PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJ (1)

PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJARAN
PDF | Print |
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Dipublikasi oleh : Drs. Agus Wasisto Dwi Doso Warso,MPd
Friday, 02 December 2011
PENJAMINAN MUTU INTERNAL PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Oleh
Drs. Agus Wasisto Dwi Doso Warso,MPd
wasisto_9865@yahoo.com

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
[1]

[1] Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hlm.2
pasal 1

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.[1]
Untuk mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut maka perlu ditentukan
standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.[2]
Standar nasional tersebut terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan
yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.[3] Standar nasional pendidikan
berfungsi untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. [4]
Serta

bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.[5]

Salah satu standar nasional yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam
menjamin mutu proses pembelajaran adalah standar proses. Standar proses ini merupakan
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.[6] Proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran ditentukan
pula agar pendidik memberikan keteladanan warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.[7] Dengan demikian untuk mencapai tujuan nasional pendidikan
diperlukan operasionalisasi kegiatan pendidikan yang mengacu kepada delapan standar
nasional pendidikan dimana pada penelitian ini difokuskan pada standar kompetensi
lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian dengan didukung oleh standar
pengelolaan, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan dan
standar pembiayaan.
Setiap satuan pendidikan mempunyai kewajiban untuk melakukan penjaminan
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut pada dasarnya merupakan upaya
sistematis yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk melaksanakan delapan standar
nasional pendidikan.

Melalui penjaminan mutu diharapkan akan tercipta budaya mutu disetiap satuan
pendidikan. Tumbuhnya budaya mutu disetiap satuan pendidikan diharapkan akan mampu
meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu upaya pemenuhan
standar nasional pendidikan melalui penjaminan mutu merupakan faktor kunci dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan
maka pemerintah membuat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009
tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang menyatakan bahwa penjaminan mutu
pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan,
penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan
masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut SPMP (Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan) adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang fungsi
utamanya meningkatkan mutu pendidikan.[8] Walaupun mengimplementasikan sistem
penjaminan mutu tersebut masih belum seperti yang diharapkan.
Proses pembelajaran yang tidak bermutu yang tidak sesuai dengan standar proses
diduga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi besar terhadap rendahnya mutu
pendidikan di Madrasah, tanpa mengabaikan faktor lain di antaranya yaitu kondisi
peserta didik (kesehatan, kebugaran, dan lain-lain), kualitas pendidik, kurikulum,

terbatasnya anggaran, terbatasnya sarana, dan sebagainya yang juga mempunyai
kontribusi terhadap menurunnya mutu Madrasah.
Penulis memilih obyek kajian berkaitan dengan penjaminan mutu internal proses
pembelajaran

dengan

alasan karena bahwa Sekolah

Dasar

termasuk lembaga

pendidikan yang mempunyai peran penting dan strategis dalam meletakkan dasar-dasar
perkembangan kepribadian anak bangsa dan juga dalam rangka mempersiapkan kualitas
pendidikan di tingkat atasnya.
Berdasarkan pada latarbelakang tersebut maka rumusan masalah dalam tulisan
ini adalah Bagaimana penjaminan mutu internal proses pembelajaran diSekolah Dasar?
Untuk memecahkan permasalahan tersebut diatas maka dibawah ini akan dibahas
tentang: (1) Proses Pembelajaran yang Standar; (2) Pengembangan Kurikulum;(3) Proses

Pembelajaran DiSekolah Dasar(3) Penjaminan Mutu terhadap Proses Pembelajaran.

II. PEMBAHASAN.
Bagaimana Proses Pembelajaran yang standar itu?
Kata pembelajaran tidak bisa dipisahkan dengan istilah belajar. Belajar
merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is
defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing), kemudian
William Burton menyatakan bahwa A good learning situation consist of arich and varied
series of learning experiences unified around a vigorous purpuses and carried on in
interakcyion with a rich, varied and propocative environment, belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan[9].
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
Psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Istilah
ini

juga

dipengaruhi


oleh

perkembangan

teknologi

yang

diasumsikan

dapat

mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media seperti
bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Gagne
juga menyatakan bahwa “instruction is a set of event that effect learners in such a way
that learning is facilitated”[10]. Oleh karena itu, menurut Gagne, mengajar atau
“teaching” merupakan bagian dari pembelajaran (instruction) dimana peran guru lebih
ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan


fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari
sesuatu. Lebih lengkap Gagne menyatakan: “Why do we speak of instruction rather than
have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by
individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page
of print, by a picture, by a television program, or by combination of physical objects,
among other things. Of course, a teacher may play an essential role in the arrangement of
any of these events)[11].
Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
kompetensi lulusan[12]. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.
Standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien[13].
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK),

kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar,

dan sumber belajar[14].
Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi persyaratan pelaksanaan proses
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Persyaratan pembelajaran ini meliputi
rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas.
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah SD/MI yaitu 32 peserta
didik. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru sebagaimana adalah
sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. buku
teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/Madrasah dipilih melalui rapat guru
dengan pertimbangan komite sekolah/Madrasah dari buku teks pelajaran yang ditetapkan
oleh Menteri. Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata
pelajaran. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya. Guru membiasakan peserta didik
menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan
sekolah/Madrasah. Pengelolaan guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;

volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan
baik oleh peserta didik; tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta
didik; guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan
kepatuhan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran; guru
memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik

selama proses pembelajaran berlangsung; guru menghargai peserta didik tanpa
memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi; guru
menghargai pendapat peserta didik; guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya;
guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup[15].
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; menyampaikan cakupan
materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi
(I2M3) peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik[16]. Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjalin kerjasama yang bermakna
dengan teman dan guru.
Pembelajaran inspiratif adalah pembelajaran yang mendorong dan memicu peserta

didik untuk mencaritemukan hal-hal yang baru dan inovatif. Pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam suasana
tanpa tekanan, bebas, terlibat secara psikis dan fisik.
Pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran dimana peserta didik
diperhadapkan

pada

masalah,

persoalan-persoalan


dilematis,

yang

jawabannya

membutuhkan kreativitas dan kemungkinan-kemungkinan baru sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik.
Pembelajaran yang memotivasi adalah pembelajaran yang mendorong dan
memberi semangat pada peserta didik untuk mencapai prestasi, berkompetisi, berani
mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dengan materi pembelajaran.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik dan/atau
sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,; merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

Pada proses pembelajaran di dalam lingkungan sekolah, kegiatan ini diarahkan
untuk pembentukan iklim Sekolah Dasaryang kondusif melalui keteladanan pendidik dan
tenaga kependidikan sehingga terwujud interaksi edukatif yang memungkinkan terjadinya
internalisasi nilai, dan secara kumulatif akan bermuara pada terbentuknya akhlak mulia
dan kepribadian luhur peserta didik.

Bagaimana Penjaminan Mutu Pendidikan Internal?
Pada dasarnya banyak variasi pengertian tentang mutu. Mutu merupakan
kemampuan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan. Kebutuhan atau harapan yang
ditetapkan secara langsung/eksplisit atau tidak langsung/implisit oleh organisasi atau
perorangan yang menerima suatu produk berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu produk[17]. Mutu juga sering diartikan sebagai segala sesuatu yang memuaskan
pelanggan atau persesuaian terhadap persyaratan atau kebutuhan[18]. Mutu merupakan
suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan produk jasa manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pengertian ini didasarkan pada elemen
sebagai berikut: (1) mutu meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan-harapan
pelanggan; (2) mutu mencakup produk jasa, manusia, proses dan lingkungan; dan (3)
mutu merupakan kondisi yang selalu berubah[19].
Mutu juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan dan melampaui
keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga dengan istilah “mutu sesuai
persepsi” (quality in perception). Mutu ini disebut sebagai mutu yang hanya ada di mata

orang yang melihatnya. Para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap
mutu. Pelanggan melakukan penilaian dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa
bertahan dalam persaingan.
Dari berbagai pengertian tentang mutu tersebut maka mutu didefinisikan sebagai
perpaduan sifat-sifat produk yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi standar
sekaligus memenuhi kebutuhan pelanggan baik, lansung atau tak langsung, baik
kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat masa kini dan masa depan.
Pada saat ini penerapan manajemen mutu dalam industri jasa telah menjadi sangat
penting apabila industri jasa ingin berkompetisi dalam pasar global maupun pasar
domestik. Tuntutan konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diberikan oleh produsen
industri jasa telah meningkat. Terdapat sejumlah kriteria yang mencirikan pelayanan
sekaligus membedakannya dari barang yaitu (a) pelayanan adalah merupakan output yang
tidak berbentuk (intangible output); (b) pelayanan merupakan output variabel yang tidak
terstandarkan; (c) pelayanan tidak dapat disimpan tetapi dapat dikonsumsi dan produksi;
(d) terdapat hubungan langsung yang erat dengan pelanggan melalui proses pelanggan; (e)
pelanggan berpartisipasi dalam proses pemberian layanan; (f) ketrampilan personel
diserahkan atau diberikan secara langsung kepada pelanggan; (g) pelayanan tidak dapat
diproduksi secara masalah; (h) membutuhkan pertimbangan pribadi yang tinggi dari
individu yang memberikan layanan; (i) perusahaan jasa pada umumnya adalah padat
karya; (j) fasilitas pelayanan berada dekat lokasi pelanggan, (k) pengukuran efektivitas
pelayanan[20].

