Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham

(1)

SKRIPSI

PENGARUH ANALISIS EVA, PRICE EARNING RATIO, DAN BOOK TO MARKET DALAM STRATEGI PORTOFOLIO

OLEH:

JOSUA TORANG PASARIBU 080503171

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan perusahaan secara empiris, baik secara parsial maupun secara simultan terhadap

Return Saham. Rasio keuangan yang diuji adalah Price earning Ratio(PER), Price to Book Value(PBV), dan Economic Value Added(EVA)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal yang bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan sampel 30 perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dan dilakukan uji asumsi klasik

terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varibel PER, PBV, dan EVA secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.


(3)

ABSTRACT

The purpose of this reseacrh is to empirically study of the effect of financial ratio either partially or simultaneously to stock return. There are three financial research, they are Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Economic Value added.

This research in classified as causal research and replication to former research. Population of this research are manufaktur firms listed in Indonesia Stock exchange (IDX) during 2009-2011. The data using in this sampled is data secunder and 30 used as sampled of this research. Statistic method using multiple regresion analysis and the method has bbeen tested in classic assumption.

The result indicates that PER, PBV, and EVA variables have not significantly influence to stock return simultaneously and partially.


(4)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added terhadap Return Saham”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Plt Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. Dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang sangat banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini dan Ibu Dra.Sri Mulyani, M.B.A., Ak. selaku


(5)

Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberi masukan kepada skripsi penulis.

5. Orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Pdt.A. Pasaribu dan Ibunda R. Sinaga yang telah mendidik dan membesarkan penulis serta Abang penulis Mangapul Pasaribu dan Adriantho Benny Pasaribu, Kakak Penulis Dumaria Pasaribu dan Ester Ulinda Pasaribu dan adik penulis Astuti Marliani Pasaribu dan Untuk Pacar penulis Melda Perawati Siagian. 6. Teman-teman Akuntansi angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dari

awal kuliah sampai sama-sama berjuang menulis skripsi, Rudi Manasye, Parasian Hasugian, David Chanjaya, ari jabat dan Ganda PM.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, kemampuan lain yang ada pada diri penulis pada saat penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, bagi almamater, dan bagi ilmu pengetahuan akuntansi.

Medan, Januari 2013 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Rasio Keuangan ... 10

2.1.1.1 Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 13

2.1.2 Pasar modal ... 15

2.1.3 Strategi Portofolio Saham ... 17

2.1.4 Economic Value Added ... 18

2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan EVA ... 20

2.1.6 Perhitungan EVA ... 22

2.1.7 Price Earning Ratio ... 23

2.1.8 Price to Book Value ... 24

2.1.9 Return Saham ... 25

2.2 Tinjauan Penelitian terdahulu ... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 32

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 36

3.6 Metode Analisis Data ... 38


(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian ... 43

4.2 Analisis Data Penelitian ... 45

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.1 Uji Normalitas... 47

4.3.2 Uji Multikolineritas... 52

4.3.3 Uji Heterokedastisitas... . 53

4.3.4 Uji Autokorelasi... ... 55

4.4 Pengujian Hipotesis ... 57

4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 57

4.4.2 Uji Siginifikasi Parsial (Uji-t) ... 60

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Teori ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.1 Keterbatasan Penelitian ... 66

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Selama 2009-2011 ... 33

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 44

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 46

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi ... 48

Tabel 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolineritas ... 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

Tabel 4.7 Model Summary ... 56

Tabel 4.8 Pedoman Untuk Memberi Interpretasi Koefisien ... 56

Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan ... 58

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 59


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 31

Gambar 4.1 Grafik Histogram... 50

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 51


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 70

Lampiran ii Data Variabel Penelitian ... 72

Lampiran iii Hasil Output Statistik Deskriptif ... 82

Lampiran iv Hasil Output Uji Normalitas ... 82

Lampiran v Hasil Output Uji Multikolinearitas ... 86

Lampiran vi Hasil Ouput Uji Heteroskedastisitas ... 87

Lampiran vii Hasil Output Uji Autokorelasi ... 88


(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan perusahaan secara empiris, baik secara parsial maupun secara simultan terhadap

Return Saham. Rasio keuangan yang diuji adalah Price earning Ratio(PER), Price to Book Value(PBV), dan Economic Value Added(EVA)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal yang bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan sampel 30 perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda dan dilakukan uji asumsi klasik

terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varibel PER, PBV, dan EVA secara simultan maupun parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.


(12)

ABSTRACT

The purpose of this reseacrh is to empirically study of the effect of financial ratio either partially or simultaneously to stock return. There are three financial research, they are Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), and Economic Value added.

This research in classified as causal research and replication to former research. Population of this research are manufaktur firms listed in Indonesia Stock exchange (IDX) during 2009-2011. The data using in this sampled is data secunder and 30 used as sampled of this research. Statistic method using multiple regresion analysis and the method has bbeen tested in classic assumption.

The result indicates that PER, PBV, and EVA variables have not significantly influence to stock return simultaneously and partially.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Dewasa ini berinvestasi dalam bursa efek telah menjadi salah satu cara berinvestasi yang sering dipilih investor. Merupakan peran dari seorang manajer keuangan untuk mengambil keputusan tepat saat berinvestasi untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, mengambil keputusan untuk memilih saham menjadi tujuan berinvestasi dan pemilihan strategi portofolio yang tepat merupakan sebuah peran yang penting. Sebab pada hakikatnya, harga saham perusahaan ditentukan oleh prospek perusahaan tersebut di masa mendatang. Harga saham merupakan cerminan dari pengelolaan yang baik oleh manajemen unutk menciptakan dan memanfaatkan prospek usaha, sehingga memperoleh profit. Oleh karena itu, kemampuan dalam menganalisis kinerja operasi dan keuangan perusahaan serta pekembangan pasarnya akan sangat membantu keberhasilah investasi di pasar modal.

Seorang manajer keuangan perlu terlebih dahulu memahami kondisi keuangan perusahaan yang menjadi tujuan untuk berinvestasi. Untuk meminimalisirkan resiko yang dihadapi dari setiap portofolio saham yang akan dikelola dan agar memberikan hasil (return) yang lebih pasti. Total return yang akan diterima pemegang saham merupakan tingkat kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari Dividend Yield dan Capital Gain. Harga pasar yang semakin tinggi menunjukan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh investor karena dengan semakin tinggi harga saham akan menghasilkan capital gain yang


(14)

semakin besar. Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi pemodal dalam berinvestasi yaitu memperoleh tingkat keuntungan yang terbesar dengan risiko tinggi atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil.

Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat melihat kinerja keuangan yang tercermin dari berbagai macam rasio. Dan selama ini analisis rasio keuangan yang lazim dipakai dalam penilaian kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio keuangan yang terbagi menjadi empat kategori utama, yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio likuiditas. Namun, penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain: (1) Rasio keuangan tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga. (2) Rasio keuangan sulit digunakan sebagai pembanding antara perusahaan sejenis, jika terdapat perbedaan metode akuntansinya. (3) Rasio keuangan hanya menggambarkan keadaan sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan periode pelaporan keuangan.

Price Earning ratio dan book to market merupakan contoh dari rasio keuangan dan beberapa indikator penting yang sering digunakan untuk menilai ukuran pasar. Price Earning ratio adalah ‘perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Price to book disebut juga Book to Market menurut Stice,et al (2009:154) dihitung sebagai total nilai buku modal biasa dibagi dengan total nilai pasar modal biasa. Price Earning ratio

mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan, sedangkan Price to Book Value mengukur perbedaan antara


(15)

nilai neraca sebuah perusahaan dan nilai pasar aktual. Kedua rasio ini memiliki persamaan yaitu semakin tinggi Price Earning ratio dan Book to Market maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan. Hal ini akan berdampak terhadap harga saham. Dengan demikian kinerja yang positif, akan memberi pengaruh yang positif bagi return saham

Economic Value Added (EVA) diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co, Sebuah perusahaan keuangan di Amerika Adanya perkembangan pemikiran-pemikiran dibidang manajemen, untuk mengatasi keterbatasan dan kelemahan rasio, maka diperkenalkanlah EVA ( Economic Value Added ) sebagai ukuran tunggal kinerja perusahaan. EVA merupakan suatu pendekatan atau metode baru untuk mengukur kinerja operasional suatu perusahaan yang memperhatikan kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditor dan pemegang saham. Stern Steward menghitung EVA sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Total biaya modal dihitung dengan cara mengalikan total biaya dengan total modal yang diinvestasikan. Stern Steward melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian yang dilakukan adalah dengan menambah cadangan-cadangan ekuitas ke laba operasi setelah pajak.

Pada penelitian yang dilakukannya di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya.EVA berhasil menciptakan kekayaan bagi para pemegang sahamnya.

Economic Value Added (EVA) danmencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital) yang


(16)

timbul akibat adanya investasi yang dilakukan. Metode Economic Value Added

(EVA) berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhatikan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan suatu resiko bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer berusaha untuk berfikir dan bertindak seperti para investor, yaitu memaksimalkan tingkat pengembalian (return) dan meminimumkan tingkat biaya modal (cost of capital) sehingga nilai tambah perusahaan dapat dimaksimalkan. Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.

EVA berbeda dengan perhitungan berbasis rasio keuangan. EVA mengikutsertakan perhitungan biaya modal yang dimiliki perusahaan. Biaya modal merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga tercapai tujuan perusahaan. Laba operasi diatas biaya modal menunjukkan perusahaan telah mampu menciptakan nilai bagi pemegang saham. Menurut Djahwir (2005) “makin besar value added yang mereka(perusahaan) ciptakan, potensi keutungan bagi investor juga makin tinggi”. Hal ini dapat berdampak pada harga saham, dengan ketertarikan akan keuntungan yang diciptakan oleh perusahaan. Maka hal ini juga akan berdampak positif terhadap

return saham.

Strategi porotofolio yang dikenal ada dua yaitu, strategi aktif dan pasif. dalam kebijakan manajemen portofolio aktif, komposisi atau jenis saham-saham dalam portofolio diubah secara rutin. Dalam portofolio pasif, pemilihan saham-saham dilakukan secara objektif. Tujuan strategi portofolio ini adalah sama, untuk


(17)

menghasilkan return yang tinggi. Manajer akan melihat dari hasil interprestasi analisis untuk memilih strategi yang tepat bagi perusahaan dalam pembentukan portofolio. Namun sebelum pembentukan strategi portofolio dengan hasil interprestasi analisis, terlebih dulu mengkaji pengaruh analisis tersebut terhadap return saham, sebab return saham menjadi patokan awal dalam pembentukan strategi portofolio yang baik bagi perusahaan.

Berikut ini ditampilkan data variabel PER, PBV dan EVA dari sampel perusahaan manufkatur periode 2009-2011

Data Variabel Penelitian Perusahaan Manufaktur Periode 2009-2011

Populasi PER PBV EVA

(dalam jutaan) Populasi 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 PT Holcim

Indonesia Tbk

13,26 20,81 21,1 3,58 2,53 2,03 57.909 -121.907 -48.444

PT Semen Gresik Tbk

13,46 15,43 17,0 4,39 4,67 4,97 1.095.116 462.253 600.579

PT Beton Jaya Manunggal Tbk

5,27 7,29 6,9 0,77 0,84 3,04 -9.133 -29.224 -35.385

PT Lion Metal Works Tbk

3,25 6,46 7,8 0,48 0,96 1,96 -176.588 3.719 14.231

PT Budi Acid Jaya Tbk

5,64 17,98 15,6 1,11 1,09 1,19 -36.171 -52.968 -34.888

PT Malindo Feedmill Tbk

4,02 6,03 3,6 2,53 4,02 3,02 289 -362.433 26.159


(18)

Wisesa Tbk PT Astra International Tbk

13,99 15,37 15,0 3,52 4,48 4,18 3.117.300 4.728.000 20.845.670

PT Astra Auto Part Tbk

5,77 9,43 8,9 1,38 2,79 2,49 113.697 159.112 60.301

PT Gajah Tunggal Tbk

1,64 9,65 9,99 0,55 2,27 2,17 905.329 -131.551 588.591

PT Indomobil Sukses International Tbk

7,29 17,57 20,7 9

1,96 6,17 6,87 -69.167 108.570 151.436

PT Polychem Indonesia Tbk

9,68 22,25 23,7 0,48 0,67 1,07 5.374 76.288 254.520

PT Voksel Electric Tbk

6,36 37,15 30,1 9

0,91 0,97 0,07 -391.727 -45.122 -184.916

PT Cahaya Kalbar Tbk

8,96 11,07 12,9 1,47 1,06 1,56 -12.959 -7.669 -22.334

PT Indofood Sukses Makmur Tbk

15,02 14,50 11,8 3,07 2,55 2,95 -651.349 -330.711 1.117

PT Mayora Indah Tbk

9,27 17,02 17,0 2

2,18 4,14 4,34 -14.659 63.003 331.356

PT Prashida Aneka Niaga Tbk

4,88 8,92 9,02 1,26 0,83 0,03 610 -11.759 -17.257

PT Sekar Laut Tbk


(19)

