Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value dan Market Value Added Terhadap Expected Return Saham.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Analisis Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu
berupa ringkasan atau ikhtisar peristiwa-peristiwa keuangan suatu perusahaan
untuk suatu periode tertentu. Oleh sebab itu untuk memberikan suatu batasan yang
baik, maka terlebih dahulu akan diberikan pengertian akuntansi. Warren Reeve
Fess, (2006 : 10) “akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan”.
Warren Reeve Fess, (2006 : 24) mengatakan bahwa “laporan keuangan
merupakan laporan akuntansi yang menghasilkan informasi bagi pemakai yang
diperoleh dari transaksi yang dicatat dan diikhtisarkan”. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa laporan keuangan meliputi laporan laba rugi, laporan ekuitas
pemilik, laporan posisi keuangan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
Menurut Stice, et al(2009:791) “analisis laporan keuangan adalah
mempelajari hubungan antara angka-angka dalam laporan keuangan dan tren dari

angka-angka tersebut dari waktu ke waktu”. Salah satu tujuan analisis laporan
keuangan adalah menggunakan kinerja masa lalu untuk memprediksi profitabilitas

Universitas Sumatera Utara

dan arus kas sebuah perusahaan di masa mendatang. Tujuan lain dari analisis
laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan dengan
maksud mengidentifikasikan letak masalah yang ada.
Analisis laporan keuangan memiliki sifat diagnostik, mengidentifikasi
letak-letak masalah perusahaan, dan prognostik, memprediksi kinerja perusahaan
di masa mendatang. Sebagian besar informasi berguna saat informasi tersebut
dapat dibandingkan dengan beberapa patokan tertentu. Dalam buku Stice, et al
(2009:792) “The Accounting Principles Board menyatakan bahwa perbandingan
laporan keuangan akan menjadi paling informatif dan berguna jika memiliki
kriteria sebagai berikut ini :
1. Ditampilkan dalam format yang baik: maksudnya pengaturan untuk setiap
laporan harus sama.
2. Isi dari laporan sama; maksudnya memiliki pos-pos yanng sama dalam
pencatatan akuntansi yang mendasari dan diklasifikasikan berdasarkan
penjelasan yang sama.

3. Prinsip-prinsip akuntansi tidak diubah, atau, jika diubah, pengaruh
keuangan dari perubahan diungkapkan.
4. Perubahan dalam keadaan atau dalam sifat transaksi yang mendasari
diungkapkan
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan
analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat
adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal.
Selain itu, pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk
menginterpretasikannya.
Terdapat dua metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai
menurut Kasmir, (2008:69) yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Analisis Vertikal (Statis)
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu
Periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang
ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu
periode saja dan tidak diketahui perkembangan ke periode selanjutnya.
2. Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini
akann terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke
periode yang lain.

2.1.1.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan dirancang untuk membantu pemakai laporan dalam
mengidentifikasi hubungan-hubungan dan trend-trend yang terjadi. Kinerja masa
lalu sering merupakan indikator baik mengenai kinerja di masa yang akan datang.
Pihak-pihak yang membutuhkan seperti kreditor dan pemegang saham perlu
mengetahui posisi keuangan perusahaan. Dengan mengetahui posisi keuangan,
setelah dilakukan analisis laporan keuangan, akan terlihat kinerja perusahaan
apakah mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya.
Ada beberapa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan bagi
berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan menurut Harahap
(2008:195) terdapat beberapa tujuan dari analisis laporan keuangan, yaitu :
1.

Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan
(implicit)
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi
yang diperoleh dari luar perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

5.

Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan sperti prediksi,
peningkatan (rating)
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu
laporan keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara
lain:
1) dapat menilai prestasi perusahaan.

2) dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
3) dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek
waktu tertentu:
a. Posisi keuangan ( Asset, neraca dan modal)
b. Hasil usaha perusahaan
c. Likuiditas
d. Solvabilitas
e. Aktivitas
f. Rentabilitas
g. Indikator pasar modal
4) menilai perkembangan dari waktu ke waktu
5) melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.
7.

Dapat menetukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu
yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau
standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,

baik posisi keuanga, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di
masa yang akan datang.

Analisis laporan keuangan juga memiliki manfaat. Ada beberapa manfaat
bagi perusahaan dalam penggunaan anlisis laporan keuangan menurut Kasmir
(2008:68). Secara umum dikatakan bahwa manfaat analisis laporan keuangan
adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode;
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;

Universitas Sumatera Utara

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini;

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;
6. Dapat digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.

