Makalah Gizi Dan Pendidikan Ekologi Kese

Makalah

EKOLOGI GIZI KESEHATAN
MASYARAKAT
Gizi Dan Pendidikan

!

Oleh Kelompok 6 :
Audia Jupri/14120130233
Nunu Purwati/14120130222
St. Asra Amir/14120130202
Kelas : B5
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Alhamdulilaahirobbil alamin, atas Rahmat Allah Subhanahu wa ta’alaa,
pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada-NYA yang telah
memperkenankan kami menyusun makalah ini. Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabiullaah Rasulullah Shallalaahu alaihi wa sallam.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang “GIZI DAN PENDIDIKAN”.
Makalah ini sebagaimana dibuat untuk menyelesaikan tugas kelompok EKOLOGI
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu, saran dan sumbangan ide yang bersifat membangun kami harapkan
sehingga dapat meningkatkan mutu makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dan yang telah memberi dorongan khususnya kepada Ibu
Dosen pada mata kuliah ini yang telah memberikan pengetahuannya kepada
penulis.

Makassar, 28 April 2015

KELOMPOK 6

i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. .....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A.

Latar Belakang ......................................................................................1

B.

Rumusan Masalah .................................................................................3

C.

Tujuan Penulisan ...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................4
A. Definisi Gizi....................................................................................... 4

B. Definisi Pendidikan ............................................................................5
C. Hubungan Gizi dengan Pendidikan ....................................................6
D. Contoh Kasus ......................................................................................9
BAB III PENUTUP .........................................................................................11
A. Kesimpulan ............................................................................................11
B. Saran ………………………………………………………………..….11
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung
dengan masalah gizi kurang, hubungan dengan penyakit infeksi dan negara
maju cenderung dengan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan
pola makan, indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak

masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai
dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara
penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan
gizi dan perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka
hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat
dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang
higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan
kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan
koordinasi lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk 


1


menjamin terlaksananya poin-poin penting seperti pemberdayaan
masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan pendidikan
yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan paradigma di
tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh
pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber
daya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya
kualitas sumber daya manusia antara lain indeks pembangunan manusia
(IPM) dan indeks kemiskinan manusia (IKM). Pada umumnya ipm dan ikm
mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat
kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar
kehidupan yang layak (tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak
dihitung dari pendapatan per kapita, sementara ikm diukur dengan
persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas kesehatan, dan
balita kurang gizi.
Tiga faktor utama penentu IPM yang dikembangkan UNDP adalah
tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat
kaitannya dengan status gizi masyarakat. Pada tahun 2003 ipm indonesia
pada peringkat 112 dari 175 negara, sementara IKM pada peringkat 33 dari
94 negara.

Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah
upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan
budaya lokal. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas sdm
yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik,
perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas,
meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi adalah
“mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi
masyarakat/keluarga yang optimal”.

2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi gizi ?
2. Apakah definisi pendidikan ?
3. Bagaimana hubungan gizi dengan pendidikan ?
4. Contoh kasus gizi yang berhubungan dengan pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gizi
2. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan

3. Untuk mengetahui hubungan gizi dengan pendidikan
4. Untuk mengetahui contoh kasus gizi yang berhubungan dengan pendidikan

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan,
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan
makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi
diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga (Irianto, 2008,p.2).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ
serta menghasilkan energi, (Supriadi dkk, 2001). WHO mengartikan ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup.
Dimana prosesnya yaitu pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari
makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan,
berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. (Yuniastuti,2008,pp.1-2).
pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
1. Secara klasik :
Gizi hanya di hubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses-proses
jaringan tubuh).
2. Sekarang :


4

Selain untuk kesehatan, juga di kaitkan dengan potensi ekonomi
sesorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar dan produktivitas kerja.
B. Definisi Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS No. 20

tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki
pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Kamus Besar Bahasa
Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik” dan
mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses
atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni
perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelompok orang dalam
usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
Menurut Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, pengertian
pendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak yang bermaksud
menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-anak itu supaya mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat mampu menggapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang
diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap
perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya
pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan

segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.

