Materi Kuliah Dasar Ilmu docx

Materi Kuliah Dasar
Ilmu Tanah
MATERI KULIAH DASAR ILMU TANAH
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu
yang menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan
berbeda dengan pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga
keuangan / perbankan, dan ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli
hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak kepemilikan
terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan
tanah berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat
berbeda sekali dengan tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi
dan lembaga keuangan perbankan dipahami berdasarkan kedekatan
lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses serta kedekatan
dengan pusat pengembangan. Tanah yang dekat jalan atau dekat
pusat pengembangan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
daripada tanah yang berlokasi jauh dari akses jalan atau jauh dari
pusat pengembangan. Berbeda dengan pengertian tanah menurut ibu
rumah tangga yang selelu mengingatkan anak-anaknya agar jangan
bermain tanah dan selalu mengingatkan anak-anaknya tidak lupa
mencuci tangan dan kaki apabila kena tanah. Pengertian tanah yang
dipelajari dalam mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah berdasarkan

ilmu pertanian. Definisi tanah menurut ilmu pertanian juga mengalami
pengembangan dari waktu ke waktu. Perubahan definisi tersebut
disajikan sebagai berikut:

PENGERTIAN TANAH
Definisi tanah dari waktu ke waktu mengalami pengembangan
pengertian. Saat ini terdapat 4 pengertian tentang tanah yang
diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk
regolit yaitu lapisan partikel halus.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev
mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau
bahan organik) yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang
serta terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3) organisme, (4) topografi,
dan (5) waktu.

Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones
mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini

Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia bernama
Hanafiah mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa
tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang
tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara;
secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai
hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana
dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn,
B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut
dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
FUNGSI TANAH

Lima fungsi utama tanah adalah: (1) tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran tanaman, (2) penyedia kebutuhan primer
tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), (3) penyedia kebutuhan
sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asamasam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat
meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara, dan (4) sebagai
habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama dan penyakit tanaman, (5) lokasi pembangunan
berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket,

jalan, terminal, stasiun dan bandara. Integrasi kelima fungsi utama
tanah disajikan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Lima fungsi utama tanah yang terintegrasi secara utuh.
Dua Pemahaman Penting Tentang Tanah
Dua pemahaman utama yang sangat mendasari pengertian tentang
tanah berdasar-kan ilmu pertanian adalah:



Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan
tanaman.



Tanah berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan
hama dan penyakit serta dampak negatif pestisida dan limbah
industri yang berbahaya

PERBEDAAN PENGERTIAN TANAH
Perbedaan pemahaman pengertian tanah antara pendekatan pedologi
dan edaphologi adalah sebagai berikut:
Kajian Pedologi
Kajian pedologi mendefinisikan tanah berdasarkan dinamika dan
evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan pengetahuan alam
murni. Beberapa contoh kajian lebih lanjut tentang tanah dengan
landasan pendekatan pedologi adalah: fisika tanah, kimia tanah,
biologi tanah, morfologi tanah, klasifikasi tanah, survei tanah,
pemetaan tanah, analisis bentang lahan, dan ilmu ukur tanah.
Kajian Edaphologi

Kajian edaphologi mendefinisikan tanah berdasarkan peranan tanah
tersebut sebagai media tumbuh tanaman. Beberapa contoh kajian
tanah tingkat lanjut yang dilandasi pendekatan edaphologi adalah:
kesuburan tanah, konservasi tanah dan air, agrohidrologi, pupuk dan
pemupukan, ekologi tanah, dan bioteknologi tanah.
Paduan antara Pedologi dan Edaphologi
Kajian ilmu tanah tingkat lanjut yang dilandasi kedua pendekatan yaitu
pedologi dan edaphologi adalah: pengelolaan tanah dan air, evaluasi
kesesuaian lahan, tata guna lahan, pengelolaan tanah rawa,
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
PROFIL TANAH

Pengertian profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling
atas hingga ke batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami
perkembangan lanjut akan memiliki horisonisasi yang lengkap, yaitu
terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison Eluviasi, (4)
horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).
Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah
adalah sebagai berikut:
-Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau

sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil
dekomposisi serasah (Oa),
– Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral
berkandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
-Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah
mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar
bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir
dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi,
sehingga berwarna agak terang.
-Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga
terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison
diatasnya.
-Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih
serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.

-Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan
masih berupa batuan.
-Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2)
horison A. Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E,
dan (2) horison B. Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan

(2) lapisan tanah bawah.
Batas Peralihan Horison
Batas peralihan horison pada profil tanah terlihat secara visual dalam
beberapa kategori, yaitu:
-Batas horison dikategorikan nyata apabila peralihan kurang dari 2,5
cm,
-Batas horison dikategorikan jelas apabila peralihan terjadi dengan
jarak berkisar antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,
-Batas horison dikategorikan berangsur apabila peralihan terjadi
dengan jarak berkisar antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan
-Batas horison dikategorikan baur apabila peralihan terjadi dengan
jarak lebih dari 12,5 cm.
Bentuk Topografi Batas Horison
Bentuk topografi dari batas harison dalam profil tanah yang terlihat
secara visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu:

Bentuk topografi datar,


Berombak,




Tidak teratur, dan



Terputus. Contoh gambaran dari batas horison dan bentuk
topografi dari batas tersebut disajikan dalam gambar 3 dan
gambar 4 berikut.

Gambar 3. Batas horison yang nyata terjadi pada peralihan dari
horison A ke horison B, dan batas horison yang jelas terjadi pada
peralihan antara horison B ke horison C. Kedua batas tersebut
bertopografi datar.

Gambar 4. Bentuk topografi bergelombang dari batas horison yang
terjadi
antara horison B dengan horison C dalam sistem tanah.
Pedon dan Polipedon

Sistem tanah tersusun dari unit-unit terkiecil yang disebut pedon.
Kumpulan pedon-pedon yang sama sifatnya yang membentu suatu
hamparan disebut polipedon. Gambaran dari tiga dimensi tanah yang
tersusun dari tiga polypedon yang berbeda disajikan dalam Gambar 5
berikut.

Gambar 5. Sistem tanah yang tersusun dari tiga polypedon yang
berbeda.
Kegunaan Profil Tanah
Pemahaman yang mendalam mengenai profil tanah akan membantu
dalam pemanfaatan berikut:
Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (top soil), lapisan dalam
tanah (sub soil) dan solum tanah, sehingga membantu dalam
menetapkan jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam pada tanah
tersebut. Tanah dengan kedalaman lapisan olah berkisar 20 cm
sesuai untuk ditanaman tanaman padi, kedelai, kacang tanah dan
jagung, tetapi tidak sesuai untuk ditanaman dengan tanaman
perkebunan yang berakar dalam. Begitu juga sebaliknya.




Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang
mencirikan tingkat perkembangan tanah dan umur tanah.



Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang)
atau anaerob (berwarna kelabu) dan tngginya kadar kadungan
bahan organik tanah (berwarna hitam/gelap), sehingga diketahui
tingkat kesuburan tanah.

KOMPONEN PENYUSUN TANAH
Suatu tanah tersusun dari 4 komponen utama, yaitu: (1) bahan
padatan berupa bahan mineral, (2) bahan padatan berupa bahan
organik, (3) air, dan (4) udara. Tanah mineral yang subur tersusun dari
45% bahan tanah mineral, 5% bahan organik tanah, 25 % air dan
25% udara, seperti yang disajikan dalam Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Komposisi keempat komponen tanah (bahan mineral,
bahan organik, air dan udara) yang menempati volume dari sistem

tanah.
Bahan Induk
Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan tanah pada
waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis
bahan induk tanah: Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan metamorf,
dan Bahan induk organic.
Pengertian batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses
pembekuan (solidifikasi) dari magma cair. Beberapa batuan yang
tergolong batuan beku adalah batuan: granit, basal, dan andesit.
Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari proses
pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa
oleh angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang
tergolong batuan sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu
shale. Batuan metamorf adalah batuan beku atau batuan sedimen
yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan
gneiss, batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.
Sketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma
menjadi batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan
beku menjadi batuan sedimen serta perubahan dari batuan beku dan
batuan sedimen menjadi batuan metamorf disajikan dalam Gambar 7
berikut.

