Contoh Karya Tulis Ilmiah. docx

KARYA TULIS ILMIAH

Pemanfaatan Ekstrak Daun Paitan (Tithonia diversifolia) sebagai
Pembasmi Hama Serangga pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum)

Disusun Oleh:
ALMIRA ARIEF RAHMA PUTRI

01

BERISTA SVENTY IMELDA MARGARETHA

04

NAFISATUL LAYLI QODARIYAH

10

XII – AKSELERASI


SMA NEGERI 01 BATU
STATE SENIOR HIGH SCHOOL 01 BATU
2010 / 2011

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tiada terhingga selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Pencipta. Hanya atas limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya yang tiada
habisnya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul:
“Pemanfaatan Ekstrak Daun Paitan (Tithonia deversifolia) sebagai Pembasmi Hama Serangga
pada Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum).”
Kami telah berusaha menyusun Karya Tulis ini sebaik mungkin. Namun demikian,
kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga Karya Tulis ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa menyambut dengan senang hati tegur sapa
dan sumbangsih yang sekiranya dapat kami gunakan sebagai masukan. Untuk itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami
hingga selesainya penyusunan Karya Tulis ini.
Sekian yang dapat kami sampaikan, bila mungkin ada kekurangan atau kesalahan yang
kami lakukan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir kata, semoga Karya Tulis ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Batu, 30 Januari 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

2

Daftar Isi

3

Bab I. Pendahuluan

4


A. Latar Belakang

4

B. Rumusan Masalah

5

C. Tujuan

5

D. Manfaat

5

Bab II. Kajian Pustaka

6


Bab III. Metode Penelitian

13

A. Jenis Penelitian

13

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

13

C. Subjek Penelitian

13

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

13


E. Prosedur Penelitian

13

Bab IV. Hasil

14

Bab V. Pembahasan

15

Bab VI. Penutup

17

A. Kesimpulan

17


B. Saran

17

Bab VII. Lampiran

18

Daftar Pustaka

19

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Potensi pengembangan berbagai jenis sayuran di Kota Batu sangat tinggi. Tumbuhan
Tomat (Solanum lycopersicum) termasuk salah satu jenis tumbuhan yang paling banyak
terdapat di Kota Batu. Akan tetapi, dalam pengembangannya, tumbuhan Tomat menghadapi

berbagai kendala. Salah satunya adalah penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama
serangga.
Pertanian modern dengan masukan bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus
menyebabkan penurunan kualitas tanah. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan
organik yang berakibat pada pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya
ikat tanah terhadap air, rendahnya populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami kejenuhan
dan

secara

umum

pada

rendahnya

tingkat

kesuburan


dan

produktifitas

tanah

(Notohardiprawiro, 2006).
Salah satu upaya yang bisa dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah
menggunakan bahan organik untuk membasmi hama serangga. Penggunaan bahan organik
dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) sehingga
kesehatan dan kelestarian tanah dapat terpelihara dengan baik untuk kegiatan pertanian yang
berkelanjutan (Sutanto, 2003). Bahan organik berfungsi mengikat butiran primer tanah
menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat tanah. Hal ini berpengaruh besar pada
porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperature tanah. Banyak hal
yang ada di alam ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik (Pradopo, 2000).
Salah satunya adalah Daun Paitan (Tithonia diversifolia). Daun Paitan diidentifikasi
mengandung senyawa asam palminat yang bersifat repellent (penolak serangga) serta
berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga, dan juga kompleksitas senyawa yang
dikandungnya dengan ciri rasanya yang sangat pahit sehingga dapat berperan negatif bagi
serangga hama karena adanya minyak atsiri sebanyak 1,14% menyebabkan tanaman Paitan

dapat digunakan sebagai insektisida nabati alternatif. Selain itu penggunaan Daun Paitan
dapat menjaga struktur tanah, menjadi penjaga pH tanah, membantu menjaga kelembaban
tanah, serta aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun karena tidak merusak
lingkungan.