5

C. Hubungan Gizi dengan Pendidikan
Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan akan meningkatkan
pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan bergizi dan juga
dengan meningkatnya pendidikan maka dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang akan pentingnya nilai gizi sehingga dapat mengkonsumsi gizi
dengan baik dan dapat membedakan gizi yang baik dan gizi yang salah.
Begitupun sebaliknya, gizi sangat berhubungan dengan pendidikan karena
dengan mengkonsomsi zat-zat gizi yang baik maka akan meningkatkan
kecerdasan otak. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya
manusia. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam
kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut.
Pendidikan yang tuntas mendorong seseorang untuk memilih pekerjaan
yang layak dengan gaji yang sesuai dengan standar. Namun bila kesempatan
bekerja masih terbatas dengan syarat minimal tamatan sarjana maka untuk
meraih hal tersebut akan sangat sulit diraih. Mengingat jumlah tamatan sma

masih minim. Dengan kondisi ini untuk menyediakan pangan yang berkualitas
masih jauh dari harapan. Sehingga untuk mendapatkan gizi yang seimbang
masih sangat jauh.
Orang tua seharusnya mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai
pentingnya asupan gizi yang cukup bagi anak. Rendahnya tingkat pendidikan
orang tua sehingga mereka tidak mampu untuk menyediakan jumlah gizi yang
dibutuhkan anaknya.Ibu merupakan kunci dari pemenuhan gizi anak-anak, dan
kunci untuk mengatasi gizi buruk. Orang tua yang tidak tahu mengenai
pentingnya asupan gizi bagi anak akan cenderung untuk acuh dan
menganggapnya tidak penting.
Pendidikan gizi masyarakat atau dalam bahasa operasionalnya disebut
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) gizi bertujuan untuk menciptakan 


6

pemahaman yang sama tentang pengertian gizi, masalah gizi, faktor penyebab
gizi, dan kebijakan dan program perbaikan gizi kepada masyarakat termasuk
semua pelaku program. Pendidikan gizi berperan memberikan pengetahuan,
menumbuhkan sikap dan menciptakan perilaku hidup sehat dengan gizi
seimbang. Dalam gizi seimbang tidak hanya mendidik soal makanan dan
keseimbangan komposisi zat gizi dan kebutuhan tubuh akan zat gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, dan air), tetapi juga
kesimbangan dengan pola hidup bersih untuk mencegah kontaminasi makanan
dan infeksi.

Secara umum masalah kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang yaitu :
1. Penyebab langsung :
1. Makanan
Faktor makanan

merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang karena
konsumsi makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

tubuh, baik

kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi.
2. Penyakit
Timbulnya kep tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi
juga karena penyakit. Anak mendapatkan makanan cukup baik tetapi
sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kep.
Sebaliknya anak yang makannya tidak cukup baik, daya tahan tubuh
dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi,
kurang nafsu makan, dan akhirnya mudah terserang kep.
2.

Penyebab tidak langsung :
1. Tingkat pendapatan
Pendapatan keluarga

merupakan penghasilan dalam jumlah

uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. 


7

Kemiskinan sebagai penyebab

gizi kurang menduduki posisi

pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian
serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan
berpengaruh besar terhadap konsumen pangan. Golongan miskin
menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang
sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi ibu merupakan

proses untuk merubah sikap

dan perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat
jasmani dan rohani. Pengetahuan ibu
kesehatan dan gizi erat hubungannya

yang ada kaitannya dengan
dengan pendidikan

ibu.

Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan
akan kesehatan

dan gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi

kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga
( Soekirman,2000).
3.

Sanitasi lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan
infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran
pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang
menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan
zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan
terganggu (Supariasa dkk,2002).

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan
dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan 


8

kesehatan.kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
langsung maupun tidak langsung diprediksi sebagai pokok masalah di
masyarakat. Sedangkan akar masalahnya berupa kurangnya pemberdayaan
wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan. Keadaan
tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan
dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

D. Contoh Kasus
Kasus 1
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (DINKES) kota Surabaya, kasus balita
gizi buruk sepanjang tahun 2008 mencapai 2.068 balita atau sekitar 1,81% dari
jumlah seluruh balita sebanyak 114.108.

Sedangkan balita dengan kasus

kurang gizi mencapai 7.047 balita atau sekitar 6,18%. Dari data itu juga
terungkap, kasus balita gizi buruk paling banyak terjadi di Kec.Semampir
yakni mencapai 269 balita dari 6.696 balita, Kec.Sukomanunggal mencapai
184 balita dari 4.072 balita, dan Kec. Tambaksari mencapai 118 balita dari
7.182 balita.

Adapun penyebab penyebab balita gizi buruk di antaranya

karena pola asuh yang keliru, kurang asupan makanan bergizi, rendahnya
tingkat pengetahuan (pendidikan) hingga masalah kemiskinan.