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk

27,39 32,63 34,4 1,41 2,69 2,79 -34.104 -10.769 -23.603

PT Gudang Garam Tbk

12,00 18,56 19,9 2,27 3,63 3,53 -1.138.823. -125.861 -152.775

PT Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk

8,96 19,21 20,9 4,36 12,0 8

10,08 898.676 2.513.591 3.383.254

PT Darya Varia Laboratoria Tbk

11,86 11,82 12,7 1,54 2,05 2,85 -16.668 -215.129 54.493

PT Kimia Farma Tbk

11,28 6,37 4,8 0,71 0,79 0,09 -81.830 132.130 -1.728

PT Kalbe Farma Tbk

14,21 25,66 5,9 3,06 6,14 6,74 -54.702 90.079 194.163

PT Merck Tbk 12,22 18,20 9,6 5,06 5,95 5,15 19.453 15.425 13.196 PT Pyridam

Farma Tbk

15,60 16,18 13,9 0,81 0,88 1,08 -4.609 -1.602 -447

PT Tempo Scan Pacific Tbk

9,13 15,74 14,3 1,36 2,95 2,05 62.144 88.281 100.704

PT Unilever Indonesia Tbk

27,70 37,17 35,4 22,7 7

31,1 2

31,12 1.310.401. 1.572.959 958.129

PT Mustika Ratu Tbk

8,09 11,39 11,9 0,53 0,82 0,02 -546 615 1.937

PT Mandom Indonesia Tbk

13,07 11,01 11,0 9

1,85 1,53 1,53 -7.910 7.290 464


(20)

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas dan data yang ditampilkan, peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara earning ratio, book to market dengan EVA terhadap return saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan peneliti ingin menguji kembali hasil dari penelitian terdahulu. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan untuk periode laporan keuangan tahun 2008-2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,sehingga diharapkan penelitian ini menjadi lebih terbaru. Berdasarkan uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “

“Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value dan Economic

Value Added (EVA) Terhadap Return Saham”

1.2 Perumusan Masalah

Seperti yang telah dikemukakan diatas,yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh analisis price earning ratio, terhadap return saham?

2. Apakah ada pengaruh analisis price book value, terhadap return saham? 3. Apakah ada pengaruh analisis economic value added, terhadap return?


(21)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan apakah ada 1. pengaruh analisis price earning ratio terhadap return saham.

2. pengaruh analisis price to book value terhadap return saham 3. pengaruh analisis economic value added terhadap return saham 1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, melalui penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis,khususnya mengenai perbandingan antara analisis

price erning ratio, price to book value, dan economic value added.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam menentukan dan memutuskan antara analisis price earning ratio, price to book value, dan economic value added untuk diterapkan dalam strategi portofolio investasi.

3. Bagi investor, hasil penelitian ini mampu menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Bagi akademisi, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan pengaruh analisis erning ratio,book to market,dan economic value added terhadap return saham.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan sebagai alat ukur. Hubungan dalam rasio keuangan dinyatakan dalam hubungan matematis antara dua kuantitas dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi arimatika sederhana, interpretasinya lebih kompleks.

Menurut Stice, etc al (2009:141) “hubungan antara jumlah-jumlah pada laporan keuangan disebut rasio keuangan”. Rasio keuangan membandingkan nilai sebuah komponen neraca dengan informasi lain tentang struktur dan operasional usaha. Hasil perbandingan akan mencerminkan keadaan perusahaan.

Rasio keuangan atau analisis rasio ( ratio analysis )” merupakan salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan”(Wild, Subramanyam, 2010:40). Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja dan hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya.


(23)

Menurut Simamora (2000:523) Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil perhitungan rasio lebih tepat.

1. Untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio.

2. dalam penghitungan banyak rasio,angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca.Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca.

Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi yang lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio yang paling bermanfaat bila orientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan

1) Cross-sectional approach

Cross-sectional approach adalah analisis rasio dengan cara mengevaluasi dan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.


(24)

2) Time series analysis

Time series analysis atau trend, merupakan analsisis rasio dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000 : 40) mengemukakan beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.

- Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama.Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.

- Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada tahun 19X1.

- Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat.

- Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.

Rasio keuangan memiliki keunggulan, sehingga para pihak pemakai laporan keuangan sering menggunakan rasio keuangan. Menurut Harahap (2006 : 298) ada beberapa keunggulan rasio keuangan yaitu :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.


(25)

2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).

5. Rasio menstandarisir size perusahaan.

6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Namun rasio keuangan juga memiliki kekurangan menurut David (2004:162) analisis rasio bukan memiliki keterbatasan yaitu:

1. rasio keuangan didasarkan pada data akunting, dan perusahaan berbeda dalam cara melakukan pos seperti depresiasi, menilai persediaan, pengeluaran litbang, biaya rencana pensiun, merger, dan pajak.

2. Faktor-faktor musiman dapat mempengaruhi rasio perbandingan. Oleh karena itu, dengan rasio gabungan tidak secara otomatis menunjukkan perusahaan berperestasi dengan normal atau dikelola baik.

2.1.1.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Wild, Subramanyam (2010:44) rasio dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe berikut ini yaitu :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka pendek. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Stice, et al (2009:806) “rasio lancar adalah sebuah ukuran tidak langsung atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan datang”. Rasio-rasio berdasarkan arus kas dari kegiatan operasi memberikan


(26)

indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi prediksi jumlah kas yang harus dipenuhi. Pihak kreditor jangka pendek sangat peduli dengan rasio lancar ini.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perushaan dibiayai oleh utang. Dalam artian luas rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Stice, et al (2009:145) “rasio solvabilitas atau leverage merupakan perbandingan jumlah kewajiban terhadap jumlah asset yang ada pada sebuah perusahaan memberikan indikasi sejauh mana dana yang dipinjamkan untuk mendanai leverage investasi pemilik dan meningkatkan ukuran perusahaan”.

3. Rasio Aktivitas

Menurut David (2004:160) “rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya”. Menurut Wild, Subramanyam (2010:45) rasio aktivitas dapat dklasifikasikan menjadi “rasio perputaran kas (cash turover), rasio perputaran piutang usaha (account receveible turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran modal kerja (working capital turnover), rasio perputaran aset tetap (PPE turnover), dan rasio perputaran total aset (total asset turnover).