Gambar 7. Sketsa dinamika perubahan tiga jenis bahan induk
tanah mineral yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf .
Jenis-Jenis Batuan Beku
Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
Tempat pembekuan, da Kandungan sio2.
Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku dalam (flutonik),


Batuan beku gang (intrusi), dan



Batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).

Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:


Batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan sio2
tinggi atau lebih dari 65%.



Batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan
sio2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.



Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2
rendah atau kurang dari 55%.

Jenis-Jenis Batuan Sedimen
Beberapa jenis batuan sedimen dibedakan berdasarkan jenis bahan
asal endapan. Tiga jenis batuan sedimen, yaitu:


Batuan kapur dan dolomit, yaitu: batuan sedimen yang bahan
asal endapan berupa kapur atau bahan dengan kandungan
kalsium dan magnesium tinggi lebih dari 50%,



Batu pasir, yaitu: batuan sedimen yang bahan asalnya
didominasi fraksi pasir atau kandungan pasir lebih dari 50%, dan



Batu shale atau batu serpih, yaitu: batuan sedimen yang bahan
asal endapan didominasi fraksi liat (batu liat atau clay stone / clay
shale) atau debu (siltstone). Salah satu contoh batuan sedimen
disajikan dalam gambar 8 bagian (a) berikut.

Jenis-Jenis Batuan Metamorf
Beberapa jenis batuan metamorf adalah:


Batuan schist, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembarlembar halus, contoh: schist mika,



Batuan gneis, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembarlembar kasar, contoh: granit gneis,



Batuan kuarsit, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu
pasir, contoh: kuarsit, dan



Batuan marmer, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu
kapur karbonat, contoh: batu marmer. Contoh salah satu jenis
dari batuan metamorf disajikan dalam gambar 8 bagian (b)
berikut.

Gambar 8. Batuan sedimen (A) dan batuan metamorf (B)
Bahan Induk Organik
Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau penimbunan
dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang
terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah
gambut atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis
berdasarkan tingkat kematangan bahan organik pembentuk tanah
tersebut, yaitu:


Febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik
halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak
terlihatnya bentuk asal dari bahan organik tersebut karena
kandungan bahan organik kasar lebih dari 66%.



Hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik
halus sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.



Safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik
halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan
lanjut.

Iklim (Cuaca)
Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan tanah
adalah:


Curah hujan dan



Temperatur.

Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia bagian Barat
memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per
tahun dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan
32 derajat celsius akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah
dan mempercepat proses pelapukan batuan serta proses pencucian
lebih intensif. Kondisi tersebut akan menghasilkan jenis tanah dengan
perkembangan horison lebih lengkap dengan kandungan kation asam
yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan tanah sedang
sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan
mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah:
jenis podsolik merah kuning dan latosol.
Organisme / Jasad Hidup
Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan
(makrofauna) dan mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini
mempengaruhi terjadinya:


Akumulasi bahan organik,



Siklus hara tanah,



Proses pembentukan struktur tanah,



Kandungan nitrogen tanah,



Peningkatan infiltrasi tanah, dan



Penurunan erosi tanah.

Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan menghasilkan
tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:


Tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan
mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk
tanah tidak subur. Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk
tanaman menyebabkan daya rusak tanah akibat air hujan tinggi,
sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu, bentuk daun
yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah,
maka siklus hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga
rendah, sehingga tanah yang terbentuk kurang subur, dan



Tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan
memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga
mengurangi daya rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh,
sehingga menyebabkan erosi yang terjadi rendah. Daun jati yang
lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh akan
terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga
siklus hara yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk
akan lebih subur.