4

Kelebihan Daun Paitan dibanding bahan insektisida organik lainnya, seperti kotoran
ternak adalah nilai keharaan yang lebih tinggi, kecuali kandungan P; menghasilkan asam
organik sederhana (sitrat, oksalat, laktat, asetat, butirat) asam humat dan fulvat lebih tinggi,
mempunyai daya netralisasi Fe (besi) dan Al (Alumunium) lebih tinggi, dan meningkatkan
ketersediaan P lebih tinggi (Suntoro, 2001). Pengolahan Daun Paitan ini dilakukan dengan
ditumbuk kemudian dikeringkan dan dicampurkan dengan air. Alasan pembuatan pupuk
organik dalam bentuk cair karena lebih cepat menyuplai unsur hara dalam jumlah lebih besar
(Marsono dan Sigit, 2001). Pada jaman dahulu, masyarakat Indonesia mengolah Daun Paitan
dengan merebusnya. Hal ini dianggap kurang efektif, karena vitamin dan kandungan lainnya
dapat berubah struktur kimianya jika terkena panas. Panas dan oksidasi dapat menghancurkan
vitamin dan zat lainnya yang terkandung dalam Daun Paitan.
B.
1.

2.
C.
1.
2.
D.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Bagaimana mengolah Daun Paitan menjadi insektisida?
Bagaimana efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga?
Tujuan
Mendeskripsikan cara mengolah Daun Paitan menjadi insektisida.
Mendeskripsikan efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga.
Manfaat
Menjadi alternatif pembasmi hama serangga pada tumbuhan Tomat.
Menciptakan insektisida yang ramah lingkungan dan ekonomis.
Sebagai penambah wawasan bagi siswa dan petani Tomat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5

A. Daun Paitan
Sistematika tanaman Tithonia menurut Wikipedia, Indonesia (2010) adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Tithonia

Species

: Tithonia diversifolia (L)

Tanaman Paitan (Tithonia diversifolia) adalah salah satu jenis tanaman legum yang
tumbuh liar di pinggir jalan dan padang rumput. Paitan dianggap gulma oleh masyarakat
karena tumbuh di lahan pertanian. Tanaman ini tumbuh hampir di seluruh dunia dan
diperkirakan berasal dari Meksiko (Hartatik, 2007). Daun Paitan merupakan jenis tanaman
berbunga dengan warna kuning keemasan memesona yang keluar pada akhir musim
penghujan dengan penampilan mirip dengan bunga matahari, sebagai anggota suku
asteraceae. Memiliki berbagai julukan lokal semisal Paitan di daerah Jawa (Paitan berasaln
dari kata pahit). Spesies ini juga dijuluki The Tree Marigold, Mexican tournesol, Mexsican
sunflower, Japanese sunflower ataupun Nitobe chrysanthemum. Tanaman ini dapat bersifat
semusim maupun tahunan dengan ketinggian, 2-3 m membentuk semak menahun dengan
stolon di dalam tanah. Memiliki daun berseling, berbentuk bulat telur sampai bulat telur-belah
ketupat, atau bulat telur-memanjang, tepi daun bergerigi. Perbungaan tumbuh pada bagian
aksiler atau terminal dan soliter, bunga berbentuk tabung, mahkota bunga berwarna kuning,
kepala sari berwarna hitam dan di bagian atasnya berwarna kuning. Tanaman ini jarang
dibudidayakan secara sengaja sehingga sering dikategorikan sebagai gulma Paitan.
Perkembangan tanaman Paitan berasal dari biji dan stek batang. Tumbuhan ini banyak
ditemukan pada lahan terbuka, pada lahan kosong yang tidak dipergunakan, tumbuh disekitar
lahan pertanian, disekitar rumah dan disepanjang tepi jalan. Tithonia dapat tumbuh dengan
baik di daerah yang kurang subur dan miskin hara (Hartatik, 2007). Tanaman Paitan adalah
tanaman semak dengan kandungan N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium). Dalam 100 g
ekstrak tanaman Paitan mempunyai kandungan unsur hara, diantaranya 3,5% nitrogen, 0,37%
fosfor dan 4,1% kalium. Kandungan hara tersebut dapat berfungsi untuk meningkatkan pH
6