2.1.2 Rasio Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan atau analisis rasio ( ratio analysis )” merupakan salah
satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan”(Wild,
Subramanyam, 2010:40). Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi
pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu
membandingkan kinerja dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahuntahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan
lainnya.
Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi
yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area
yang

memerlukan investigasi

yang


lebih lanjut. Analisis rasio

dapat

mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam
menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari
masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya,
rasio yang paling bermanfaat bila orientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering
menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren
dan ukurannya di masa depan.

Universitas Sumatera Utara

Rasio keuangan memiliki keunggulan, sehingga para pihak pemakai
laporan keuangan sering menggunakan rasio keuangan. Menurut Harahap (2006 :
298) ada beberapa keunggulan rasio keuangan yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan

laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).
5. Rasio menstandarisir size perusahaan.
6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
atau time series.
7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
Namun rasio keuangan juga memiliki kekurangan menurut David
(2004:162) analisis rasio bukan memiliki keterbatasan yaitu:
1.

rasio keuangan didasarkan pada data akunting, dan perusahaan berbeda
dalam cara melakukan pos seperti depresiasi, menilai persediaan,
pengeluaran litbang, biaya rencana pensiun, merger, dan pajak.
2. Faktor-faktor musiman dapat mempengaruhi rasio perbandingan. Oleh
karena itu, dengan rasio gabungan tidak secara otomatis menunjukkan
perusahaan berperestasi dengan normal atau dikelola baik.

2.1.2.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara umum, rasio yang digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan suatu perusahaan diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka pendek.
Kewajiban jangka pendek adalah utang (debt) yang mesti dibayar dalam periode
waktu yang sama yang dipakai dalam menentukan aktiva lancar. Pihak-pihak yang

Universitas Sumatera Utara

berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor,
seperti pemasok dan bankir.
Kelikuiditasan perusahaan diukur dari kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat dikatakan likuid bila
perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti utang
dagang, utang gaji, utang pajak. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mampu untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya dikatakan illikuid atau tidak likuid.
Rasio likuiditas dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Rasio likuiditas
menurut Simamora (2000:524) “antara lain rasio lancar, acid test ratio, putaran

piutang dagang, dan putaran persediaan. Menurut Kasmir (2008:134) “jenis rasio
likuiditas yang ada seperti current ratio, quick ratio atau acid test ratio, cash
ratio, rasio perputaran kas, inventory to net working capital”.
2. Rasio Solvabilitas
Pendanaan perusahaan bersumber dari dua pendanaan yaitu dari kreditor
jangka pendek seperti pemasok dan kreditor jangka panjang seperti pemegang
saham. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya (Wild, Subramanyam. 2010:46). Menurut Rahardjo
(2008:118) “rasio solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya”. Rasio solvabilitas mengukur
kontribusi pemegang saham dibandingkan dengan dana yang berasal dari kreditor.
Menurut Kasmir (2008:155) “beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering
digunakan perusahaan adalah debt to asset ratio, debt to equity ratio, long term
debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, current liabilities to net worth,

Universitas Sumatera Utara

time interest earned, dan fixed charge coverage”. Sedangkan menurut Samosir
(2000:533) ada dua rasio solvabilitas yaitu “rasio utang terhadap ekuitas(debt to
equity ratio) dan rasio waktu perolehan bunga(times interest earning).
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini mengukur tingkat
efisensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Rasio aktivitas atau pemanfaat
asset menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dapat dklasifikasikan menjadi “rasio
perputaran kas (cash turover), rasio perputaran piutang usaha (account receveible
turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran
modal kerja (working capital turnover), rasio perputaran aset tetap (PPE
turnover), dan rasio perputaran total aset (total asset turnover).
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba. Rasio ini memberi ukuran tingkat efektivitas
manajemen

perusahaan.

Tujuan

perusahaan

adalah

mempertahankan

kelangsungan hidupnya, untuk tetap bertahan perusahaan harus mampu untuk
menghasilkan laba. Bila perusahaan rugi, pihak kreditor akan mempertimbangkan
untuk tetap memberi pinjaman atau menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut.
Menurut Kasmir (2008:199) rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Profit margin ( profit margin on sales) yang terdiri dari
a. Gross Profit margin
b. Net Profit Margin
2. Return On Investment (ROI)
3. Return On Equity (ROE)
4. Laba Per Lembar Saham

5.

Rasio Ukuran Pasar
Rasio ini disebut juga market meansure ( Wild, Subramanyam. 2010:45).

Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah rasio
ukuran pasar. Rasio ini adalah rasio yang paling sering dipergunakan oleh pihak
investor di bursa efek. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi
perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk
mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini
menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut
yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin
tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Yang berdampak
naiknya harga pasar saham di pasar modal.