(27)

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun modal sendiri. Rasio ini memberikan ukuran mengenai efektifitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan ukuran tingkat efektivitas manajemen perusahaan.

5. Rasio Ukuran Pasar

Rasio ini disebu juga market meansure ( Wild, Subramanyam. 2010:45). Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah rasio ukuran pasar.

Rasio Ukuran Pasar

Rasio ini adalah rasio yang paling sering dipergunakan oleh pihak investor di bursa efek. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut. Yang berdampak naiknya harga pasar saham di pasar modal.

2.1.2 Pasar Modal

Menurut Lubis (2008:7) “pada dasarnya pasar modal hampir sama dengan pasar-pasar lain. Yang membedakan pasar modal dengan pasar lain adalah dalam hal komoditas yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstract¸


(28)

karena yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun”. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi, dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer)

Pasar modal memiliki manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) dan memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.

3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim

berusaha yang sehat.

6. Menciptakan lapangan kerja.profesi yang menarik.

7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.

8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.


(29)

10.Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional.

11.Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.

Bursa Efek Indonesia merupakan bentuk konkrit dari pasar modal. Dalam bursa efek pemodal besar maupun pemodal kecil, baik perseorangan atau lembaga dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya.

2.1.3 Strategi Portofolio Saham

Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaa yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian (Zubir, 2011:2). Portofolio saham akan dapat memperkecil varians perusahaan dengan korelasi antara return satu saham dengan saham lain. Untuk melakukan investasi dalam saham menurut Bodie, Kane, dan Marcus (Zubir, 2011:2) ada dua langkah yang harus dilakukan dalam proses investasi saham yaitu :

1. Melakukan analisis terhadap return dan risiko-risiko saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio

2. Membentuk portofolio optimal dari saham-saham yang akan dipilih.

Pembentukan portofolio merupakan hal yang penting dalam investasi saham karena return dan risiko investasi ditentukan oleh jenis saham dan proporsi setiap saham dalam portofolio tersebut. Strategi portofolio yang umum dikenal ada dua yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif.


(30)

A. Strategi Portofolio Aktif

Dalam strategi aktif, investor mengharapkan expected return portofolio setinggi mungkin. Ada dua prose dalam pengelolaan investasi saham aktif, yaitu top-down dan bottom-up equity management style. Pendekatan top-down equity management style dimulai dengan analisis lingkungan ekonomi secara umum kemudian membuat forecast perkembangan dalam jangka pendek dan mengidentifikasi sektor industri yang menarik dan tidak menarik untuk investasi. Pendekatan bottom-up equity management style lebih berfokus pada analisis suatu saham (individual stocks) dan kurang memperhatikan siklus ekonomi serta pasar (Zubir, 2011:272)

B. Stategi Portofolio Pasif

Strategi pasif diambil oleh investor yang memandang bahwa pasar dalam kondisi efisien dan untuk mengelola portofolio secara aktif dibutuhkan biaya yang besar. Ada dua jenis strategi portofolio pasif, yaitu buy and hold strategy dan

indexing (Zubir, 2011:274). 2.1.4 Econoic Value added

EVA merupakan residual income. Kedua konsep tersebut secara efektif adalah sama. EVA sebenarnya merupakan merek dagang dari Stern Stewart & Co (Govindarajan, et al. 2005:335). EVA mulai dikenal secara luas pada tahun 1991, setelah dikembangkan oleh Stern Stewart.


(31)

1. Stewart (2010)

Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat ditentukan dari selisih antara laba bersih operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya modal. Biaya modal ini ditentukan melalui biaya rata-rata tertimbang dari hutang dan ekuitas (Weighted Average Cost of Debt and Equity Capital-WACC) dan jumlah dari modal yang digunakan.

2. Hansen, Mowen (2005:130)

“Economic value added adalah laba operasional setelah pajak dengan total biaya modal tahunann. Jika EVA positif, perusahaan telah menciptakan kekayaan. Jika negatif maka perusahaan telah menyia-yiakan modal. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal atau kekayaan yang dapat bertahan”.

3. Menurut Young, O’byrane (2001:17)

“EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai

penghasilan sisa atau residual income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal”.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan salah satu tolak ukur yang tepat untuk menilai kinerja keuangan. EVA dapat menjadi tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari modal yang telah ditanamkan investor dan pemegang saham.


(32)

2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan EVA

Eva memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, sebagai penilai kinerja perusahaan EVA memiliki beberapa keunggulan. Berikut keunggulan EVA menurut Pradhono, Christiawan 2004:

1. EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi manajemen, yaitu : capital budgeting, performance appraisal dan

encentive compensation

2. EVA merupkan ukuruan kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain.

3. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu.

Menurut Iramani, 2005 eva juga memiliki keunggulan yang lain yaitu sebagai berikut :

a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan sebagai konsekuensi investasi.

b. Konsep EVA adalah sebagai alat perusahaan dalam mengukur harapan dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan paara penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.


(33)

c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.

d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.

e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

Namun EVA juga memiliki kelemahan, menurut Pradoho, Christiawan. 2004, yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.

2. Pengukurannya bersifat jangka pendekk, sehingga manajemen cenderung menolak untuk berinvestasi jangka panjang, karen bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan.

3. EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuangan.


(34)

2.1.6 Perhitungan EVA

Untuk dapat menjadi alat pengukur kinerja, EVA dihitung sebagai berikut (Young, O’bryne 2001:32) :

Penjualan bersih

= laba operasi (pendapatan sebelum bunga dan pajak,EBIT)

- Biaya operasi .

= laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT)

- Pajak ...

= EVA

- Biaya modal (modal yang diivestasikan x biaya modal .

Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas yaitu sebagai berikut :

1. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

2. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

3. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan impas karen semua laba yang tersedia digunakan untuk membayar kewajiban kepada para pemegang saham dan investor.

A. Net Operating Profit After Taxes ( NOPAT )

Menurut Young, O’Bryne NOPAT (2001:39) “NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. Laba bersih merupakan salah satu tujuan utama perusahaan didirikan, laba


(35)

bersih merupakan tolak ukuran keberhasilan manajemen mengelola perusahaan dan pencapaian target yang direncanakan. Namun, laba bersih tidak selalu mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan dan keefektifitasan manajemen menggunakan sumber daya. Ukuran yang lebih baik untuk membandingkan kinerja diantara para manjer adalah laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT).

B. Biaya Modal

Menurut Houston (2006:484) “WACC atau biaya modal adalah biaya ekuitas dan biaya utang dikalikan presentase ekuitas dan utang dalam struktur modal perusahaan. Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamannya (Young, O’Bryne. 2001:150).