tanah, meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah serta dapat meningkatkan kesuburan
tanah dan produktifitas lahan yakni meningkatkan bahan organik tanah. Kandungan nitrogen
pada Paitan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen pada lahan yang
akan ditanami. Tanaman ini mengandung bahan beracun yang disebut asam palminat.
Senyawa asam palminat bersifat repellent (penolak serangga) serta berpengaruh terhadap
saraf dan metabolisme serangga. Cara masuk pestisida ini kedalam tubuh serangga bisa secara
kontak maupun perut (oral) (Nugroho, 2005). Tukimin (2002) menyebutkan bahwa pada
konsentrasi 50 – 60 gr/l sudah efektif dalam mengendalikan serangga hama. Di samping itu
tanaman tersebut mempunyai ciri rasa yang sangat pahit sehingga dapat berperan negatif bagi
serangga hama seperti disampaikan oleh Heyne K. (1987) dengan adanya minyak atsiri
sebanyak 1,14% menyebabkan tanaman Paitan dapat digunakan sebagai insektisida nabati
alternatif. Dengan demikian tanaman ini dapat berfungsi ganda yaitu sebagai tanaman
penahan erosi sekaligus bermanfaat sebagai bahan insektisida nabati (Sastroutomo, S 1992).
Namun, selain berpotensi sebagai sumber hara, Paitan mempunyai efek negatif yaitu
bersifat alelopati terhadap tanaman. Paitan melepaskan senyawa fitotoksik ke dalam tanah.
Ekstrak air dari daun Paitan dengan konsentrasi 10 dan 20 mg DME/ml dapat menghambat
perkecambahan dan pertumbuhan benih. Tingkat penghambatan terhadap pertumbuhan
tanaman bergantung pada jenis tanaman dan asal ekstrak Paitan. Ekstrak daun memberikan
aktivitas penghambatan yang lebih tinggi dibanding dengan ekstrak batang atau akar.
B. Hama Serangga
Sudah lama disadari bahwa hama serangga merupakan gangguan pada tanaman. Hama
dalam artian luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman.
Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah
semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya dimana aktivitas hidupnya ini dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomis. Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman
sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk
hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu
kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat
menjadi hama dapat dari jenis serangga, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin
di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi
hama.
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling beragam jenis dan selalu
mendominasi populasi mahkluk hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah maupun
diatas permukaan tanah. Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang
7

dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran hama
serangga. Terdapat dua konsep berbeda terkait serangga dan hama, yaitu serangga hama dan
hama serangga. Serangga hama merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut seranggaserangga yang berpotensi sebagai hama. Serangga-serangga ini memiliki aktivitas yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian dalam suatu agroekosistem, baik karena aktivitasnya
merusak secara langsung misalnya serangga herbivor ataupun secara tidak langsung misalnya
serangga vektor penyakit. Sementara hama serangga adalah istilah yang digunakan untuk
populasi serangga yang telah menjadi hama dalam suatu agroekosistem. Keberadaan populasi
serangga ini dianggap telah menimbulkan kerugian dalam agroekosistem. Jadi dapat
dikatakan bahwa hama serangga adalah serangga-serangga hama yang populasinya terlalu
besar sehingga menimbulkan kerugian. Dengan demikian dalam proses produksi, masalah
hama tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan memengaruhi produksi secara kualitatif
maupun kuantitatif dan mampu menurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan menyebabkan
gagal panen, secara efektif. Oleh karena itu petani selalu melakukan upaya pengendalian
terhadap gangguan hama tersebut dengan berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih
mengandalkan pestisida kimia. Demikian juga halnya pada tanaman tomat terdapat berbagai
jenis hama serangga dari berbagai ordo dari tingkat gangguannya berbeda pada tiap fase
pertumbuhan.
Konsep timbulnya hama dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Adanya proses pembukaan lahan baru dimana terjadi perubahan struktur pada suatu
ekoistem. Hal ini akan mengakibatkan ekosistem tersebut menjadi tidak seimbang lagi,
misalnya terjadi penurunan atau bahkan musnahnya musuh alami sehingga populasi suatu
jenis serangga menjadi meningkat drastis dan menimbulkan kerusakan. Pembukaan lahan
baru untuk pertanian biasanya akan menyebabkan kondisi menjadi tidak stabil. Penanaman
secara monokultur akan berpotensi menyebabkan terjadinya dominasi suatu organisme pada
ekosistem tersebut. Penanaman monokultur akan menyediakan sumber makanan yang sangat
berlimpah untuk suatu jenis organisme sehingga populasi organisme tersebut akan
berkembang dengan sangat pesat sementara faktor pembatas seperti musuh alami mungkin
sangat kurang.
b) Introduksi tanaman baru ke suatu lokasi. Kejadian ini memungkinkan menimbulkan
terjadinya ledakan populasi hama apabila tanaman budidaya yang diintroduksi tersebut
membawa hama tanaman namun tidak membawa musuh alami dari hama tersebut. Pada saat
tanaman tersebut dibudidayakan maka hama dapat berkembang dengan baik, namun tidak
tersedia musuh alaminya sehingga tindakan pengendalian menjadi sulit dilakukan.
8