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang
Sistem Penjaminan Mutu pendidikan pasal 1 tertulis bahwa mutu pendidikan adalah
tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih penerapan sistem pendidikan
nasional.
Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan secara berkelanjutan sehingga konsumen produsen dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan[21]. Sallis menyatakan jaminan mutu adalah
sebuah cara memproduksi produk yang bebas cacat dan kesalahan. Tujuannya dalam
istillah Philip B. Crosby adalah menciptakan produk tanpa cacat (zerodefects). Jaminan
mutu merupakan pemenuhan spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan
produk yang selalu baik sejak awal (right first time every time)[22].
Penjaminan mutu merupakan pengawasan yang sistematis dan evaluasi dari
berbagai aspek layanan, proyek atau fasilitas untuk memaksimalkan probabilitas
bahwa standar minimum kualitas sedang dicapai oleh proses produksi kegiatan
penjaminan mutu dimulai dengan penetapan standar, prosedur dan input suatu sistem,
sementara keluaran dari proses penjaminan mutu tersebut adalah konsistensi antara
standar, prosedur dalam proses dengan standar, prosedur dalam input yang telah
ditetapkan sebelumnya. Derajat konsistensi antara berbagai standar kualitas yang
dijanjikan dalam input dengan pelaksanaan dalam proses, merupakan umpan balik dalam
menindaklanjuti terutama untuk memeriksa dan meningkatkan mutu pendidikan yang
sedang dilaksanakan.

Dari Pengertian di atas maka penjaminan mutu di Sekolah Dasar tentunya lebih
abstrak di banding penjaminan mutu dalam industri. Penjaminan mutu di Sekolah
Dasarlebih terkait pada kebijakan, sistem dan proses untuk menjaga dan meningkatkan
pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, penjaminan mutu di Sekolah Dasarlebih
terfokus pada: (1) pengembangan desain pembelajaran; (2) pengembangan staf; (3)
adanya umpan balik dari siswa, guru maupun karyawan.
Penjaminan mutu proses pembelajaran

dilaksanakan sebagai upaya untuk

memastikan bahwa proses yang dilakukan oleh pendidik sesuai dengan standar yang
ditentukan. Penjaminan mutu merupakan suatu sistem dalam pengelolaan mutu, yang
pada dasarnya pengelolaan mutu itu sendiri merupakan suatu prosedur dalam mengelola
suatu organisasi yang bersifat komprehensip dan terintegrasi.
Dasar hukum penyelenggaraan penjaminan mutu adalah Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan evaluasi pendidikan yang
terdiri dari kegiatan pengendalian penjaminan dan penetapan mutu[23]. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan
bahwa (a) setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat; (b) bertujuan untuk
memenuhi dan melampaui standar nasional pendidikan, penjaminan mutu pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat; (c) dilakukan secara bertahap sistematis dan terencana
dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki[24].
Menurut Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan pasal 1 (satu) bahwa Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik
dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program
pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat
kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
yang selanjutnya disebut SPMP adalah subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang
fungsi utamanya meningkatkan mutu pendidikan[25].
Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan adalah tingginya kecerdasan kehidupan
manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia[26]. (Permendiknas Nomor 63 Tahun 2011 tentang SPMB
pasal 2) Pada dasarnya penjaminan mutu proses pembelajaran bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan mutu pembelajaran secara berkelanjutan yang dijalankan
oleh suatu sekolah/Madrasah secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya serta
untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan pembelajaran.
Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu yang dijalankan
secara internal oleh sekolah/ Madrasah akan dikontrol dan diaudit melalui kegiatan
akreditasi yang dijalankan oleh Badan Akreditasi Sekolah Dasar atau lembaga lain secara
eksternal. Dengan demikian

objektivitas penilaian terhadap pemeliharaan dan

peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan di suatu Sekolah/Madrasah dapat
diwujudkan.
Sebagai

langkah awal dalam kegiatan penjaminan mutu internal proses

pembelajaran disekolah/Madrasah maka

Sekolah

Dasartersebut

perlu melakukan

evaluasi diri Sekolah/Madrasah (EDS) sebagai langkah pengumpulan data, khususnya

yang terkait dengan tingkat pencapaian Sekolah Dasartersebut melaksanakan proses
pembelajaran di Sekolah Dasar dan juga berbagai kekurangan pada pelaksanaan standar
proses tersebut, hal tersebut bisa terlihat