Untuk menghitung WACC menurut Young, O’Bryne (2001:149) digunakan rumus sebagai berikut :

WACC = utang/pembiayaan total (biaya utang) (1-T)+ ekuitas/pembiayaan total (biaya ekuitas).

2.1.7 Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran nilai penting yang digunakan para pemodal di bursa. Rasio ini digunakan sebagai metode berjalan (going concern methods) dalam menilai saham (Tineke 2007). Selama perusahaan merupakan entitas bisnis yang untung, nilai Riil (atau nilai berjalan) di cerminkan


(36)

melalui keuntungan. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Sedangkan, menurut Stice, et al (2009:807) “ratio yang tinggi biasanya dikaitkan dengan perusahaan yang diramalkan memiliki pertumbuhan pesat di masa yang akan datang”.

Price Earning Ratio (PER) menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Price to Earning Ratio =ℎ��������������������ℎ��

���������ℎ��

Menurut Stice, et al (2009:810) rumus ini menggambarkan “jumlah yang akan dibayarkan investor untuk setiap dolar dari laba. Price to Earning Ratio

Mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan”. 2.1.8 Price to Book Value

Salah satu rasio dari ukuran pasar (market meansure) adalah price to book, atau price to book value (PBV). Rasio nilai buku terhadap nilai pasar, yang disebut juga book to market, sering digunakan dalam anlisis investasi. Menurut Stice, et al

(2009:807) ”rasio ini mencerminkan perbedaan antara nilai dalam neraca perusahaan dengan nilai pasar sesungguhnya dari perusahaan”. Rasio buku terhadap nilai pasar sebuah perusahaan seringkali berada di bawah dari satu karena banyak aset dilaporkan dengan harga perolehan, yang biasanya lebih rendah dari nilai pasar.

Perusahaan dengan nilai rasio nilai buku terhadap nilai pasar (book to market) yang tinggi akan memperoleh tingkat pengembalian saham yang tinggi pada


(37)

tahun berikutnya. Dengan alasan bahwa nilai buku akuntansi mencerminkan nilai mendasar yang fundamental dan rasio nilai buku terhadap nilai pasar yang tinggi mengindikasikan bahwa pasar terlalu rendah menilai suatu perusahaan.

Untuk menghitung PBV terlebih dahulu dihitung nilai buku perlembar saham (book value per share). Menurut Tinneke 2007 ”book Value Per Share digunakan untuk mengukur nilai share holder’s Equity atas setiap saham, dan besarnya dihitung dengan cara membagi total shareholder’ s Equity dengan jumlah saham yang

diterbitkan (outstanding shares)”. Rumus untuk menghitung book value per share

adalah sebagai berikut :

Book value per share = �������

�����ℎ������ℎ�����������������

Setelah didapat book value per share nya, dapat dihitung PBV. Menurut Wild, Subramanyam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Price to Book = ℎ��������������������ℎ��

��������������������ℎ��

2.1.9 Return Saham

Menurut Zubir (2011:2) “saham adalah sertifikat bukti kepemilikan sebuah perusahaan. pemilik saham berhak atas laba perusahaan yang disebut sebagai deviden dan juga menanggung resiko bila perusahaan merugi”. Return (kembalian) merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal atau investor atas investasi yang dilakukan. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan pokok untuk mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return


(38)

baik langsung maunpun tidak langsung (Robert Ang, 1997 dalam Faried ). Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan dua hal yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk) yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan. Komponen Return saham terdiri dari dua macam yaitu capital gain dan deviden yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan deviden yield adalah deviden per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar (Zubir, 2011:4).

Untuk mengukur return saham ada dua cara menurut Zubir (2011:4) yang paling sering digunakan yaitu :

1. Rerata hitung (arithmetic mean)

rerata hitung yaitu nilai yang dihitung dengan membagi jumlah suatu series angka atau data (ΣRi) dengan banyak data yang tersedia (n). Nilai rerata hitung merupakan ukuran terhadap central tendency suatu distribusi return

selama periode tertentu. 2. Rerata ukur (geometric mean)

Rerata ukur banyak digunakan dalam bidang keuangan, khususnya untuk menghitung tingkat pertumbuhan realisasi perubahan kekayaan selama beberapa periode yang lalu. Rerata ukur didefinisikan sebagai akar pangkat dari perkalian return relative selama n periode atau disebut juga compound rate of return.

Dalam penelitian ini return yang diukur adalah return portofolio. Menurut Zubir (2011:10) “return portofolio adalah selisih antara nilai pasar porfolio pada akhir


(39)

periode dan awal periode ditambah deviden dari saham-saham dalam portofolio yang diterima selama periode observasi, kemudian dibagi dengan nilai investasi awal”. Rumus untuk rate of return portofolio adalah sebagai berikut :

Rp =

1−�0+�1

�0 Dimana :

Rp : rate of retun portofolio

Vo : nilai pasar portofolio pada awal periode V1 : nilai pasar pada akhir periode

D1 : deviden yang diterima atas saham-saham dalam portofolio pada akhir periode

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Raden tinneke (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Lainnya Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price earning ratio (PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaansektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2002 sampai dengan 2005 dengan sampel sebayak 77 perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa PER berpengaruh negatif secarsignifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara sinifikan terhadap return


(40)

saham, EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapitidak signifikan, dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, sementara ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV.

Asbi Rachman Faried (2010) melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor fundamental yang terdiri dari PBV (price to book value), ROA (return on asset), NPM (Net Profit Margin), DER (debt to equity ratio).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2002-2006 dengan sampel 49 peusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara secara simultan ariabel bebas berpengaruh terhadap return saham dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000%. Secara parsial hanya variabel Return on Asset (ROA), Price to Book Value (PBV) dan nilai kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI tahun 2002-2006 karena signifikansi kurang dari 5 % yaitu berturut-turut sebesar 1,2 % , 2,6 %, 0,8 % . Sedangkan Net Profit Margin (NPM) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.


(41)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun Penelitian)

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Raden Tinneke

(2007)

Variabel independen:

Price earning ratio

(PER), price to book value (PBV), EVA, DER, ROE

Variabel Dependen: Return Saham

Hasil penelitian membuktikan PER berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara signifikan, EVA dan DER

berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan, ROE harus dikeluarkan dari analisis karen multikolinier dengan PBV. 2. Asbi Rachman

Faried (2008)

Variabel independen: Faktor fundamental (PBV, ROA, NPM, DER)

Variabel Dependen: Return saham

Secara simultan variabel bebas (PBV, ROA, NPM, DER)

berpengaruh terhadap return saham

Pengujian secara parsial Hanya variabel ROA dan PBV yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham,

sedangkan NPM dan DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 3. Yogi Marshal

(2009)

Variabel independen:

Economic value added, market value added, dan arus kas operasi

Variabel dependen: Return saham

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Economic value added, market value added, dan arus kas operasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.