c) Selain itu perubahan persepsi manusia juga dapat menentukan status hama, salah
satunya dapat diukur dari ambang ekonomi. Hewan dapat berubah statusnya menjadi hama
jika populasinya sudah melebihi atau diatas ambang ekonomi, atau tingkat kerusakan yang
ditimbulkannya sudah merugikan secara ekonomi.
Sering dilupakan bahwa dalam upaya pengendalian hama perlu memperhatikan
bioteknologi hama serangga tersebut agar dicapai hasil yang maksimal dengan metode
pengendalian yang tepat. Perilaku serangga sebagai hama sangat berkaitan dengan kerusakan
yang ditimbulkannya. Pada dasarnya jenis kerusakan pada tanaman oleh serangga hama
sangat erat kaitannya dengan tipe alat mulut dari serangga hama itu sendiri. Ada beberapa tipe
alat mulut serangga yaitu:
a) Tipe alat mulut menggigit-mengunyah. Alat mulut seperti ini digunakan untuk
memotong atau menggigit dan mengunyah makanan padat, dicirikan dengan adanya
mandibula yang kuat. Serangga yang memiliki tipe alat mulut ini akan menyebabkan gejala
kerusakan berupa sobekan pada daun, gigitan, gerekan pada buah, batang dan akar.
b) Tipe alat mulut menusuk menghisap. Pada tipe alat mulut ini, alat mulut berupa stilet
atau jarum. Serangga menghisap cairan tanaman sehingga dapat menyebabkan gejala
kerusakan akibat kehilangan cairan tanaman. Kadangkala ada beberapa serangga yang pada
saat sebelum menghisap cairan tanaman, serangga tersebut mengeluarkan cairan toksik
sehingga mematikan sel-sel tanaman (nekrosis) tersebut terlebih dahulu. Beberapa gejala
akibat serangan serangga dengan alat mulut menusuk-menghisap yaitu nekrosis (matinya
jaringan tanaman), daun menjadi keriting, bercak-bercak/ spot-spot pada daun datau buah,
daun menggulung/klorosis, tanaman menjadi kerdil, dll.
c) Tipe alat mulut meraut menghisap. Serangga dengan tipe alat mulut ini akan merusak
bagian tanaman terutama daun, kemudian cairan tanaman akan dihisap. Pada tipe alat mulut
ini gejala yang ditimbulkan berupa goresan putih keperakan pada bunga dan daun.
d) Tipe alat mulut mengait-mengisap. Serangga hama dengan tipe alat mulut ini
bisaanya menyerang buah. Gejala yang ditimbulkan biasanya bagian dalam buah hancur dan
membusuk. Serangga dengan tipe alat mulut seperti ini bisaanya dari kelompok larva diptera
atau lalat.
e) Tipe alat mulut lainnya adalah menjilat menghisap contohnya lalat rumah, dan tipe
alat mulut menghisap contohnya golongan nyamuk dan kupu-kupu.
Serangga-serangga hama dengan jenis alat mulut demikian memiliki perilaku yang
berbeda-beda dalam aktivitasnya merusak tanaman. Perilaku serangga dalam merusak
tanaman dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Serangga yang merusak batang atau ranting tanaman dengan cara melubangi,
menggerek, mematahkan aatau melukainya. Contoh: Lophobaris piperis menggerek batang

9

atau sulur tanaman lada; Xyloborus coffee menggerek cabang atau ranting tanaman kopi; ulat
tanah Agrotis ipsilon memotong bagian pankal batang tanaman pada malam hari.
b) Serangga yang merusak daun atau kuncup daun tanaman dengan cara memakannya
atau menghisap cairannya. Contoh: Kumbang Oryctes rhinoceros, menyerang pohon dan daun
muda kelapa; Lasioderma serricorni, kumbang tembakau, menyerang daun tembakau yang
kering yang tersimpan di dalam gudang.
c) Serangga yang merusak buah atau bunga dengan cara memakan, mengisap atau
menggereknya. Contoh: ulat Helicoverpa armigera, hama penggerek bonggol jagung; Etiella
zinckenella, ulatnya menggerek bunga, buah, dan batang tanaman kapas; Acrocero
cramerella, menyerang buah coklat yang masih muda.
d) Serangga
yang
menyerang
akar

tanaman.

