media sosial.

Tokoh

Publik cenderung akan mempercayai isu yang diucapkan oleh tokoh terkenal. F.2 Preferensi Politik

Preferensi politik adalah pilihan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai yang diyakini untuk memberikan respon politik yang ada pada diri seseorang. Tindakan tersebut adalah pilihan pemilih untuk memilih kandidat atau tidak memilih kandidat.

 Memilih Pasangan Prabowo-Hatta

 Memilih Pasangan Jokowi-JK

 Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut G. Kerangka Operasional

Penelitian ini akan menguji apakah ada pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik pemilih (mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen). Variabel yang digunakan ada dua yaitu, isu politik, preferensi politik. Variabel X memiliki tiga sub variabel yaitu, sub variabel X1 adalah fokus isu politik, sub variabel X2 adalah pengalaman terhadap isu, dan sub variabel X3 adalah aktor yang menyebarkan isu. Penelitian ini juga akan memperlihatkan pada sub variabel apa pemilih memutuskan pilihannya. Arah pengaruh antar variabel dapat


(45)

dilihat pada gambar bagan penelitian. Berikut adalah variabel, sub variabel dan indikator dalam penelitian ini:

Variabel X1: Isu Politik

Sub Variabel X1: Fokus Isu Politik

- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

- Isu Agama Jokowi Bukan Islam

- Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional

- Isu Penguatan Rupiah Karena Jokowi-JK Sub Variabel X2: Pengalaman Terhadap Isu

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda

- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Pembangunan Pemuda

Sub Variabel X3: Aktor Yang Menyebarkan Isu - Televisi


(46)

- Surat Kabar - Media Sosial - Tokoh Variabel Y: Preferensi Politik

- Memilih Pasangan Prabowo-Hatta - Memilih Pasangan Jokowi-JK

- Tidak Memilih Kedua Pasangan Tersebut

H. Bagan Penelitian

Gambar 1.1

Pengaruh Isu Politik Yang Sedang Berkembang Saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik

Mahasiswa

Variabel X: Isu Politik Variabel Y: Preferensi Politik

Sub Variabel X1: Fokus Isu Politik:

- Isu Pelanggaran HAM Yang Dilakukan Prabowo

- Isu Agama Jokowi Bukan Islam

- Isu Prabowo-Hatta Akan Mengembalikan Kekayaan Nasional


(47)

I. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara atau jawaban sementara terhadap masalah-masalah yang diajukan dalam suatu penelitian. Kebenaran tersebut adalah kebenaran yang bersifat tentatif yang keberterimaannya masih harus diuji melalui verivikasi data yang diperoleh Sub Variabel X2: Pengalaman

Terhadap Isu: - Memilih Pasangan

Prabowo-Hatta Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan

- Memilih Pasangan Jokowi-JK Karena Isu Perbaikan Dunia Pendidikan - Memilih Pasangan

Prabowo-Hatta Karena Isu Pembangunan Pemuda

Sub Variabel X3: Aktor Yang Menyebarkan Isu

- Televisi - Surat Kabar - Media Sosial

- Tokoh

Variabel Y: Preferensi Politik - Memilih Pasangan

Prabowo-Hatta

- Memilih Pasangan Jokowi-JK


(48)

dari lapangan.20 Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan penulis sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa.

Ha: Tidak terdapat pengaruh isu politik yang sedang berkembang saat pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 terhadap preferensi politik mahasiswa. J. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pengkajian dalam menjawab serta mempelajari peraturan yang terdapat dalam suatu penelitian. Ditinjau dari sudut filsafat, metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian, yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.21 Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

J.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini dipilih sebab penulis meneliti hubungan antara variabel dan memiliki jumlah populasi yang besar. Peneliti menjabarkan dengan data statistik ada atau tidak adanya pengaruh isu politik

20

Erizal Gani. 2013. Komponen-Komponen Karya Tulis Ilmiah, Bandung; Penerbit Pustaka Reka Cipta. hal 162

21

Prof. Dr. Husni Usman, M.Pd., M.T dan Purmono Setiady Akbar, M.Pd. 2009. Metodologi PenelitianSosial, Jakarta: Bumi Aksara. hal.41.


(49)

peserta pemilihan umum terhadap preferensi politik mahasiswa Kota Medan pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.

