Penyertaan Modal Negara di BUMN

PENYERTAAN MODAL NEGARA DI
BUMN
PRO DAN KONTRA
KASUS KERUGIAN PADA BUMN
KELOMPOK 1
ADIB ALFIANT
AFRATIWI HANDAYANI
AHMAD REZA AZIZI

Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menyatakan bahwa Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan
untuk membiayai pengeluaran negara/daerah tahun anggaran berikutnya.
Surplus tersebut dapat digunakan untuk membentuk dana cadangan
atau penyertaan pada perusahaan negara/daerah dengan mendapatkan
persetujuan dari DPR/DPRD. Selanjutnya, pemerintah juga dapat
memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima
pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah. Bahkan dalam keadaan
tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, Pemerintah Pusat
dapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal kepada
perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR.
Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN

atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan
sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola
secara korporasi (Pasal 1 angka 7, PP No. 44 Tahun 2005).

TUJUAN PENYERTAAN MODAL NEGARA :
1.
Mewujudkan kesejahteraan umum masyarakat
1.
2.
Menyelamatkan perekonomian nasional
2.
3.
Memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha
3.
BUMN dan Perseroan Terbatas
BENTUK-BENTUK PENYERTAAN MODAL NEGARA :
4.
Tunai, Pemerintah memberikan sejumlah uang kepada BUMN
4.
5.

Konversi piutang Pemerintah. Pemerintah mengkonversi utang BUMN
5.
kepada Pemerintah menjadi PMN
6.
Hibah saham/aset dari pihak lain. Pemerintah mendapat hibah
6.
saham/aset dari pihak lain untuk mendirikan BUMN baru atau
perpindahan kepemilikan perusahaan dari pihak ketiga menjadi milik
Pemerintah.

JENIS PENYERTAAN MODAL NEGARA
Pasal 1 angka 4 PP No. 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada
Badan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian
Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara juga
terdapat beberapa jenis penyertaan modal yaitu, antara lain:
••

Penyertaan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan

Barang Milik Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan
menjadi
kekayaan
negara
yang
dipisahkan
untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum
lainnya yang dimiliki Negara/Daerah1



Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah ke dalam perusahaan
daerah adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha pemda untuk
meningkatkan pendapatan daerah guna mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap
penyertaan modal atau penambahan penyertaan modal kepada
perusahaan daerah harus diatur dalam perda tersendiri tentang

penyertaan atau penambahan modal. Selain itu, penyertaan modal
pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan
disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan.
Penambahan penyertaan modal oleh Pemda bersumber dari APBD tahun
anggaran berjalan pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan
modal tersebut dilakukan.



Penyertaan Modal Bank Indonesia: sesuai dengan UU RI No.6/2009 dan
Penjelasannya, bahwa Bank Indonesia hanya dapat melakukan penyertaan
modal pada badan hukum atau badan lainnya yang sangat diperlukan
dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Penyertaan di luar badan hukum atau badan lain yang
sangat diperlukan hanya dapat dilakukan apabila telah memperoleh

SUMBER DANA PMN
APBN
Dana segar

b.
b. Proyek-proyek yang dibiayai dari APBN
Termasuk dalam pengertian ini adalah proyek yang dikelola oleh BUMN maupun instansi Pemerintah.
Penetapan proyek tersebut menjadi Penyertaan Modal Negara harus dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan BUMN dan hasil kajian, yang nilainya ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan oleh Menteri Keuangan. Menteri dan Menteri Teknis yang bersangkutan
dalam rangka perhitungan atas nilai aset eks proyek tersebut. Menteri Keuangan dapat menunjuk penilai
independen untuk melakukan penilaian dimaksud yang biayanya dibebankan kepada BUMN yang
bersangkutan tanpa mengurangi nilai aset.
c.
c. Piutang negara pada BUMN atau PT
d.
d. Asset-aset negara lainnya, yaitu aset negara yang tidak termasuk dalam kategori huruf a, huruf b, dan
huruf c.
Apabila aset negara lainnya yang akan dijadikan Penyertaan Modal Negara belum direncanakan dalam
APBN, maka pelaksanaannya harus mengikuti mekanisme APBN. Yang dimaksud dengan mekanisme
APBN dalam hal ini adalah pencatatan nilai aset dimaksud dalam APBN sebagai penerimaan dan
sekaligus dikeluarkan sebagai Penyertaan Modal Negara.
2.
Kapitalisasi Cadangan

2.
3.
Sumber Lainnya
3.
a.
a. Keuntungan revaluasi asset yaitu selisih revaluasi aset yang berakibat naiknya nilai aset.
b.
b. Agio Saham adalah selisih lebih dari penjualan saham dengan nilai nominalnya.
1.
1.
a.
a.