Contoh: Gryllus

bimaculatus dan Teleogryllus testaceus menyerang bermacam-macam akar tanaman.
e) Serangga yang menyerang titik tumbuh tanaman. Contoh: Atherigona exigua, lalat
pada persemaian padi; Orseolea oryzae, hama ganjur, larvanya menyerang titik tumbuh
padi; Agromyza phaseoli, lalat bibit yang merusak dan menyerang bibit kacang tanah, dan
kacang kedelai.
f) Serangga sebagai vektor penyakit tanaman, seperti bakteri, jamur dan virus.
Contohnya: kumbang Cerotoma variegate dan Epilachna varivestis, merupakan virus mosaik
kacang kapri; Nilavarpata lugens, wereng coklat dan Nephotettix verescen, wereng hijau
menularkan virus kerdil rumput dan virus tongro.
g) Serangga perusak atau pemakan hasil pertanian atau biji-bijian di tempat
penyimpanan (hama gudang). Contohnya: ngengat Ephestia cautella dan Sitotroga cerealella,
meyerang padi, gabah, dan kacang tanah; kumbang Sitophillus oryzae.
C. Tomat (Solanum lycopersicum)
Tomat (solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan
asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Buah Tomat ditanam sebagai
tanaman berbuah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1–1600 m dpl.
Tanaman ini tidak tahan dengan hujan, cahaya matahari terik, dan menginginkan tanah yang
gembur serta subur. Terna 1 tahun ini tumbuh tegak atau bertumpu pada tanaman lain, tinggi
0, 5–2, 5 m, bercabang banyak, memiliki rambut, serta berbau kuat. Batang bulat, menebal
pada buku-bukunya, memiliki rambut kasar warnanya hijau keputihan. Daunnya majemuk
menyirip, letak berseling, memiliki bentuk yang bundar telur hingga memanjang, ujung
runcing, pangkal membulat, helaian daun yang besar pinggirnya berlekuk, helaian yang lebih
kecil pinggirnya bergerigi, panjang 10–40 cm, warnanya hijau muda. Bunga majemuk,
berkumpul dalam rencanaian berbentuk tandan, bertangkai, mahkota berupa bintang,
warnanya kuning. Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya tidak tebal licin mengilap,
bermacam didalam wujud ataupun ukurannya, warnanya kuning atau merah. Bijinya banyak,
10

pipih, warnanya agak kuning kecokelatan. Tomat merupakan keluarga dekat kentang.
Terdapat ratusan kultivar tomat yang dibudayakan dan diperdagangkan. Pengelompokan
hampir selalu didasarkan pada penampilan atau kegunaan buahnya.
1. Berdasarkan penampilan
Terdapat buah tomat dengan kisaran warna dar hijau ketika masak, kuning, jingga,
merah, ungu (hitam), serta belang – belang. Dari ukuran dan bentuk, orang mengenal
kelompok tomat :
 Granola yang berbentuk bulat dengan pangkal buah mendatar dan mencakup yang
biasanya dikenal sebagai tomat buah (karena dapat dimakan langsung).
 Gondol yang bisa dibuat saus dengan bentuk lonjong oval (biasanya yang ditanam di
Indonesia adalah kultivar “Gondol Hijau” dan “Gondol Putih”, dan keturunan dari kultivar
impor “Roma”) dan termasuk pula tomat buah.
 Sayur adalah tomat dengan buah biasanya padat dan dipakai untuk diolah dalam
masakan.
 Ceri (tomat ranti) yang berukuran kecil dan tersusun berangkai pada tangkai buah
yang panjang.
2. Berdasarkan kegunaan
Orang mengenal tomat buah, tomat sayur, serta tomat lalapan. Berdasarkan hal ini,
fungsi tomat merupakan klasifikasi dari buah maupun sayuran, walaupun struktur tomat
adalah struktur buah.
Perkembangan pengetahuan, sekarang tomat tidak hanya sebagai pelengkap untuk
makanan melainkan juga sudah dikenal luas untuk kecantikan. Manfaat tomat untuk
kecantikan antara lain adalah untuk mengecilkan pori – pori dan mencerahkan kulit karena
tomat kaya dengan kandungan vitamin C.
Tomat Bermanfaat menyingkirkan