J.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua universitas di Kota Medan yaitu Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nommensen. Peneliti memilih kedua universitas ini karena merupakan universitas yang kegiatan mahasiswanya yang berkaitan dengan politik yang paling sering dimuat di portal berita online.

J.3 Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan kausalitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.22 Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Kota Medan. Populasi dalam penelitian ini terfokus pada universitas yang memiliki mahasiswa aktif yang berada di Kota Medan dan sedang menjalani pendidikan Strata 1 (S1). Terdapat 25 universitas yang berdiri di Kota Medan.23 Banyaknya jumlah populasi menyulitkan penelitian untuk mendapatkan seluruh unsur dan komponen yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga dibutuhkan penarikan sampel.

b. Sampel

22

Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Andi. hal.185

23

http://www.ceritamedan.com/2013/07/universitas-di-medan-baik-negeri-maupun.html/ diakses pada 18 Agustus 2014 pukul 03.49


(50)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasinya besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi.24 Peneliti mengambil sampel dari populasi dengan teknik multi stage cluster sampling, yaitu unit-unit analisa dalam populasi digolongkan ke dalam gugus-gugus yang disebut clusters, dan gugus tersebut merupakan satuan-satuan dimana sampel diambil.25 Pembagian gugus diperoleh dengan melihat universitas yang memiliki intensitas kegiatan mahasiswa dengan portal berita online sebagai pembandingnya, kegiatan mahasiswa dari universitas yang paling sering dimuat di berita online akan menjadi gugus dimana sampel akan diambil, sehingga dianggap dapat mewakili keseluruhan mahasiswa Kota Medan. Setelah melakukan pencarian pada portal berita online Kota Medan yaitu: medan.tribunnews.com, www.antarasumut.com, m.okezone.com, www.tempo.co, waspadamedan.com, medanmagazine.com, hariansumutpos.com, muncul dua nama yang paling sering dimuat dalam portal berita online Kota Medan. Mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomensen kemudian dihitung jumlah sampel berdasarkan jumlah mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomensen. Untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menghitung

24

Dr. Etta Mamang Sangadji, M.Si. Op. Cit; hal.186

25


(51)

menggunakan melalui rumus Taro Yamane. Mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara berjumlah 28.760 orang26 dan mahasiswa yang menempuh pendidikan S1 di Universitas HKBP Nomensen berjumlah 8.479 orang.27

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang dicari.

N : Jumlah populasi.

d² = Presesi ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90 %.

responden

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang. Berdasarkan jumlah populasi pada kedua universitas maka pembagian sampel dibagi sebagai berikut:

26

Lihat data Situasi Mahasiswa Terdaftar dan Aktif Universitas Sumatera Utara Semester Ganjil T.A. 2013/2014 Keadaan: November 2013. Sumber BAA USU

27

http://www.kampus-info.com/2013/10/profil-universitas-hkbp-nommensen.html/ diakses pada 18 Agustus 2014 pukul 04.36


(52)

 Universitas Sumatera Utara,

responden

 Universitas HKBP Nomensen,

responden

Sampel yang memenuhi syarat adalah mahasiswa S1 aktif yang berada di kedua universitas tersebut. Pengambilan sampel selanjutnya diambil berdasarkan fakultas yang ada di masing-masing universitas. Sampel dihitung berdasarkan jumlah mahasiswa aktif di setiap fakultas. Setelah jumlah sampel untuk setiap fakultas didapatkan, agar seluruh sampel mendapatkan kesempatan yang sama maka penarikan sampel dilakukan


(53)

dengan cara penarikan random kepada setiap jurusan yang ada di masing-masing fakultas yang akan diteliti. Hasil penarikan tersebut menjadi acuan kuesioner akan diberikan, kemudian teknik acak sederhana dilakukan setelah mendapatkan jurusan dan tahun ajaran sampel untuk mendapatkan sampel yang akan menjawab isi kuesioner penelitian ini.

J.4 Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam peneltian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni data primer dan data sekunder:

1. Data primer yaitu data yang diambil dari sumber data utama, seperti penyebaran kuesioner, wawancara dari pihak terkait dan observasi kepada objek yang diteliti;

2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sebelumnya seperti data yang berasal dari buku, berita, Undang-Undang, jurnal dan sebagainya. J.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan teknik yang relevan untuk mendapatkan data yang akurat yaitu dengan penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Dalam mengumpulkan data peneliti melakukan:

1. Penelitian Lapangan (field research): Penyebaran Kuesioner yang diberikan kepada informan yaitu mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomensen. Teknik pengumpulan data penelitian ini juga berupa observasi. Observasi merupakan suatu teknik


(54)

pengumpulan data yang dijalankan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, dengan jalan pencatatan dan pengamatan secara sistematis.28 Kemudian disertai dengan data dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Pengumpulan data penelitian kepustakaan (library research) yaitu: dengan mendapatkan data dari buku-buku, jurnal, dokumen lembaga dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.