pada hasil rekomendasi pada hasil EDS

tersebut. Berdasarkan data hasil EDS tersebut maka Sekolah Dasar dalam menyusun
Rencana Kerja Sekolah Dasar(RKS), sehingga kegiatan yang dilakukan oleh Sekolah
Dasar dalam melaksanakan kegiatan berbasis pada kebutuhan Sekolah Dasar itu sendiri.
Penjaminan mutu di Sekolah/Madrasah diarahkan pada pemberian jaminan agar
lulusan sesuai dengan tuntutan minimal standar kompetensi atau melampauinya. Oleh
karena itu, penjaminan mutu terfokus pada pengendalian sistem penyelenggaraan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan penguasaan kompetensi dasar. Selanjutnya
dijelaskan bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam penyelenggaraan penjaminan mutu
proses

pembelajaran

di

sekolah/Madrasah

adalah:

(a)

kebijakan

akademik

sekolah/Madrasah; (b) kebijakan mutu akademik sekolah/Madrasah; (c) manual prosedur
penjaminan mutu sekolah/ Madrasah; (d) monitoring dan revieu program secara periodik;
(e) pengukuran siswa; (f) penjaminan mutu bagi guru; dan (g) sistem informasi.
Apabila keempat unsur yaitu (a) kebijakan mutu (quality policy); (b) pedoman
mutu (quality manual); (c) prosedur untuk setiap kegiatan (sistem prosedur); (d) form dan
daftar check untuk setiap kegiatan (forms and checklists)

telah tersedia, maka

implementasi penjaminan mutu di Sekolah Dasardilakukan monitoring dan review
program secara periodik, serta melakukan pengukuran siswa, dan menjamin seluruh
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Semua proses implementasi tersebut

harus didukung oleh sistem informasi yang baik.
Pada penjaminan mutu internal ada kata kunci yang harus dipahami oleh seluruh
bagian/anggota organisasi yaitu tulislah apa yang anda lakukan dan lakukan apa yang
anda tulis. Secara lebih rinci, hal ini sebenarnya merupakan implementsi konsep plan, do,
chek, dan action dalam Total Quality Management (TQM). Hal ini dapat digambarkan
dalam suatu siklus sebagai berikut:

Gambar 5. Siklus Penjaminan mutu

Bagaimana Proses Pembelajaran yang ada disekolah?

Berdasarkan pada hasil wawancara dan juga pengamatan yang penulis lakukan
terhadap beberapa guru yang ada diSekolah Dasar menunjukan bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pelaksnaan, dan penilaian hasil
pembelajaran belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Proses. Hal ini ditunjukkan
pada tahap perencanaan pembelajaran, yang meliputi silabus dan RPP yang dimiliki
Sekolah/ Madrasah pada umumnya masih merupakan hasil mengadopsi kurikulum
Sekolah/ Madrasah lain atau membeli sehingga antara silabus dan RPP tidak esuai
karena keduanya bersala dari sumber yang berbeda. Silabus dan RPP

belum

dikembangkan secara mandiri oleh para guru hal ini dilatarbelakangi karena banyak guru
yang belum membaca dan memahami standar proses pembelajaran, para guru sangat
jarang mendapatkan pelatihan atau bimbingan teknis tentang pembelajaran dari instansi
atau yayasan penyelenggara yang terkait, latar belakang pendidikan guru yang tidak
sesuai. Umumnya kepala sekolah/ Madrasah Ibtidaiyah dan guru sudah merasa cukup
puas ketika guru sudah mempunyai dokumen perencanaan pembelajaran (silabus dan
RPP ) tanpa memperhatikan bagaimana prosesnya
Pelaksanaan proses pembelajaran, yang mencakup persyaratan pelaksanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Persyaratan pembelajaran dari segi jumlah
peserta didik tiap rombongan belajarnya belum sesuai dengan Standar Proses. Hal
tersebut dilatarbelakangi oleh karena masih adanya pandangan di masyarakat bahwa
Sekolah/ Madrasah Ibtidaiyah itu merupakan Sekolah Dasaragama yang lebih sulit
dibandingkan dengan Sekolah