Pada dasarnya, PMN diatur dalam UU No.19 Tahun
BUMN, yakni Pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan
merupakan sumber dari PMN. 

2003 tentang
bahwa APBN


PP No.72 Tahun 2016 tentang Perubahan atas PP Nomor 44 Tahun
2005 tentang Tatacara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara
Pada BUMN dan Perseroan Terbatas.
Tujuannya, untuk menguatkan kelembagaan dan mekanisme kerja
BUMN. Salah satu poin penting dalam PP ini adalah pengaturan
pembentukan perusahaan induk BUMN. Dengan pengaturan kembali
mengenai Penyertaan Modal Negara yang bersumber dari pengalihan
saham milik negara pada BUMN dan/atau Perseroan Terbatas tertentu
kepada BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, BUMN dapat
melakukan ekspansi lebih leluasa dengan membentukholding company.

Pendapat ahli hukum
Ketua Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Indra Safitri,
mengatakan ketentuan baru ini dilihat dari sudut pandang kemudahan
transaksi bisnis lebih memudahkan, namun memang dari segi pengawasan
BUMN sebagai kekayaan negara akan berhadapan dengan kepentingan politik
di DPR.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai PP Nomor 72 Tahun
2016, yang baru diterbitkan, bertentangan dengan UU. "PP ini bertentangan
dengan UU, sehingga mesti di-judicial review ke Mahkamah Agung dalam 90

hari sejak pemberlakuannya," katanya.
Menurut dia, PP tentang Perubahan atas PP Nomor 44 Tahun 2005 tentang
Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN dan
Perseroan Terbatas yang diterbitkan akhir Desember 2016 itu bertentangan
dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Kekayaan Negara.

Dalam Pasal 2A PP 72/2016 disebutkan, penyertaan modal negara
yang berasal dari kekayaan negara berupa saham milik negara pada
BUMN atau perseroan terbatas kepada BUMN atau perseroan terbatas
lain dilakukan pemerintah pusat tanpa melalui mekanisme APBN.
Artinya, lanjutnya, ketika ada perpindahan kepemilikan saham yang
dimiliki negara di BUMN ke perusahaan lain ataupun pengalihan
saham melalui penyertaan modal negara (PMN), maka tidak perlu
melalui mekanisme APBN.
Dengan demikian, pengalihan saham melalui PMN itu bisa dilakukan
pemerintah tanpa lewat DPR. "Aturan ini berbahaya, sebab saham
BUMN yang dimiliki negara dapat berpindah tangan tanpa lewat DPR.
Ini seperti melego Indosat yang ketika itu tanpa persetujuan DPR,"
katanya.


Sementara, tambah Agus, UU 17/2003 tentang Kekayaan Negara
mengamanatkan, terhadap segala saham yang masuk dalam
kekayaan negara, maka pengambilalihan ataupun perubahan status
kepemilikannya harus persetujuan DPR. "Sesuai UU 17/2003, bila dari
APBN,
maka
harus
melalui
persetujuan
DPR,"
katanya.
Pendapat Mahfud md
Mantan Ketua Mahkamah Konsitusi (MK), Mahfud MD, menilai ada
dua hal yang dilanggar oleh PP 72/2016. Pertama, dari sisi prosedur.
Pada dasarnya, PMN diatur dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang
BUMN, yakni Pasal 4 ayat (2) yang menyebutkan bahwa APBN
merupakan sumber dari PMN. Atas Pasal ini pula, Mahfud
menegaskan bahwa jika PMN diatur dalam UU, maka PP tidak bisa
melakukan perubahan atas UU BUMN.


Pro & kontra
Pro
Salah satu poin penting dalam PP ini adalah pengaturan pembentukan
perusahaan induk BUMN. Dengan pengaturan kembali mengenai Penyertaan
Modal Negara yang bersumber dari pengalihan saham milik negara pada BUMN
dan/atau Perseroan Terbatas tertentu kepada BUMN dan/atau Perseroan Terbatas
lainnya, BUMN dapat melakukan ekspansi lebih leluasa dengan
membentukholding company. 
Dalam pengalihan saham tersebut pun tidak perlu menggunakan mekanisme
APBN yang cenderung lama karena harus melalui persetujuan DPR. Mekanisme
APBN yang panjang dalam ekspansi bisnis tentu akan menjadi hambatan. Hal ini
diatur dalam pasal sisipan, yaitu Pasal 2A dan perubahan pada penjelasan Pasal
9 ayat 1 huruf d.
Dengan pertimbangan dalam  rangka meningkatkan nilai dan
mengoptimalkan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai agen
pembangunan nasional dalam mendukung dan mempercepat program
Pemerintah, serta meningkatkan tertib administrasi, pemerintah memandang
perlu melakukan pengaturan kembali mengenai sumber penyertaan modal
negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat
dijadikan penyertaan ke dalam modal  BUMN dan Perseroan Terbatas (PT) dan