2.1.3 Expected Return Saham
Menurut Zubir (2011:2) “saham adalah sertifikat bukti kepemilikan
sebuah perusahaan. pemilik saham berhak atas laba perusahaan yang disebut
sebagai deviden dan juga menanggung resiko bila perusahaan merugi”. Return
(kembalian) merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal atau investor
atas investasi yang dilakukan. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang mempunyai tujuan pokok untuk mendapatkan keuntungan yang disebut

Universitas Sumatera Utara

sebagai return baik langsung maunpun tidak langsung (Robert Ang, 1997 dalam
Faried ). Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan dua
hal yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk) yang
terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan. Komponen Return saham
terdiri dari dua macam yaitu capital gain dan deviden yield. Capital gain adalah
selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga
beli, dan deviden yield adalah deviden per lembar dibagi dengan harga beli saham
per lembar (Zubir, 2011:4).
Untuk mengukur return saham ada dua cara menurut Zubir (2011:4) yang
paling sering digunakan yaitu :
1. Rerata hitung (arithmetic mean)
rerata hitung yaitu nilai yang dihitung dengan membagi jumlah suatu
series angka atau data (ΣRi) dengan banyak data yang tersedia (n). Nilai
rerata hitung merupakan ukuran terhadap central tendency suatu distribusi
return selama periode tertentu.
2. Rerata ukur (geometric mean)
Rerata ukur banyak digunakan dalam bidang keuangan, khususnya untuk
menghitung tingkat pertumbuhan realisasi perubahan kekayaan selama
beberapa periode yang lalu. Rerata ukur didefinisikan sebagai akar
pangkat dari perkalian return relative selama n periode atau disebut juga
compound rate of return.
Dalam penelitian ini return yang diukur adalah return portofolio. Menurut
Zubir (2011:10) “return portofolio adalah selisih antara nilai pasar porfolio pada

Universitas Sumatera Utara

akhir periode dan awal periode ditambah deviden dari saham-saham dalam
portofolio yang diterima selama periode observasi, kemudian dibagi dengan nilai
investasi awal”. Rumus untuk Expected Return Saham adalah sebagai berikut :

Rp

=

Dimana :
Rp

:

rate of retun portofolio

Vo

:

nilai pasar portofolio pada awal periode

V1

:

nilai pasar pada akhir periode

D1

:

deviden yang diterima atas saham-saham dalam portofolio
pada akhir periode

2.1.4 Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang berhubungan
dengan laba per saham. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran nilai
penting yang digunakan para pemodal di bursa. Rasio ini digunakan sebagai
metode berjalan (going concern methods) dalam menilai saham (Tineke 2007).
Selama perusahaan merupakan entitas bisnis yang untung, nilai Riil (atau nilai
berjalan) di cerminkan melalui keuntungan. PER yang tinggi menunjukkan
prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER
yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang
tinggi pula. Sedangkan, menurut Stice, et al (2009:807) “ratio yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

biasanya dikaitkan dengan perusahaan yang diramalkan memiliki pertumbuhan
pesat di masa yang akan datang”.
Price Earning Ratio (PER) menurut Wild, Subramanyam (2010:45)
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Price Earning Ratio =
Menurut Stice, et al (2009:810) rumus ini menggambarkan “jumlah yang
akan dibayarkan investor untuk setiap dolar dari laba. Price to Earning Ratio
Mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan”.

2.1.5

Price Book Value
Salah satu rasio dari ukuran pasar (market meansure) adalah price to

book, atau price book value (PBV). Rasio nilai buku terhadap nilai pasar, yang
disebut juga book to market, sering digunakan dalam anlisis investasi. Menurut
Stice, et al (2009:807) ”rasio ini mencerminkan perbedaan antara nilai dalam
neraca perusahaan dengan nilai pasar sesungguhnya dari perusahaan”. Rasio buku
terhadap nilai pasar sebuah perusahaan seringkali berada di bawah dari satu
karena banyak aset dilaporkan dengan harga perolehan, yang biasanya lebih
rendah dari nilai pasar.
Perusahaan dengan nilai rasio nilai buku terhadap nilai pasar (book to
market) yang tinggi akan memperoleh tingkat pengembalian saham yang tinggi
pada tahun berikutnya. Dengan alasan bahwa nilai buku akuntansi mencerminkan
nilai mendasar yang fundamental dan rasio nilai buku terhadap nilai pasar yang
tinggi mengindikasikan bahwa pasar terlalu rendah menilai suatu perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menghitung PBV terlebih dahulu dihitung nilai buku perlembar
saham (book value per share). Menurut Tinneke 2007 ”book Value Per Share
digunakan untuk mengukur nilai share holder’s Equity atas setiap saham, dan
besarnya dihitung dengan cara membagi total shareholder‟ s Equity dengan
jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares)”. Rumus untuk menghitung
book value per share adalah sebagai berikut :
Book value per share =