haus,

antiseptik

usus,

pencahar

mudah

(laksatif), menambah nafsu makan dengan langkah memperbanyak keluarnya air liur,
merangsang keluarnya enzim lambung, serta melancarkan aliran empedu ke usus. Daun
bermanfaat penyejuk. Dampak farmakologis serta hasil penelitian pada tikus, jus tomat bisa
turunkan kandungan serum kolesterol yang tinggi serta turunkan jumlah kolesterol didalam
hati. Pada kucing, sirup tomat bisa turunkan tekanan darah tanpa mengganggu denyut jantung
serta menstimulir otot polos. Pada binatang percobaan, tomatine bermanfaat antiradang serta
turunkan permeabilitas pembuluh darah. Tomatine efisien untuk menghalangi perkembangan
11

jamur pada tubuh manusia. Penelitian di amerika, lelaki yang konsumsi sekurang-kurangnya
sepuluh porsi buah tomat yang dimasak didalam 1 minggu dapat turunkan risiko terkena
kanker prostat hingga 45%. Perihal ini dimungkinkan dikarenakan ada likopen, karoten pada
tomat yang diakui bisa menghindar munculnya tumor serta kurangi efek terkena penyakit
jantung.
Buah Tomat memiliki Kandungan Alkaloid Solanin (0, 007%), Saponin, Asam Folat,
Asam Malat, Asam Sitrat, Bioflavonoid (Terhitung Teratur), Protein, Lemak, Gula (Glukosa,
Fruktosa), Adenin, Trigonelin, Kholin, Tomatin, Mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, Sulfur,
Chlorine), Vit. (B1, B2, B6, C, E, Likopen, Niasin), Serta Histamin. Konsumsi secara teratur
bisa memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Klorin serta sulfur yaitu trace element yang
bermanfaat detoksikan. Klorin alamiah menstimulir kerja hati untuk buang racun tubuh serta
sulfur membuat perlindungan hati dari berlangsungnya sirosis hati serta penyakit hati yang
lain. Likopen yaitu pigmen kuning beta karoten pada tomat. Tomatin bermanfaat sebagai
antibiotik. Daun memiliki kandungan pektin, arbutin, amigdalin, serta alkaloid. Kandungan
vitamin buah tomat sangat banyak, seperti vitamin A dan vitamin B yang mencapai 1600 IU
sehingga dapat mencegah penyakit mata. Ada pula vitamin C dengan kadar 35 mg sebagai
antioksidan yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan gizi dan vitamin buah
tomat sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tomat terdiri atas lima sampai sepuluh persen
berat kering tanpa air serta satu persen kulit dan biji.
Tomat memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan jeruk.
Berdasarkan pada penelitian diketahui bahwa tanaman tomat yang berwarna merah sarat akan
kandungan vitamin C dan vitamin A. Semakin matang buah tomat, semakin banyak
kandungan vitaminnya. Tomat tidak hanya kaya akan vitamin C dan vitamin A saja, ternyata
juga mengandung Lycopene, yaitu semacam antioksidan yang berguna untuk menghancurkan
radikal bebas akibat polusi kendaraan, asap rokok, dan zat berbahaya lainnya yang masuk ke
dalam tubuh. Lycopene juga diketahui berperan aktif dalam mencegah rusaknya sel yang bisa
mengakibatkan kanker, seperti kanker prostat, kanker mulut rahim, dan sebagainya. Gel yang
terdapat di luar biji tomat juga berguna untuk mencegah pembekuan darah yang bisa
menyebabkan sakit jantung dan stroke.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