Dasarumum. Persyaratan pembelajaran dari segi

ketersediaan buku teks untuk siswa dan juga buku referensi bagi guru belum sesuai

dengan standar proses hal tersebut dilatarbelakangi karena keterbatasan dana yang
dimiliki oleh Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah khususnya sekolah/ Madrasah
Ibtidaiyah (MI) swasta sangat terbatas.
Pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah(MI) pada umumnya masih
banyak yang belum konsisten antara perencanaan pembelajaran (RPP) yang dimiliki
dengan pelaksanaan pembelajarannya. Ketidakkonsistenan pelaksanaan pembelajaran
antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran terjadi karena tidak adanya sanksi maupun
pembinaan bagi guru yang dalam melaksanakan pembelajaran belum sesuai dengan RPP
yang dibuat, Bagi sekolah/Madrasah Ibtidaiyah yang penting guru itu sudah mempunyai
dokumen RPP dan sudah melaksanakan tugas mengajar.
Penilaian pembelajaran yang dilaksanakan masih belum berpedoman pada
perencanaan pembelajaran yang telah dibuat serta belum berpedoman pada standar
penilaian. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidiyah
belum mempunyai panduan penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, guru belum
mempunyai perencanaan penilaian terhadap hasil belajar, pada saat penentuan besarnya
Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) belum sesuai dengan pedoman dari BSNP, guru
belum melakukan pemetaan tentang penilaian hasil belajar yang akan dilakukan. Pada saat
melaksanakan ulangan kisi-kisi soal belum dibuat oleh guru, teknik penilaian yang
digunakan belum bervariasi, dan hasil penilaian belum dianalisis dan belum ditindak
lanjuti dengan baik. Pelaksanaan penilaian hasil belajar yang belum sesuai dengan
standar penilaian tersebut terjadi karena keterbatasan kemampuan guru Sekolah/
Madrasah Ibtidaiyah dalam memahami dan melaksanakan penilaian hasil belajar.

Misalnya, mereka belum mampu dalam penyusunan perencanaan penilaian, pembuatan
KKM, penyusuan kisi-kisi soal, rakitan soal, analisis soal, dan memilih teknik penilaian.
Keterbatasan kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan penilaian hasil
belajar tersebut disebabkan karena kurangnya guru mendapatkan pelatihan peningkatan
kompetensi secara intensif dari instansi terkait, lemahnya fungsi supervisi akademik
oleh kepala Sekolah/Madrasah Ibtidaiyah maupun pengawas. Pengalaman guru dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar baik dalam membuat kisi-kisi, menyusun rakitan
soal, membuat skor, melakukan analisis masih kurang.
Pengawasan
terhadap

internal pembelajaran yang dilakukan oleh kepala Madrasah

perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran IPA masih belum

dilaksanakan secara sistematis dan terencana dengan baik.

Pengawasan

yang

dilaksanakan belum menggunakan instrumen, hasil pengawasan belum dibuat laporan,
tindak lanjut hasil pengawasan belum dilaksanakan secara optimal. Pengawasan yang
belum dilaksanakan secara optimal tersebut disebabkan karena keterbatasan kemampuan
kepala Madrasah dalam memahami dan melaksanakan fungsi kepengawasan dalam
proses pembelajaran hal ini terjadi karena sistem rekrutmen dan pembinaan kepala
Madrasah Ibtidaiyah belum terprogram dengan baik, juga karena kepala Madrasah
Ibtidaiyah itu jarang mendapatkan pelatihan maupun bimbingan teknis terkait dengan
kompetensi kepala Madrasah oleh instansi atau lembaga terkait.

Apa yang telah dilakukan oleh Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dalam

menjaminan Mutu Proses Pembelajarannya?
Penjaminan Mutu Internal terhadap proses pembelajaran Sekolah Dasar Negeri/
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) maupun Sekolah Dasar Swasta/Madrasah Ibtidaiyah
Swasta (MIS) belum dilaksanakan

secara sistematis dan terorganisir.

Belum

dilaksanakan penjaminan mutu proses pembelajaran tersebut dapat dilihat bahwa
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidiayah yang ada belum mempunyai kebijakan mutu
(Quality Policy), pedoman mutu (Quality manual), prosedur mutu untuk setiap kegiatan
(Sistem Prosedur) serta format atau daftar check untuk setiap kegiatan dalam proses
pembelajaran (Forms and Checklist) serta belum mempunyai mekanisme monitoring,
audit terhadap program secara periodik untuk menjamin seluruh proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru dengan baik sebagai unsur penting dalam penjaminan mutu,
Belum terlaksananya penjaminan mutu pendidikan di Sekolah

Dasar /Madrasah

Ibtidaiyah dilatarbelakangi karena para pengelola satuan pendidian Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah belum mengetahui tentang kewajibannya untuk melakukan
penjaminan mutu pendidikan termasuk penjaminan mutu proses pembelajaran , belum ada
sosialisasi terkait dengan regulasi sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP) oleh
instansi terkait maupun oleh yayasan sebagai penyelenggara satuan pendidikan, dan
sosialisasi tentang pedoman sistem penjaminan mutu pendidikan.
Penjaminan Mutu Internal yang dapat dilakukan terhadap proses pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri/ Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) maupun Sekolah Dasar
Swasta/ Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) dilakukan melalui fungsi pengawasan yang
dilakukan oleh kepala Sekolah/Madrasah terhadap perencanaan, pelaksanaan dan

penilaian dalam proses pembelajaran walaupun pelaksanaannya belum bisa optimal.

