Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deskripsi kesehatan masyarakat di suatu daerah seringkali dipaparkan dengan
berbagai indikator. Indikator yang sering digunakan yakni mortalitas (angka
kematian) dan morbiditas (angka kesakitan). Keberhasilan upaya kesehatan juga
dilihat dari indikator derajat kesehatan (Profil Dinkes Bener Meriah 2011).
Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok
maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas,
morbiditas dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang
sangat luas selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan
kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Kesehatan merupakan salah satu hak rakyat yang dijamin dalam Undang –
Undang 1945. Status kesehatan merupakan salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan perkapita dalam mengukur Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), dengan demikian pembangunan kesehatan merupakan investasi
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan kontribusi
dalam pembangunan (Profil kesehatan Bener Meriah, 2011).
Dalam “Tracking Progress in Maternal, Newborn & Child Survival the 2008
Report” disebutkan bahwa ada 10 juta anak meninggal setiap tahunnya sebelum
mereka merayakan ulang tahunnya yang ke lima, artinya bahwa terdapat lebih

dari 2600 balita meninggal setiap harinya. Terdapat 40 % kematian balita
tersebut terjadi pada masa neonatal dan 1/3 diantaranya didasari oleh kurang gizi.
(Depkes RI, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia, menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menunjukkan bahwa kematian bayi (34/1000 kelahiran hidup), 56 %
diantaranya merupakan kematian neonatal. Menurut Rinkesdas 2007, penyebab
kematian utama bayi adalah gangguan pernapasan (35,9%) dan berat lahir rendah
(32,4%). Sedangkan angka kematian balita mencapai 44/1000 kelahiran hidup.
Ini berarti setiap harinya ada 531 balita yang meninggal di Indonesia per harinya
atau 22 balita meninggal per jamnya. Kematian tersebut 70 % disebabkan oleh
pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali merupakan
kombinasi dari/ keadaan tersebut di atas. Dan di Sumatera Utara Angka kematian
Balita (AKABA) sebesar 67/1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Sumatera
utara,2010).
Selama

bertahun-tahun,


pakar

kesehatan

global

mengakui

bahwa

keberhasilan menurunkan angka kematian anak membutuhkan lebih dari
ketersediaan pelayanan yang adekuat oleh petugas yang terlatih. Di seluruh
dunia, banyak anak yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, tidak
hanya terhalang oleh jarak, namun rintangan yang berkaitan dengan biaya,
kepercayaan kesehatan, dan bahasa. Sebagai tambahan, karena keluarga memikul
tanggung jawab yang besar untuk merawat anaknya, sukses membutuhkan
kemitraan antara pelayan kesehatan dan keluarga dengan dukungan dari
masyarakat. Tenaga kesehatan perlu memastikan bahwa keluarga dapat
menyediakan perawatan yang adekuat di rumah untuk mendukung pertumbuhan

dan perkembangan yang sehat untuk anak mereka. Keluarga juga perlu untuk
mampu merespon dengan tepat ketika anak mereka sakit, mencari bantuan yang
layak dan tepat waktu, dan memberikan pengobatan yang direkomendasikan
(USAID & CORE, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengatasi masalah tersebut maka sejak tahun 1990- an WHO telah
merancang suatu strategi yang dinamakan Integrated Management of Childhood
Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS adalah
suatu pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS
bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. MTBS dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di unit
rawat jalan tingkat dasar (Puskesmas, Pustu, Polindes dan Poskesdes) yaitu
perawat dan bidan, serta dokter umum (yang menerima rujukan awal). Strategi
MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yakni pertama
meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit.


Kedua,

memperbaiki

sistem

kesehatan

(utamanya

di

tingkat

kabupaten/kota). Ketiga, memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat) yang dikenal sebagai
MTBS berbasis masyarakat (MTBS-BM).
Pendekatan pelayanan kesehatan dengan MTBS berbasis Masyarakat
dilaksanakan dengan prinsip dasar untuk menjalin kemitraan antara fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan masyarakat yang dilayaninya,
meningkatkan akses ketersediaan pelayanan dan informasi kesehatan yang
memadai di tingkat masyarakat, dan memadukan promosi perilaku sehat dalam
keluarga yang sangat penting untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang
anak (Kemenkes RI, 2012)
Kegiatan MTBS berbasis masyarakat mengupayakan adanya hubungan (link)
antara petugas kesehatan dan masyarakat. Tujuannya adalah mendukung dan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan praktek – praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan balita
di rumah untuk menjamin kelangsungan hidup anak, menurunkan tingkat
kesakitan dan mempromosikan praktek – praktek dalam rangka meningkatkan
tumbuh kembang anak. (Wijaya, 2009)
Pedoman perencanaan dan pelaksanaan MTBS-BM di kabupaten dan kota
merupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional kelangsungan hidup anak. Bagi
kelompok masyarakat yang berada di wilayah terjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan, maka penerapan MTBS-BM difokuskan untuk mempromosikan
perilaku pencarian pertolongan kesehatan dan perawatan balita di rumah.
Sementara bagi kelompok masyarakat yang mengalami kesulitan untuk

menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, selain melakukan promosi perilaku
sehat dan pencarian pertolongan kesehatan dan perawatan balita di rumah,
diperlukan intervensi dimana anggota masyarakat bisa dilatih untuk melakukan
pengobatan sederhana kasus balita sakit seperti diare, pneumonia, demam,
malaria, dan masalah lainnya (Kemenkes RI, 2012)
Penerapan MTBS-BM dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan
kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan,
promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam merawat anaknya
dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas
pelayanan primer dan rumah sakit sebagai pusat rujukan. (Depkes RI, 2008)
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik mengambil judul yaitu
Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis
Masyarakat (MTBS- BM).

Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu terhadap Manajemen Terpadu
Balita Sakit berbasis masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih

Kabupaten Bener Meriah.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan
dan sikap ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat.

D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan kebidanan
Sebagai masukan bagi puskesmas untuk membuat kebijakan dan koordinasi
yang mendukung pelaksanaan serta pengembangan pendekatan MTBS – BM.
2. Bagi Responden
Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pengenalan tanda bahaya pada anak
sakit, perilaku sehat untuk mencari pertolongan pelayanan kesehatan.
3. Bagi peneliti
Sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan sebagai
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

2 76 68

Pengelolaan Hutan Oleh Masyarakat Kabupaten Samosir

6 90 113

Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014.

66 470 146

Strategi Perencanaan Wilayah Kecamatan Tarutung Berbasis Kemampuan Lahan

2 51 82

Penentuan Kandungan Bijih Emas Dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh Dengan Metode Sianidasi Dan Pemurnian Secara Elektrolisis

5 52 52

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 10

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 1

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 3 25

Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat di Desa Ronga-Ronga Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah Tahun 2013

0 0 6