12

Penelitian ini berjenis kualitatif ekperimental atau uji coba. Termasuk ke dalam
kualitatif karena menitikberatkan pada kualitas hasil penelitian. Eksperimen dilakukan secara
bertahap pada objek yang sama dengan cara yang berbeda.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium terbuka, yaitu taman rumah. Penyemprotan
ekstrak daun paitan dilakukan dalam waktu delapan hari, dimulai tanggal 22 Agustus 2014
sampai tanggal 30 Agustus 2014. Sedangkan penelitian tanaman Tomat dilakukan hingga
tanaman Tomat berbuah.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah hasil perkembangan tanaman Tomat berhama serangga
yang disemprot ekstrak daun Paitan secara berkala, yaitu dua hari sekali, tiga semprot.
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau uji coba terhadap
dua buah tanaman berhama. Tanaman pertama disemprot dengan campuran dua sendok
makan bubuk ekstrak daun paitan dan tiga sendok makan bubuk ekstrak daun paitan.
Instrumen yang digunakan adalah tabel hasil pengamatan terhadap objek eksperimen.
E. Prosedur Penelitian
1. Menyiapkan dua buah tanaman Tomat berhama.
2. Mengeringkan daun paitan.
3. Menumbuk daun paitan yang sudah kering.
4. Mencampur dua sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air.
5. Mencampur tiga sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air
6. Menyemprotkan larutan pertama (dua sendok) ke tanaman I dan larutan kedua (tiga
sendok) ke tanaman II
7. Penyemprotan dilakukan setiap tiga hari sekali selama delapan hari.
8. Melakukan pengamatan terhadap dua buah tanaman tersebut dan menuliskan
hasilnya dalam tabel hasil pengamatan
9. Menganalisis data yang telah didapat.

13

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa Ekstrak Daun Paitan (Tithonia
diversifolia) dan variabel terikat berupa tanaman Tomat (Solanum lycopersicum). Selama 6
hari penyemprotan, hasil yang nampak pada tanaman Tomat disimpulkan dalam tabel berikut:
2 Sendok Bubuk Daun Paitan
Hari keHasil
1
Belum terjadi perubahan.
2
Hama mulai berkurang
Hama lebih berkurang dan
3
mulai tumbuh bunga
Hama tidak ada dan bunga
4
semakin banyak
5
Tetap seperti hari keempat
6

3 Sendok Bubuk Daun Paitan
Hari keHasil
1
Belum terjadi perubahan.
2
Belum terjadi perubahan
3
4
5

Bunga semakin berkembang

6

14

Tanaman sedikit layu
Tanaman sedikit layu dan
bunga tumbuh
Jumlah bunga lebih banyak
Tanaman tidak layu dan bunga
semakin berkembang

BAB V
PEMBAHASAN
Tumbuhan Paitan sangat mudah ditemukan di pekarangan atau di pinggir jalan, karena
jumlahnya yang sangat banyak, bahkan berlebih, sehingga tumbuhan Paitan dianggap sebagai
gulma di beberapa tempat. Setelah diteliti oleh beberapa peneliti professional, ternyata Daun
Paitan memiliki beberapa kandungan yang sama dengan kandungan obat pembsami hama
serangga. Oleh sebab itu, pada percobaan ini, daun paitan digunakan sebagai pembasmi hama
serangga pada tanaman Tomat. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pengurangan
penggunaan insektisida kimia, dengan jalan menggunakan insektisida alami, karena ekstrak
Daun Paitan sebagai insektisida alami lebih bersifat ramah lingkungan dan tidak
menyebabkan pencemaran pada tanah maupun udara. Cara mendapatkan dan cara
mengolahnya yang mudah menjadi salah satu alasan bahwa insektisida alami lebih baik
dibanding insektisida kimia.
Pembuatan ekstrak daun paitan dimulai dengan mengeringkan daun paitan lalu
menumbuknya. Agar mendapat ekstrak daun paitan yang lebih halus, saring dahulu hasil
tumbukan untuk memisahkan bubuk daun paitan dengan sisa tumbukan. Untuk mengetahui
efektifitas takaran bubuk daun paitan, siapkan dua botol yang berisi 350 ml air dan isi dengan
dua sendok makan bubuk daun paitan serta pada botol kedua diisi dengan 3 sendok makan
bubuk daun paitan. Penyemprotan dilakukan dua hari sekali dan disemprotkan pada dua
tanaman yang berbeda serta jumlah kadar insektisida yang berbeda. Dalam hal ini, tanaman
Tomat yang digunakan dalam kondisi kesehatan yang sama, media yang sama, serta intensitas
hama serangga awal yang sama.
Dari hasil percobaan ternyata larutan daun paitan yang disemprotkan dengan kadar dua
sendok makan lebih efektif dibanding kadar tiga sendok makan ekstrak daun paitan. Hal ini
ditunjukkan dari keadaan fisik tumbuhan yang disemprotkan dengan kadar tiga sendok
mengalami layu selama beberapa hari meskipun hama pada tanaman hilang, sedangkan pada
tanaman yang disemprot dengan kadar dua sendok makan leih cepat berbunga dan tidak ada
hama sejak hari kedua. Seperti dijelaskan dalam kajian pustaka, kepekatan larutan yang
disemprotkan menjadi salah satu penyebab tanaman layu, jika larutan disemprotkan terlalu
pekat, maka tanaman sulit untuk menyerap molekul kecil dari larutan daun paitan tersebut,
terlebih, kandungan ekstrak daun paitan yang berlebih bisa menghambat pertumbuhan benih
dan tanaman.
15