Apa yang harus dilakukan oleh Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidayah dalam
menjamin mutu proses pembelajarannya?
Sebagai

langkah awal dalam kegiatan penjaminan mutu internal proses

pembelajaran disekolah/Madrasah maka Sekolah Dasar tersebut perlu melakukan
evaluasi diri Sekolah/Madrasah (EDS) sebagai langkah pengumpulan data, khususnya
yang terkait dengan pencapaian Sekolah Dasar tersebut melaksanakan standar proses di
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan juga terkait dengan berbagai kekurangan pada
pelaksanaan standar proses tersebut. Berbagai kekurangan dalam pelaksanaan proses
tersebut ditunjukkan

pada rekomendasi yang terdapat pada laporan hasil EDS yang

dilakukan oleh sekolah/Madrasah. Berdasarkan pada data hasil EDS maka Sekolah
Dasar menyusun Rencana Kerja Sekolah /Madrasah(RKS/M), sehingga kegiatan yang
dilakukan oleh Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dalam membuat program kegiatan
selalu berbasis pada hasil EDS itu sendiri.
Penjaminan mutu di Sekolah/Madrasah diarahkan pada pemberian jaminan agar
lulusan sesuai dengan tuntutan minimal standar kompetensi atau melampauinya. Oleh
karena itu, penjaminan mutu terfokus pada pengendalian sistem penyelenggaraan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan penguasaan kompetensi dasar. Unsur-unsur
yang harus ada dalam penyelenggaraan penjaminan mutu proses pembelajaran di
sekolah/Madrasah adalah: (a) kebijakan akademik sekolah/Madrasah; (b) manual mutu

penjaminan mutu sekolah/ Madrasah; (c) prosedur untuk setiap kegiatan (sistem
prosedur); (d) form dan daftar check untuk setiap kegiatan (forms and checklists). Apabila
keempat unsur tersebut telah tersedia, dan implementasi penjaminan mutu di Sekolah
Dasar dilakukan pengawasan dan monitoring dan review program secara periodik, serta
melakukan pengukuran siswa, Semua proses implementasi tersebut harus didukung oleh
sistem informasi yang baik, maka penjaminan mutu proses pembelajaran telah
dilaksanakan oleh satuan pendidikan tersebut.
Pada penjaminan mutu internal ada kata kunci yang harus dipahami oleh seluruh
bagian/anggota organisasi yaitu tulislah apa yang anda lakukan dan lakukan apa yang
anda tulis. Secara lebih rinci, hal ini sebenarnya merupakan implementsi konsep plan, do,
chek, dan action dalam Total Quality Management (TQM). Hal ini dapat digambarkan
dalam suatu siklus sebagai berikut

Gambar 5. Siklus Penjaminan mutu
Apa Simpulannya?
Berdasarkan pada uraian tersebut diatas maka bisa disimpulkan bahwa agar proses
pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah bermutu maka
pembelajaran tersebut harus berpedoman pada standar proses. Proses pembelajaran bisa
sesuai dengan standar proses maka perlu adanya adanya Rencana Kerja
Sekolah/Madrasah ( RKS/M) yang berbasis hasil EDS,selanjutnya perlu adanya
kebijakan mutu, manual mutu yang berisi manual prosedur (SOP) maupun format sebagai
panduan dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah dan proses pengawasan
internal yang dilakukan oleh sekolah / Madrasah terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran yang ada di satuan pendidikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mudlofir.2007.Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 Bidang Studi PAI,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga

Abdurrahman. 2005. Disertasasi. Implementasi Quality Managemen strategi peningkatan
mutu pendidikan di MAN Cilacap. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

AB Musyafa’Fathoni.2005. Disertasi. Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem
penjaminan mutu (Studi Multi Situs di SD Al Falah Tropodo 2 Sidoarjo, SDIT
Bina Insani Kediri, dan SDIT Al Hikmah Blitar)

Bogdan. 1992.Qualitatif research for education:An introduction to Theory and methods.
Boston,Mass: Allyn and Bacon ,Inc,)

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, terj. A.
Khozin Afandi, Surabaya, Usaha Nasional.

Bogdan ,Robert C.& Sari Knopp Biklen, 1982: Qualittaif Research for Education:An
Introduction to Theory and Methods,Boston: Allyn and Bacon,Inc

Blosser, P.E. 1990 ), Research Matters to the Science Teacher No. 9001, Using Question
In Sciense Classroom, Colombus, OH : Profesor of Science, Ohio State University.