J.6 Teknik Pengukuran Skor

Salah satu cara yang paling sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan “Skala Likert”. Skala adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada sruktur intensitas pertanyaan-pertanyaan.

Dengan demikian “Skala Likert” sebenarnya bukan skala, tetapi adalah

suatu cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks.29

Cara menggunakan pengukuran dengan “Skala Likert” adalah

menghadapkan informan atau responden dengan pertanyaan, kemudian diminta untuk memberi jawaban dengan skor pada setiap pertanyaan yaitu:

 Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

 Setuju (S) : diberi skor 4

 Ragu-ragu (R) : diberi skor 3

 Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2

28

Imam Gunawan, S. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.Jakarta: PT. Bumi Aksara. hal143

29


(55)

 Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah maka terlebih dahulu ditetapkan hasil kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya sebagai berikut :

Dengan demikian, dapat ditentukan kategori jawaban dari masing-masing variabel, yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat kuat = 4.20 – 5,00 2. Skor untuk kategori kuat = 3.39 – 4,19 3. Skor untuk kategori cukup = 2,58 – 3,38 4. Skor untuk kategori rendah = 1,77 – 2,57 5. Skor untuk kategori sangat rendah = 0,96 – 1,76

J.7 Validitas

Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.30 Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan dan sejauh mana ketepatan serta

30


(56)

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.31 Jika instrumen penelitian telah disusun, maka instrumen tersebut disebarkan kepada responden yang ada pada kedua gugus yang menjadi tempat penarikan sampel yaitu, Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomensen secara acak. Setelah instrumen dikembalikan, maka dapat dilakukan pengujian secara statistik.32

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pengukuran skala

ordinal. Ukuran ordinal mengurutkan responden dari tingkatan “paling rendah” ke tingkatan “paling tinggi” menurut suatu atribut tertentu tanpa ada petunjuk yang

jelas berapa jumlah absolut atribut yang dimiliki oleh masing-masing responden tersebut dan berapa interval antara responden dengan responden lainnya.33 Langkah-langkah pengerjaan jika terjadi sama nilainya dalam data skala ordinal : 1. Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya 2. Berilah angka 1 (tertinggi) dan 5 (terendah) 34

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Konstrak merupakan abstraksi dan generalisasi dari hal-hal yang bersifat khusus atau pengamatan-pengamatan lepas. Yang dibahas dalam

31

Ibid. hal 248

32

Azuar Juliandi, 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Bisnis, Medan: M2000. hal. 79

33

Masri Singarimbun, Op Cit; hal 70

34


(57)

validitas konstrak adalah ”isi” dan ”makna” dari suatu konsep dan dari alat ukur yang dipakai mengukur konsep tersebut.35

Validitas bertujuan untuk menunjukkan suatu alat pengukur dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total yang menggunakan rumus teknik

Korelasi Rank Spearman.Rumus ini digunakan karena karena dalam penelitian ini menggunakan data ordinal, maka menggunakan rumus:36

Dimana:

rs = koefisien korelasi rank spearman

x = Jumlah ranking yang sama pada variabel X

y = Jumlah ranking yang sama pada variabel Y

d = Selisih antara rank X dan Y

Adapun rumus Rank Spearman yang digunakan adalah sebagai berikut :

Dimana,

rs : Koefisien Korelasi Rank Spearman

35

Masri Singarimbun, Op. Cit; hal. 97

36

SidneySiegel. 2002. Statistika Non Parametrik Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hal 252 ) 1 ( 6 1 2 2   

n n di rs

 2 2 2 2 2 .