(42)

4. Subekti Puji Astuti (2006)

Variabel independen:

Current ratio, PBV, TATO dan kinerja keuangan alternatif ( EVA dan MVA) variabel dependen: Return saham

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel current ratio, PBVdan TATO secara Parsial signifikan berpengaruh terhadap return saham. kinerja keuangan alternative yang

tercermin melalui EVA dan MVA menunjukkan pengaruh yang lemah. Hal

tersebut disebabkan karena EVA dan MVA pada saat ini merupakan rasio

keuangan yang kurang begitu dikenal oleh investor, sehingga pengetahuan investor mengenai EVA dan MVA masih relatif kecil Sumber data diolah penulis (2012)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu model yang menerangakan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.


(43)

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, berikut disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3 2.4 Hipotesis

2.5

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:51) “hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan”.

H1 : Price to book berpengaruh terhadap return saham H2 : Price Earning Ratio berpengaruh terhadap return saham H3 : Economic Value Added berpengaruh terhadap return saham

Variabel dependen:

RETURN SAHAM (Y)

Variabel Independen:

Price Earning Ratio

(X1)

Price to Book Value

(X2)

Economic Value Added


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisa hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji pengaruh analisis price earning ratio, price to book dan economic value added dalam strategi portofolio. 3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2009 dan 2011 yang berjumlah 30 perusahaan.

menurut Erlina (2007:74) “sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representative maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya”.

Teknik pengambilan sampel adalah tehnik purposive Sampling, yaitu suatu tehnik pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria-kriteria pengambilan sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:


(45)

1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009, 2010, dan 2011

2. Perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut tidak didelisting pada tahun 2009, 2010, dan 2011

3. Perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama tahun 2009, 2010, dan 2011

4. Perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut mempunyai laba bersih selama tahun 2009, 2010, dan 2011

5. Perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut membayar deviden tunai berturut-turut selama tahun 2009, 2010, dan 2011.

Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 30 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kriteria diatas dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan ManufakturSelama 2009 – 2011

No Kode Populasi

1 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2 SMGR PT Semen Gresik Tbk

3 BTON PT Beton Jaya Manunggal Tbk 4 LION PT Lion Metal Works Tbk 5 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk


(46)

6 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 7 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk 8 ASII PT Astra International Tbk 9 AUTO PT Astra Auto Part Tbk 10 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk

11 IMAS PT Indomobil Sukses International Tbk 12 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk

13 VOKS PT Voksel Electric Tbk 14 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

15 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 16 MYOR PT Mayora Indah Tbk

17 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk 18 SKLT PT Sekar Laut Tbk

19 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 20 GGRM PT Gudang Garam Tbk

21 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 22 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 23 KAEF PT Kimia Farma Tbk

24 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 25 MERK PT Merck Tbk

26 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 27 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk


(47)

28 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 29 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

Sumbe

3.3 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data time series dan cross section yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka (Kuncoro, 2003:124), dan merupakan data sekunder, yaitu data penelitian yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 2010, dan 2011 yang berasal dariICMD.

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Tehnik pengumpulan data dengan tehnik dokumentasi dengan cara mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2009 sampai dengan 2011. Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu melalui jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari untuk memperoleh mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.


(48)

3.5Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalal variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat)

1. Variabel independen (bebas)

Menurut Sugiyono (2006:3) variabel independen adalah “variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)”. Variabel independen pada penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari price earning ratio, price to book, dan economic value added.

a. Price earning ratio

Price earning ratio merupakan rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham yang mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan. Price Earning Ratio (PER) menurut Wild, Subramanyam (2010:45) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Price to Earning Ratio =ℎ��������������������ℎ��

���������ℎ��

b. Price to book

price to book menurut Stice, et al (2009:807) ”rasio ini mencerminkan perbedaan antara nilai dalam neraca perusahaan dengan nilai pasar sesungguhnya dari perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(49)

Price to Book = ℎ��������������������ℎ��

��������������������ℎ��

c. Economic value added

Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat ditentukan dari selisih antara laba bersih operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dengan biaya modal.

Penjualan bersih

= laba operasi (pendapatan sebelum bunga dan pajak,EBIT)

- Biaya operasi .

= laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT)

- Pajak ...

= EVA

- Biaya modal (modal yang diivestasikan x biaya modal .

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2006:3) variabel dependen adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varabel bebas”. Variabel dependen pada penelitian ini adalah return saham. Rumus untuk menghitung return saham adalah sebagai berikut :

Rp =

1−�0+�1

�0 Dimana :


(50)

Rp : rate of retun portofolio

Vo : nilai pasar portofolio pada awal periode V1 : nilai pasar pada akhir periode

D1 : deviden yang diterima atas saham-saham dalam portofolio

3.6Metode Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17 for windows. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asusmsi klasik tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008:102), tujuan uji normalitas data adalah untuk “mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Dengan melakukan uji Kolmogorav-Smirnov terhadap model yang diuji, cara ini dapat mendeteksi apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kriteria pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka residual tidak memiliki distribusi nirmal.

Selain itu, uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik normal probability plot dan grafik histogram. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2005:110) sebagai berikut :


(51)

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, mmaka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan tolerance dan varians inflating faktor (VIF). VIF merupakan suatu jumlah yang menunjukkan variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel independen lain dalam persamaan regresi. Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui dengan kriteria berikut ini:

Jika VIF < 10, maka tidak terjadi multikolineritas Jika VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas

Jika tolerance > 0.01, maka terjadi multikolinearitas Jika tolerance < 0.01, maka tidak terjadi multikolinearitas

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakan dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu


(52)

pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen. Menurut Ghozali (2005:105) dasar analisis menetukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2005:95) “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)”. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin Watson.


(53)

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah dengan menggunakan model analisis regresi linier berganda. Model regresi untuk menguji hipotesis tersebut dinyatakan dalam bentuk fungsi return saham.

Y = βo + β1X1+ β2X2+ β3X3 + e Keterangan :

Y = return saham βo = konstanta

X1 = price earning ratio

X2 = price to book

X3 = economic value added β1, β2.... β5 = koefisien regresi e = variabel pengganggu a. Uji Signifikan Simultan

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah smeua variabel independen atau bebas dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikan Fhitung dengan ketentuan :

Jika Fhitung < F Tabel pada α 0.05, maka H1 ditolak Jika Fhitung > F Tabel pada α 0.05, maka H1 diterima.