Carin,AA& Sund,RB.1989. Teaching Modern Science.London:Charles E Merril
Publishing Company.A Bell&Howel Company

BSNP.2006. Pedoman penyusunan KTSP
Charles Hoy dkk. 2000, Improving Quality in Education, London : Kogan Page.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Diknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balitbangdik-nas.
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Madrasah Kategori Mandiri /Madrasah
Standar Nasional.Jakarta: Direktorat Pembinaan Madrasah Mengah Atas. Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Pengembangan Kurikulum,Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi,1984, hal 15

Direktorat tenaga Kependidikan.2009. Total Quality Management.
Ditjen Dikti,Depdiknas. 2003. Manjemen berbasis Sekolah.
Dirjen PMPTK. 2008. Strategi Pembelajaran IPA di Sekolah dasar.
Dirjen PMPTK Diknas, 2008 .Manjemen Pengembangan dan Implementasi KTSP

Dirjen PMPTK.2008. Manajemen Implementasi Kurikulum

Dirjen PMPTK. 2006. Panduan penyusunan RPP
D.Cohen 1964. ,The Development of an Australian Science Curriculum Model,( An
Unpublished Doctoral Thesis)
Ekroman SS.2001. Quality Assurance. .

Eko Supriyanto. 2007. Pedoman Mekanisme Peningkatan Mutu Sekolah Melalui
Penjaminan Mutu. Yogyakarta

Fattah Santosa,dkk.1989. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,Yogyakarta,IAIN
Sunan Kalijaga,

Permendiknas no 23 tahun 2006. Tentang Standar Kompetensi Lulusan
H.B. Sutopo. 1996, Metodologi Penelitian K ualitatif, Surakarta : Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Hendro Darmojo dan Kaligis .1992. Pembelajaran IPA . Jakarta .Depdikbud
Ibrahim Nasir. 1987. Usus at-Tarbiyah. Omman: Dar Ammat.
Imam Barnadib,Filsafat Pendidikan.1987. Pengantar Mengenai sistem dan metode
,Yogyakarta,FIP IKIP.

Gagne, R.M. 1970. The Conditions of Learning. New York: Rinehart & Winston Inc.

Gagne and Brigg L.J.1979. Principles or Instruction Design.New York: Holt Rinehart
and Winston.

Gaspersz,Vincent. 2005. Total Quality management.Jakarta PT Gramedia
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Dit.PLP-Dikdasmen

Jamalusurur. 2008, implementasi Total Quality Managemen ( TQM ) di Madrasah
Menengah
Khoirul Umam. 2004. Kejuruan ( SMK ) I Purwokerto Jawa Tengah, Tesis, Yogyakarta;
UIN Sunan Kalijaga.

Karel A . Steenbrink1974. ,Pesantren,Madrasah dan Sekolah;Pendidikan Islam dalam
Kurun Modern(Jakarta: LP3ES.

Direktorat tenaga Kependidikan,2009. Total Quality Manajement.
Lincoln,Y.S & Guba,E.G.L, 1985. Naturalistic Inquiry (Baverly hill,CA:SAGE Publications,Inc

Materi Rakor Pelaksanaan Pendampingan Penjaminan Mutu Madrasah LPMP D.I.Y tahun
2008 ( makalah )

Mansur,2004. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka
utama.

Moleong,Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.
Nana Saodih Sukmadinata, 2000. Pengembangan Kurikulum,Teori dan Praktek,Bandung:
PT.Remaja Resdokarya,Cetakan ketiga.

A. malik Fajar, 1999.Madrasah dan Tantangan Modernitas. Bandung: Mizan.

Muhidin. 2005. Penerapan Manjemen Mutu terpadu (MMT) di MAN Majenang .

M. Hasbi. 2006. Pengelolaan MAM Model Yogyakarta dalam Perspektif Total Quality
Management (Tinjauan terhadap Pelanggan Eksternal Primer ), Tesis,
Yogyakarta; UIN Sunan Kalijaga.

Maksum, 1999. Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya.(Jakarta;;Logos Wacana
Ilmu,1999; 123).

Muhadin, 2005. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), MAN Majenang, Tesis,
Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga.

Moleong, lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya
Muhammad Joko Susilo. 2007. KTSP.yogyakarta : pustaka pelajar
Mills.C.A. (1979). Theaching science and the secondary school. Amerika.
MeriilPublisingCompany

Nana Sudjana, 2002. Pembinaan dan Pengembangan
Bandung : Sinar Baru.