2 x y

d y

x Rs


(58)

n : Jumlah seluruh responden

d : Selisih antara rank X dan Y

Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari satu atausama dengan 0,300.37 Dimana standart validitasnya adalah:

a. Jika r positif;

r

0

,

30

maka item pertanyaan tersebut valid.

b. Jika r negatif;

r

0

,

30

maka item pertanyaan tersebut tidak valid. 38 J.8 Realibilitas

Reliabilitas adalah tingkat kemantapan, ketepatan dan homogenitas suatu alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan mantap apabila dalam mengukur berulang kali, alat ukur tersebut memberikan hasil yang sama. Pertanyaan yang tepat menjamin bahwa, walaupun pertanyaan tersebut disampaikan berulang-ulang, interpretasinya tetap sama dari satu responden ke responden yang lain dan dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Suatu skala dapat dinyatakan reliabel apabila pertanyaan-pertanyaan yang merupakan unsur dasarnya mempunyai kaitan yang erat satu sama lain. Ciri ini yang disebut dengan homogenitas.39

37

Robert M. Kapplan & Dennis Saccuzo, 1993. Psicological Testing, 3nd Edition. California: Brooks/ Cole Publishing Company. hal.144

38

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: PT. Alfabeta. hal 126

39


(59)

Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :40

dimana,

k : banyaknya belahan item Si2 : Varians dari item ke –i

S2 : Total varians dari keseluruhan item

Dikatakan bahwa sebuah pertanyaan yang reliabel mungkin saja tidak valid, tetapi jika pertanyaan tersebut tidak reliabel maka pasti tidak valid. Hal ini berarti sebuah ukuran tidak akan valid jika tidak reliabel. Maka dari itu reliabilitas merupakan kondisi yang penting untuk validitas. Perhitungannya adalah dengan menggunakan Croanbach’s alpha.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang diukur, jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700. Dasar pengambilan keputusan.41

- Jika r Alpha positif, serta r ≥ 0,700 maka variabel tersebut reliabel. - Jika r Alpha negatif, serta r ≤ 0,700 maka variabel tersebut tidak reliabel. J.9 Analisis Regresi Linear Sederhana

40

Saifuddin Azwar. 2001. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 78

41

Robert M. Kaplan. Dan Denis Saccuzo.Op. Cit; hal. 149





    total Si k i Si k k 2 1 2 1 


(1)

Ingin Memilih Pasangan Jokowi-JK Sejak Sebelum Pencoblosan

Y5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 17 17.0 17.0 17.0

2 30 30.0 30.0 47.0

3 24 24.0 24.0 71.0

4 20 20.0 20.0 91.0

5 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Tidak Ingin Memilih Pasangan Manapun Sejak Sebelum Pencoblosan

Y6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 43 43.0 43.0 43.0

2 38 38.0 38.0 81.0

3 10 10.0 10.0 91.0

4 7 7.0 7.0 98.0

5 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Yakin Tujuan Anda Akan Tercapai Dengan Memilih Pasangan

Prabowo-Hatta

Y7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 12 12.0 12.0 12.0

2 29 29.0 29.0 41.0

3 16 16.0 16.0 57.0

4 33 33.0 33.0 90.0

5 10 10.0 10.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 11 11.0 11.0 11.0

2 27 27.0 27.0 38.0

3 29 29.0 29.0 67.0

4 27 27.0 27.0 94.0

5 6 6.0 6.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Yakin Tujuan Anda Akan Tercapai Dengan Tidak Memilih Pasangan

Manapun

Y9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 41 41.0 41.0 41.0

2 46 46.0 46.0 87.0

3 11 11.0 11.0 98.0

4 1 1.0 1.0 99.0

5 1 1.0 1.0 100.0


(3)

Lampiran 6

OUTPUT

REGRESI

LINIER

SEDERHANA

DAN

KOEFISIEN

DETERMINASI

Variables Entered/Removeda Model Variables

Entered

Variables Removed

Method

1 IsuPolitikXb . Enter

a. Dependent Variable: PreferensiPolitikY b. All requested variables entered.

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .796a .634 .630 2.690

a. Predictors: (Constant), IsuPolitikX

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 29.452 1 29.452 4.210 .043b

Residual 685.538 98 6.995

Total 714.990 99

a. Dependent Variable: PreferensiPolitikY b. Predictors: (Constant), IsuPolitikX


(4)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 17.812 2.305 7.728 .000

IsuPolitikX .071 .035 .203 2.052 .043


(5)

Lampiran 7

FOTO CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN INDONESIA PADA

PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

Calon Presiden Nomor Urut 1, Prabowo Subianto

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Hatta Rajasa


(6)

Calon Presiden Nomor Urut 2, Joko Widodo