(54)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut Ghoozali (2005:84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikan thitung dengan ketentuan :

Jika signifikansi thitung < ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak Jika signifikasi thitung > ttabel pada α 0.05, maka H1 diterima.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Data dalam penelitian ini diperoleh

dari situsIndonesian Capital Market Directory

( ICMD). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai dengan mengolah data, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS17. Dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini yang menjadi sampel perusahaan manufaktur yang diamati dalam penelitian ini:


(56)

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur

No Kode Populasi

1 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2 SMGR PT Semen Gresik Tbk

3 BTON PT Beton Jaya Manunggal Tbk 4 LION PT Lion Metal Works Tbk 5 BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk 6 MAIN PT Malindo Feedmill Tbk 7 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk 8 ASII PT Astra International Tbk 9 AUTO PT Astra Auto Part Tbk 10 GJTL PT Gajah Tunggal Tbk

11 IMAS PT Indomobil Sukses International Tbk 12 ADMG PT Polychem Indonesia Tbk

13 VOKS PT Voksel Electric Tbk 14 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk

15 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 16 MYOR PT Mayora Indah Tbk

17 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk 18 SKLT PT Sekar Laut Tbk


(57)

19 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 20 GGRM PT Gudang Garam Tbk

21 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 22 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 23 KAEF PT Kimia Farma Tbk

24 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 25 MERK PT Merck Tbk

26 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 27 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 28 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 29 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 30 TCID PT Mandom Indonesia Tbk

4.2 Analisis Data Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu penelitian. Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata–rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskrptif dari sampel perusahaan manufaktur dari tahun 2009-2011 disajikan dalam tabel berikut :


(58)

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PER 90 1.64 45.18 14.3306 8.46687

PBV 90 .48 32.23 3.6581 5.43502 EVA 90 -1.14E12 2.08E13 4.5480E11 2.31598E12

ReturnSaham 90 -.283 7.837 1.00167 1.257847 Valid N (listwise) 90

Sumber : Output SPSS, data diolah oleh penulis (2012) Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa:

a. Variabel Price Earning Ratio (PER) pada tabel memiliki nilai minimum 1.64 dan nilai maksimum 45.18 dengan rata-rata sebesar 14.3306 dan standar deviasi 8.46687. Hal ini menjelaskan bahwa nilai minimun PER perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah 1.64 dan nilai maksimum sebesar 45.18 dengan rata-rata nilai PER sebesar 14.3306 dan standar deviasi 8.46687 dengan jumlah sampel (N) adalah 90.

b. Variabel Price Book Value (PBV) pada tabel memiliki nilai minimum 0.48 dan nilai maksimum 32.23 dengan rata-rata sebesar 3.658 dan standar deviasi 5.4350. Hal ini menjelaskan bahwa nilai minimun PBV perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah 0.48 dan nilai maksimum sebesar 32.23 dengan rata-rata nilai PBV sebesar 3.658 dan standar deviasi 5.4350 dengan jumlah sampel (N) adalah 90.


(59)

c. Variabel Economic Value Added (EVA) pada tabel memiliki nilai minimum -1.14 dan nilai maksimum 2.08 dengan rata-rata sebesar 4.548 dan standar deviasi 2.315. Hal ini menjelaskan bahwa nilai minimun EVA perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah -1.14 dan nilai maksimum sebesar 2.08 dengan rata-rata nilai EVA sebesar 4.548 dan standar deviasi 2.315 dengan jumlah sampel (N) adalah 90.

d. Variabel Return Saham pada tabel memiliki nilai minimum -0.283 dan nilai maksimum 7.837 dengan rata-rata sebesar 1.001 dan standar deviasi 1.257. Hal ini menjelaskan bahwa nilai minimun Return Saham perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian dari tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah -0.283 dan nilai maksimum sebesar 7.837 dengan rata-rata nilai Return Saham sebesar 1.001 dan standar deviasi 1.257 dengan jumlah sampel (N) adalah 90.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis :

Ho : data residual berdistribusi normal, Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.


(60)

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.25470770

Most Extreme Differences Absolute .177

Positive .177

Negative -.147

Kolmogorov-Smirnov Z 1.677

Asymp. Sig. (2-tailed) .007

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data diolah oleh penulis (2012)

Dari hasil pengolahan data Tabel 4.3 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.677 dan signifikan pada 0,007. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Data yang tidak terdistribusi normal dapat disebabkan oleh adanya data yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya.

Untuk mengatasi data yang berdistribusi tidak normal ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural (Ln) yaitu dari Return Saham = f(PER, PBV, EVA) menjadi Ln_Return Saham = f(Ln_PER, Ln_PBV, Ln_EVA). Transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural menyebabkan data yang bernilai negatif tidak dapat


(61)

ditransformasikan sehingga menghasilkan missing values. Setiap data yang terdapat

missing values akan dihilangkan dan diperoleh jumlah sampel yang valid menjadi 44 pengamatan. Kemudian data diuji kembali berdasarkan asumsi normalitas, berikut ini hasil penelitian pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov setelah transformasi.

Tabel 4.4

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.02137286

Most Extreme Differences Absolute .102

Positive .075

Negative -.102

Kolmogorov-Smirnov Z .679

Asymp. Sig. (2-tailed) .745

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Data diolah oleh penulis (2012)

Dari hasil pengolahan data Tabel 4.4 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,679 dan signifikan pada 0,745. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal tersebut juga dapat dilihat pada grafik histogram dan grafik p-plot data.


(62)

Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber : Data diolah penulis, 2012

Pada grafik histogram di atas terlihat bahwa variabel return saham berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.


(63)

Gambar 4.2 Grafik normal P-P Plot

Sumber : Data diolah penulis, 2012

Grafik normal p-p plot pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


(64)

4.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Berikut ini disajikan cara mendeteksi multikolinearitas dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut (Situmorang, et al,2008:104):

1) Jika nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

2) Jika nilai Tolerance < 0,1 atau nilai VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.5 Uji Multikolineritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PER .546 1.832

PBV .453 2.205

EVA .730 1.369

a. Dependent Variable: ReturnSaham


(65)

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan seluruh nilai Tolerance > 0,1 dan seluruh nilai VIF < 10. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa semua data (variabel) tidak terkena atau terjadi multikolinearitas.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas.