Setelah didapat book value per share nya, dapat dihitung PBV. Menurut
Wild, Subramanyam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Price to Book =

2.1.6

Market Value Added

Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Sasaran ini tentu menguntungkan pemegang saham.
MVA sama dengan nilai perusahaan dikurang dengan nilai buku modal. Dalam
Tunggal (2008 : 12), MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang
diciptakan atau dihilangkan oleh perusahaan. MVA menunjukkan berapa besar
kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan bagi pemegang
saham, apabila ia menjual sahamnya pada saat itu. Dalam Houstan (2006 : 68),
MVA dihitung dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara

MVA= Nilai pasar saham – Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham
MVA = (saham beredar)(harga saham) – Total ekuitas saham biasa
Kelebihan Market

Value

Added (MVA)

menurut

Zaky

dan

Ary

(2002:139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak
membutuhkan analisis trend maupun norma industry sehingga bagi pihak
manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja
perusahaan.

Sedangakan

kelemahan

MVA

adalah,

MVA

hanya

dapat

diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Padan (2012) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Informasi
Keuangan Terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Price earning ratio, Price to book value dan Debt to equity Ratio. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2006
sampai dengan 2010 dengan sampel sebanyak 22 perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Price earning ratio, Price to book value dan Debt to
equity Ratio secara simultan berpengaruh secara signifikan. Sedangkan, secara
parsial Variabel Price to book value dan Debt to equity Ratio berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Marshal (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Economic
Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Terhadap return

Universitas Sumatera Utara

saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Economic Value Added, Market Value Added dan Arus Kas Operasi Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2004 sampai dengan 2007
dengan jumlah sampel 36 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara simultan maupun parsial variabel Economic Value Added, Market Value
Added dan Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
Astuti (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh
Faktor-Faktor Fundamental, EVA, dan MVA terhadap return saham. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current ratio, PBV,
TATO dan kinerja keuangan alternatif ( EVA dan MVA). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2001
sampai dengan 2003 dengan sampel sebayak 29 perusahaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel current ratio, PBV dan TATO secara Parsial
signifikan berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan secara simultan semua
variabel indepeden berpengaruh signifika. Kinerja keuangan alternative yang
tercermin melalui EVA dan MVA menunjukkan pengaruh yang lemah. Hal
tersebut disebabkan karena EVA dan MVA pada saat ini merupakan rasio
keuangan yang kurang begitu dikenal oleh investor, sehingga pengetahuan
investor mengenai EVA dan MVA masih relatif kecil.

Universitas Sumatera Utara

No
1.

Nama
Padan
(2012)

Tabel 2.1
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Variabel
Hasil Penelitian
Variabel independen:
Price earning ratio, Price
to book value dan Debt
to equity Ratio
Variabel Dependen:
Return saham

2.

Yogi
Marshal
(2009)

Variabel independen:

3.

Subekti
Puji
Astuti

Variabel independen:

(2006)

Secara simultan variabel
independen Price earning ratio,
Price to book value dan Debt to
equity Ratio berpengaruh secara
signifikan terhadap return
saham. Sedangkan, Secara
parsial hanya variabel PBV,
DER yang berpengaruh
signifikan terhadap Return
Saham

Secara simultan maupun secara
parsial variabel independen
Economic Value Added, Economic Value Added, Market
Market Value Added dan Value Added dan Arus Kas
Arus Kas Operasi
Operasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return
Variabel Dependen:
saham.
Return saham

Current ratio, PBV,
TATO dan kinerja
keuangan alternatif (
EVA dan MVA)

variabel dependen:
Return saham

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel current ratio,
PBV dan TATO secara Parsial
signifikan berpengaruh
terhadap return saham.
Sedangkan, secara simultan
Current ratio, PBV, TATO dan
kinerja keuangan alternatif (
EVA dan MVA berpengaruh
terhadap return saham

Sumber data diolah penulis (2013)

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori
dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu.

Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara

variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka konseptual yang
dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut
ini:

Price Earning Ratio
(X1)
H2

Variabel dependen:

H1

Price to Book Value
(X2)

H2

Market Value Added
(X3)

H3

H4

EXPECTED
RETURN SAHAM
(Y)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:51) “hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis
sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang
memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari
penelitian yang akan dilakukan”.
H0 : Terdapat pengaruh Market Value Added (MVA), Price Earning Ratio
(PER) dan Price Book Value (PBV) terhadap Expected Return Saham
baik secara parsial dan simultan.

Universitas Sumatera Utara