Contoh Kasus Kerugian Pada BUMN
Judul berita
: Alami Kerugian, Sri Mulyani Bakal
Investigasi 3 BUMN
Sumber
:http://bisnis.liputan6.com/read/3077336/alamikerugian-sri-mulyani-bakal-investigasi-3-bumn
Rangkuman berita:
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri
Mulyani Indrawati akan investigasi terhadap tiga Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) besar yang menderita kerugian pada
neraca keuangannya di semester I-2017. Upaya ini dilakukan
untuk mengetahui penyebab kerugian bukan karena habis
digerogoti manajemen.

Adapun tiga perusahaan pelat merah itu, antara lain PT
Garuda Indonesia Tbk, PT Krakatau Steel Tbk, dan Perum Bulog.
Ketiganya masuk dalam daftar BUMN merugi akibat kalah
persaingan dan efisiensi sehingga bebas dari kewajiban menyetor
dividen di 2017-2018.
Soal efisiensi dan kompetisi industri harusnya bisa diperbaiki,
tapi kalau soal masalah fundamental, akan diinvestigasi secara
lebih serius. Pemerintah akan memonitor dividen agar jangan
sampai porsinya habis diambil jajaran komisaris dan
pengurusnya.
Pemerintah juga terus memperhatikan pengelolaan BUMN
secara profesional, termasuk keputusan untuk kepentingan
perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi dari BUMN
tersebut.
Usulan dari DPR tentang kerugian PT Garuda Indonesia adalah
menurunkan pajak bandara yang membuat harga tiket mereka

Tetapi, kerugian yang dialami oleh beberapa BUMN itu bukanlah
kerugian bagi negara karena kerugian tersebut diakibatkan oleh
Perum itu sendiri dan tidak dapat dibebankan kepada negara atau
Menteri serta bukan merupakan tanggung jawab negara atau
Menteri. Dengan begitu jelas bahwa negara yang melakukan
penyertaan dalam BUMN tidak mengalami kerugian dengan adanya
kerugian dalam BUMN dalam menjalankan usahanya.
Kekayaan BUMN memang terpisah dari kekayaan negara karena
kekayaan negara di dalam BUMN hanya sebatas pada saham
tersebut. Sehingga pada saat ada kerugian yang dialami oleh BUMN,
hal tersebut bukan kerugian negara, tetapi kerugian BUMN saja. Lain
halnya apabila saham negara pada BUMN tersebut dijual tanpa izin
dari negara sebagai pemiliknya, baru hal tersebut mengakibatkan
kerugian negara.

Alasan Kerugian BUMN Bukan Termasuk Kerugian Negara:
1.
BUMN merupakan suatu badan hukum dimana karakteristik suatu badan hukum itu
1.
salah satunya adalah adanya pemisahan harta kekayaan badan hukum dari harta
kekayaan  pemilik dan pengurusnya. Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa
kekayaan BUMN terpisah dari kekayaan Direksi (sebagai pengurus), Komisaris
(sebagai pengawas), dan pemegang saham yakni Menteri Keuangan (sebagai
pemilik). Oleh karena itu, Kerugian yang dialami oleh BUMN tidak termasuk
kerugian negara.
2.
Menurut Wakil Ketua BPK, Hasan Bisri, ada beberapa tipe kerugian pada BUMN .
2.
Salah satu Kerugian BUMN adalah Kerugian Bisnis (business loss) yang dapat
disebabkan karena adanya penurunan nilai tukar rupiah (risiko kurs) . Kerugian
bisnis ini menurut  beliau tidak dapat dikatakan sebagai kerugian negara
3.
Dalam Undang-undang BUMN pasal 39 disebutkan bahwa “Menteri tidak
3.
bertanggung jawab atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum melebihi nilai kekayaan negara
yang telah dipisahkan ke dalam perum kecuali apabila Menteri:
a.
Baik langsung maupun tidak langsung dengan itikat buruk memanfaatkan Perum
a.
semata-mata untuk kepentingan pribadi 
b.
Terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perum
b.
c.
Langsung maupun tidak lansung secara melawan hukum menggunakan kekayaan
c.
Perum”
Maka apabila kerugian tersebut diakibatkan oleh Perum itu sendiri maka kerugian
tersebut tidak dapat dibebankan kepada Negara.

THANK YOU!