Topografi atau Relief atau Kelerengan Lahan
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah adalah:


Kecuraman lereng, dan



Bentuk lereng.

Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka terhadap
terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan aliran
permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan
aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang
lebih curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus
saat terjadi hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang
berlereng landai sampai datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki
laju infiltrasi dan laju perkolasi yang lebih besar serta proses
pembentukan horison berkembang lebih lanjut, sehingga membentuk
profil tanah yang lebih dalam.
Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses pembentukan
tanah dengan 4 cara, yaitu:


Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa
tanah,



Kedalaman air tanah,



Besarnya erosi yang dapat terjadi, dan



Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses pembentukan
tanah antara lain:


Ketebalan solum tanah,



Ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,



Kandungan air tanah,



Warna tanah,



Tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan
tanah berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan
pada tanah cekungan dan datar membentuk solum dalam) ,



Reaksi tanah atau ph (pada tanah dengan air tanah dangkal
mengalami salinisasi sehingga ph tanah netral sampai basa,
sedangkan pada tanah dengan air tanah dalam mengalami
proses pencucian intensif sehingga ph tanah rendah atau
bereaksi asam),



Kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.

Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi:


Berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau
gunung,



Berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung
bukit dan gunung,



Berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.

Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah dan
umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan
tanah, maka tanah dikelom-pokkan menjadi:


Tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100
tahun,



Tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar
antara 1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan



Tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan
tahun.

Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu mulai
dari fase:


Awal,



Juvenil,



Viril,



Senil, dan



Fase akhir.

Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai
dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini
sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa,
dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan
horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses
pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2,
horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah
sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan
dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau
Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol,
Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau
Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.

SUSUNAN UTAMA TANAH
Tanah terdiri dari empat komponen utama yaitu bahan mineral, bahan
organik, udara dan air tanah. Pada gambar dibawah diperlihatkan
susunan utama tanah berdasarka volume dari suatu jenis tanah
dengan tekstur lempung berdebu dengan perbandingan bahan padat
dan ruang udara tanah yang seimbang.
Dari gambar di atas terlihat tanah mengandung 50% ruang pori-pori
terdiri dari udara dan air. Volume fase padat menempati lebih kurang
45% bahan mineral tanah dan 5% bahan organik. Pada kandungan air
yang optimal untuk pertumbuhan tanaman, maka persentase ruang
pori-pori adalah 25% terisi oleh aor dan 25% oleh udara.
Dibawah kondisi alami perbandingan udara dan air ini selalu berubahubah, terganung pada cuaca dan faktor lainnya. Bahan penyusun
tanah yang disebut yang disebut terdahulu yakni bahan-bahan
mineral, bahan organik serta air saling bercampur didalam tanah
sehingga susah dipisahkan satu sama lainnya.
Mineral anorganik dalam tanah berasal dari pecahan-pecahan batubatuan yang berukuran kecil serta jenis-jenis mineral lainnya,
merupakan sumber hara potensial dan dapat menyediakan hampir
semua unsur hara kecuali nitrogen. Ukuran mineral-mineral anprganik
ini sangat bervariasi dari yang berukuran kecil seperti liat sampai
berukuan besar seperti pasir dan kerikil. Ukuran koloid liat sangatlah
kecil, sehingga hanya dapat dilihat dengan mempergunakan
mikroskop elektron.

Mineral-mineral tanah ada yang mudah lapuk dan ada yang susah
melapuk seperti kuarsa. Bahan organik yang belum atau sudah
melapuk merupakan sumber unsur N yang utama dalam tanah. Hasil
pelapukan bahan organik antara lain adalah humus yang bersamasama dengan koloid liat adalah bahan aktif dalam tanah sebagai
gudang penyimpanan atau pelepasan unsur hara bagi tanaman.
Dosen : James P. Pardede