Kurikulum di Madrasah.

Nana Syaodih Sukmadinata.Pengembangan kurikulum :Teori dan Praktek ( Bandung
Remaja Rosdakarya,2001)

Nana Sudjana. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2010.Proses Belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Rustaman, N.Y., dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: JICA-UPI

Ronald C.Doll,Curicullum improvement,Decision Marking and Processs ( Boston:Allyn
& Bacon,Inc,1974),hal. 22

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT. Remaja Ros-dakarya
Polya, G. 1957. How to Solve It. Princeton: Princeton University Press.
Purkey & Smith dalam Direktorat tenaga Kependidikan,2009. Karakteristik sekolah
bermutu. PMPTK 2008 . Strategi Pembelajaran MIPA
PP. No. 19 Tahun 2005. Standar nasional Pendidikan

RS Zais, 1976. Curriculum Principles and foundation ( New York): Herper and Row
Publisher
Undang- Undang nomor 3. Tahun 2003. Sistim pendidikan Nasional
Salllis,E.2007.Total quality Management in Education.Alih Bahasa: Ahmad Ali Riyadi
dan Farorrozi.Yogyakarta:IRCISoD.

Syarif,A,1996. Pengembangan kurikulum,Surabaya:Bina Ilmu
Sudjoko. 1983. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen
PendidikandanKebudayaan.
Subiyanto. 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :
Sund, RB., & Trowbridge, L.W. 1973. Teaching science by inquiry in the secondary
school 2nd ed. Colorado: Univercity of Northern.

Sumaji, Dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis, Yogyakarta: Kanisius
S.Nasution,1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif( Bandung: Tarsito
Sri sulistyorini;2007. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara wacana hal
9-11)
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
DepartemenPendidikandanKebudayaan.

Nasution,2008, komponen KTSP, Jakarta :Rajawali
Zakiah Daradja,dalam 1996. “Tokoh di balik lahirnya SKB Tiga Menteri”,Jurnal Madrsah
Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI, ( Jakarta : Dirjen Binbaga,Vol. 1.

Usman Samatowa. (2004). Bagaimana Membelajarkan Sains di Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti Direktrorat Ketenagaan

Weisz, S.F. (1969). Science and common sense. New Haven: Yale University Presshal

Winarno Surahmad.1977. Pembinaan dan pengembangan kurikulum,jakarta: Depdikbud
Wuryadi. (2007). Materi Kuliah Filsafat
KonsentrasiSains.Yogyakarta,PPSUNY.

Ilmu

Mahasiswa

PPS

UNY

Woolfolk dan Nicolich (1984). Primary Science. The challengge of the Clevedon.
Multilingual Woolfolk dan Nicolich (1984: 53)

Yin

Robert,K,
1996.
Study
research,design
Mudzakir(Jakarta:raja Grafindo Persada,

and

Methods,Terj.M.Djauzi

[1] Ibid, hlm 2 pasal 3
[2] Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm. 2
Pasal 1

[3] Ibid, hlm. 4. pasal 2
[4] Ibid, hlm. 4. pasal 2
[5] Ibid, hlm. 4. pasal 2
[6] Peraturan Menteri Pendidiknan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, hlm
3

[7] Ibid , hlm. 12-13
[8] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan, Bab 1 pasal 1, hlm. 12

[9]Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Bandung:Bumi Aksara, 2010), hlm.44-53.
[10]Gagne and Brigg L.J. Principles or Instruction Design. (New York: Holt Rinehart and Winston, 1979),
hlm. 30

[11]Ibid,

hlm. 33

[12]Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm. 2.
[13]Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, hlm.2.
[14]Ibid, hlm. 7.

[15]Ibid, hlm. 11.
[16]Ibid, hlm. 11.

[17]Salllis, E. Total Quality Management in Education, (Yogyakarta: IRCISoD, 2007), hlm. 50, Alih Bahasa
Ahmad Ali Riyadi dan Farorrozi.
[18]Goetschdandavis, S., Introduction to Total Quality Quality, Productivity,Competitiveness, (Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall, 2001), hlm 4.
[19]Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 54.

[20]Vincent Gaspersz dalam Direktorat Tenaga Kependidikan, Total Quality Management, (Jakarta:

Direktorat Tenaga Kependidikan, 2009), hlm. 16-17.

[21]Ditjen Dikti Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas, 2003), hlm.
30.

[22]Sallis E., Total Quality Management in Education, Yogyakarta: IRCISoD, 2008, hlm. 53, Alih Bahasa
Ahmad Ali Riyadi dan Fahrorrozi.
[23]Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[24]Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

[25]Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Pasal 1, hlm. 3.
[26]Ibid, hlm. 5.