Kasus 2
Dinas kesehatan kota kendari bagian UKM dan gizi, mengatakan jumlah
kasus gizi buruk pada balita di kota Kendari pada wilayah kerja puskesmas
mata tahun 2006 yaitu 107 kasus balita yang mengalami gizi buruk dan
mengalami peningkatan menjadi 139 balita yang mengalami gizi buruk pada
tahun 2007, serta terjadi penurunan pada tahun 2008 yaitu 108 balita yang
mengalami gizi buruk.


9

Berdasarkan data tersebut, penduduk yang tergolong penduduk miskin
melebihi setengah dari keseluruhan jumlah penduduk pada wilayah kerja
puskesmas mata yaitu berjumlah 14.258 penduduk miskin dari 22.310
penduduk yang ada pada wilayah kerja puskesmas mata. Hal ini
mengindikasikan bahwa adanya pengaruh tingkat pendapatan, yang tentunya
akan berpengaruh pada pola makan balita dan pengetahuan (pendidikan) ibu
tentang gizi yang merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kasus gizi
buruk pada balita.

Kasus 3
Sebanyak enam anak balita di Tawangsari, Kecamatan Pengasih,
Kulonprogo, dilaporkan menderita gizi buruk. Sementara 46 anak balita
lainnya dari 300 balita di tawangsari, masuk katagori kelompok gizi kurang.
Sayangnya, sejak Januari hingga Oktober 2011 dinas kesehatan hanya mampu
menekan kasus gizi buruk 0.05% saja.
Kepala bidang kesejahteraan sosial pemerintah desa Tawangsari,
Kecamatan Pengasih, Muryadi menjelaskan, masalah gizi buruk masih terjadi
di wilayahnya. Menurut dia, masih adanya kasus gizi buruk disebabkan
banyak faktor. Selain masalah ekonomi dan pendidikan, kesadaran warga juga
masih perlu dipupuk lagi.

Kasus 4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan di Magetan pada Tahun 2010,
penderita gizi buruk dari bulan Januari sampai Desember berjumlah 257 orang
dan meninggal satu, sedangkan tahun 2011 dari bulan Januari sampai Mei
jumlah penderita gizi buruk menjadi 261 orang dan meninggal satu.
Kasus gizi buruk di Magetan meningkat karena pola asuh orang tua yang
salah sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan (pendidikan) ibu. Mayoritas
penderita gizi buruk tidak hanya dari kalangan orang tidak mampu saja.


10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang
diberikan orang yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap
perkembangan orang lain untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan
supaya pribadi yang dididik memiliki kecakapan yang cukup dalam
melaksanakan segala kebutuhan hidupnya secara mandiri.
2. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan
meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan akan meningkatkan
pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan bergizi dan
juga dengan peningkatnya pendidikan maka dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang akan pentingnya nilai gizi sehingga dapat
mengkonsumsi zat gizi dengan baik. Begitupun sebaliknya, gizi sangat
berhubungan dengan pendidikan karena dengan mengkonsomsi zat-zat gizi
yang baik maka akan meningkatkan kecerdasan otak. Gizi merupakan salah
satu penentu kualitas sumber daya manusia.

B. Saran
1. Status gizi masyarakat Indonesia yang buruk harus segera ditemukan jalan
keluarnya. Tidak hanya pemerintah saja tetapi seluruh elemen masyarakat
berkewajiban membantu sesama manusia yang mengalami gizi buruk.
Agar permasalahan ini tidak menimbulkan gangguan dalam tatanan
kehidupan bernegara.
2. Sebaiknya masyarakat meningkatkan pendidikannya (pengetahuannya)
tentang gizi agar dapat mengetahui pentingnya nilai gizi sehingga dapat
mengkonsumsi gizi dengan baik dan menciptakan perilaku hidup sehat. 


11

3. Khususnya kepada orang tua harus meningkatkan pengetahuannya tentang
gizi sehingga dapat memberikan giziyang baik kepada anaknya.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://www.researchgate.net/publication/
50843300_hubungan_tingkat_pendidikan_ibu_pengetahuan_gizi_pendapatan_kel
uarga_dan_konsumsi_kalori_dengan_status_gizi
h t t p : / / w w w . a c a d e m i a . e d u / 5 2 4 3 2 4 4 /
hubungan_pendidikan_dan_pengetahuan_gizi_ibu_dengan_tingkat_konsumsi_en
ergi_dan_protein
http://digilib.unimed.ac.id/hubungan-pendapatan-keluarga-pendidikan-danpengetahuan-gizi-ibu-terhadap-pola-konsumsi-dalam-menanggulangi-gizi-buruk
http://www.budidarma.com/2012/01/peran-keluarga-dalam-pencegahan-dan.html