Pada awal penyemprotan, hewan yang biasanya hinggap diatas tanaman tomat tidak
terlihat, hal ini disebabkan oleh bau yang tidak sedap yang dikeluarkan larutan daun paitan
dan apabila daun tomat dipegang, akan terasa keset, kondisi ini membuat hewan tidak mau
hinggap di tanaman tomat. Hal ini menyebabkan tanaman Tomat menjadi segar dan tidak
dimakan oleh hewan-hewan yang biasanya hinggap di tanaman Tomat tersebut.
Hasil yang didapat adalah buah tomat yang lebih besar dibanding buah tomat yang tidak
disemprot larutan daun paitan, jumlah buah lebih banyak, buah tomat tidak cepat busuk, dan
pada akhir tanam tomat masih ada yang tumbuh meskipun ukurannya lebih kecil. Hal ini bisa
dimanfaatkan para petani untuk menyiasati kelangkaan buah Tomat pada musim kemarau,
karena pada waktu tanaman Tomat yang lain berhenti berbuah, sementara tanaman Tomat
yang disemprot ekstrak Daun Paitan masih bisa berbuah meskipun ukurannya lebih kecil.
Keuntungan yang didapat dari kegiatan pembuatan ekstrak daun paitan adalah jumlah
tanaman paitan yang dibutuhkan lebih dari cukup dan mudah didapat, hal ini menyebabkan
modal yang dikeluarkan tidak banyak dan bisa dianggap gratis. Disamping itu, tanaman
Paitan bisa tumbuh dengan cukup baik, meskipun dalam keadaan tanah yang kurang subur
dan miskin hara. Macam-macam peralatan dan bahan yang lain mudah didapat, seperti alat
ulek dan air. Botol yang digunakan untuk larutan insektisida bisa menggunakan botol bekas
yang disambungkan dengan alat peyemprot, atau botol semprot bekas penghalus pakaian.
Hasil yang didapat juga lebih memuaskan dibanding penggunaan insektisida kimia, serta tidak
ada resiko pencemaran tanah.
Sayangnya masyarakat masih belum percaya dengan penggunaan insektisida alami.
Banyak yang menganggap bahwa insektisida alami membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk membasmi hama serangga dibanding insektisida kimia, padahal jika kita bisa mengolah
bahan disekitar kita, malah mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan disegala hal.
Banyak orang yang belum mengenal paitan, atau hanya beberapa orang yang mengenal daun
paitan tetapi tidak mengetahui khasiat untuk tanaman. Selain itu, insektisida yang dikenal oleh
masyarakat adalah insektisida kimia yang dapat memperparah pencemaran tanah.

16

BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan selama lebih kurang 12 hari, disimpulkan bahwa
ekstrak daun paitan yang dilarutkan dalam air sebanyak 350 ml dengan kadar dua sendok
makan, lebih efektif daripada kadar ekstrak tiga sendok makan. Dengan penyemprotan yang
rutin dan kepekatan yang tepat, hama tanaman semakin berkurang dan hasil panen buah tomat
yang lebih banyak dibanding tanpa penyemprotan larutan daun paitan.
B. SARAN
1. Bagi para petani sebaiknya beralih ke insektisida alami seperti ekstrak daun paitan,
karena memiliki hasil yang baik dan tidak beresiko pencemaran pada tanah.
2.

Bagi pemerintah sebaiknya menyosialisasikan penggunaan ekstrak daun Paitan
sebagai insektisida alami untuk tanaman agar bisa mendapatkan tanaman yang bersifat
organik.

3. Bagi masyarakat, agar ikut serta mengubah penggunaan insektisida buatan menjadi
insektisida alami yaitu ekstrak daun Paitan agar lebih ramah lingkungan.

17

Bab VII
LAMPIRAN

18

DAFTAR PUSTAKA
Pardono. 2011. Potensi Chlomolaena odorata dan Tithonia diversifolia Sebagai Sumber
Nutrisi Bagi Tanaman Berdasarkan Kecepatan Dekomposisinya. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

19