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Situmorang et al, 2008:65).

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model regresi dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model regresi tersebut. Analisis terhadap gambar scatterplot yang menyatakan bahwa suatu model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas apabila titik-titik data menyebar di atas dan dibawah atau di sekitar angka 0 serta penyebaran titik-titik data tersebut tidak berpola. Berikut ini adalah gambar scatterplot untuk model regresi dalam penelitian ini.


(66)

Gambar 4.3

Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data diolah penulis, 2012

Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Return Saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen PER, PBV, dan EVA.


(67)

4.3.4 Uji Autokorelasi

Dalam uji autokolerasi ini kita dapat menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat. Sehingga model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin-Watson (D-W). Hasil uji Durbin-Watson ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .279a .078 .009 1.05898 1.945 a. Predictors: (Constant), EVA, PER, PBV

b. Dependent Variable: ReturnSaham Sumber : Diolah penulis, 2012

Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

1) Nilai D-W lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari dl maka tidak ada autokorelsi positif

2) Nilai D-W lebih besar dari 4-dl dan lebih kecil dari 4 maka ada autokorelsi positif


(68)

3) Nilai D-W lebih besar du dan lebih kecil dari 4-du maka tidak ada korelasi negative, tidak ada autokorelasi positif atau negative.

Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa nilai nilai D-W adalah :

1.7264<1.945>2.2736 yang berarti termasuk pada kriteria ketiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi

Tabel 4.7 Model summary

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .279a .078 .009 1.05898 1.945 a. Predictors: (Constant), EVA, PER, PBV

b. Dependent Variable: ReturnSaham Sumber : Diolah penulis, 2012

Pada tabel 4.7 di atas, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0.279 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Return Saham dengan Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added mempunyai tingkat hubungan yang sedang, yaitu sebesar 27,9%. Tingkat hubungan yang sedang dapat dilihat pada tabel pedoman untuk memberi interprestasi koefisien korelasi.

Tabel 4.8

Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan

0.000-0.199 Sangat rendah


(69)

0.400-0.599 Sedang

0.600-0.799 Kuat

0.800-1.000 Sangat kuat Sumber : Sugiyo (2006:183

Nilai Adjusted R Square atau koefisien adalah sebesar 0,009. Angka ini mengidentifikasikan bahwa Return Saham mampu dijelaskan oleh Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added 0,9% sedangkan selebihnya sebesar 90,1% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Kemudian standard error of the estimate adalah sebesar 1.05898. Standard error of the estimate artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Standard error of the estimate juga bisa disebut standar deviasi, standard error of the estimate dalam penelitian ini sebesar 1.05898. semakin kecil standard error of the estimate berarti model semakin baik.

4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Uji-F dilakukan untuk menilai pengaruh Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added secara simultan terhadap Return Saham. Dalam uji-F digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : α =b1, =b2, b=3 =0 artinya variabel Price Earning Ratio, Price Book Value,

dan Economic Value Added secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,


(70)

Ha : α≠b1, ≠b2, b≠3 ≠0 artinya variabel Price Earning Ratio, Price Book Value,

dan Economic Value Added secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifkansi F-hitung dengan F-tabel dengan ketentuan:

- jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak untuk α = 5%, - jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima untuk α = 5%. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.9

Hasil Uji Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.790 3 1.263 1.127 .350a Residual 44.858 40 1.121

Total 48.648 43

a. Predictors: (Constant), LNEVA, LNPER, LNPBV b. Dependent Variable: LNReturnSaham


(71)

59 Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) pada Tabel 4.9 di atas didapat F-hitung sebesar 1.127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,350. Sedangkan F-tabel diketahui sebesar 2.8387 Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa F-hitung< F-tabel (1.127< 2.8387) maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Price Earning Ratio, Price Book Value, dan Economic Value Added secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.345 1.838 -1.276 .209

LNPER .531 .346 .316 1.536 .132

LNPBV -.399 .231 -.389 -1.726 .092

LNEVA .049 .070 .123 .690 .494

a. Dependent Variable: LNReturnSaham

Sumber : Diolah penulis, 2012

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, maka didapatlah persamaan regresi sebagai berikut:

LN_Y= -2.345 + 0, 531 LN_X1 - 0.399 LN_X2 + 0.049 LN_X3 + e

Keterangan :

1) konstanta sebesar -2.345 menunjukkan bahwa apabila variabel independen ditiadakan maka Return saham adalah sebesar -2.345,

2) b1 sebesar 0,531 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Price Earning Ratio


(72)

-2) b1 sebesar 0,531 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Price Earning Ratio

sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan Return Saham sebesar 0,531 dengan asumsi variabel lain tetap,

3) b2 sebesar -0,399 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Price Book Value

sebesar 1% maka akan diikuti oleh penurunan Return Saham sebesar 0,399 dengan asumsi variabel lain tetap.

4) b3 sebesar 0,049 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Economic Value Added sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan Return Saham sebesar -0,049 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.4.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Dalam uji-t digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : α =b1, =b2, b=3 =0 artinya variabel Price Earning Ratio, Price Book Value,

dan Economic Value Added secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI,

Ha : α ≠b1, ≠b2, b≠3 ≠0 artinya variabel Price Earning Ratio, Price Book Value,

dan Economic Value Added secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan:


(1)

(2)

(3)

86

Lampiran v

Hasil Output Uji Multikolinearitas

Tabel 5.1

Uji Multikolineritas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

PER .546 1.832

PBV .453 2.205

EVA .730 1.369


(4)

87

Lampiran vi

Hasil Output Uji Heteroskedastisitas

Gambar 6.1


(5)

88

Lampira vii

Hasil Output Uji Autokorelasi

Tabel 7.1

Model summary

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .279a .078 .009 1.05898 1.945

a. Predictors: (Constant), EVA, PER, PBV b. Dependent Variable: ReturnSaham c.

Tabel 7.2

Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien

Tingkat hubungan

0.000-0.199

Sangat rendah

0.200-0.399

Rendah

0.400-0.599

Sedang

0.600-0.799

Kuat


(6)

89

Hasil Output Uji Hipotesis

Tabel 8.1

Hasil Uji Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.790 3 1.263 1.127 .350a

Residual 44.858 40 1.121

Total 48.648 43

a. Predictors: (Constant), LNEVA, LNPER, LNPBV b. Dependent Variable: LNReturnSaham

Tabel 8.2

Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.345 1.838 -1.276 .209

LNPER .531 .346 .316 1.536 .132

LNPBV -.399 .231 -.389 -1.726 .092

LNEVA .049 .070 .123 .690 .494